Pidato Hubungan Keterkaitan antara Modal dan Kesehatan Bank Umum

108 Astuti Rahayu Manalu, Syuratty. “Tinjauan Yuridis Pengawasan Bank Indonesia terhadap Pemberian Likuiditas pada Bank Umum pada PT. Bank Century.” Tesis, Pascasarjana Ilmu Hukum USU, 2011. Caroline Barus, Andreani. “Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio CAR pada Institusi Perbankan Terbuka Di Bursa Efek Indonesia.” Tesis, Pascasarjana Akuntansi USU, 2011. Chan, Syapri. “Penyertaan Modal Sementara Bank untuk mengatasi Akibat Kegagalan Kredit Debt Of Equity Swap .” Tesis, Pascasarjana Ilmu Hukum USU, 2005. Darryanto, Robertus. “Analisis Rekapitalisasi Sebagai Program Penyehatan Perbankan di Indonesia pada Bank BPD Jawa Tengah.” Tesis, Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro, 2000. Marlon M. Sihombing, John. “Upaya Penyelesaian Sengketa Kredit Perbankan pada Bank Swasta Di Kota Medan pada PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk Cabang Medan.” Tesis, Pascasarjana Ilmu Hukum USU, 2004. Melati Siagian, Katharina. “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit pada PT. Bank Negara Indonesia Perse ro Tbk.” Tesis, Pascasarjana Ilmu Hukum USU, 2006. Novrilanimisy. “Pelaksanaan Resturkturisasi Kredit Macet berdasarkan Peraturan Bank Indonesia dan Hambatannya pada PT Bank Rakyat Indonesia.” Tesis, Pascasarjana Ilmu Hukum USU, 2004. Sitompul, Zulkarnain. “Perlindungan Dana Nasabah Bank, Suatu Gagasan tentang Pendirian Lembag a Penjamin Simpanan Di Indonesia.” Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002. Supaino, “Analisis Kesehatan Bank Berdasarkan Camel di Indonesia.” Tesis, Pascasarjana Ekonomi Pembangunan USU, 2010. Yustian, Yuyun. “Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Tingkat Kesehatan Bank K onvensional Dan Bank Syariah.” Tesis, Pascasarjana Kajian Timur Tengah Dan Islam Universitas Indonesia, 2004.

F. Pidato

Nasution, Bismar “Aspek Hukum Peran Bank Sentral dalam Stabilitas Sistem Keuangan SSK”,Disampaikan pada “Focus Group Discussion FGD tentang Peran Bank Sentral dalam Stabilitas Sistem Keuangan SSK”, Padanga: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ISEI, 28 Mei 2009 Universitas Sumatera Utara 109

G. Website

Hermana, Budi. “Perbandingan Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank,” http:pena.gunadarma.ac.idperbandingan-tatacara-penilaian-tingkat- kesehatan-bank diakses tanggal 29 September 2015. http:badanbahasa.kemdikbud.go.idkbbiindex.php diakses tanggal 29 Oktober 2015. http:blog.pasca.gunadarma.ac.id20120728berkenalan-dengan-manajemen- risiko-perbankan diakses tanggal 30 November 2015. http:bisnis.liputan6.comread2314978ini-penyebab-perbankan-bisa-bangkrut diakses tanggal 27 November 2015. https:dosen.perbanas.idcar-capital-adequacy-ratio diakses tanggal 25 November 2015. http:kartika.staff.gunadarma.ac.idDownloadsfiles3198Materi+1+PengenalanP erbankan.pdf diakses tanggal 26 Oktober 2015 http:www.bi.go.ididperbankansskikhtisardefinisiContentsDefault.aspx diakses tanggal 18 November 2015. Siregar, Agus E. “Rencana Penerapan CAR 12 Persen dan Transparansi Perbankan ”, http:perpustakaan.bappenas.go.idlontarfile?file=digitalblob diakses tanggal 2 Desember 2015 Universitas Sumatera Utara 48

BAB III PENILAIAN KESEHATAN BANK UMUM

A. Hubungan Keterkaitan antara Modal dan Kesehatan Bank Umum

Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia karena kesehatan memberikan gambaran tentang keadaan baik atau bruknya manusia tersebut dalam hal rohani dan jasmani. Sama halnya dengan bank, kesehatan menjadi salah satu gambaran bagi pemerintah atau masyarakat apakah bank tersebut aman atau tidak aman. Pasal 29 ayat 2 UU Perbankan menyatakan Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubung-an dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. 103 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso mengemukakan Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegaiatan operasi perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara –cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. 104 Seperti diketahui bahwa fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Dari fungsi yang ada dapat dikatakan bahwa dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan, baik kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan 103 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bab V, Pasal 29 ayat 2. 104 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Op.Cit., hlm. 51. Universitas Sumatera Utara 49 sebaliknya. Oleh sebab itu untuk tetap menjaga kepercayaan tersebut kesehatan bank perlu diawasi dan dijaga. 105 Modal mempunyai hubungan keterkaitan dengan kesehatan bank. Hal ini dapat diketahui dari pengkategorian Modal Capital sebagai salah satu faktor yang diperlukan untuk menentukan apakah sebuah bank itu sehat atau tidak. Pasal 6 huruf d PBI No. 131PBI2011 tentang penilaian kesehatan bank umum dan Pasal 7 ayat 4 menyatakan Penilaian terhadap faktor permodalan capital meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan modal. 106 Perhitungan modal bank melalui penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan untuk mengetahui apakah modal bank tersebut sudah sesuai dengan aturan pemerintah mengenai kecukupan modal bagi sebuah bank untuk menjalankan kegiatan usahanya. Penyediaan modal sesuai peraturan, idealnya bank harus menyediakan modal setiap kali terjadi perubahan pada struktur aktiva pada neraca. Penyesuaian ini bertujuan agar bank mampu untuk menutupi risiko melalui modal sesuai peraturan pada satu sisi. Pada sisi lain modal yang ditanam tidak efisien jika jumlahnya tidak berlebihan. Namun pada pelaksanaannya sangat sulit untuk menyediakan modal setiap saat, mengingat usaha bank sangat dinamis. Bank dapat setiap saat melakukan aktiva transaksi baru yang menimbulkan risiko aktiva yang baru. Demikian juga sebaliknya, kontrak yang telah selesai dengan baik akan mengurangi risiko aktiva. 107 Apabila modal sendiri bank meningkat maka kesehatan bank yang terkait dengan rasio permodalan CAR semakin meningkat. Sejak periode krisis sampai 105 Januarti Indira, “Variabel Proksi CAMEL dan Karakteristik Bank Lainnya Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank di Indonesia, ” Jurnal Bisnis Strategi, Volume X, hlm. 3. 106 Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 131PBI2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bab III, Pasal 6 huruf d . 107 Fery N. Indroes dan Sugiarto, Op.Cit., hlm. 38. Universitas Sumatera Utara 50 dengan saat ini CAR menjadi acuan utama dalam menentukan kesehatan bank. SK Dir. BI April 1999. Hal ini juga disebabkan karena rata-rata CAR selama periode krisis sampai dengan akhir 2001 hanya mencapai 4 dan sejak awal 2002 bank diwajibkan memenuhi CAR minimal 8. Kebijakan ini berawal dari kebijakan bank dunia World Bank yang ditindaklanjuti oleh bank Indonesia dengan kebijakan 29 Mei 1993 Pakmei, 1993. Besarnya CAR minimal 8 tersebut berlaku bagi seluruh bank secara internasional. 108 Pada awal januari 2004, siaran pers Indonesia secara resmi mengumumkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia API di mana salah satu program API adalah mempersyaratkan modal minimum bagi bank umum termasuk BPD menjadi 100 miliar selambat-lambatnya pada tahun 2011. 109 Setelah melakukan penyelesaian penyusunan cetak biru API pada tahun 2003, maka sejak tahun 2004 secara bertahap dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh tahun ke depan API akan diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan ekonomi nasional. 110 Hubungan keterkaitan antara modal dengan kesehatan bank dapat diketahui melalui kebijakan pemerintah yaitu implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari salah satu program kegiatan API, yaitu program penguatan struktur perbankan nasional. Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum konvensional dan syariah dalam rangka meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung penigkatan 108 Andreani Caroline Barus, Op.Cit., hlm. 21. 109 Julius R. Latumerissa, Op.Cit., hlm. 185. 110 Ibid. Universitas Sumatera Utara 51 kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program penguatan permodalan bank dilaksanakan secara bertahap. 111 Upaya penigkatan modal bank tersebut dilakukan dengan membuat business plan yang memuat target waktu, cara, dan tahap pencapaian. Adapun cara pencapaiannya dapat dilakukan melalui: 1. penambahan modal baru baik dari stakeholder lama maupun investor baru; 2. merger dengan bank atau beberapa bank lain untuk mencapai persyaratan modal minimum baru; 3. penerbitan saham baru atau secondary offering dipasar modal; dan 4. penerbitan subordinated loan. Dengan demikian dalam sepuluh sampai lima belas tahun ke depan dimulai dari tahun API dikumandangkan program peningkatan permodalan tersebut diharapkan akan mengaruh pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya: 112 1. bank yang mengarah kepada bank internasional sebanyak 2 atau 3 bank dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi diwilayah internasional serta memiliki modal diatas Rp50 triliun; 2. bank nasional sebanyak 3-5 bank yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp10 triliun- Rp50 triliun; 3. bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank sebanyak 30-50 bank. Bank-bank tersebut memiliki modal antara Rp100 miliar-Rp10 triliun; dan 111 Ibid. 112 Ibid., hlm. 192. Universitas Sumatera Utara 52 4. bank perkreditan rakyat BPR dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp100 miliar. Sistem perbankan yang sehat dibangun dengan permodalan yang kuat sehingga akan mendorong kepercayaan nasabah stakeholder yang pada akhirnya akan mampu memperkuat permodalan melalui pemupukan laba ditahan. Selanjutnya perbankan nasional yang beroperasi secara efisien akan mampu meningkatkan daya saingnya sehingga tidak hanya “jago kandang” yaitu hanya mampu bersaing pada segmen pasar domestik tetapi justru diharapkan produk dan jasa perbankan yang ditawarkan bank nasional mampu bersaing di pasar internasional. Oleh karenanya 10-15 tahun kedepan, API mengiginkan adanya 2 sampai 3 bank dengan skala internasional, 3 sampai 5 bank nasional, 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu, dan BPR serta bank yang kegiatan usahanya terbatas. 113 Namun perlu diketahui juga bahwa modal bank yang melimpah tidak bisa dijadikan tonggak bahwa bank tersebut sepenuhnya sehat dan aman. Karena untuk menilai sebuah bank sehat atau tidak, diperlukan juga faktor-faktor yang lain yaitu profil risiko risk profile, good corporate governance GCG, dan rentabilitas earnings. Kondisi modal yang sehat bukan berarti secara pasti kondisi likuiditas, rentabilitas, kualitas aktiva dan manajemen juga sehat. Modal yang sehat hanya memberikan konstribusi bagi kesehatan bank. Kesehatan permodalan harus dibedakan dengan kesehatan bank. 114 Namun kesehatan permodalan mempengaruhi kesehatan bank. Modal bank dikatakan sehat apabila memenuhi batas minimum penyediaan modal yang diatur dalam Pasal 2 ayat 3 PBI No. 113 Ibid., hlm. 192. 114 Robertus Darryanto, Op.Cit., hlm. 8 Universitas Sumatera Utara 53 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yaitu paling rendah sebesar 8 delapan persen dari Aset Tertimbang Menurut Risiko. Penyediaan modal minimum disesuaikan dengan peringkat profil risiko bank. Semakin tinggi peringkat, semakin besar pula modal yang disediakan. Apabila bank tersebut tidak mampu menyediakan modal minimumnya sesuai profil risiko, maka dapat dikatkan kondisi bank tersebut tidak sehat. Kecukupan modal memberikan gambaran bank tersebut sehat atau tidak sehat.

B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum