Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum sebagai Salah Satu Langkah Penyehatan Perbankan

81

B. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum sebagai Salah Satu Langkah Penyehatan Perbankan

Sektor Perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem pembayaran merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penyesuaian dimaksud. Sehubungan dengan itu, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem Perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individual melainkan juga penyehatan sistem Perbankan secara menyeluruh. Upaya penyehatan Perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, bank-bank itu sendiri dan masyarakat pengguna jasa bank. Adanya tanggung jawab bersama tersebut dapat membantu memelihara tingkat kesehatan Perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam perekonomian nasional. 170 Upaya bank umum untuk menyehatkat perbankan adalah dengan cara memelihara tingkat kesehatan bank. Sebagaimana dikatakan dalam Pasal 29 ayat 2 UU Perbankan Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. 171 Seperti yang dikatakan dalam Pasal 29 Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal. Permodalan bank yang sehat merupakan salah satu syarat bank tersebut dikatakan sehat. Permodalan yang sehat memiliki artian bahwa modal bank tersebut memenuhi standar yang 170 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Penjelasan. 171 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bab V, Pasal 29 ayat 2. Universitas Sumatera Utara 82 telah ditetapkan oleh otoritas moneter. Modal merupakan faktor utama bagi suatu bank untuk dapat mengembangkan pertumbuhan usahanya. Aspek permodalan merupakan kemampuan pendanaan dari perbankan dalam usaha memenuhi kebutuhan operasionalnya. Pemerintah selalu menganjurkan kepada kalangan perbankan agar memperhatikan ketentuan pemerintah dalam hal permodalan terutama menyangkut capital adequacy ratio CAR yang mengindikasikan kekuatan permodalan perbankan Indonesia. 172 Awal ketentuan yang dibuat oleh BIS ini tidak mengikat, tetapi akhirnya hampir seluruh Bank Sentral di dunia mengadopsi ketentuan BIS, di Indonesia Bank Indonesia menerapkan ketentuan ini melalui PBI menjadi KPMM Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum sebesar 8, yang secara bertahap akan disesuaikan dengan kondisi perbankan di Indonesia dan perbankan Interasional. 173 Rasio permodalan yang lazim digunakan untuk mengukur kesehatan bank adalah rasio kebutuhan modal minimum bank atau Capital Adequacy Ratio CAR. Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal sendiri terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Pemenuhan kebutuhan Rasio Modal Minimal Bank atau dikenal CAR ditentukan oleh BIS Bank for International Setlement sebesar 8. Pada penjelasan Pasal 2 ayat 2 yang dimaksud dengan rasio KPMM CAR adalah perbandingan antara modal bank dengan Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Rasio CAR diperoleh dengan menggunakan rumus : Modal : ATMR x 100. 174 172 Supaino, “Analisis Kesehatan Bank Berdasarkan Camel di Indonesia,” Tesis, Ekonomi Pembangunan, Pascasarjana, USU, 2010, hlm. 70. 173 https:dosen.perbanas.idcar-capital-adequacy-ratio diakses tanggal 25 November 2015 174 https:dosen.perbanas.idcar-capital-adequacy-ratio diakses tanggal 25 November 2015 Universitas Sumatera Utara 83 Modal yang digunakan untuk menghitung CAR terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yang termasuk dalam perhitungan CAR terdiri dari modal inti utama dan terbagi menjadi modal disetor dan cadangan tambahan modal. Dikatakan dalam Pasal 2 ayat 1 PBI No. 1512PBI2013 bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil risiko. 175 Pada penjelasan Pasal 2 ayat 1 yang dimaksud dengan “profil risiko” adalah profil risiko bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum. 176 Profil risiko terdiri dari risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi yang diutarakan dalam Pasal 7 ayat 1 PBI No. 131PBI2011. Selanjutnya juga dinyatakan dalam Pasal 2 ayat 3 PBI No. 1513PBI2013 penyediaan modal minimum sesuai profil risiko ditetapkan paling rendah sebagai berikut: 177 1. 