Gambar 6. SEM Scanning Electron Micrograph smear layer pada dentin.
26
2.2 Resin Komposit
Kandugan utama resin komposit adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua komponen bahan tersebut, beberapa komponen lain
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling silane diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi
anorganik dan matriks resin, juga aktivator-aktivator diperlukan untuk polimerisasi dini bahan penghambat seperti hidroquinon. Komposit harus pula mengandung
pigmen untuk memperoleh warna yang cocok dengan struktur gigi.
27
Bahan komposit kedokteran gigi mengandung monomer yang merupakan diakrilat aromatic atau alipatik. bis-GMA, urethane dimetakrilat UEDMA dan
trietilen glikol dimetakrilat TEGDMA adalah dimetakkrilat yang umum digunakan dalam komposit gigi Gambar 7.
27
Gambar 7. Kedua resin bis-GMA dan UEDMA digunakan sebagai basis resin, sementara TEGMA digunakan sebagai pengencer
untuk mengurangi kekentalan resin basis, khususnya bis-GMA.
27
Berdasarkan cara aktivasi polimerisasi resin komposit dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Resin Komposit Self-Cured
Resin ini diaktivasi secara kimia, mengandung inisiator benzoil peroksida dan activator amin tersier N,N dimetil-p-toluidin. Apabila kedua bahan ini dicampur,
amin bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi dimulai dengan working time 1-1,5 menit dan setting time 4-5 menit.
Biasanya digunakan untuk restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber sinar.
25,27
2. Resin Komposit Light Cured
Resin komposit light cured terdiri atas pasta tunggal dalam satu semprit. Waktu penyinaran tidak boleh kurang dari 20-60 detik dengan ketebalan resin kurang
dari 2 mm. Fotoinisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone yang memiliki penyerapan berkisar 400-500nm yang berada pada region biru dari
spektrum sinar tampak.
27
Sedangkan untuk viskositas dari resin komposit sendiri dapat dibedakan dengan:
1.Resin Komposit Packable Resin komposit packable adalah resin yang memiliki viskositas tinggi karena
mengandung bahan pengisi filler dengan volume yang tinggi yaitu sekitar 48-65 serta memiliki ukuran partikel antara 0,7-20 µm, sehingga packable dapat digunakan
untuk restorasi posterior.Komposit packable memiliki keuntungaan dalam membuat area kontak yang baik dan kemudahan dalam membentuk anatomi oklusal gigi.
Sedangkan untuk kerugiaannya sendiri resin komposit packablesulit dalam adaptasi antara satu lapisan kompositdan lainnya, penanganan sulit, dan tidak estetis untuk
restorasi gigi anterior.
25
2. Resin Komposit Flowable
Resin komposit flowable mengandung resin dimethacylate dan partikel filler anorganik dengan ukuran partikel 0,04-1,0 µm dan bahan pengisi lebih rendah dari
pada komposit lainnya, yaitu 41-53 volume. Secara spesifik kandungan filler yang rendah membuat bahanflowable lebih mudah diaplikasikan pada permukaan yang
dipreparasi. Resin komposit flowable sering digunakan pada lesi Klas V, hal ini karena resin komposit flowable memilik keunggulan viskositas yang rendah dan
memiliki wettability yang tinggi.
25
2.2.1 Polimerisasi Resin Komposit
Kelemahan resin komposit salah satunya adalah terjadinya pengerutan selama polimerisasi, sehingga menimbulkan stress yang terkonsentrasi pada daerah
interfasial, stress ini disebabkan oleh kompetisi gaya yang dihasilkan antara stress pengerutan polimerisasi dari resin komposit dan gaya adhesi terhadap substrat gigi.
Polimerisasi merupakan proses reaksi kimia yang terjadi ketika monomer-monomer resin dengan berat molekul rendah bergabung untuk membentuk rantai panjang yaitu
polimer yang memiliki berat molekul tinggi. Monomer-monomer yang bergabung satu sama lain menjadi rantai menyebabkan volume resin berkurang sehingga hasil
akhir akan mengalami shrinkage.Shrinkage yang terjadi menyebabkan gangguan perlekatan antra restorasi dan dinding preparasi.
