Pengolahan dan Analisis Data Pembahasan

adalah 0.382. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

4.4.3 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Angket penelitian inidisusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 buah. Sampel untuk uji reliabilitas adalah 25 orang responden dokter muda di RS Pirngadi dan RS Putri Hijau dan dilakukan pada bulan Agustus 2015. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien reliabilitas cronbach’s alpha pada program SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data dan pengolahan data dilakukan secara manual dengan tahap-tahap menyunting data Editing, mengkode data berbentuk kalimat menjadi data angka Coding , memasukkan data ke dalam “software” komputer Data Entry, dan membersihkan data Data Cleaning. Analisa data penelitian dilakukan dengan prosedur analisis univariate, yaitu analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan bantuan statistical product and service solution SPSS. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVII1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang standar dengan tenaga kesehatan yang kompeten. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI pada 6 September 1991 No. 502MenkesSKIX199, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pelayanan kesehatan di RSUP Haji Adam Malik Medan terbagi menjadi beberapa departemen. Dokter muda, yang merupakan responden dalam penelitian ini, bertugas di beberapa departemen yakni, Departemen Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif, Departemen Ilmu Bedah, Departemen Ilmu Kebidanan Kandungan, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Jantung, Departemen Ilmu Penyakit Mata, Departemen Ilmu Penyakit Paru, Departemen Departemen Ilmu Penyakit Saraf, Departemen Ilmu Radiologi serta Departemen Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Bagian tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah dokter muda yang bertugas di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan total responden 90 orang. Karakteristik responden yang diamati adalah jenis kelamin, stase dan usia dokter muda. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden JENIS KELAMIN N Laki-laki 35 38.9 Perempuan 55 61.1 Total 90 orang 100 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden USIA : N 21 10 11.11 22 49 54.44 23 31 34.45 Total 90 100 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Stase Responden STASE : N Ilmu Kes. Anak 12 13.3 Ilmu Anestesi Terapi Intensif 4 4.4 Ilmu Bedah 22 24.4 Ilmu Kes. Gigi Mulut 7 7.8 Ilmu Peny. Dalam 7 7.8 Ilmu Peny. Jantung 5 5.6 Ilmu Kes. Kulit Kelamin 10 11.1 Ilmu Peny. Mata 2 2.2 Ilmu Kebidanan Kandungan 6 6.7 Ilmu Peny. Paru 4 4.4 Ilmu Radiologi 4 4.4 Ilmu Peny. Saraf 5 5.6 Ilmu Peny. THT 2 2.2 Total 90 100 Seluruh responden, yakni dokter muda berjumlah 90 orang dan berdasarkan jenis kelamin responden lihat tabel 5.1 terbagi menjadi responden perempuan dengan jumlah 55 orang 55 dan responden laki-laki berjumlah 35 orang 35. Berdasarkan usia responden lihat tabel 5.2, kebanyakan responden berusia 22 tahun yaitu sebanyak 49 orang 54.44, usia 21 tahun sebanyak 10 orang 11.11 dan usia 23 tahun sebanyak 31 orang 34.45. Berdasarkan stase yang di mana responden bertugas lihat tabel 5.3, jumlah responden terbanyak didapat dari stase ilmu bedah, yaitu sebanyak 22 orang 24.4.Pada stase ilmu kesehatan anak terdapat responden sebanyak 12 orang 13.3, stase ilmu Universitas Sumatera Utara anastesi, stase paru dan stase radiologi berjumlah 4 orang 4.4, serta stase ilmu penyakit jantung, dan stase ilmu penyakit saraf masing-masing berjumlah 5 orang 5.6. Pada stase ilmu kesehatan gigi dan mulut serta stase ilmu penyakit dalam terdapat responden masing –masing berjumlah 7 orang 7.8. Selanjutnya, pada stase ilmu kesehatan kulit dan kelamin dengan jumlah responden sebanyak 10 orang 11.1. Pada stase ilmu kebidanan dan kandungan, didapati responden sebanyak 6 orang 6.7. Pada stase ilmu penyakit mata dan ilmu penyakit THT, didapati jumlah responden yang paling sedikit yaitu masing-masing sebanyak 2 orang 2.2.

5.2 Hasil Analisis Data

5.2.1 Distribusi Jawaban Responden Menurut Jawaban Pertanyaan

Hasil penelitian yang diperoleh dari 15 butir pertanyaan pada kuesioner yang merupakan pertanyaan mengenai pengetahuan dokter muda tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas terlihat pada Tabel 5.4. Data lengkap distribusi jawaban responden untuk setiap pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 5.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden Menurut Jawaban No Pertanyaan N 1. Alat transportasi pasien gawat darurat a. Benar 85 94.4 b. Salah 5 5.6 2. Pemberian label triase kegawatdaruratan a. Benar 46 51.1 b. Salah 44 48.9 3. Penilaian kesadaran pada secondary survey care a. Benar 64 71.1 b. Salah 26 28.9 4. Manuver pembebasan jalan nafas pada pasien a. Benar 64 71.1 b. Salah 26 28.9 5. Indikasi pemasangan airway definitif a. Benar 87 96.7 b. Salah 3 3.3 6. Upaya pencegahan hipotermia pada pasien a. Benar 79 87.8 b. Salah 11 12.2 7. Perkiraan kehilangan volume darah pada pasien a. Benar 85 94.4 b. Salah 5 5.6 8. Terapi cairan inisiasi bagi pasien a. Benar 83 92.2 b. Salah 7 7.8 9. Alat pemantau saturasi oksigen pada pasien a. Benar 84 93.3 b. Salah 6 6.7 10. Penyebab perdarahan internal Occult Bleeding pada pasien a. Benar 73 81.1 b. Salah 17 18.9 11. Indikator keadaan hemodinamik pasien a. Benar 77 85.6 b. Salah 13 14.4 12. Persyaratan teknis ambulans gawat darurat a. Benar 12 13.3 b. Salah 78 86.7 13. Nomor telepon ambulans yang dapat dihubungi a. Benar 44 48.9 b. Salah 46 51.1 14. Penilaian primary survey care a. Benar 80 88.9 b. Salah 10 11.1 15. Indikasi pemasangan kolar servikal a. Benar 88 97.8 b. Salah 2 2.2 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh dokter muda adalah pertanyaan mengenai indikasi pemasangan kolar servikal, yaitu sebanyak 88 orang 97.8 dan pertanyaan yang dengan jawaban benar paling sedikit ialah pertanyaan mengenai persyaratan teknis ambulans gawat darurat, yaitu sebanyak 12 orang 13.3. Berdasarkan hasil uji pengetahuan tersebut, maka tingkat pengetahuan diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang. Dari hasil penelitian, sebagian besar dokter muda memiliki pengetahuan tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas dalam kategori baik yaitu 72 orang 80 sedangkan perolehan hasil uji pengetahuan dengan kategori kurang berjumlah 18 orang 20. Untuk nilai mean didapati mayoritas dokter muda menjawab dengan skor 11.67 dan ini tergolong ke dalam tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.

5.2.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Transportasi Pasien Kecelakaan Lalu Lintas

Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Transportasi Pasien Kecelakaan Lalu Lintas Gambaran Pengetahuan Responden N Baik 72 80 Kurang 18 20

5.2.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Persiapan Pasien Kecelakaan Lalu Lintas

Distribusi pengetahuan responden tentang persiapan pasien kecelakaan lalu lintas untuk menghubungi ambulans dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 13. Distribusi pengetahuan responden tentang persiapan transportasi pasien dapat dilihat pada Tabel 5.4. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, terdapat sebanyak 44 orang responden 48.9 yang mengetahui nomor telepon ambulans yang dapat dihubungi sebagai persiapan untuk transportasi pasien, yaitu 119. Dalam persiapan transportasi pasien, diperlukan pengetahuan seorang para medis, dalam hal ini dokter muda,untuk menciptakan koordinasi yang baik dengan rumah sakit terdekat dan untuk menciptakan pelayanan terhadap penanganan kegawatdaruratan yang baik.

5.2.4 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Triase

Dalam hal triase pemilahan pasien, pengetahuan responden dapat dinilai melalui pertanyaan kuesioner nomor 2. Distribusi pengetahuan responden terhadap triase dapat dilihat pada Tabel 5.4. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, sebanyak 46 orang responden 51.1 memahami dengan baik bagaimana cara pemilahan pasien pada kasus berdasarkan prinsip triase. Triase merupakan cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia dan didasarkan kepada prioritas ABCD Airway, Breathing, Circulation, Disability Biddinger dan Thomas, 2005. Dalam prinsip triase, seorang para medis diharapkan mampu memilah pasien berdasarkan keadaan airway, breathing, circulation, dan disability lalu, dikategorikan berdasarkan warna yang tersedia.

5.2.5 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Cara Transportasi

Distribusi pengetahuan responden tentang cara transportasi pasien kecelakaan lalu lintas dapat dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 1,12, dan 15. Distribusi pengetahuan responden tentang persiapan transportasi pasien dapat dilihat pada Tabel 5.4. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, terdapat sebanyak 85 orang responden 94.4 mengetahui alat transportasi apa yang tepat dipilih berdasarkan kasus untuk mengangkut pasien gawat darurat. Selain itu, pada pertanyaan kuesioner nomor 12, juga dapat menilai pengetahuan responden terhadap persyaratan teknis ambulans gawat darurat. Dari 90 orang responden, Universitas Sumatera Utara hanya 12 orang responden 13.3 yang mampu menjawab dengan benar. Dalam hal transportasi pasien, juga diperlukan beberapa alat yang mampu memudahkan para medis dalam pengangkatan pasien, salah satunya ialah kolar servikal. Kolar servikal keras dengan ukuran yang tepat harus dipasang pada pasien dengan potensi cedera spinalis Biddinger dan Thomas, 2005. Pada pertanyaan ini, mayoritas responden menjawab dengan benar, yaitu sebanyak 88 orang 97.8.

5.2.6 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Primary Survey Care

Primary survey care merupakan pengamatan pertama yang dilakukan para medis ketika menjumpai pasien. Hal ini dapat diingat dengan singkatan ABCDE Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure. Pengetahuan secara umum mengenai primary survey care dapat dinilai melalui pertanyaan kuesioner nomor 14, sedangkan pengetahuan mengenai penanganan airway dapat diuji pada pertanyaan kuesioner nomor 4 dan 5, untuk penanganan breathing pada nomor 9, untuk penanganan circulation di nomor 7,8,10, dan 11, serta penanganan exposure dinilai melalui pertanyaan nomor 6. Distribusi pengetahuan responden tentang persiapan transportasi pasien dapat dilihat pada Tabel 5.4. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat 80 orang responden 88.9 menjawab dengan jawaban benar mengenai pengertian primary survey care secara umum. Pada pertanyaan mengenai manuver pembebasan jalan napas serta indikasi pemasangan airway definitif, responden yang menjawab dengan benar masing- masing berjumlah 64 orang responden 71.1 dan 87 orang responden 96.7. Untuk pemantauan breathing dengan menggunakan alat pengukur saturasi oksigen, responden sebanyak 84 orang 93.3 telah mengetahuinya dan menjawab dengan benar. Pada pertanyaan mengenai perkiraan jumlah darah yang hilang, terapi cairan pertama yang akan diberikan, masing-masing sebanyak 85 orang 94.4 dan 83 orang 92.2. Untuk pengetahuan responden terhadap dugaan penyebab terjadinya perdarahan internal occult bleeding serta indikator keadaan hemodinamik pada pasien, masing-masing responden sebanyak 73 orang 81.1 dan 77 orang 85.6. Sedangkan pada penanganan exposure, melalui Universitas Sumatera Utara pertanyaan mengenai pencegahan hipotermia pada pasien, responden sebanyak 79 orang 87.8.

5.2.7 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Secondary Survey Care

Secondary survey care adalah pemeriksaan teliti dan menyeluruh dari kepala sampai kaki head to toe examination, termasuk reevaluasi tanda vitalAmerican College of Surgeons, 2008. Salah satu penilaian yang dilakukan pada tahap ini ialah penilaian kesadaran. Pengetahuan responden akan hal ini dapat dinilai melalui pertanyaan kuesioner nomor 3. Distribusi pengetahuan responden tentang persiapan transportasi pasien dapat dilihat pada Tabel 5.4. Melalui pertanyaan nomor 3, dapat dilihat bahwa pengetahuan responden akan penilaian kesadaran pada secondary survey care yang menjawab dengan benar sebanyak 64 orang 71.1. Universitas Sumatera Utara

5.2.8 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden

Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden Usia Gambaran Pengetahuan Baik n Kurang n 21 9 90 110 22 3877.55 11 22.45 23 2580.64 619.36 Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Gambaran Pengetahuan Baik n Kurang n Laki-laki 27 77.14 8 22.86 Perempuan 45 81.82 10 18.18 Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Stase Responden Stase Gambaran Pengetahuan Baik n Kurang n Ilmu Kesehatan Anak 11 91.66 1 8.34 Ilmu Anastesi Terapi Intensif 4 100 0 0 Ilmu Bedah 17 77.27 5 22.73 Ilmu Kesehatan Gigi Mulut 7 100 0 0 Imu Penyakit Dalam 6 85.71 1 14.29 Ilmu Penyakit Jantung 4 80 1 20 Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin 7 70 3 30 Ilmu Penyakit Saraf 2 40 3 60 Ilmu Kebidanan Kandungan 6 100 0 0 Ilmu Penyakit Mata 2 100 0 0 Ilmu Penyakit Paru 3 75 1 25 Ilmu Radiologi 1 25 3 75 Ilmu Penyakit THT 2 100 0 0 Dari tabel 5.6. dapat kita lihat bahwa mayoritas dokter muda yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik terdapat pada kelompok umur 21 tahun, yaitu sebanyak 9 orang 90. Berdasarkan karakteristik usia, belum ada penelitian yang dapat dikaitkan dengan temuan pada penelitian ini. Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan 45 orang 81.82 memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan responden laki-laki 27 orang Universitas Sumatera Utara 77.14. Berdasarkan stase di mana responden bertugas, mayoritas responden yang berpengetahuan baik berasal dari stase Ilmu Anastesi Terapi Intensif, Ilmu Kesehatan Gigi Mulut, Ilmu Kebidanan Kandungan, Ilmu Penyakit Mata, serta Ilmu Penyakit THT.

