BreathingVentilasiOksigenasi Circulation dengan kontrol perdarahan

Gambar 2.10 Melakukan tindakan intubasi orotrakeal menggunakan teknik two person serta in-line cervical spine immobilization Sumber : American College of Surgeons 2012. Advanced Trauma Life Support Student Course Manual 9th Edition

2.6.2 BreathingVentilasiOksigenasi

Kontrol jalan nafas pada pasien dengan airway terganggu karena faktor mekanik, ada gangguan ventilasi atau ada gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrakeal, baik melalui oral maupun nasal. Prosedur ini harus dilakukan dengan kontrol terhadap vertebral servikal. Surgical airway cricothryoidectomy dapat dilakukan bila intubasi endotrakeal tidak memungkinkan karena kontraindikasi atau masalah teknis American College of Surgeons, 2008. Adanya tension pneumothorax akan sangat mengganggu ventilasi dan sirkulasi, dan bila curiga akan adanya keadaan ini, harus segera dilakukan dekompresi. Setiap pasien trauma diberikan oksigen. Bila tanpa intubasi, sebaiknya oksigen diberikan denganface mask. Pemakaian pulse oxymetry baik untuk menilai saturasi oksigen yang adekuat American College of Surgeons, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Circulation dengan kontrol perdarahan

Lakukan kontrol perdarahan dengan perbaikan volume intravaskuler. Bila ada gangguan sirkulasi, harus dipasang sedikitnya 2 IV line. Kateter IV yang dipakai harus berukuran besar. Besar arus tetesan infus yang didapat tidak tergantung dari ukuran vena melainkan tergantung dari besar kateter IV dan berbanding terbalik dengan panjang kateter IV. Pada awalnya, sebaiknya menggunakan vena pada lengan. Jenis jalur IV line seperti vena seksi atau vena sentral tergantung dari kemampuan petugas yang melayani American College of Surgeons, 2008. Pada saat memasang kateter IV harus diambil contoh darah untuk permintaan darah dan pemeriksaan laboratorium rutin. Perbaikan volume sirkulasi dengan cara pemberian cairan yang agresif tidak dapat menggantikan proses pengehentiankontrol perdarahan. Pada saat pasien datang, pasien diberikan terapi cairan cepat berupa 1-2 liter cairan kristaloid, sebaiknya Ringer lactate. Cairan harus dihangatkan sebelumnya dengan suhu 37 -40 disimpan dalam keadaan hangat ataupun memakai alat penghangat. Bila tidak ada respon dengan pemberian bolus kristaloid, diberikan transfusi darah. Hipotermia dapat terjadi pada pasien yang diberikan ringer lactate yang tidak dihangatkan atau darah yang masih dingin, atau bila pasien dalam keadaan kedinginan karena tidak diselimuti. Hipotermia potensial mengancam nyawa dan harus diambil tindakan sesegera mungkin untuk mencegah hal tersebut terjadi, seperti menghangatkan ruangan. Untuk menghangatkan cairan, dapat dipakai alat pemanas cairan atau oven microwave sampai mencapai suhu 39 C. Oven microwave tidak boleh digunakan untuk menghangatkan darah American College of Surgeons, 2008.

2.6.4 Pemantauan EKG