Bengkel Becak Motor BSA

87 terjalin sesama penarik becak cukup baik layaknya hubungan yang terbentuk antara sesama penarik becak. Ketika menunggu penumpang datang, aktivitas yang dilakukan para penarik becak di sekitar kawasan Kota Pematang Siantar adalah bermain catur, memperbaiki kerusakan - kerusakan becak, ngobrol dengan teman, bahkan tak jarang juga mereka membahas politik ataupun kebijakan pemerintah yang ada di Indonesia

4.4.3. Bengkel Becak Motor BSA

Bengkel becak Motor BSA merupakan tempat untuk pemeliharaan, perawatan, perbaikan, modifikasi, serta melakukan pembubutan suku cadang BSA. Di Kota Pematang Siantar, Semua becak BSA merupakan motor tua dengan tahun pembuatan rata - rata 1941 hingga 1956. Selain itu, karena pabriknya sudah ditutup maka suku cadangnya pun sudah tidak ada lagi beredar di pasaran. Jadi, agar becak BSA tetap stabil, maka perawatannya pun harus lebih khusus apabila dibandingkan dengan motor keluaran baru seperti sekarang ini. Dalam perawatan rutin, biasanya penarik becak BSA melakukan service sendiri untuk menjaga kestabilan becaknya. Berdasarkan pengamatan dilapangan, peneliti menemukan bahwa hampir setiap penarik becak BSA mempunyai kemampuan otomotif untuk memperbaiki BSA nya. Memperbaiki becak sendiri merupakan salah satu cara yang digunakan oleh para penarik becak untuk menghemat biaya pengeluaran. Kemampuan memperbaiki becak tersebut diperoleh dari berbagai pengalaman yaitu, melakukan perbaikan ke bengkel, belajar dari teman, dan proses belajar memperbaiki becak sendiri. Namun, untuk mengganti suku cadang spare Universitas Sumatera Utara 88 part seperti lemer boring, gear, shock breaker, ataupun piston para penarik becak harus melakukannya di bengkel - bengkel khusus BSA. Setelah Indonesia merdeka, becak motor BSA sebenarnya tidak hanya ada di Kota Pematang Siantar saja namun tersebar diseluruh penjuru tanah air. Akan tetapi karena bengkel khusus yang melayani becak BSA hanya ada di Kota Pematang Siantar saja, maka motor BSA hanya dapat bertahan pada kota ini. Menurut informasi yang diperoleh peneliti dilapangan diketahui bahwa sebelum Kota Padang Sidempuan mengenal becak Vespa, pada awalnya disana lebih dahulu dikenal becak BSA. Namun, karena bengkel khusus yang melayani BSA tidak ada maka alat transportasi becak BSA hanya sebentar saja dapat bertahan di kota tersebut. Di Kota Pematang Siantar ada lima bengkel dan dua orang yang dianggap berjasa terus melestarikan becak Siantar. Bengkel tersebut antara lain bengkel Handayani, bengkel milik Syafii Leo, bengkel Rahayu, bengkel milik Mbah Sari, dan bengkel bubut milik Rohim. Dua lainnya adalah bengkel khusus dinamo BSA milik Tikno dan bengkel milik Yadi di daerah Karangsari. Sebagai sebuah bagian yang berperan penting dalam mempertahankan keberadaan becak motor BSA, bengkel BSA di Kota Pematang Siantar mempunyai tenaga - tenaga ahli yang memiliki keterampilan dalam membubut suku cadang dan membedah mesin BSA. Kemampuan tersebut di peroleh secara autodidak. Hal tersebut seperti pernyataan bapak Adi berikut : “pertama orang tua saya dulu buka bengkel, sewaktu itu masih bengkel sepeda. Kemudian belajar membubut BSA secara autodidak Universitas Sumatera Utara 89 setelah itu bengkelnya jadi bengkel becak BSA. Karena dasarku memang sekolah STM, setiap hari kulihat, kemudian kupraktekkan sekarang bengkel ini aku yang melanjutkan”. wawancara dengan bapak Adi 35 tahunpemilik bengkel Handayani pada 15 desember 2014 di Kota Pematang Siantar Hal ini sejalan dengan bapak Syfe’i berikut: “keahlian pembubutan sparepart BSA ini dimiliki oleh montir - montir di Siantar belajarnya secara autodidak. Pembubutan suku cadang BSA ini hampir sama layaknya dengan pembubutan seperti biasanaya”wawancara dengan bapak Syfe’i pemilik bengkel Leo pada 8 Mei 2014 di Kota Pematang Siantar Semakin berkurangnya jumlah becak motor BSA berdampak buruk terhadap penghasilan para pemilik bengkel. Menurut pengakuan para pemilik bengkel BSA, sewaktu masih banyak becak BSA yang beroperasi di Kota Pematang Siantar, mereka kerap sekali kewalahan menghadapi kunjungan pelanggan yang ingin memperbaiki BSA nya. Namun sekarang ini, dalam dua hari sekali pun belum tentu ada penarik becak yang hadir untuk memperbaiki becaknya. 4.4.4. BOM’S BSA Owner Motorcycles Siantar Sebagai Organisasi Penarik Becak BSA di Kota Pematang Siantar BOM’S merupakan suatu wadah sebagai tempat berkumpulnya para pengguna, pemilik, dan pencinta motor BSA. Organisasi ini dibagi menjadi dua divisi yaitu, divisi biker pencinta roda dua mempunyai misi hanya sosial saja, sedangkan pada devisi becak roda tiga mempunyai tujuan untuk mempertahankan Cagar Budaya motor BSA yang sekaligus merupakan simbol budaya Siantar yang memiliki masyarakat heterogen. Pada bagian devisi becak, BOM’S berperan aktif dalam Universitas Sumatera Utara 90 memajukan anggota - anggotanya yang semuanya merupakan para penarik becak BSA di Kota Pematang Siantar. Menurut Bapak Kusma Erizal Ginting Ketua BOM’S Pusat mengatakan bahwa, Kehadiran BOM’S di tengah masyarakat Pematang Siantar bukan hanya semata sebagai sarana ajang berkumpulnya para pemilik BSA saja, tetapi juga untuk melestarikan sepeda motor BSA yang hampir punah. BOM’S mulai terbentuk pada 25 Juli 2006 yang lalu, dimana pada saat yang sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Kota Pematang Siantar berencana menerbitkan peraturan daerah yang memungkinkan sepeda motor baru buatan Jepang dan Cina menggantikan sepeda motor BSA. Dalih pemerintah kota dan Gambar 4.5 Bapak H.K. Erizal Ginting, SH Ketua BOM’S Pusat Universitas Sumatera Utara 91 DPRD, ingin meremajakan becak motor ini. Padahal secara tidak langsung tindakan ini akan menghilangkan Ikon budaya yang semestinya dilestarikan.. Untuk menanggapi Wacana Perda tentang peremajaan BSA tersebut, BOM’S yang beranggotakan para tukang becak dan masyarakat yang peduli akan kelestarian becak BSA pun melakukan berbagai perjuang. Bentuk perjuangan yang dilakukan adalah aksi protes ke jalan dan melakukan penekanan dengan pelayangan surat - surat Somasi ke Pemko dan DPRD Pematangsiantar. Alhasil, wacana Perda mengenai peremajaan becak BSA tersebut pun berhasil digagalkan. Akan tetapi perjuangan BOM’S tidak sampai disitu saja. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bapak Erizal Ginting Ketua BOM’S ada beberapa tuntutan yang diajukan oleh BOM’S terhadap pemerintah Kota Pematang Siantar. Tuntutan itu semuanya tergabung kedalam EMTURABS Empat Tuntutan Rakyat Bikers Becak BSA Siantar diantaranya yaitu: 1. Memintan dicabutnya perda yang berencana menghapuskan keberadaan becak BSA 2. Meminta diadakan pemutihan terhadap administrasi surat BSA karena sebagian besar BSA tidak memiliki surat disamping itu becak BSA juga merupakan hasil daur ulang dari kendaraan sekutu pada masa lampau. 3. Meminta dibuatkan perda yang menyatakan bahwa BSA ini merupakan satu - satunya kendaraan pariwisata resmi selain kendaraan umum di Kota Pematang Siantar. Universitas Sumatera Utara 92 4. Meminta dilahirkannya perda oleh DPRD yang berisikan bahwa BSA adalah benda cagar budaya yang harus dilindungi maka untuk itu dilarang terjadinya becak - becak keluar dari Pematang Siantar melalui proses jual beli atau proses apapun. Dari beberapa butir tuntutan diatas saat ini yang sudah terlaksana hanya point no.1 dan no.2 saja. Seperti penuturan Bapak Erizal Ginting Ketua BOM’S berikut : “Dari keempat tuntutan tersebut dua hal sudah terpenuhi yaitu point 1 dan 2. Maka pada tahun 2008 semua BSA sudah memiliki surat kepemilikan kendaraan bermotor. Sementara itu, pada point 3 dan 4 masih dalam perjuangan”. wawancara pada 5 Mei 2014 di Pematangsiantar Apabila tuntutan pembuatan perda pada point ketiga sudah berhasil disetujui, maka makna yang terkandung dari tuntutan tersebut adalah menjadikan becak BSA sebagai kendaraan pariwisata satu - satunya sehingga para penarik becak BSA ini mendapatkan penghasilan tambahan. Selain itu, untuk menghindari terjadinya persaingan kendaraan global seperti mopen dan becak buatan Jepang, guna mengantisipasi banyaknya jumlah mopen yang saat ini semakin membludak pertumbuhannya. Secara teknis yang harus dilakukan pemerintah adalah me- manage nya dengan travel perjalanan dan mencetak voucer yang disebarkan dengan lembaga pariwisata sehingga wisatawan yang ingin berkunjung wajib menggunakan kedaraan becak BSA ini sebagai transportasi tour. Seperti tour sejarah, kuliner, maupun agro wisata. Sedangkan pada point keempat, implementasi dari butir ini adalah melarang becak - becak BSA keluar dari Kota Pematang Siantar berhubung karena benda Universitas Sumatera Utara 93 tersebut merupakan benda cagar budaya. Akan tetapi, karena becak tersebut juga merupakan hak milik pribadi, maka para pemilik becak BSA ini juga berhak memperjual belikan. Oleh karena itu pemerintah harus membelinya dengan dana APBD. Sehingga apabila ada pemilik becak BSA yang ingin menjual ketika di beli maka BSA ini disimpan dan ketika ada masyarakat Siantar yang ingin membeli kembali diwajibkan memiliki beberapa syarat diantaranya, memiliki kartu tanda penduduk KTP bukti bahwa merupakan warga kota Pematang Siantar, motor BSA tersebut digunakan sebagai becak, dan apabila ingin menjual kembali maka harus dijual kembali ke pemerintah daerah. Struktur Organisasi BOM’S 1. Ketua Umum : H. Kusma Erizal Ginting, SH 2. Wakil Ketua : Edi Santoso 3. Wakil Ketua : Nusa LinAhuang Ketua Divisi Biker 4. Wakil Ketua : Safii R Ketua Divisi Becak 5. Sekretaris : Nur Hadi Wibowo 6. Wakil Sekretaris : Hamdan 7. Wakil Sekretaris : Sugeng PR 8. Bendahara : Glori Losari Aseng 9. Wakil Bendahara : Bahari 10. Wakil Bendahara : Rianto Nasution 11. Bidang Organisasi : Supriadi 12. Bidang Humas : Tono 13. Bidang Humas : Loso 14. Bidang KesLog : Tjin Tji Toni Universitas Sumatera Utara 94 15. Bidang KesLog : Suhendra Saputra 16. Bidang KesLog : Nazaruddin R 17. Bidang Keg : Hermanto 18. Bidang Keg : Yatmianto 19. Bidang Keg : Edi Wirya, SH Pada awal keberadaan becak BSA, ada beberapa organisasi paguyuban becak BSA yang ada di Kota Pematang Siantar diantaranya CV Karbevsi Karyawan becak veteran Siantar Simalungun, CV BPM Becak Pembangunan Maju, CV Cinta Maju, dan Firma Gabe Mas. Namun saat ini yang masih aktif memperjuangkan keberadaan becak BSA hanyalah BOM’S saja. Berbeda dengan organisasi sebelumnya, dalam organisasi BOM’S tidak dikutip iuran dalam bentuk apapun. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh para penarik BSA agar dapat menjadi anggota BOM’S yaitu, memiliki becak BSA sendiri dan aktif dalam mengikuti kegiatan - kegiatan Organisasi. Dalam menjaga eksistensinya sebagai ikon Kota Pematang Siantar, BOM’S yang beranggotakan para penarik becak BSA sering mengadakan kegiatan konvoi seputar jalanan di Kota Pematang Siantar. Selain itu, BOM’ juga sering diundang untuk turut memeriahkan HUT Kota Pematang Siantar dan pesta danau Toba. Universitas Sumatera Utara 95 4.4.5. Strategi Adaptasi Penarik Becak BSA 4.4.5.1. Modifikasi Tampilan Becak