bawang merah di daerah penelitian didasarkan pada hari kerja orang HKO dengan upah Rp.70.000 per HKO.
5.2. Produktivitas Bawang Merah di Daerah Penelitian
Produksi bawang merah di daerah penelitian adalah 538 kg per petani, atau 4.506 kg per hektar 4,506 ton per hektar. Jika dibandingkan dengan Produktivitas
bawang merah tingkat Kabupaten Samosir sebesar 6,2 ton per hektar dan produktivitas bawang merah tingkat Kabupaten Simalungun sebesar 14,6 ton per
hektar data Sumatera Utara dalam Angka 2011, maka produktivitas bawang merah di daerah penelitian lebih rendah dari produktivitas bawang merah
Kabupaten Samosir dan Kabupaten Simalungun. Dengan demikian produktivitas bawang merah di daerah penelitian tergolong tinggi tidak diterima ditolak.
5.3. Pengaruh Faktor Produksi terhadap Produksi Bawang Merah
Faktor produksi usahatani bawang merah yang dimaksud dalam hal ini adalah benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dalam satuan per petani. Mula – mula
variabel bebas yang dianalisis antara lain luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, namun mengalami multikolineritas pada luas lahan.
Berikut tabel hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani bawang merah di daerah penelitian dengan mengikutsertakan variabel luas lahan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14. Pengaruh Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Terhadap Produksi Bawang Merah
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
Constant 15.010
115.092 .130
.897 luaslahan
4009.459 4570.384 .712
.877 .389
.021 48.358 benih
-.537 6.116
-.067 -.088
.931 .024 42.107
pupuk 1.067
.595 .375
1.794 .085
.312 3.210
pestisida -.072
.064 -.218 -1.120
.274 .360
2.779 tenagakerja
.767 8.200
.015 .093
.926 .553
1.809 Sumber . Hasil Pengolahan Data SPSS
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi multikolinearitas pada luas lahan, sehingga luas lahan tidak dimasukkan dalam model karena luas lahan di daerah
penelitian terbatas. Untuk menganalisis pengaruh faktor benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja
terhadap produksi bawang merah digunakan analisis Cobb-douglas dimana data yang hendak dianailisis adalah data yang sudah di logaritma naturalkan sehingga
dapat dianalisis dengan regresi linear berganda. Untuk mengetahui apakah data yang digunakan layak atau tidak layak untuk dianalisis dengan analisa regresi
linear berganda maka dilakukan uji asumsi klasik mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedasitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki residual normal. Untuk analisa ini digunakan analisis grafik
normal P-P plot dan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji normalitas nilai one sample kolmogorov-smirnov 0,499 0,05 artinya data
Universitas Sumatera Utara
berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dengan analisis grafik dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Hasil Uji Normalitas Pada Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah
Gambar di atas menunjukkan bahwa distribusi residual normal karena plotnya mendekati plot distribusi normal yang membentuk garis diagonal. Dengan
demikian dikatakan bahwa model regresi yang digunakan berdistribusi normal. b.
Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan multikolinearitas antar variabel. Untuk uji multikolenearitas digunakan Collianearity Diagnostics. Nilai toleransi terhadap nilai VIF
Variance Inflation Factor 10. Dari hasil uji multikolenearitas diperoleh sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Pengaruh Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Terhadap Produksi Bawang Merah
Model Unstandardized
Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error
Tolerance VIF
Constant 1,059
0,526 Benih
0,970 0,142
0,224 4,455
Pupuk 0,139
0,065 0,392
2,549 Pestisida
-0,076 0,118
0,283 3,538
Tenaga Kerja 0,291
0,172 0,499
2,003 Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Dari output Coefficients di atas, nilai Variance Inflation Factor VIF untuk benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja tidak lebih dari 10, artinya tidak terdapat
multikolinearitas antar variabel. c.
Uji Heteroskedasitas Uji Heteroskedasitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kesamaan
varian dari residul pada model regresi. Cara yang digunakan untuk uji heteroskedasitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat scatter plot nilai
prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID. Hasil uji heteroskedasitas yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini .
Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedasitas Pada Model Regresi Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah.
Universitas Sumatera Utara
Gambar di atas menunjukkan bahwa data tidak membentuk model tertentu yang sistematis. Berdasarkan plot data di atas, dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
persoalan heteroskedasitas. Setelah dilakukan pengujian asumsi terhadap model yang digunakan dan hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai residual yang digunakan berdistribusi normal, tidak ditemukan masalah multikolenearitas serta tidak ada persoalan
heteroskedasitas maka analisis regresi linear berganda dapat dilanjutkan. Berdasarkan analisis yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Untuk Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah
Model B
T hitung Signifikansi
Keterangan Constant
1,059 2,013
,055 Tidak Nyata
Benih 0,970
6,832 ,000
Nyata Pupuk
0,139 2,138
,042 Nyata
Pestisida -0,076
-0,639 ,528
Tidak Nyata Tenaga Kerja
0,291 1,692
,103 Tidak Nyata
R² 0,927
F hitung 79,614
F table 2,620
T table 2,042
Sumber . Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh R square sebesar 0,927. Hal ini
menunjukkan bahwa produksi bawang merah 92,7 dipengaruhi oleh variabel benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan 7,3 lainnya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Selanjutnya hasil analisis faktor yang mempengaruhi produksi dimasukkan
kedalam fungsi persamaan Cobb - Douglas sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut.
Y = 1,059 X
1 0,970
X
2 0,139
X
3 -0,076
X
4 0,291
Universitas Sumatera Utara
ln Y = ln 1,059 + 0,970 ln X
1
+ 0,139 ln X
2
– 0,076 ln X
3
+ 0,291 ln X
4
Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut . -
Koefisien benih X
1
sebesar 0,970 artinya jika jumlah benih bertambah 1 satuan, maka produksi akan mengalami peningkatan sebesar 0,970 dengan
asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel 6,832 2,042
dan nilai signifikansi 0,000 α = 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu faktor benih berpengaruh nyata terhadap
produksi bawang merah. -
Koefisien pupuk X
2
sebesar 0,139 artinya jika jumlah pupuk bertambah 1 satuan, maka produksi akan mengalami peningkatan sebesar 0,139 asumsi
variabel independen lain nilainya tetap. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel 2,138 2,042
dan nilai signifikansi 0,042 α = 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu faktor pupuk berpengaruh nyata terhadap
produksi bawang merah. Secara umum dikatakan, semakin banyak benih dan pupuk yang diberikan, akan
meningkatkan produksi bawang merah Rahim, 2007. Hal ini juga sesuai dengan kondisi yang terjadi didaerah penelitian bahwa dengan penambahan benih dan
penambahan pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi bawang merah. Berdasarkan hasil analisa F hitung adalah 79,614 sedangkan F tabel adalah 2,620
pada tingkat signifikansi 5, artinya F hitung lebih besar dari F tabel. Dengan demikian Ho ditolak dengan kata lain H1 diterima, yaitu faktor benih, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata secara serempak terhadap produksi bawang merah.
Universitas Sumatera Utara
Dari estimasi model di atas diketahui bahwa secara serempak variabel bebas benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi
bawang merah di daerah penelitian, sementara secara parsial variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah adalah benih dan pupuk.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hipotesis 2 yang menyatakan faktor- faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani bawang merah adalah
pestisida dan tenaga kerja ditolak.
5.4 Komponen Biaya Produksi Usahatani Bawang Merah di Daerah Penelitian