Identifikasi Variabel Penelitian Defenisi Operasional

Gambar 21. A Sampel direndam dalam air es bersuhu 5 o C, B Waktu transfer selama 10 detik, dan C Sampel direndam dalam waterbath bersuhu 55 o C dan proses diulang sebanyak 200x. 5. Perendaman dalam larutan Methylene Blue 2 Bagian apeks seluruh sampel ditutupi dengan sticky wax sekitar 2 mm dari bagian servikal dan seluruh permukaan gigi dilapisi dengan 2 lapis cat kuku kecuali 1mm di sekitar tepi restorasi. Kemudian dibiarkan mengering di udara terbuka hingga tidak terasa lengket lagi. Setelah itu, lakukan perendaman Methylene Blue 2 selama 24 jam pada suhu kamar. Selanjutnya, seluruh gigi dibersihkan dari zat warna pada air mengalir dan dikeringkan. Gambar 22. Perendaman 27 sampel dalam larutan Methylene Blue 2 6. Pengukuran celah mikro Sampel ditempatkan pada bais sebagai penahan, kemudian sampel dibelah dari arah bukolingual dengan menggunakan disc bur. Pengamatan celah mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna mesial dan distal pada sisi Methylene Blue 2 pada tepi restorasi melalui stereomikroskop dengan pembesaran 20x. Pengamatan dan penilaian skor dilakukan oleh 2 orang untuk menghindari terjadinya subjektivitas. Gambar 23. A Pengamatan dilakukan dengan menggunakan stereomikroskop, dan B pembesaran stereomikroskop 20x Derajat celah mikro ditentukan dengan mengamati perluasan Methylene Blue 2 dari sisi gigi yang perluasannya paling panjang dan dinilai dengan sistem penilaian standar dengan skor 0-3 seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Arslan S dkk 2013. 10 Tabel 2. Skor Penetrasi Zat Warna. SKOR DEFINISI Tidak ada penetrasi 1 Penetrasi melibatkan 12 dinding kavitas 2 Penetrasi melibatkan lebih dari 12 dinding kavitas 3 Penetrasi melibatkan dinding aksial Gambar 24. Skema penentuan skor celah mikro berdasarkan penetrasi zat pewarna. 4.6 Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis Test untuk melihat perbedaan di antara seluruh kelompok perlakuan terhadap celah mikro dan uji Mann-Whitney Test untuk mengetahui perbedaan celah mikro pada masing-masing kelompok perlakuan dengan derajat kemaknaan α = 0,05 pada setiap analisis data.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap 40 gigi premolar rahang atas yang dibagi dalam empat kelompok perlakuan, dan setiap kelompok di preparasi dengan kavitas klas V. Kelompok I menggunakan sistem adhesif self-etching primer dan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer. Kelompok II menggunakan sistem adhesif total-etch dan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer. Kelompok III menggunakan sistem adhesif self-etching primerdanresin komposit flowable sebagai intermediate layer. Kelompok IV menggunakan sistem adhesif total-etchdan resin komposit flowable sebagai intermediate layer. Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan proses thermocycling dengan menggunakan waterbath. Thermocycling adalah sebuah proses untuk mensimulasikan perubahan suhu pada rongga mulut. Pada proses thermocycling ini, dipakai suhu 5°C dan 55°C. Kemudian uji celah mikro dilakukan terhadap sampel dengan melihat penetrasi zat warna menggunakan streomikroskop dengan pembesaran 20 x. Hasil yang diperoleh adalah berupa panjang penetrasi zat warna methylene blue 2 melalui tepi restorasi yang dikategorikan dalam skor kebocoran 0-3, dimana skor 0 menunjukkan tidak ada penetrasi zat warna, skor 1 menunjukkan penetrasi zat warna hingga ½ dinding kavitas, skor 2 menunjukkan penetrasi zat warna hingga lebih dari ½ dinding kavitas dan skor 3 menunjukkan penetrasi zat warna mencapai dinding aksial kavitas. Hasil pengamatan terhadap celah mikro pada kelompok I menggunakan sistem adhesif self-etching primer dan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer,diperoleh 2 sampel yang berskor 0; 3 sampel yang berskor 1; 2 sampel berskor 2 dan 3 sampel berskor 3. Pada kelompok II yang menggunakan sistem adhesif total-etch dan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer, diperoleh 6 sampel yang berskor 0; 2 sampel yang berskor 1 dan 2 sampel berskor 2. Pada kelompok III yang menggunakan sistem adhesif self-etching primerdan resin komposit flowable sebagai intermediate layer,diperoleh 3 sampel yang berskor 1; 4 sampel yang berskor 2 dan 3 sampel yang berskor 3. Pada kelompok IV menggunakan sistem adhesif total-etch dan resin komposit flowable sebagai intermediate layer,dipeoleh 5 sampel yang berskor 0; 4 sampel yang berskor 1; dan 1 sampel yang berskor 2 Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengamatan Celah Mikro Kelompok Sistem Adhesif + Intermediate Layer Skor Celah mikro 1 2 3 I SEP+SDR 2 3 2 3 II TE+SDR 6 2 2 III SEP+Flow 3 4 3 IV TE+Flow 5 4 1 Keterangan 1. SEP= self-ething primer 2. TE= total-etch 3. SDR= Stess Decreasing Resin 4. Flow= Resin komposit flowable Seluruh sampel diamati dan dilakukan pengambilan foto streomikroskop dari empat kelompok sebanyak. Dua sampel dari kelompok I yang menunjukkan penetrasi zat warna dengan skor 1 dan skor 2Gambar 25 A dan B, dua sampel dari kelompok II yang menunjukkan penetrasi zat warna dengan skor 0 dan skor 1Gambar 26 A dan B, dua sampel dari kelompok III yang menunjukkan penetrasi zat warna dengan skor 1 dan skor 3Gambar 27 A dan B, sertadua sampel dari kelompok IVyang menunjukkan penetrasi zat warna dengan skor 0 dan skor 1Gambar 28 A dan B.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer Restorasi Klas I dengan Sistem Adhesif Total Etch Two Step Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 60 92

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer Restorasi Klas V sengan Sistem Adhesif Self Etching Primer dan Total Etch Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

2 58 98

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 30 96

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 17

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer Restorasi Klas V sengan Sistem Adhesif Self Etching Primer dan Total Etch Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 13

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer Restorasi Klas V sengan Sistem Adhesif Self Etching Primer dan Total Etch Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 5

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer Restorasi Klas V sengan Sistem Adhesif Self Etching Primer dan Total Etch Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 15

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer Restorasi Klas V sengan Sistem Adhesif Self Etching Primer dan Total Etch Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 2 3

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer Restorasi Klas I dengan Sistem Adhesif Total Etch Two Step Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 2 17

PENGARUH STRESS DECREASING RESIN (SDR) SEBAGAI INTERMEDIATE LAYER RESTORASI KLAS I DENGAN SISTEM ADHESIF TOTAL ETCH TWO STEP TERHADAP CELAH MIKRO (IN VITRO)

0 0 14