5.3 Pembahasan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya, mata dan telinga terhadap objek tertentu Sunaryo, 2002. Dari hasil penelitian ini, sebanyak 90 orang dokter muda berpartisipasi sebagai responden dan mengisi kuesioner untuk menilai gambaran pengetahuan dalam transportasi pasien kecelakaan lalu lintas. Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dokter muda tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa dari 15 pertanyaan yang diberikan, mayoritas responden mampu menjawab dengan benar sebanyak 11 sampai 12 pertanyaan. Sebanyak 72 orang responden 80 dari 90 orang responden memiliki pengetahuan yang baik tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas. Hal ini mungkin dikarenakan responden telah mendapatkan materi mengenai transportasi pasien saat duduk di bangku kuliah dahulu, ataupun melalui berbagai sarana pendidikan lain seperti pelatihan, seminar, dan juga melalui informasi dari yang benar baik itu dari materi kuliah di masa pendidikannya dahulu, pelatihan, seminar, serta informasi dari literatur lain seperti buku atau jurnal, akan tetapi belum cukup mendalaminya sehingga tidak mampu menjawab dengan benar seluruh pertanyaan yang diberikan. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab, dapat dikelompokkan menjadi 5 aspek penting dalam transportasi, yaitu persiapan transportasi, triase, cara transportasi, primary survey care, dan secondary survey care. Persiapan transportasi pada kuesioner penelitian ini dinilai dengan apakah responden mengetahui nomor telepon ambulans. Hasilnya, kurang dari 50 responden total mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Hal ini mungkin dikarenakan sosialisasi pemberlakuan nomor telepon Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu SPGDT menjadi 119 baru dimulai sejak tahun 2013. Ini Universitas Sumatera Utara mungkin menyebabkan masih ada sejumlah tenaga kesehatan dan mahasiswa kedokteran yang belum mengetahui hal ini. Pengetahuan responden tentang aspek triase pada transportasi dinilai dengan pertanyaan berupa kasus dan responden menentukan termasuk warna triase apakah pasien dalam kasus. Hasilnya, 51.1 dari jumlah total responden mampu menjawab dengan benar. Pengetahuan responden mengenai cara transportasi digambarkan oleh 3 pertanyaan. Pertanyaan pertama dan kedua mengenai alat transportasi yang digunakan dalam kasus kegawatdaruratan serta prinsip pemasangan kolar servikal dan mayoritas responden menjawab dengan benar. Akan tetapi, pada pertanyaan selanjutnya mengenai persyaratan teknis ambulans, hanya 13.3 dari jumlah responden yang mampu menjawab dengan dengan benar. Hal ini dikarenakan, memang tidak adanya sosialisasi mengenai persyaratan teknis kendaraan kegawatdaruratan ini di masa perkuliahan. Untuk aspek primary survey care dan secondary survey care, pengetahuan responden dinilai dengan beberapa poin pertanyaan. Hasilnya, lebih dari 50 responden total mampu menjawab dengan benar karena materi-materi tentang primary survey care dan secondary survey care telah didapatkan saat duduk di bangku kuliah. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah usia, pendidikan, serta pengalaman Budiman dan Riyanto, 2013. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa dokter muda yang memiliki pengetahuan baik berusia 21 tahun dengan jumlah sebanyak 9 orang 90 . Ditinjau dari segi usia, belum ada penelitian yang dapat mendukung adanya hubungan usia dengan tingkat pengetahuan yang baik. Ditinjau dari tingkat pendidikan, hasil yang didapat menunjukkan bahwa kurikulum dalam pendidikan S1 Kedokteran lebih menitikberatkan kepada materi melalui kuliah dan keterampilan melalui praktikum dan clinical skills. Sebanyak 90 orang responden memiliki tingkat pendidikan S1 Kedokteran, sehingga rata-rata responden memiliki pengetahuan yang baik karena materi ini sudah dipelajari ketika masih duduk di bangku kuliah. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari literatur maupun jurnal-jurnal terkini. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang Universitas Sumatera Utara kesehatan Budiman dan Riyanto, 2013. Dilihat dari segi stase di mana responden bertugas, dapat dinilai seberapa banyak pengalaman responden menghadapi kasus yang berkaitan dengan pertanyaan di kuesioner. Responden dengan pengetahuan yang baik dan dapat menjawab pertanyaan dengan jawaban benar umumnya berasal dari stase Ilmu Anastesi Terapi Intensif. Ini dapat dikarenakan pengalaman dari responden untuk berjumpa dengan kasus kegawatdaruratan lebih banyak pada stase-stase di atas. Hal ini juga didukung oleh penelitian terdahulu bahwa, para tenaga medis yang bekerja di ruang emergensi atau yang lebih sering bertemu dengan kasus kegawatdaruratan, memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dalam hal ini Ilyas et al, 2014. Sedangkan untuk stase-stase lain dengan gambaran pengetahuan yang baik, seperti stase Ilmu Kesehatan Gigi Mulut, Ilmu Kebidanan Kandungan, Ilmu Penyakit Mata, serta Ilmu Penyakit THT yang mungkin jarang menemui kasus kegawatdaruratan, pengetahuan tentang transportasi ini mungkin didapatkan dari materi saat kuliah atau informasi dari media lain. Pengalaman untuk ikut seminar atau pelatihanpun terbukti dapat meningkatkan tenaga kesehatan dalam suatu keterampilan klinis tertentu. Hal ini dibuktikan melalui penelitian Shrestha 2012, yang menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang pernah menjalani pelatihan terhadap resusitasi jantung paru otak sebelumnya, memiliki pengetahuan yang lebih baik. Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa responden perempuan memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan responden laki-laki. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada penelitian yang mampu membuktikan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin seseorang. Sharma Attar 2012 melakukan penelitiannya mengenai bantuan hidup dasar di Universitas Nitte, Mangalore, India, dengan responden berupa dokter dan dokter gigi yang sudah menjalani internship. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 84 orang dokter yang sudah menjalani internship, hanya 37 orang yang mendapat skor kurang dari 50 jawaban benar, sedangkan pada dokter gigi, terdapat 67 orang yang memperoleh skor kurang dari 50 jawaban Universitas Sumatera Utara benar. Ini membuktikan bahwa pengetahuan dokter terhadap bantuan hidup dasar, lebih baik dibandingkan dokter gigi Sharma Attar, 2012. Selain itu, pada penelitian lain yang dilakukan di Saudi Arabia oleh Alanazi 2014 di Universitas Ilmu Kesehatan King Saud bin Abdulaziz, Riyadh pada mahasiswa Kedokteran dan mahasiswa Kedokteran Terapan College of Medical Applied Sciences, didapati bahwa mayoritas mahasiswa kedokteran memiliki pengetahuan yang kurang mengenai bantuan hidup dasar. Penelitian lain juga dilakukan oleh Chandrasekaran 2010 untuk melihat gambaran pengetahuan petugas layanan kesehatan seperti mahasiswa kedokteran, dokter, dokter gigi, perawat, serta staf paramedis lain di Vinayaka Mission’s Kirupananda Variar Medical College, Salem, India. Dari 1054 responden, hanya terdapat 2 orang yang memiliki skor 80 – 89 dan mayoritas dari responden hanya mampu memperoleh skor kurang dari 50. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan petugas layanan kesehatan mengenai penanganan terhadap airway, breathing, circulation,disability, dan exposure masih kurang baik Chandrasekaran et al., 2010. Pada penelitian di Kist Medical College Hospital, Imadol, Lalitpur, Nepal, membuktikan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan mengenai bantuan hidup dasar masih perlu ditingkatkan Shrestha et al., 2012. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada penelitian yang menelaah lebih lanjut tentang pengetahuan tenaga medis dalam transportasi pasien. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini memiliki beberapa perbedaan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan metode penelitian, perbedaan kuesioner yang digunakan, serta perbedaan sampel yang mengikutsertakan berbagai tenaga kesehatan. Selain itu, perbedaan sistem pendidikan di berbagai negara yang dijalani oleh tenaga kesehatan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka tentang penanganan awal kegawatdaruratan. Dari hasil penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa mayoritas dokter muda mampu menjawab 75 dari keseluruhan pertanyaan kuesioner dengan benar. Oleh karena itu, pengetahuan dokter muda di RSUP H. Adam Malik Medan mengenai transportasi pasien kecelekaan lalu lintas berada dalam kategori baik. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan