Teori Konflik Batin Landasan Teori

9 Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi- segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia Endraswara, 2008:6. Hubungan psikologi dan sastra terletak pada objeknya yang berjiwa.Sebagaimana halnya manusia di alam nyata, maka tokoh di dalam karya sastra adalah manusia yang hidup dan berjiwa di dalam dunianya sendiri.

2.2.1 Teori Konflik Batin

Konflik batin dapat dianalisis melalui Teori Sosial Psikoanalitik yang dipelopori oleh Karen Horney. Dia adalah pemimpin dalam aliran psikoanalisis neo- Freudian karena terkesan pada peranan konflik-konflik kebudayaan dalam pembentukan neorosis, maka dia menolak penekanan ekstrim dari Freud pada seksualitas dan menekankan perasaan ketidakamanan anak dan perjuangannya terhadap keamanan melalui pola-pola tingkah laku yang menyebabkan konflik- konflik batin dan gaya hidup neurotik Semium, 2013:422. Baginya tidak ada tahapan universal dalam perkembangan maupun konflik masa kecil yang tidak terelakkan.Namun, yang menentukan adalah hubungan sosial antara anak dan orang tua.Horney percaya bahwa masa kecil ditandai oleh dua kebutuhan yaitu, Safety rasa aman dan Satisfaction kepuasan. Universitas Sumatera Utara 10 Horney sependapat dengan Freud dalam pandangan tentang pentingnya masa- masa awal kehidupan dalam membentuk kepribadian di masa dewasa.Namun, dia berbeda dalam hal bagaimana kepribadian terbentuk secara spesifik.Horney merasa bahwa pada masa kanak-kanak, bukan faktor biologis, melainkan faktor sosiallah yang mempengaruhi perkembangan kepribadian Semium, 2013: 16. Rasa aman dan bebas dari rasa takut adalah faktor utama dalam penentu kepribadian. Adanya rasa aman dan ketakutan akan menentukan tingkat normal tidaknya perkembangan kepribadian selanjutnya. Namun, dalam teorinya Horney beranggapan bahwa rasa aman jauh lebih penting daripada kepuasan Rasa aman seorang anak sepenuhnya tergantung pada perlakuan yang diterimanya dari orang tua. Secara umum, Horney merasa bahwa cara orang tua yang memperlemah atau mencegah rasa aman adalah untuk menunjukkan tidak adanya kehangatan dan kasih sayang terhadap anak, dan keadaan inilah yang dialami Horney sewaktu kecil. Dia percaya bahwa anak-anak bisa bertahan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan trauma tanpa berakibat menyakitkan seperti dipukul, pengalaman seksual sebelum waktunya, atau menghentikan menyusui secara tiba-tiba, selama mereka merasa diinginkan dan dicintai sehingga merasa aman.Namun, orang tua bisa saja melakukan berbagai perlakuan yang bisa mengurangi rasa aman dan dengan demikian menimbulkan rasa permusuhan pada diri anak. Perlakuan tersebut seperti: pilih kasih terhadap saudara kandung secara terang-terangan, hukuman yang tidak adil, perilaku yang tidak menentu, janji yang tidak ditepati, ejekan, hinaan, dan pengasingan anak dari orang lain. Universitas Sumatera Utara 11 Horney juga percaya bahwa seorang anak mengetahui jika cinta orang tua bersifat apa adanya dan tidak mudah dikelabui dengan ungkapan dan ekspresi cinta secara palsu. Karena beberapa alasan, rasa permusuhan yang timbul pada anak mungkin akan di represi. Alasan-alasan ini meliputi: rasa tidak berdaya, takut pada orang tua, kebutuhan terhadap ekspresi cinta, dan rasa bersalah Semium, 2013: 145. Penelitian ini menyangkut konflik batin yang dialami tokoh utama Aisya.Konflikyang ada di dalamnya berupa kecemasan. Horney berpendapat bahwa permusuhan dasar dan kecemasan dasar “jalin-menjalin”.Dorongan-dorongan bermusuhan merupakan sumber utama kecemasan dasar, tetapi kecemasan dasar dapat juga menyebabkan perasaan-perasaan bermusuhan Semium, 2013: 149.Konflik tersebut merupakan tekanan batin yang dialami Aisya dalam novel ATDHA karena terjadi beberapa masalah. Ketika sebuah konflik terjadi, pasti ada faktor penyebab terjadinya konflik dan penyelesaian konflik tersebut. Seseorang dapat memilihcara untuk mengatasi konflik yang ada pada dirinya, Kartini Kartono dan Jenny Andari 2004: 27, memberikan beberapa petunjuk untukmenanggapi kesulitan tersebut. 1 Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan. 2 Menghindari kesulitan untuk sementara waktu. 3 Menyalurkan kemarahan dengan positif. 4 Bersedia menjadi pengalah yang baik. 5 Berbuat kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas. Universitas Sumatera Utara 12 6 Jangan menganggap diri terlampau super. 7 Menerima segala kritik dengan dada lapang. 8 Memberikan kemenangan pada orang lain. 9 Mengatur saat-saat rekreasi. 10 Keyakinan. Banyak sekali cara penyelesaian suatu masalah. Namun, dalam penelitian ini hanya akan menggunakan beberapa saja, diantaranya: berbagi rasa, menyalurkan kemarahan dengan positif, mengalah, membantu orang lain, rekreasi, dan keyakinan.

2.3 Tinjauan Pustaka