2 Membantu usaha nasabah
Tujuan kredit berikutnya adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana tersebut digunakan untuk investasi ataupun modal kerja.
Dengan dana tersebut, nasabah debitor dapat mengembangkan usahanya. 3
Membantu Pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak bank,
maka akan semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor.
Keuntungan pemerintah dengan penyebaran pemberian kredit adalah : a
Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank; b
Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga
dapat menarik tenaga kerja yang masih menganggur. c
Meningkatkan jumlah barang dan jasa. Jelas bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di
masyarakat. d
Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas
kredit yang ada, hal ini jelas akan menghemat devisa negara. e
Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit dibiayai digunakan untuk keprluan ekspor.
C. Subjek dan Objek Perjanjian Kredit
Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, subjek hukum dalam perjanjian kredit bank yaitu :
a. Bank, yang umumnya disebut bsebagai kreditorpemberi pinjaman.
b. Pihak peminjam, yang umumnya disebut sebagai debitorpenerima pinajaman.
Terdapat juga kadang kala dimana kreditor kurang yakin dengan kemampuan si debitor dalam melunasi utangnya maka pihak kreditor meminta pihak ketiga untuk
dijadikan pihak penjamin utang debitor, oleh karena itu subjek hukum dalam perjanjian kredit adapula pihak ketiga yang berfungsi sebagai penjaminm borgtocht.
Objek dalam perjanjian kredit adalah prestasi. Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, maka objek hukum dalam
perjanjian kredit dapat berupa : a.
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. b.
Pelunasan utang atau pinjaman. c.
Pemberian sejumlah bunga. Menurut R Subekti, mendefinisikan bahwa subjek hukum itu adalah pembawa hak
atau kewajiban. Begitu juga menurut Sudikno Mertokusumo menjelaskan bahwa subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum.
Subjek dalam perjanjian kredit bank adalah pihak-pihak yang terkaitikut dalam perjanjian kredit tersebut sehingga dapat dikatakan pihak bank sebagai kreditor
pemberi kredit dan pihak peminjamnasabah sebagai debitor penerima kredit. Objek dari perjanjian kredit adalah prestasi. Prestasi tersebut berdasarkan apa yang
diperjanjikan kedua belah pihak yang melakukan perjanjian kredit. Jadi objek dari perjanjian kredit adalah kredit itu sendiri.
D. Kajian Tentang Kredit Macet
Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih merupakan kontribusi terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-
bank di Indonesia maupun kebanyakan bank-bank di dunia. Berdasarkan statistik Bank Indonesia bulan Juni 1992, 80 dari total aset perbankan Indonesia adalah berupa
kredit yang disalurkan baik kepada sektor perdagangan maupun industri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu
bank. Di lain pihak, penyaluran kredit mengandung risiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan. Oleh karena itu, pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting
untuk diperhatikan oleh setiap bank. Dalam paket kebijakan deregulasi bulan Mei tahun 1993 PAKMEI 1993, di
Indonesia dikenal dua golongan kredit bank, yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah. Di mana kredit bermasalah digolongkan menjadi tiga, yaitu kredit kurang lancar, kredit
diragukan, dan kredit macet. Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap bank, karena akan mengganggu kondisi keuangan bank, bahkan dapat mengakibatkan
berhentinya kegiatan usaha bank. Kredit macet atau problem loan Non-Performing Loan NPL adalah kredit yang
mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan debitor.
Seperti yang telah dipaparkan di atas pemberian kredit oleh bank merupakan unsur yang terbesar dari aktiva bank, yang juga sebagai aset utama serta sekaligus
menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan dalam menjalankan fungsi dan usahanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Disamping menjalankan
fungsi pengerahan dana masyarakat, bank juga menjalankan fungsi sebagai lembaga
kredit sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 6 huruf B dan Pasal 13 huruf b Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998. Dalam kenyataannya, kredit yang diberikan oleh bank sebagaian besar tidak dapat dikembalikan secara utuh oleh nasabah debitor. Hal ini
membawa risiko usaha bagi bank yang bersangkutan, akhirnya menimbulkan kredit- kredit macet dubieus. Kredit-kredit macet ini merupakan suatu fenomena sosial bagi
dunia perbankan. Karena bankir menghadapi “monster” kredit macet, maka perhatian dan tenaga para bankir lebih banyak dicurahkan terhadap ketidakterlaksanaan suatu
perjanjian kredit daripada keterlaksanaannya.
96
NPL menjadi indikator dalam menilai kinerja suatu bank. Jika NPL rendah, maka bank tersebut terbilang sehat. Jika NPL
tinggi maka risiko yang dipikul oleh bank tersebut tinggi. Jika NPL mereka di atas batas yang sudah diforecast sebelumnya maka bank tersebut bisa dibilang bermasalah. Jika
NPL terlalu tinggi di atas batas yang diforecast, keberlangsungan bank tersebut bisa terancam. Itu sebabnya bank senantiasa menjaga agar nilai NPL-nya selalu berada pada
angka yang rendah jika ingin terus beroperasi. NPL ini bukan dinilai dari kinerja bank saja, namun terutama dari para debitornya. Hal yang menjadi fokus utama kredit macet
seringkali terjadi di kalangan para debitor. Hal ini dapat dihindari apabila debitor memiliki inisiatif untuk mengembalikan dana yang ada sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan. Kredit macet tidak menjadi masalah jika satu atau dua debitor saja yang tidak disiplin dalam membayar cicilan pinjaman kredit mereka, tapi kalau jumlah
pengguna kredit yang banyak dalam waktu yang hampir bersamaan tidak membayar cicilan mereka, maka NPL dari bank tersebut akan naik.
97
96
Djoni S. Ghazali, Rachamdi Usaman, Op. Cit., hal. 267
97
Rizki Abadi, Kredit Macet: Pengertian Ilustrasi dan Efek Negatifnya, https:www.cermati.comartikelkredit-macet-pengertian-ilustrasi-dan-efek-negatifnya, diakses pada
17.31 WIB tanggal 31 Oktober 2015
BAB IV KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN LELANG TERHADAP HAK
TANGGUNGAN DALAM KREDIT MACET : STUDI PADA PT. BANK SUMUT MEDAN
D. Kriteria Kredit Macet Penyebab Terjadinya Lelang Hak Tanggungan pada
PT. Bank Sumut Medan Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih merupakan kontribusi terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-
bank di Indonesia maupun kebanyakan bank-bank di dunia. Berdasarkan statistik Bank Indonesia bulan Juni 1992, 80 dari total aset perbankan Indonesia adalah berupa
kredit yang disalurkan baik kepada sektor perdagangan maupun industri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu
bank. Di lain pihak, penyaluran kredit mengandung risiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan. Oleh karena itu, pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting
untuk diperhatikan oleh setiap bank. Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila:
1. Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit
diragukan; 2.
Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan
pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit;
3. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah diserahkan
kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara BUPN, atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.
Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Terjadinya kredit macet
dapat disebabkan baik oleh pihak kreditor bank maupun debitor. Faktor-faktor penyebab yang merupakan kesalahan pihak kreditor adalah:
98
a.
Keteledoran bank mencermati peraturan pemberian kredit yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti dalam beberapa hal
seperti memperhatikan keaslian dokumen-dokumen tertentu maupun perhitungan- perhitungan tertentu.
b.
Adanya penilaian yang lemah terhadap obyek hak tanggungan yang dijaminkan oleh debitor kepada pihak bank ini dapat diartikan terlalu mudah memberikan kredit,
yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan;
c.
Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitor atau sektor usaha yang berisiko tinggi;
d.
Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang berpengalaman;
e.
Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staf khususnya pada bagian kredit;
f.
Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank, disini maksudnya adalah, pemberian kredit kepada debitor sudah melebihi dari
kemampuan bank tersebut seharusnya memberikan kepada si debitor. Misalnya
98
Hasil wawancara dengan Pegawai Divisi Kredit PT. Bank Sumut Medan Bapak Aria Putra, Tanggal 11 September 2015
debitor dalam hal ini hanya memiliki tiga aset dengan harga 200 namun bank memberikan pinjaman dengan harga yang sama dengan aset yang dijaminkan.
g.
Lemahnya kemampuan bank mendeteksi kemungkinan timbulnya kredit bermasalah, termasuk mendeteksi arah perkembangan arus kas cash flow debitor
lama;
h.
Tidak mampu bersaing, sehingga terpaksa menerima debitor yang kurang bermutu; Sedang faktor-faktor penyebab kredit macet yang disebabkan oleh kesalahan pihak
debitor antara lain:
99
1 Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan, yang disebabkan merosotnya kondisi
ekonomi umum danatau bidang usaha dimana mereka beroperasi. Hal ini jelas akan mempengaruhi keterlambatan pembayaran kredit debitor kepada pihak bank.
2 Adanya kesalahan dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang
berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani. Pengelolaan suatu usaha haruslah melalui managemen usaha yang baik, sehingga apabila terjadi kesalahan
sediki dalam suatu usaha yang tidak segera ditangani dengan baik, akan dapat berdampak pada kondisi keuangan dari perusahaan. Sama halnya dengan
pengalaman dalam menjalankan usaha dan mengatasi permasalahan usaha yang timbu, apabila tidak ditangani dengan managemen usaha yang baik dan pengalaman
atau pengalaman yang mumpuni dibidangnya,tentu saja akibat buruknya adalah pada kondisi keuangan debitor, sehingga kredit debitor kepada kreditor juga akan
terkena dampak negatifnya. 3
Masalah keluarga seperti perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga debitor.
99
Ibid.,
4 Kegagalan debitor pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain debitor
bangkrut. Setiap debitor yang menjalankan bisnis tentu saja memiliki risiko mulai dari risiko kerugian sampai risiko gulung tikar atau bangkrut. Kebangkrutan debitor
jelas akan sangat berdampak pada kredit debitor kepada pihak bank. 5
Kesulitan penjualan barang dagangbisnis debitor atau penjualannya membutuhkan waktu yang lama, misalnya debitor adalah seorang pengusaha property di daerah
pedalaman, penjualan property milik debitor tersebut tentu akan menemui kesulitan penjualan yang dapat mempengaruhi macet atau tidaknya kredit debitor kepada
pihak bank. 6
Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitor yakni berupa musibah, misalnya perang, kecelakaan dan bencana alam
7 Keburukan sifat debitor atau perubahan prilaku debitor. Dalam hal ini adanya
penyalahgunaan pemberian kredit yang diberikan oleh pihak bank pada debitor. Misalnya dalam perjanjian, debitor telah mencantumkan bahwa kredit yang debitor
dapatkan adalah untuk usaha property, tapi kenyataannya adalah untuk dipakai secara pribadi konsumsi pribadi.
Bank Indonesia BI sendiri dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia 72PBI2005 masing-masing pasal 12 ayat 3 tentang penilaian kualitas aktiva
produktif, sudah membagi peringkat kredit, yakni : a
Lancar, yaitu kredit yang pembayarannya lancartepat waktu, artinya segala kewajiban bunga dan angsuran utang pokok diselesaikan oleh nasabah secara baik.
b Dalam perhatian khusus, yaitu terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga
kurang dari 90 hari. c
Kurang lancar, yaitu terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah 90 hari sampai 180 hari.
d Diragukan, yaitu terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah
kurang 180 hari sampai dengan 270 hari. e
Macet, yaitu terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 sampai 270 hari.
Sehingga, kritera ideal untuk menentukan apakah suatu kredit sudah dalam keadaan macet adalah kredit yang tunggakan pembayarannya sudah melampaui 180 hari hingga
menuju 270 hari tunggakan PT. Bank Sumut Medan sebelum memberikan kredit kepada debitor tentu akan
menyiapkan berbagai dokumen yang diperlukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya kredit macet dan akibat hukum lainnya yang timbul akibat adanya
kredit macet tersebut. Dokumen-dokumen tersebut adalah :
100
1.1 Perjanjian kredit;
1.2 Dokumen bukti kepemilikan agunan;
1.3 Buku rekening Bank Sumut;
1.4 Dokumen legalitas usaha dan perizinan sesuai dengan usaha yang dijalankan
jika pinjaman untuk menjalankan usaha; 1.5
Study kelayakan proyek untuk kredit di atas 5 milyar laporan keuangan audit dari konsultan indipenden;
1.6 Dokumen pendukung untuk pembuatan kredit debitor, seperti Kartu Tanda
Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK, Akta Kawin jika ada, Akta Cerai jika ada, Perjanjian kawin pisah harta jika ada, Penetapan pengadilan bagi yang
masih dibawah umur jika ada.
100
Ibid.,
E. Prosedur Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan oleh PT. Bank Sumut Medan