8 delapan persen dari aset tertimbang menurut risiko ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 1 satu; 2. 9 sembilan persen sampai dengan kurang dari 10 sepuluh persen dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 2 dua; 3. 10 sepuluh persen sampai dengan kurang dari 11 sebelas persen dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 3 tiga; atau 4. 11 sebelas persen sampai dengan 14 empat belas persen dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 4 empat atau peringkat 5 lima. 175 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bab I, Pasal 2 ayat 1. 176 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Penjelasan Pasal 2 ayat 1. 177 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bab I, Pasal 2 ayat 3. Universitas Sumatera Utara 84 Terlepas dari itu, disebutkan dalam Pasal 2 ayat 4 Bank Indonesia berwenang menetapkan modal minimum lebih besar dari modal minimum sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3, dalam hal Bank Indonesia menilai bank menghadapi potensi kerugian yang membutuhkan modal lebih besar. ATMR adalah singkatan dari aset tertimbang menurut risiko. Pasal 27 PBI No. 1513PBI2013 mengutarakan ATMR yang digunakan dalam perhitungan modal minimum terdiri atas: 1. ATMR untuk Risiko Kredit. 178 2. ATMR untuk Risiko Operasional. 3. ATMR untuk Risiko Pasar. Total ATMR merupakan penjumlahan dari ATMR untuk risiko kredit, ATMR untuk risiko pasar, dan ATMR untuk risiko operasional. Setiap bank wajib memperhitungkan ATMR untuk risiko kredit dan ATMR untuk risiko operasional sebagaimana dikatakan dalam Pasal 28 ayat 1. Selain memenuhi kewajiban memperhitungkan ATMR untuk risiko kredit dan ATMR risiko pasar Pasal 28 ayat 2 mewajibkan bagi bank yang memenuhi kriteria tertentu untuk memperhitungkan risiko pasar. Bank dengan kriteria tertentu yang dikatakan dalam Pasal 28 ayat 2 dijelaskan dalam Pasal 29. Bank yang memenuhi kriteria tertentu menurut Pasal 29 adalah: 179 1. bank yang secara individual memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: a. bank dengan total aset sebesar Rp10.000.000.000.000,00 sepuluh triliun rupiah atau lebih; 178 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bab III, Pasal 27. 179 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bab III, Pasal 29. Universitas Sumatera Utara 85 b. bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dengan posisi instrumen keuangan berupa surat berharga danatau transaksi derivatif dalam Trading Book sebesar Rp20.000.000.000,00 dua puluh miliar rupiah atau lebih; c. bank yang tidak melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dengan posisi instrumen keuangan berupa surat berharga danatau transaksi derivatif suku bunga dalam Trading Book sebesar Rp25.000.000.000,00 dua puluh lima miliar rupiah atau lebih; danatau; 2. bank yang secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: a. bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing yang secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak memiliki posisi instrumen keuangan berupa surat berharga termasuk instrumen keuangan yang terekspos risiko ekuitas danatau transaksi derivatif dalam Trading Book danatau instrumen keuangan yang terekspos risiko komoditas dalam Trading Book dan Banking Book sebesar Rp20.000.000.000,00 dua puluh miliar rupiah atau lebih; b. bank yang tidak melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing namun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak memiliki posisi instrumen keuangan berupa surat berharga termasuk instrumen keuangan yang terekspos risiko ekuitas danatau transaksi derivatif dalam Trading Book danatau instrumen keuangan yang terekspos risiko komoditas dalam Trading Book dan Banking Book sebesar Rp25.000.000.000,00 dua puluh lima miliar rupiah Universitas Sumatera Utara 86 atau lebih. 3. bank yang memiliki jaringan kantor danatau Perusahaan Anak di negara lain maupun kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri. Terdapat aturan tambahan bagi bank yang pernah memenuhi kriteria dan beberapa waktu kemudian tidak lagi memenuhi kriteria. Pasal 33 mengatakan bank yang telah memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 wajib tetap memperhitungkan risiko pasar dalam kewajiban penyediaan modal minimum walaupun selanjutnya bank tidak lagi memenuhi kriteria tertentu dimaksud. Kecukupan modal minimum sesuai profil risiko selain bertujuan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang antara lain timbul dari Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR yang telah memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional, juga untuk mengantisipasi potensi kerugian di masa mendatang dari risiko-risiko yang belum sepenuhnya diperhitungkan dalam ATMR tersebut, antara lain risiko konsentrasi, risiko likuiditas, risiko suku bunga pada banking book interest rate risk in banking book, risiko hukum, risiko kepatuhan, risiko reputasi, dan risiko stratejik, serta untuk mengantisipasi dampak penerapan skenario stress test terhadap kecukupan modal Bank. 180 Pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko yang dimaksud, Bank wajib memiliki dan menerapkan proses perhitungan kecukupan modal secara internal atau Internal Capital Adequacy Assessment Process ICAAP. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 43 ayat 1 yang isinya adalah dalam memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko 180 Surat edaran No. 1437DPNP Universitas Sumatera Utara 87 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 baik secara invidual maupun konsolidasi dengan Perusahaan Anak, Bank wajib memiliki ICAAP yang disesuaikan dengan ukuran, karakteristik, dan kompleksitas usaha Bank. Pengertian Internal Capital Adequacy Assessment Process menurut Pasal 1 angka 7 PBI No. 1512PBI2013 adalah proses yang dilakukan bank untuk menetapkan kecukupan modal sesuai dengan profil risiko bank, dan penetapan strategi untuk memelihara tingkat permodalan. 181 Selanjutnya dalam ayat 3 dikatakan bank wajib mendokumentasikan ICAAP. Pasal 43 ayat 2 mengutarakan Komponen ICAAP paling kurang mencakup: 182 1. pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi; 2. penilaian kecukupan modal; 3. pemantauan dan Pelaporan; dan 4. pengendalian Internal. Pengendalian internal dilakukan paling kurang sebagai berikut: 1. Bank wajib memiliki sistem pengendalian intern yang memadai untuk memastikan keandalan dari ICAAP yang diimplementasikan. 2. Bank wajib melakukan kaji ulang ICAAP secara berkala paling kurang 1 sa tu tahun sekali dan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan Bank, untuk memastikan keandalan, akurasi, dan kewajaran dari proses dimaksud. Proses kaji ulang dilakukan oleh pihak internal Bank yang memiliki kompetensi yang memadai dan independen terhadap proses penetapan kecukupan modal. Cakupan kaji ulang ICAAP paling kurang meliputi: 181 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bab I, Pasal 1 angka 7. 182 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bab IV, Pasal 43 ayat 2. Universitas Sumatera Utara 88 a. kesesuaian proses penilaian kecukupan modal dengan ukuran, karakteristik, dan kompleksitas usaha Bank; b. keakuratan dan kelengkapan data yang digunakan dalam proses penilaian kecukupan modal; c. kewajaran metode dan asumsi yang digunakan dalam proses penilaian kecukupan modal; dan d. kewajaran skenario stress testing yang digunakan dalam proses penilaian kecukupan modal. Setelah proses ICAAP selesai dilakukan bank maka Bank Indonesia selaku otoritas yang berwenang berhak melakukan pengkajian ulang atas hasil ICAAP. Proses ini dinamakan supervisory review adequacy assessment process yang disingkat SREP. Pengertian SREP menurut Pasal 1 angka 8 adalah proses kaji ulang yang dilakukan oleh Bank Indonesia atas hasil ICAAP bank. 183 Dasar hukumnya adalah Pasal 44 ayat 1 PBI No. 1513PBI2013 yang isinya adalah Bank Indonesia melakukan SREP. Surat edaran Bank Indonesia No.1437DPNP mengutarakan SREP meliputi penilaian terhadap: 1. kecukupan pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; 2. kecukupan penilaian kecukupan modal; 3. kecukupan pemantauan dan pelaporan; dan 4. kecukupan pengendalian internal. Hasil SREP mempunyai kekuatan hukum yang kuat. Hasil SREP merupakan hasil akhir yang resmi atas pengkaian ulang ICAAP bank. Pasal 45 ayat 1 mengutarakan Dalam hal terdapat perbedaan hasil perhitungan modal 183 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bab I, Pasal 1 angka 8. Universitas Sumatera Utara 89 sesuai profil risiko antara hasil self assessment Bank dengan hasil SREP, maka perhitungan modal yang berlaku adalah hasil SREP. Pasal ini menegasakan bahwa hasil SREP mempunyai kedudukan yang kuat. Kewajiban penyediaan modal minimum bank umum adalah salah satu langkah untuk menyehatkan perbankan. Sebab, permodalan yang kuat adalah salah satu ciri perbankan yang sehat. Untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu berkembang serta bersaing secara internasional, maka bank perlu meningkatkan kemampuan untuk menyerap risiko yang disebabkan kondisi krisis. Besarnya jumlah modal bank yang harus dimiliki umumnya ditentukan oleh penguasa moneter. Bank Sentral sebagai penguasa moneter menetapkan jumlah minimum modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank yang diukur dengan capital adequacy ratio CAR. Beberapa bankir mengemukakan bahwa modal bank dianggap memadai bila rasio modal terhadap total asset mencapai 8 sebagaimana ditentukan oleh Bank for International Settlement BIS. Angka ini cenderung diadopsi oleh beberapa negara sebagai standar permodalan minimum termasuk Indonesia sebelum terjadi krisis moneter. Kemudian setelah krisis moneter ketentuan permodalan minimum bank diturunkan menjadi 4 yang dimaksudkan untuk membantu kinerja tingkat kesehatan bank. 184 CAR merupakan suatu persentase perhitungan ratio antara jumlah modal yang dimiliki suatu bank dibanding risiko yang dihadapi bank tersebut. Dalam perhitungan CAR, faktor modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Sementara di sisi lain, faktor risiko usaha perbankan, antara lain meliputi risiko 184 Andreani Caroline Barus, Op.Cit, hlm, 31. Universitas Sumatera Utara 90 kredit risiko kerugian yang disebabkan wanprestasi dari debitor, risiko pasar risiko kerugian yang disebabkan pergerakan harga pasar dari eksposur bank, risiko operasional resiko kerugian yang disebabkan ketidakcukupan atau kegagalan sistem pada bank maupun karena peristiwa eksternal, risiko strategis, risiko reputasi, risiko likuiditas. 185 Salah satu fungsi penting dari modal bank adalah sebagai penyerap utama kerugian yang timbul akibat kejadian risiko guna menjaga keberlangsungan usaha bank. Untuk menjamin keberlangsungan usaha tersebut, bank wajib menyediakan modal minimum oleh regulator, yang disebut dengan kecukupan modal capital adequacy. Besarnya modal bergantung kepada besarnya risiko yang dihadapi bank risk based capital. Setiap bank mungkin memiliki risiko yang berbeda tergantung dari kompleksitas usahanya sehingga kewajiban penyediaan modal minimum pun akan berbeda. 186 Pemerintah mengeluarkan peraturan penyediaan modal minimum bank umum melalui Pasal 2 PBI No. 1512PBI2013 yang diberlakukan kepada semua bank umum adalah semata-mata untuk menjaga kestabilan ekonomi melalui penyehatan perbankan. Bank diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sesuai profil risiko. Apabila Pasal 2 ayat 3 PBI No. 1512PBI2013 dicermati, dapat disimpulkan semakin tinggi peringkat profil risiko bank, semakin besar rasio modal minimum yang harus disediakan. Penyediaan modal minimum ini dimaksudkan agar bank mampu menyerap risiko yang diakibatkan oleh kompleksitas produk, jasa, dan kegiatan usaha bank. 185 Agus E. Siregar, “Rencana Penerapan CAR 12 Persen dan Transparansi Perbankan,” http:perpustakaan.bappenas.go.idlontarfile?file=digitalblob diakses tanggal 2 Desember 2015 186 http:blog.pasca.gunadarma.ac.id20120728berkenalan-dengan-manajemen-risiko- perbankan Universitas Sumatera Utara 91 Dapat dibayangkan apabila tidak dibuatnya peraturan kewajiban penyediaan modal minimum maka bank akan menyediakan modal minimumnya semaunya saja. Bank yang dengan profil risiko peringkat 4 empat atau peringkat 5 lima yang seharusnya menyediakan modal minimum paling rendah sebesar 11 sebelas persen sampai dengan 14 empat belas persen dari ATMR, misalnya bank tersebut menyediakan modal minimumnya sebesar 8 dari ATMR. Hal ini akan berdampak bagi bank tersebut apabila dikemudian hari terjadi kerugian akibat risiko maka bank tersebut tidak punya modal yang cukup untuk menyerap risiko. Bagi bank yang mempunyai peringkat risiko yang rendah namun rasio penyediaan modalnya minimumnya tinggi juga tidak baik. Dengan nilai CAR yang terlalu tinggi bukan berarti bank tersebut baik, karena bank tersebut tidak mengalokasikan dananya kedalam aktiva produktif yang merupakan fungsi utama bank yaitu memberikan pinjaman atau kredit kepada defisit unit. Dalam hal posisi rasio CAR yang terlalu tinggi mengindikasikan bank hanya menyalurkan dananya dalam bentuk aktiva yang risikonya rendah bahkan tidak ada seperti pada pembelian Sertifikat Bank Indonesia SBI. Risiko pada pemilikan SBI adalah nol karena dijamin pengembaliannya oleh Bank Indonesia BI. Dengan kondisi ini mengindikasikan bank tidak menjalankan fungsi utamanya yaitu intermediasi, kondisi ini dapat dilihat pada rasio LDR loan to deposite ratio. 187 Selain tidak disalurkan pada kredit, CAR yang tinggi juga dapat diakibatkan adanya suntikan modal yang telah disetujui oleh BI diakhir periodetahun laporan keuangan. Dalam terjadinya krisi global, bank di Indonesia terkena imbas atas 187 Supaino, Op.Cit., hlm. 116. Universitas Sumatera Utara 92 krisis ini, tetapi tidak sampai dengan terjadinya likuidasi yang besar seperti yang terjadi pada krisis pada tahun 19971998. Salah satu faktor utama dari kuatnya perbankan Indonesia adalah penerapan ketentuan CAR, karena dengan ketentuan ini bank telah memiliki kecukupan modal untuk menyerap risiko-risiko yang mungkin timbul. Inilah salah satu bukti dari perlunya CAR diwajibkan oleh bank sentral. 188 Apabila modal bank tidak cukup menyerap risiko, maka keberlangsungan usaha bank tersebut akan terganggu. Disamping itu perbankan juga menghadapi risiko tidak mampu membayar kewajibannya yang sebagian besar dibiayai oleh pinjaman luar negeri dan dana masyarakat. Besarnya cadangan kredit dan kerugian sebagai akibat selisih nilai tukar mengakibatkan menurunnya modal perbankan sehingga sebagian besar bank tidak mampu lagi untuk memenuhi kewajibannya terhadap kecukupan modal. Akibat selanjutnya adalah menurunnya kinerja perbankan yang dapat diidentifikasikan dalam bentuk analisa laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas dan rasio keuangan lainnya. 189 Ketika bank tidak mempunyai modal untuk menyerap risiko, keberlangsungan usaha bank tersebut akan terganggu. Apabila hal ini tidak segera diatasi atau tidak ada tindakan yang dilakukan guna memeperbaikinya, maka ini berdampak besar kepada bank tersebut dan menyebabkan bank tersebut mengalami kebangkrutan. Kalau bank sampai bangkrut yang dirugikan nasabah, seperti saat krisis 1998. Perbankan kolaps berimbas besar ke pengusaha. Mereka tidak bisa 188 Ibid. 189 Andreani Caroline Barus, Op.Cit., hlm. 20. Universitas Sumatera Utara 93 mendapat kredit dan akhirnya kegiatan perekonomian tidak bisa berjalan. Itulah kenapa kolaps karena fungsi penyaluran kredit ke pelaku usaha mandek. guna menghindari kegagalan bank, regulator membuat aturan yang mengatur kecukupan modal dan likuiditas. Inilah kunci agar kesehatan perbankan terjaga dan terhindar dari risiko sistemik. Kecukupan modal ini, diakuinya, dikaitkan dengan risiko yang diambil bank. Semakin besar risiko yang diambil, maka besar pula modal yang wajib dimiliki bank. Modal bank bisanya hanya berkisar 10 persen-15 persen dari total aset yang dimiliki. Artinya sebagian besar kegiatan bank dibiayai dari pinjaman alias Dana Pihak Ketiga DPK seperti giro, tabungan, deposito. Supaya bank tidak bangkrut, pemegang saham harus setor modal cukup. Fungsi modal ini untuk melindungi nasabah yang punya deposito deposan. Jadi empat risiko utama risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional dan risiko likuiditas penting untuk dikelola dengan baik dan harus diantisipasi dengan kecukupan modal. Jika tidak, perbankan bisa babak belur atau bangkrut. 190 Pasal 45 ayat 2 PBI No. 1512PBI2013 menyatakan dalam hal Bank Indonesia menilai modal yang dimiliki bank tidak memenuhi modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 baik secar individual maupun konsolidasi dengan Perusahaan Anak, maka Bank Indonesia dapat meminta bank untuk: 191 1. menambah modal agar memenuhi KPMM sesuai profil risiko; 2. memperbaiki kualitas proses manajemen risiko; danatau 3. menurunkan eksposur risiko. 190 http:bisnis.liputan6.comread2314978ini-penyebab-perbankan-bisa-bangkrut diakses tanggal 27 November 2015 191 191 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bab IV, Pasal 45 ayat 2. Universitas Sumatera Utara 94 Sejalan dengan apa yang dikatakan Agus E. Siregar seorang analis senior perbankan Bank Indonesia tentang CAR dalam artikel nya yang berjudul “Rencana Penerapan CAR 12 Persen dan Transparansi Perbankan ” yang dimuat dalam situs www.bappenas.go.id. Beliau mengatakan CAR merupakan suatu persentase perhitungan ratio antara jumlah modal yang dimiliki suatu bank dibanding risiko yang dihadapi bank tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa faktor modal dari suatu bank harus mampu untuk mengantisipasi seluruh risiko tersebut, karena jika bukan modal yang merupakan partisipasi pemilik dalam bank yang mengantisipasi risiko, maka pihak lain yang akan menanggung risiko tersebut adalah nasabah deposan dan kemungkinan lain adalah pemerintah. 192 Secara teoritis, konsepsi pengaturan permodalan bank adalah sama dengan konsepsi mengenai pengaturan dari bank itu sendiri. Dalam hal ini, dikenal dua konsep yaitu systemic risk argument dan depositor representative argument. Systemic risk argument menjelaskan bahwa ketidakmampuan suatu bank dalam menutup cover risiko, dapat berakibat ditutupnya bank tersebut sehingga berlanjut pada permasalahan hubungan transaksi antarbank dalam pasar uang dan khususnya terhadap bank-bank yang cukup besar. Akhirnya, dapat menyebabkan permasalahan pada keseluruhan sistem perbankan dan sistem perekonomian suatu negara. Sisi depositor representative argument menjelaskan bahwa ketidakmampuan suatu bank dalam menutup risiko, dapat membahayakan para deposan, karena bank tidak mampu untuk menyelesaikan seluruh tagihan yang timbul. Argumen tersebut memberikan arah bahwa bank perlu diatur agar mampu menghadapi risiko yang mungkin timbul dari seluruh aktivitas usaha perbankan 192 Agus E. Siregar, “Rencana Penerapan CAR 12 Persen dan Transparansi Perbankan,” http:perpustakaan.bappenas.go.idlontarfile?file=digitalblob diakses tanggal 2 Desember 2015 Universitas Sumatera Utara 95 yang pada dasarnya memang berhubungan dengan berbagai risiko. 193 Beliau juga menambahkan dalam tulisannya, pernah juga ada pendapat yang menyatakan bahwa konsep CAR tersebut kurang tepat. Alasannya, apabila bank menyalurkan kredit, maka CAR bank tersebut akan menurun sehingga nantinya akan menghambat fungsi intermediasi perbankan. Namun, perlu diingat bahwa fungsi CAR adalah untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap risiko dari kegiatan usaha perbankan. Ketika bank memberikan kredit kepada debitor, maka 8 persen dari nilai penyaluran kredit itu harus didukung back-up dengan permodalan bank untuk mencegah kerugian tak tertunda unexpected losses. Artinya, apabila bank menjalankan kegiatan usahanya fungsi intermediasi, maka permodalan bank akan mampu menutup risiko yang timbul dari kegiatan tersebut. Kemudian, apabila terdapat penambahan faktor risiko dalam perhitungan CAR, maka kebutuhan permodalan bank juga akan semakin meningkat. Namun demikian, besarnya peningkatan tersebut akan sangat tergantung dari besarnya risk exposure dan risk profile dari bank tersebut. Kecukupan permodalan tersebut dapat dilakukan melalui penambahan modal, ataupun melalui pemupukan modal yang berasal dari laba usaha. 194 Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Namun dalam prakteknya menetapkan berapa besarnya jumlah wajar kebutuhan modal suatu bank adalah tugas yang cukup kompleks. Modal merupakan faktor penting dalam upaya menentukan 193 Agus E. Siregar, “Rencana Penerapan CAR 12 Persen dan Transparansi Perbankan,” http:perpustakaan.bappenas.go.idlontarfile?file=digitalblob diakses tanggal 2 Desember 2015 194 Agus E. Siregar, “Rencana Penerapan CAR 12 Persen dan Transparansi Perbankan,” http:perpustakaan.bappenas.go.idlontarfile?file=digitalblob diakses tanggal 2 Desember 2015 Universitas Sumatera Utara 96 mengembangkan usaha bank. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan setiap bank. 195

C. Sanksi Pelanggaran atas Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum