Profil Informan 1.Bapak Muhanawi Penarik Becak Motor BSA di Pangkalan Jl. Patuan Anggi

65

4.3 Profil Informan 1.Bapak Muhanawi Penarik Becak Motor BSA di Pangkalan Jl. Patuan Anggi

Bapak Muhanawi 54 tahun adalah seseorang penarik becak yang sudah menggeluti profesinya selama 20 tahun. Jenjang pendidikan terakhir Bapak Muhanawi hanya sampai tingkat SMP saja. Saat ini ia memiliki 3 anak, 2 anak laki - laki yang sudah bekerja dan 1 lagi perempuan, masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Sedangkan istrinya membuka usaha tambahan berupa warung kecil yang menjual berbagai jajanan dan kebutuhan rumah tangga. Sebelum menjadi penarik becak, bapak Muhanawi dulunya adalah seorang pedagang minyak tanah, akan tetapi usaha itu kemudian dilanjutkan oleh istrinya sampai sekarang ini. Gambar 4.1 Informan pertama Bapak Muhanawi di pangkalan Jalan Patuan Anggi Universitas Sumatera Utara 66 Becak motor milik bapak Muhanawi berjenis BSA keluaran tahun 1953. Becak tersebut dibelinya senilai Rp.3,5 juta akan tetapi, ia lupa pada tahun berapa becak tersebut dibeli. Setiap harinya bapak Muhanawi mulai beroperasi mencari penumpang antara pukul 05.00 hingga pukul 16.00 Wib. Pangkalan tempat bapak Muhanawi menunggu penumpang terletak di Jl. Patuan Anggi. Kawasan daerah tersebut berdekatan dengan salah satu pasar terbesar di Siantar, yaitu pasar parluasan Pasar Dwikora. Saat pagi hari, pasar dwikora banyak di kunjungi oleh khalayak ramai untuk membeli berbagai jenis kebutuhan. Sasaran utama para penarik becak yang mangkal di daerah ini adalah para ibu rumah tangga yang sedang berbelanja di pasar parluasan Pasar Dwikora. Di pasar ini lebih banyak menyediakan berbagai jenis kebutuhan rumah tangga, sehingga tak jarang pengunjungnya kebanyakan ibu - ibu yang ingin berberbelanja. Ketika pulang berbelanja penumpang biasanya lebih memilih alat transportasi becak daripada angkot angkutan kota. Padahal tarif ongkos angkot cenderung lebih ekonomis apabila dibandingkan dengan becak. Adapun yang menjadi alasan penumpang lebih memilih jenis transportasi ini dikarenakan alat transportasi becak tidak terikat oleh trayek sehingga dapat menghantarkan penumpang sampai tepat di pintu rumah, sedangkan transportasi angkot hanya bisa menghantarkan sampai pada persimpangan jalan saja. Disamping itu, para penarik becak juga kerap sekali membantu para penumpang dalam mengangkat barang bawaan milik penumpang karena para penarik becak sadar bahwa mereka mencari nafkah dari penumpang, sehingga keamanan dan kenyamanan penumpang sangat diutamakan. Universitas Sumatera Utara 67 Di pangkalan becak tempat bapak Muhanawi mangkal, semua para penarik becak bergiliran dalam menerima penumpang. Sistem pengangkutan penumpang seperti ini juga dilakukan pada semua pangkalan becak yang ada di Kota Pematang Siantar. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah untuk menghindarinya terjadinya percecokan dalam memperoleh penumpang diantara sesama penarik becak. Karena apabila sudah berebut penumpang maka akan memungkinkan terjadinya “gesekan”. Cara tersebut dilakukan agar pembagian terhadap penumpang lebih merata. Untuk menangani kerusakan pada becak, bapak Munahawi mempunyai dua altenatif pilihan cara untuk memperbaiki becaknya. Untuk penanganan kerusakan ringan seperti mengencangkan baut biasanya bapak Munahawi lebih memilih untuk memperbaikinya sendiri. Tetapi untuk kerusakan besar, apalagi sampai membubut sparepart maka penanganannya dilakukan oleh pihak bengkel. Nama bengkel tempat bapak Muhanawi biasa menservis becaknya bernama bengkel Leo. Akan tetapi untuk spesialis pembubutan sparepart terletak di jalan Asahan, bernama bengkel Handayani. Sebenarnya bapak Muhanawi mengetahui beberapa bengkel lainnya, akan tetapi kedua bengkel tersebut merupakan bengkel tempat langganannya, dimana menurutnya kedua bengkel tersebut lebih memahami masalah - masalah kerusakan pada becaknya. Perawatan becak BSA tergolong cukup rumit karena jenis kendaraan ini merupakan motor tua selain itu, penjualan suku cadangnya juga sudah tidak ada lagi beredar dipasaran. Maka untuk mengganti suku cadang yang rusak para penarik Universitas Sumatera Utara 68 becak BSA harus membubutkannya di bengkel - bengkel khusus yang melayani pembubutan suku cadang BSA. Seperti penuturan bapak muhanawi berikut: “harga untuk sekali membubutkan Gear gigi tarik aja itu Rp.100 ribu, untuk Shock breaker Rp.350 ribu, kalau tempa knalpot harganya dia sekitar Rp.500 ribu. Jadi wajarlah kalau ongkos becak agak mahal sedikit” Penghasilan yang di peroleh bapak Muhanawi tidak tetap terkadang besar juga terkadang sedikit, semua tergantung banyaknya jumlah penumpang yang menaiki becaknya. Tarif ongkos yang dipatok kepada penumpang pun tidak ada ketetapan, semuanya ditentukan berdasarkan negosiasi antara penumpang dan penarik becak. Biasanya harga ditetapkan berdasarkan jauh dan dekatnya tujuan si penumpang. Rata - rata pendapatan yang diperoleh bapak Muhanawi berkisar kurang lebih mencapai 70 ribu setiap harinya. Untuk mendapatkan penghasilan lebih, terkadang para penarik becak menarik larut malam. Karena biasanya alat transportasi yang ada kalau larut malam hanyalah becak saja. Ketika menarik becak saat malam hari biasanya bapak Munahawi selalu mengenakan jaket kulitnya, hal ini untuk mencegah dinginnya sengatan udara malam hari. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan bapak Muhanawi berikut : “kadang aku mau juga narik sampai malam, ya hitung - hitung untuk nambah - nambah pemasukanlah, tapi itu kadang - kadang aja. karena taulah umur udah kayak gini gak terlalu kuat kali lagi, Kalau dulu agak sering. Apalagi kalau malam itu kan disini dingin kali ,terpaksalah awak pake jaket biar gak kedinginan”. Beberapa tahun belakangan ini penghasilan dari menarik becak dirasakan bapak Muhanawi sangat menurun drastis dari tahun sebelumnya. Diperkirakan Universitas Sumatera Utara 69 kemungkinan penyebab berkurangnya penghasilan para penarik becak saat ini disebabkan semakin tingginya jumlah angkot angkutan umum yang beroperasi di Kota Pematang Siantar. Angkot menawarkan Tarif ongkos yang relatif lebih murah dibandingkan dengan becak. Hal ini membuat para penarik becak kerap sekali kalah bersaing dalam proses memperoleh penumpang. Seingat bapak Munahawi dulunya ada perjanjian antara tukang becak dan angkutan umum dalam jam beroperasi, angkutan umum beroperasi pukul 06.00 - 18.00 Wib dan becak mulai beroperasi pukul antara 18.00 - larut malam. Akan tetapi perjanjian itu hanyalah perjanjian secara lisan saja, sehingga lama kelamaan peraturan itu mulai hilang dan tidak ada lagi pembatasan terhadap jam - jam beroperasi antara keduanya. Bapak Munahawi berasumsi bahwa dulu becak BSA pernah mencapai ribuan unit. Namun saat ini yang tertinggal di Kota Pematang Siantar paling hanya berkisar 250 unit saja. Berkurangnya jumlah BSA tersebut diperkirakan dikarenakan beberapa penarik becak sudah menjual becak motor BSA dan menggantikan motor penggerak becak dengan motor pabrikan Cina atau Jepang. Alasan para penarik BSA menjual motor BSA nya cenderung dikarenakan alasan paksaan kondisi ekonomi. Karena penarik becak mempunyai keluarga yang harus dinafkahi. Keunikan motor jenis BSA membuat beberapa para penggemar motor sangat meminati jenis motor ini. Apalagi kandungan nilai historis yang melekat pada jenis motor BSA ini menyebabkan nilai jualnya dihargai cukup tinggi. Sepengetahuan Universitas Sumatera Utara 70 bapak Muhanawi harga pasaran becak BSA berkisar diatas 25 jutaan. Pasaran harga ini diketahui oleh bapak Muhanawi karena ia berpengalaman ketika becak motor miliknya pernah ditawari oleh seseorang etnis Tionghoa dengan kisaran harga tersebut. Namun bapak Muhanawi menolak tawaran tersebut. Menurut bapak Muhanawi, tingginya harga becak BSA belakang ini dipengaruhi oleh keunikan dan nilai historis yang terkandung pada becak BSA karena konon sepengetahuan bapak Muhanawi becak BSA adalah benda peninggalan perang dunia kedua. Awalnya Di Kota Pematang Siantar, becak bermotor semuanya menggunakan motor BSA sehingga saat ini becak motor BSA sudah merupakan ikon bagi Kota tersebut. Dalam pelestarian becak motor BSA, menurut Bapak Muhanawi pemerintah daerah kurang memperhatikan nasib mereka. Akan tetapi baru belakangan ini semua penarik becak BSA mendapatkan sejumlah bantuan dari pemerintah melalui BOMS yakni berupa ban, rantai dan sejumlah uang perawatan sebesar Rp.475 ribu. Menurutnya BOM sangat memperjuangkan nasib mereka. Universitas Sumatera Utara 71

2. Bapak Edi Penarik Becak BSA di Pangkalan Jl. Wahidin

Bapak Edi 46 tahun merupakan seorang penarik becak yang sudah menarik becak sejak tahun 1985 atau dapat dikatakan ia sudah menarik becak selama 29 tahun lamanya. Tempat mangkal bapak Edi biasa menunggu penumpang berada di jalan Wahidin bersama dengan teman - teman satu pangkalannya. Di pangkalan becak ini, terdapat juga becak yang motor penggeraknya bukan becak BSA, melainkan motor penggerak pabrikan Jepang dan Cina. Disana mereka terlihat cukup akur walaupun jenis becak berplat hitam tersebut tidak disukai oleh beberapa para penarik becak BSA. Alasan mereka untuk tidak gaduh, karena penarik becak motor Jepang dan Cina itu dulu juga memakai BSA seperti mereka akan tetapi karena tuntutan ekonomi mereka sudah menjualnya. Saat ini Bapak Edi tinggal bersama seorang istri dan dua Gambar 4.2 Informan kedua Bapak Edi di kawasan pangkalan Jalan wahidin Universitas Sumatera Utara 72 anaknya, salah satu diantaranya laki - laki berumur 7 tahun dan seorang perempuan masih berumur 3 tahun. Becak yang dikendarai oleh bapak Edi berjenis BSA 500 cc tahun 1941, seharga 350 ribu yang dibelinya tahun 1985 silam. Sebelum mengendarai BSA, pada awalnya bapak Edi pernah menggunakan Harley Davidson sebagai penggerak becaknya. Namun, dikarenakan Harley Davidson boros bahan bakar maka ia pun beralih ke becak BSA. Seperti penuturan bapak Edi berikut: “dulu pertama kali kubeli becak ini tahun 1985, harganya waktu itu 350 ribu. Kalau dulu, macam Harley Davidson udah pernahnya dulu kami pake itu narik becak yang keras kalinya ngisap minyak, biar irit pake BSA lah jadinya. Makanya kalau sekarang awak nengok orang naik Harley Davidson gak pala heran awak itu lihatnya” Sebelum berprofesi sebagai penarik becak bapak Edi mengungkapkan bahwa ia pernah menjadi seorang pedagang tanpa mengucapkan jenis dagangannya akan tetapi, karena hasil dari bedagang dirasanya kurang memuaskan ia pun beralih profesi menjadi seorang penarik becak. Awal pertama kali menarik becak, pendapatan sebagai penarik becak dulu dirasakan bapak Edi cukup memuaskan tapi beberapa tahun akhir ini bapak Edi merasakan kalau pendapatannya sangat merosot drastis. “kalau dulu waktu belum banyak kali jumlah angkot di Siantar ini, masih lumayan lah penghasilan kami, masih bisa kami menabung sedikit - sedikit tapi sekarang jangankan jumlah angkot, becak - becak plat hitam pun dah muncul satu - satu padahal sebenarnya kan mana ada izin becak plat hitam bisa dibuat narik penumpang”. Ujar bapak Edi. Mengenai harga pasaran becak BSA saat ini, sepengetahuan bapak Edi harganya minimal 40 jutaan keatas. Itu pun tergantung original becaknya kalau masih Universitas Sumatera Utara 73 banyak sparepartnya yang asli bisa di hargai lebih mahal lagi. Harga itu di ketahuinya karena baru - baru ini pada tahun 2013 banyak orang datang dari pulau jawa dan bali yang mencarinya dan beberapa teman seperjuangan sebagai penarik becak sudah ada yang menjualnya. Menurut perhitungan bapak Edi saat ini jumlah becak BSA yang berada di Kota Pematang Siantar kurang lebih hanya 300 unit saja. Biasanya bapak Edi mulai menarik mulai jam 10.00 - pukul 22.00 Wib. Tarif ongkos yang ditetapkannya kepada penumpang tidak ada patokan semua berdasarkan nego antara penarik becak dan penumpang. Seperti penuturan bapak Edi: “Kalau ongkos gak ada patokannya, semuanya tergantung jauh dekat. Ya, minimal lah 10 ribu. Kebanyakan penumpang kami disini kalau gak karna buru - buru kalau nggak, gak tau dia dimana jalan tempat tujuan paling itunya” Pendapatan yang diperoleh oleh bapak Edi rata - rata berkisar 50 ribu per hari. Apabila dia masih semangat terkadang ia juga menarik sampai larut malam sekali. karena menurutnya, akan ada saja penumpang yang membutuhkan tumpangan becak. Selain itu apabila sudah larut malam biasanya angkot tidak ada yang beroperasi lagi paling mereka beroperasi sampai jam 9 saja itu pun sudah jarang sekali. Jadi pada waktu - waktu seperti inilah agar menambah penghasilan lebih. Hal tersebut seiring dengan pernyataan Edi berikut: “kalau narik malam hari ongkosnya pun agak mahal sedikit kami buat apalagi kalau sampai larut malam. Penumpang itu pun mengertinya itu, wajarlah kan namanya awak narik malam belum tentu nanti dapat penumpang. Sementara awak nunggu - nunggu penumpang sambil kedinginan. Adapun penumpang malam hari satu atau dua orang ajanya itu. Paling orang yang kemalaman ajanya itu pulangnya berhubung angkot pun gak ada lagi terpaksalah dia naik becak”. Universitas Sumatera Utara 74 Selain mengandalkan pendapatan dari menarik becak, bapak Edi juga memiliki pendapatan tambahan yaitu mengantar jemput anak sekolah. Jadi, keluarga dari si anak yang di antar jemput tadi akan membayar biaya transportasi becak sekitar 200 ribu per bulannya. Seperti perkataan bapak edi berikut: “kerja sampingan kita gak adanya bang, paling ngantar jemput anak sekolah itu ajanya bg. Itu pun 200 ribu ajanya dikasih orang tua anak itu. Lagi pula karna dekat rumahnya. Ya lumayan lah untuk nambah - nambah uang minyak”. Seingat bapak Edi dulunya ada perjanjian antara penarik becak dan angkot, yaitu mengenai pembatasan jam beroperasi diantara keduanya. Kalau angkot beroperasinya pukul 06.00 - 18.00 Wib, sedangkan becak beroperasi mulai dari pukul 18.00 - larut malam. Tapi perjanjian itu hanya sebatas lisan saja. Namun, sekarang kedua alat transportasi ini mulai melupakannya sehingga sekarang ini kedua transportasi ini beroperasi tanpa ada ikatan waktu. Untuk merawat becak tua sejenis BSA memang sungguh sulit, disamping spare part nya tidak ada lagi di jual di pasaran, pabriknya pun sudah lama ditutup. Jadi, untuk mengganti spare part yang sudah rusak biasanya para penarik becak membubutnya di bengkel bubut yang khusus melayani becak BSA. Seperti penuturan bapak Edi berikut: “kalau mau membubut biasanya kami kebengkel gema karya di Jalan Tombang atau kalau nggak bengkel leo di Jalan Rangkuta Sembiring. Seperti inilah sambil menunjuk kearah bagian spare partnya, kalau untuk memperbaiki tromol atau bus senggol ini, paling tidak habis - habis 30 ribu sampai 50 ribuanlah kira - kira” Universitas Sumatera Utara 75 Untuk mengurus STNK BSA nya biaya yang dikeluarkan bapak Edi berjumlah 350 ribu. Seperti penuturan bapak Edi: “Dulu kalau surat becak motor kita mati gak mau polisi itu nangkapnya kalau STNK matilah baru dia mau nangkap itu. Berlakunya peraturan itu mulai dari gubernur Rajainal lah dulu itu mulai berlaku”. Disamping itu juga Bapak Edi mengatakan bahwa dia dan teman - teman sesama penarik pernah diundang beramai - ramai oleh walikota Pematang Siantar sewaktu kepemimpinan Bapak Zulkifli Harahap sebagai Walikota Pematang Siantar 1989 - 1994 untuk pergi kemedan untuk ikut serta memeriahkan pemberian penghargaan terhadap kota Pematang Siantar. Penghargaan itu diantaranya adalah Piala Wahana, Tata Nugraha dan Piala Kota Adipura. Di medan mereka diajak konvoi beramai - ramai untuk menunjukkan bahwa BSA adalah Ikon kota Pematang Siantar. Namun, saat ini Bapak Edi dan teman - teman merasakan kalau saat ini pemerintah kurang peduli akan nasib mereka. Seperti penuturan bapak Edi berikut: “cat becak inilah pernah ada bantuan pemerintah, baru inilah berapa bulan yang lewat ada bantuan dari PEMKO sekitar 475 ribu”. Saat ini semua para penarik becak BSA di kota Pematang Siantar hampir semuanya tergabung kedalam Organisaasi BOMS. menurut pengakuan Bapak Edi hanya BOMS saja yang sampai saat ini mau menampung aspirasi dan memperjuangkan keberadaan mereka. Universitas Sumatera Utara 76

3. Heri Zakaria Penarik Becak BSA di Pangkalan Jl. Persatuan

Bapak Heri 37 Tahun adalah seorang warga Jl. Bali yang sudah berprofesi sebagai penarik becak mulai tahun 1991. Saat ini dia tinggal bersama seorang istri dan tiga anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, Sedangkan istrinya hanya seorang ibu rumah tangga. Profesi sebagai penarik becak digeluti oleh bapak Heri sejak masih lajang. Setelah tamat SMU, bapak Heri pernah bekerja sebagai kuli bangunan, mengetest untuk masuk menjadi militer, dan akhirnya menjadi seorang penarik becak sampai sekarang ini. Alasan bapak Heri menyukai pekerjaan ini karena dia tidak suka di perintah oleh orang lain. Seperti penuturannya berikut: “Enaknya narik becak ini, awak gak bisa di perintah - perintah sama orang. Terus waktu kerja pun terserah sama kita. kalau mau gak narik dulu bisa, kan gak ada yang mau melarang” ujar bapak Heri Gambar 4.3 Informan ketiga Bapak Heri Zakaria di pangkalan Jalan Persatuan Universitas Sumatera Utara 77 Motor BSA milik bapak Heri berjenis BSA 350 cc produksi tahun 1953 yang merupakan becak dari peninggalan almarhum ayahnya. Biaya pajak becak bermotor yang harus dikeluarkan setiap waktu pembayarannya senilai Rp.62 ribu. Bapak Heri juga mengatakan bahwa becak BSA mempunyai perbedaan dengan kendaraan bermotor pada umumnya. Seperti penuturannya berikut: “Orang yang gak biasa, pasti susah peke becak BSA ini. lihat lah kalau seperti engkol dan rem BSA posisi berada di sebelah kiri tidak kayak seperti sepeda motor biasanya dia”. Tutur bapak Heri Setiap harinya bapak Heri mulai beroperasi menarik becak mulai dari 07.00 Wib - 23.00 Wib. Tempat bapak Heri mangkal berada di Jl.Persatuan namun terkadang juga mangkal di Jl.Gotong Royong. Di pangkalan Jl. Persatuan ini, para penarik becak berplat hitam dan penarik becak BSA tidak memiliki hubungan yang cukup baik. Tak jarang juga diantara mereka sering terjadi pertengkaran adu mulut antara satu dan yang lainnya. Pertengkaran tersebut terjadi karena menurut para penarik becak BSA, jenis motor berplat hitam produk Jepang dan Cina tersebut seharusnya tidak di perbolehkan untuk mengangkut penumpang. Seperti penuturan bapak heri berikut: “kami gak kompak sama orang itu, terkadang mau juga kami sama orang itu bertengkar adu mulut, tapi kalau berantam belum pernah“. Sebagai salah satu alat transportasi yang melayani mobilitas dalam kota, becak BSA tidak hanya bersaing dengan becak berplat hitam saja, tetapi juga bersaing dengan angkot angkutan kota. Di Siantar pertumbuhan angkot berkembang sangat pesat. Selain daya angkutnya banyak, harga ongkos yang ditawarkan jenis alat transportasi ini juga jauh lebih ekonomis, sehingga alat transportasi ini cukup banyak Universitas Sumatera Utara 78 diminati oleh masyarakat. Menurut bapak Heri sebenarnya dulu ada kesepakatan antara pihak angkot dengan becak BSA yaitu, angkot hanya bias beroperasi sampai jam 6 sore, sedangkan becak beroperasi mulai jam 6 sore sampai malam hari. Tapi saat ini, beberapa angkot masih saja ada yang beroperasi hingga malam hari. Penghasilan bapak Heri rata - rata mencapai Rp.100 Ribu per harinya. Menurut pengakuan bapak Heri penghasilan dari menarik becak terbilang cukup memenuhi kebutuhan harian saja. Padahal sewaktu sebelum banyaknya jumlah angkot yang beroperasi di Siantar, penghasilan para penarik becak terbilang cukup memuaskan dan profesi sebagai penarik becak bisa di bilang cukup menjanjikan. Hal ini seiring dengan penuturan bapak Hery berikut: “Kalau dulu waktu belum banyak kali angkot, 100 ribu itu udah sejahtera kita, karena harga - harga kan masih murah. Kalau sekarang 100 ribu itu masih pas - pas aja nya itu. Minyak aja udah 20 ribu, rokok 20 ribu, belum lagi untuk anak - anak sekolah dan biaya lainnya”. Selain mengandalkan penghasilan dari mencari penumpang, pemasukan sampingan bapak Heri adalah mengantar jemput anak sekolahan. Setiap harinya ia memperoleh Rp. 15.000. Biasanya untuk menghantarkan anak tersebut kesekolah bapak Heri harus sudah siap di depan rumah anak sekolah tersebut pukul 7.30 Wib dan juga harus menjemputnya pukul 12.00 Wib setiap harinya. Seperti perkataan bapak heri berikut: “selain uang masukku dari nunggu penumpang di pangkalan ini, setiap hari dari mengantar jemput anak pulang sekolah dapat gaji juga nya aku 15. Jam - jam 7 pagi kuantarkanlah anak itu kesekolahnya, baru jam 12 siang kujemput lagi orang itu. Itu pun karna takutnya orang tuanya anaknya waktu nyeberang jalan. Universitas Sumatera Utara 79 Tarif ongkos untuk tumpangan BSA tidak mempunyai ketetapan yang pasti. Tarif ongkos tersebut ditetapkan berdasarkan negosiasi antara penarik becak dan penumpang. Akan tetapi biasanya para penarik becak BSA menetapkan harga ongkos berdasarkan jarak tujuan penumpang tersebut. Biasanya ongkos paling murah untuk sekali menaiki kendaraan BSA paling murah minimal 10 ribu. Menurut bapak Hery, biasa penumpang yang menaiki kendaraannya adalah orang yang ingin mengejar waktu atau tidak mengetahui alamat tujuannya. Dalam hal perawatan becak, bapak Heri biasanya memperbaiki becaknya sendiri. Tapi, Berhubung karena spare part becak BSA sudah tidak ada lagi di produksi. Biasanya bapak Heri membubutkannya di bengkel Rohim di jalan Tombak. Tidak hanya membubut, bengkel di jalan Rohim ini juga menggunakan sistem kanibalisme dari motor atau mobil lain. Seperti piston contohnya, mereka menggantikannya dengan piston mobil Daihatsu Hijet Daihatsu Zebra. Bagian - bagian becak BSA yang biasa dibubut oleh bapak Heri adalah shock depan, gigi tank dan piston. Saat ini, Organisasi becak yang masih aktif dikalangan para penarik becak adalah organisasi BOMS BSA Owner Motorcycle Siantar. Sepengetahuan bapak Heri, para penarik BSA saat ini semuanya tergabung kedalam Organisasi BOMS. Bapak Heri sendiri baru menjadi anggota BOMS sekitar 3 Tahun yang lewat. Menurutnya organisasi BOMS sangat membantu mereka dalam banyak hal. Seperti penuturannya berikut: Universitas Sumatera Utara 80 “Kalau Ulang Tahun BOMS, kami di bagi - bagikan orang itu nya sembako, baru kemaren ada pembagian uang sebesar 475 ribu dari PEMKO itu pun karena didesak BOMS nya itu maka kami dapat” 4.4. Interpretasi Data 4.4.1. Profesi Penarik Becak BSA Sebagai Mata Pencaharian