25
Stressshrinkage polimerisasi merupakan hal yang kompleks yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti viskositas resin, kandungan filler, C-faktor
dan modulus elastisitas. Oleh karena itu berbagai usaha telah dilakukan untuk mengurangi shrinkage polimerisasi seperti halnya dengan menggunakan teknik
layering dan penggunaan resin komposit flowable yang memiliki viskositas yang rendah dan fleksibilitas yang tinggi sehingga dapat mengurangi ketegangan yang
terjadi akibat shrinkage saat polimerisasi.
25,28
2.3 Celah Mikro pada Kavitas Klas V
Menurut G.V Black kavitas klas V merupakan kavitas yang terdapat pada permukaan labial atau bukal dan lingual dari gigi anterior maupun posterior dan
mengenai sementum. Restorasi klas V sering mengalami kegagalan karena sedikitnya kandungan enamel yang terdapat di daerah servikal gigi dan daerah ini sangat rentan
terhadap kebocoran mikro. Enamel dan dentin memiliki karakteristik yang berbeda, dentin lebih hidrofibik dari pada enamel sehingga dentin menjadi lebih lembab dari
enamel. Keadaan yang lembab pada dentin ini mengakibatkan penurunan tekanan permukaan dan mencegah bahan adhesif untuk membentuk suatu retensi mekanis
yang baik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kebocoran mikro.
4
Celah mikro didefinisikan sebagai celah mikroskofik antara dinding kavitas dan tumpatan yang dapat dilalui mikroorganisme, cairan, molekul dan ion. Terjadinya
celah mikro merupakan akibat kegagalan adaptasi terhadap dinding kavitas, umumnya disebabkan oleh perbedaan masing-masing koefisien termal ekspansi
diantara resin komposit, dentin dan enamel. Kebocoran tepi semakin membesar bila tidak adanya sisa enamel yang mendukung. Hal ini sangat erat hubungannya dengan
kavitas Klas V yang merupakan kavitas yang hanya mengandung sedikit enamel.
29
Kelemahan bahan restorasi resin komposit yaitu terjadinya pengerutan selama polimerisasi yang menyebabkan timbulnya celah gap antara dinding kavitas dan
bahan restorasi. Penyusutan yang terjadi selama polimerisasi Gambar 8 bervariasi antara 1-5 volume.Pengerutan polimerisasi berhubungan dengan faktor konfigurasi
c-factor.
Gambar 8. Hubungan c-factor dengan pengerutan polimerisasi pada berbagai kelas restorasi.
30
C-factor merupakan perbandingan antara permukaan yang berikatan dengan permukaan yang bebas. Semakin tinggi c-factor maka semakin tinggi potensi
terjadinya stress pengerutan polimerisasi. Daerah yang sangat rentan terhadap celah mikro adalah dinding gingiva pada
restorasi Klas II dan Klas V. Restorasi Klas V sering mengalami kegagalan karena sedikitnya enamel yang terdapat pada servikal gigi. Pada kavitas Klas V, sebagian
dari restorasi menutupi email dan sebagian lagi menutupi dentin. Email dan dentin memiliki karakteristik komposisi yang berbeda, yaitu dentin mengandung air yang
lebih banyak sehingga dentin menjadi lembab. Adanya air di dalam dentin akan menurunkan tenaga permukaan dan mencegah bahan adhesif untuk membentuk suatu
retensi mekanis yang baik. Oleh karena itu, celah mikro dapat terjadi pada restorasi Klas V
Celah mikro dapat dideteksi dengan menggunakan penetrasi pewarna, penetrasi dari zat warna dapat masuk melalui daerah lain pada gigi yang memiliki
celah, terutama antara dinding kavitas dan bahan restorasi. Dalam pengamatan penetrasi, larutan pewarna yang digunakan adalah metilen biru, yang diamati dengan
menggunakan stereomikroskop dan kemudian tingkat celah mikronya diukur melalui skor.
3,8
2.4Stress Decreasing Resin SDR
Belakangan ini telah diperkenalkaanStress Decreasing Resin SDR yang merupakan jenis resin flowable yang terbaru.SDR tersedia dalam bentuk kompul dan
diaplikasikan kedalam kavitas dengan menggunakan gun Gambar 9. SDR mempunyai perlakuan sama halnya seperti resin komposit diletakkan dengan
ketebalan 4 mm dan menyisahkan 2 mm pada permukaan oklusal sebagai aplikasi resin komposit konvensional.
12
Bahan ini dikembangkan untuk dentin replacement yang merupakan kombinasi dari komposit flowable yang memiliki shrinkage stress yang minimal.
Secara kimia SDR sangat kompatibel pada semua methacrylate-based universal posteriorcomposite.
15,21
SDR mempunyai keunggulan tersendiri yaitu menyediakan
adaptasi yang sangat baik terhadap dinding kavitas yang telah dipreparasi, namun SDR kontraindikasi pada pasien yang memiliki riwayat alergi resin berbasis
methacylate.
12
Gambar 9: Gun dan kompul untuk aplikasi Stress Decreasing Resin SDR
2.4.1 Komposisi Stress Decreasing Resin SDR
Stress Decreasing Resin SDR memiliki kandungan struktur urethane di- methacrylate yang dapat mengurangi shrinkage dan stress polimerisasi. Tingkat
shrinkagenyarendah yakni 3,5 jika dibandingkan dengan resin komposit flowable konvensional tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Stress Decreasing Resin SDR dan Fungsinya.
12
Kandungan Fungsi
SDR urethane di-methacrylate Mengurangi shrinkage dan mengurangi
stress pada struktur resin Resin di-methacrylate
Struktur resin Di-fungsional diluents
Membentuk ikatan silang pada resin komposit dan meningkatkan kekuatan
mekanik untuk bahan adhesif
Barium dan Strontium alumino-fluoro- silicate glases 68 berat dan 45
volum Struktur partikel kaca dan fluoride
Sistem fotoinisiator Visible light curing
Colorants Universal shade
SDR terdiri dari kombinasi unik dengan struktur molekul besar dengan bagian kimia yang disebut modulator polimerisasi dan secara kimia tertanam di tengah pusat
monomer resin SDR yang berpolimerisasi. Polimerisasi modulator berinteraksi sinergis dengan foto-inisiator camphorquinone yang menghasilkan perkembangan
modulus yang lebih lambat, sehingga memungkinkan mengurangi stress polimerisasi tanpa mengurangi tingkat polimerisasi tanpa konvensi. pada dasarnya seluruh proses
foto-polimerisasi dimediasi oleh polimerisasi modulator terutama dibangun pada SDR yang memungkinkan lebih banyak rantai cabang propagasi, sehingga tidak
hanya memaksimalkan derajat konvensi tapi juga meminimalkan stress polimerisasi saat penyinaran dan berat molekul yang tinggi disekitar pusat modulator memberikan
fleksibilitas dan struktur jaringan resin SDR yang baik Gambar 10.
12
Gambar 10. Struktur kimia resin komposit flowable SDR
12
2.4.2 Kelebihan Stress Decreasing Resin SDR
Salah satu yang menjadi kelebihan dari SDR adalah dapat diaplikasikan dengan sistem bulk dengan ketebalan 4 mm, hal ini disebabkan pada SDR terdapat
polimerisasi modulator yang merupakan struktur kimia yang memediasi foto polimerisasi saat penyinaran dengan meningkatkan rantai cabang sehingga dapat
menambah atau menyambungkan jalan sinar pada saat curing phase.SDR menunjukkan perbedaan yang sangat singnifikan meskipun berada di posisi yang
sama dengan resin komposit konvensional, yaitu stress polimerisasi yang sangat berkurang hampir 80 dan pengurangan volumetric shrinkage sekitar 20. Stress
yang dihasilkan oleh SDR selama polimerisasi adalah 1,4 Mpa, sedangkan resin komposit flowable konvensional lainnya melebihi 4 Mpa.
12