12
BAB II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini peneliti menggunakan tinjauan kepustakaan untuk melihat hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi adaptasi dan becak bermotor.
Penelitian tentang strategi adaptasi dilihat pada petani garam, bandar judi togel, orang minang terhadap bahasa, makanan, dan norma masyarakat jawa, transmigrasi jawa di
Sungai Beremas, penjaga perlintasan kereta api, nelayan, masyarakat kutai terhadap lingkungan dalam menentukan pemukiman, masyarakat miskin, dan pekerja jepang
terhadap culture shock. Sedangkan becak bermotor dikaji berdasarkan pengetahuan tentang sejarah becak bermotor di Indonesia dan mancanegara.
2.1. Strategi Adaptasi
Marzali 2003 menjelaskan secara luas bahwa strategi adaptasi adalah merupakan perilaku manusia dalam mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
dalam menghadapi masalah - masalah sebagai pilihan - pilihan tindakan yang tepat guna sesuai dengan lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologi dimana mereka
hidup. Soerjono soekanto 2000 memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial:
1. Proses mengatasi halangan - halangan dari lingkungan 2. Penyesuaian terhadap norma - norma untuk menyalurkan ketegangan
3. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan 4. Proses perubahan - perubahan menyesuaikan dengan situasi yang berubah
Universitas Sumatera Utara
13
5. Memanfaatkan sumber - sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah Dari batasan - batasan diatas, disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses
penyesuaian - penyesuaian dari individu, kelompok maupun unit sosial, terhadap norma - norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan. lebih lanjut
tentang proses penyesuaian tersebut, Aminuddin menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan tertentu, diantaranya:
1. Mengatasi halangan - halangan dari lingkungan 2. Menyalurkan dari ketegangan sosial
3. Mempertahankan kelangsungan keluarga unit sosial 4. Bertahan hidup
Kapasitas manusia untuk beradaptasi ditunjukkan dengan usahanya untuk mencoba untuk mengelolah dan bertahan dalam kondisi lingkungannya. Dalam
soemarwoto 2004 dijelaskan untuk dapat bertahan dan menjaga kelangsungan hidup, setiap individu harus peka terhadap perubahan yang ada di lingkungan. Hal ini
dikarenakan kelangsungan untuk beradaptasi mempunyai nilai bagi kelangsungan setiap makhluk hidup di dunia. Makin besar kemampuan beradaptasi, makin besar
pula kelangsungan suatu jenis. Adaptasi dan perubahan adalah dua mata sisi uang yang tidak terpisahkan bagi
makhluk hidup. Adaptasi berlaku bagi setiap makhluk hidup dalam menjalani hidup
Universitas Sumatera Utara
14
dalam kondisi lingkungan yang senantiasa berubah. Bennett 1976 dan Pandey 1993 memandang adaptasi sebagai suatu perilaku responsif manusia terhadap
perubahan - perubahan lingkungan yang terjadi. Perilaku responsif tersebut memungkinkan mereka dapat menata sistem - sistem tertentu bagi tindakan atau
tingkah lakunya, agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Perilaku tersebut diatas berkaitan dengan kebutuhan hidup, setelah sebelumnya
melewati keadaan - keadaan tertentu dan kemudian membangun suatu strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi keadaan - keadaan selanjutnya. Dengan
demikian, adaptasi merupakan suatu strategi yang digunakan oleh manusia dalam masa hidupnya guna mengantisipasi perubahan lingkungan baik fisik maupun sosial.
Sebagai suatu proses perubahan, adaptasi dapat berakhir dengan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. oleh karenanya, adaptasi merupakan suatu sistem
interaksi yang berlangsung terus antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan ekosistemnya. Dengan demikian, tingkah laku manusia dapat mengubah suatu
lingkungan atau sebaliknya, lingkungan yang berubah memerlukan suatu adaptasi yang selalu dapat diperbaharui agar manusia dapat bertahan dan melangsungkan
kehidupan di lingkungan tempat tinggalnya. Bennett 1976. Beberapa penelitian strategi adaptasi yang dilakukan oleh para peneliti, antara
lain: Haryatno 2012 menjelaskan bahwa petani garam di Desa Kuwuh melakukan adaptasi kultural. Dalam adaptasi kultural, petani garam tidak hanya menghindari
bahaya yang ada di lingkungan. Namun juga penggunaan teknologi yang dimiliki oleh petani garam di Desa Kuwu. Teknologi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
15
1. Siwur, digunakan untuk mempermudah pengambilan garam dalam sumur penampungan. Siwur terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dan
diberi lubang untuk pegangan tangan yang berasal dari bambu apus. Pemilihan bahan tersebut digunakan dikarenakan bahan tersebut tidak cepat rusak apabila
terkena air garam. 2. Klakah, digunakan oleh petani garam untuk menjemur air garam di bawah sinar
matahari. Klakah terbuat dari bambu peting yang dibelah menjadi dua. Untuk panjang klakah yang dibuat petani garam antara satu dan lainnya mempunyai
ukuran berbeda, hal ini bertujuan untuk mempermudah penumpukan apabila turun hujan dan agar terlihat rapi. Pemilihan media bambu sebagai tempat menjemur air
garam, karena hasil yang di dapat lebih bersih dan tidak tercampur dengan tanah. Dalam penggunaan peralatan pembuatan garam, salah satu kendala yang dialami
petani garam adalah sering terjadi kerusakan pada kelakah. Hal ini dikarenakan klakah merupakan peralatan sederhana dan digunakan turun temurun. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengganti adalah menggunakan seng atau pipa paralon, namun hasil yang di dapat tidak sesuai dengan yang di harapkan.
3. Kepyur, berfungsi sebagai alat untuk mempercepat pembentukan butiran garam di dalam klakah sewaktu di jemur. Kepyur terbuat dari merang padi diikat dengan
menggunakan bilahan bambu apus dan di beri pegangan tangan di bawahnya. Cara penggunaan kepyur adalah dengan menabur naburkan bersama dengan air bleng di
atas klakah pada saat butiran garam mulai membentuk. 4. Kerik, digunakan oleh petani garam untuk mengambil butiran garam yang sudah
siap dan jadi untuk dipanen dari klakah. Kerik terbuat dari seng seperti perahu
Universitas Sumatera Utara
16
dengan ujungnya dibuat agak meruncing. Pada ujung sebuah kerik dibuat tidak sama, salah satu ujung dibuat meruncing dan salah satu ujungnya dibuat tumpul.
Tujuannya adalah untuk mempermudah pengambilan butiran garam pada klakah yang sulit di jangkau.
5. Blonjong, digunakan untuk mentiriskan garam agar terpisah antara air garam yang masih tercampur dengan butiran garam. Blonjong terbuat dari anyaman bambu
pada sisi kiri, kanan dan bawahnya terdapat lubang kecil yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air garam yang masih tercampur dengan butiran garam saat
selesai dipanen. 6. Ngaron , digunakan untuk menampung air bleng dari blojong. Ngaron terbuat dari
tanah liat mempunyai ukuran ± 15 cm, sangat sesuai untuk tempat menampung air bleng dari blonjong.
7. Payon, digunakan untuk menutup klakah agara terlindung dari air hujan, sehingga air garam yang ada di dalam klakah tidak tercampur dengan air hujan. Payon
terbuat dari rumput alang - alang yang disusun rapat dan diikat dengan menggunakan bilahan bambu apus.
Dengan adanya problem lingkungan dan teknologi, usaha yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan tersebut diwujudkan melalui perilaku - perilaku dalam
aktifitas pembuatan garam. Perilaku - perilaku tersebut adalah melakukan penimbunan garam, membuat peralatan pembuat garam sendiri, dan mencari
pekerjaan sambilan. Permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh petani garam
Universitas Sumatera Utara
17
mencakup perubahan cuaca yang tidak menentu, kondisi lumpur yang selalu berubah dan karakteristik air garam.
Azania 2013 menjelaskan bahwa bandar judi togel di kota Pasuruan melakukan adaptasi kultural dengan cara bergaul, mendekati, dan melakukan
“backing” dari aparat oknum tentara maupun polisi, kemudian membayar mereka agar dapat memberikan perlindungan bagi jaringan judi togel yang menjadi
tanggungjawab bandar wilayah. Hal tersebut dilakukan bandar wilayah agar terhindar dari penangkapan atau penggerebekan yang bisa mengancam sumber - sumber
kebutuhannya, dalam hal ini yakni mekanisme judi togel itu sendiri. Bandar wilayah memiliki peran yang penting dalam keberlangsungan aktivitas judi togel. Selain
mengepalai, memerintah, menggerakkan mekanisme, dan menjual sistem judi togel kepada masyarakat, ia juga bertanggung jawab atas kelancaran aktivitas judi togel.
Bentuk tanggungjawab tersebut berupa jaminan keamanan terhadap kelompok judi togel yang dikepalainya, dengan menjadi pemodal sekaligus pencari backing untuk
melindungi aktivitas judi togelnya. Bandar wilayah juga memiliki resiko - resiko dan harus menghadapi tantangan - tantangan sebagai konsekuensi atas keputusan yang
diambilnya dengan kegiatan menggeluti judi togel. Bandar dan orang - orang yang ada dalam jaringan judi togel beresiko besar untuk terjaring operasi penggerebekan
dan tertangkap polisi, Bandar wilayah juga bias mengalami kebangkrutan sewaktu waktu apabila mengalami kekalahan ataupun terjadi hal yang tidak menguntungkan
dalam bisnisnya. Namun, pengalaman yang dimiliki oleh Bandar wilayah karena
Universitas Sumatera Utara
18
telah mengikuti aktivitas togel sejak lama membuatnya memiliki cara - cara tersendiri untuk mempertahankan diri dan mempertahankan jaringannya.
Dalam penelitian Ariyani 2013 menjelaskan bahwa masyarakat minang di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang melakukan adaptasi
lingkungan sosial. Strategi adaptasi orang minang terhadap bahasa jawa adalah lebih sering menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang jawa baik
kepada masyarakat sekitar maupun kepada pembeli. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi adanya kesalahpahaman dalam berkomunikasi dengan orang jawa.
Strategi adaptasi orang minang dengan makanan jawa adalah memilah - milah makanan atau masakan sesuai dengan selera atau memasak sendiri. Strategi adaptasi
orang minang terhadap norma masyarakat jawa adalah berusaha untuk mematuhi segala tata tertib, mengikuti kegiatan atau acara yang di selenggarakan masyarakat.
Orang minang yang merantau di Sekaran memiliki perbedaan dengan lingkungan yang ditinggali, baik dalam kehidupan sosial maupun budaya. Orang minang yang
berkebudayaan minang dengan masyarakat Sekaran yang berkebudayaan jawa merupakan tantangan bagi orang minang untuk bertahan hidup di lingkungan tempat
perantauan. Elfira 2013 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa masyarakat jawa di
Sungai Beremas menggunakan sistem pengetahuan dan strategi adaptasi ekologi lingkungan alam. Strategi tersebut antara lain: pertama, menanam tanaman yang
bisa dikomsumsi guna memenuhi kebutuhan sehari - hari dengan tujuan untuk menghemat pengeluaran terhadap kebutuhan makanan, merekonstruksi lahan tidak
Universitas Sumatera Utara
19
subur menjadi lahan produktif, membuka lahan datar menjadi sawah dengan tujuan agar tidak membeli beras, dan menjadikan jagung sebagai makanan pokok selain
beras. Kedua, memelihara binatang ternak sapi milik orang dusun orang Siulak dan memelihara ayam sendiri secara tradisional. Ketiga, menjadi menjadi kuli kebun
upahan pada masyarakat Jawa yang tinggal di Kayu Aro dan menjadi kuli sawah bagi masyarakat Siulak. Selain itu juga mereka merantau ke Muara Bungo, Tebo, Bangko
dengan menjadi pekerja upahan di kebun kelapa sawit milik masyarakat Jawa yang tinggal disana. Masyarakat Transmigran jawa masih bertahan di Sungai Beremas
adalah karena yakin dengan masa depan mereka di daerah baru itu akan lebih baik dari pada kondisi yang dialami mereka di daerah asal. Prinsip “sinten ingkang
ndamel ngangge, sinten ingkang nanem ngunduh” yang artinya siapa yang berbuat maka akan menuai hasilnya. Hal ini merupakan keyakinan untuk selalu berusaha dan
tekun mengolah lahan di Sungai Beremas. Mereka merasa yakin bahwa masa depan petani di Sungai Beremas akan lebih baik dari pada sekarang.
Haryono 2005, meneliti bahwa nelayan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya menggunakan strategi adaptasi ekonomi yaitu dengan melakukan diversifikasi pekerjaan baik yang terkait dengan kegiatan kenelayanan
maupun diluarnya. Ada beragam peluang pekerjaan yang dapat dilakukan nelayan untuk memperoleh penghasilan tambahan di luar kegiatan mencari ikan diantaranya
adalah sebagai buruh tani, tukang becak, buruh bangunan, berdagang, pekerja serabutan. Upaya untuk melakukan diversifikasi pekerjaan amat ditentukan
kemampuan nelayan bersangkutan dalam menghadapi tekanan dalam hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
20
Nelayan memiliki ketergantungan pada lingkungan. Hal tersebut terutama pada nelayan tradisional. Ketergantungan dengan alam musim mengakibatkan mereka
tidak bisa melaut yang berakibat pada ketidakstabilan dan ketidakteraturan pada penghasilan mereka.
Seno 2012 menjelaskan bahwa panjaga perlintasan kereta api di Kota Surabaya menggunakan startegi adaptasi lingkungan sosial. Bagi penjaga lintasan
yang tidak resmi, apabila sebuah kereta api yang akan melintasi jalan raya tidak memberi sinyal berupa lampu dan suara, maka strategi adaptasi yang dilakukan yaitu
memarahi dan menyiram masinis dengan air agar masinis lebih memperhatikan kesalahan yang dibuatnya. Ada juga kendala yang dihadapi saat pengendara
berpacaran di tengah rel. strategi adaptasi yang dilakukan penjaga perlintasan adalah dengan menghentikan kereta api. Bagi penjaga lintasan kereta api yang resmi,
kendala yang dialami adalah pengendara tidak menghiraukan peringatan dari penjaga perlintasan setelah memberikan tanda bahwa kereta api akan melintas. Sebaliknya
strategi yang dilakukan penjaga perlintasan resmi seperti: penutupan perlintasan terlalu lama membuat pengendara marah. Strategi adaptasi yang dilakukan penjaga
perlintasan melakukan penjelasan dan pemahaman kepada mereka bahwa semua yang dilakukan adalah standar keselamatan. Pola kerja perlintasan kereta api tidak resmi
dan resmi berbeda. Hal itu dapat dilihat dari perekrutan, pembagian jadwal kerja, cara kerja dan peralatan yang digunakan serta penghasilan. Pola kerja tersebut berbeda
juga karena penjaga perlintasan kereta api resmi di kontrol dan diatur oleh PT.KAI kereta Api Indonesia, sebaliknya penjaga perlintasan kereta api yang tidak resmi
Universitas Sumatera Utara
21
bebas tanpa di kontrol dan diatur pihak PT.KAI Kendala dan strategi adaptasi yang dilakukan penjaga perlintasan resmi dan penjaga perlintasan tidak resmi juga berbeda.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan cara menjaga. Penjaga perlintasan yang tidak resmi menggunakan cara yang manual akan tetapi penjaga lintasan resmi
menggunakan teknologi yang canggih. Tetapi ada kesamaan kendala yang dihadapi kedua jenis pekerjaan ini yaitu adanya pengendara baik mobil, truk, bis, motor yang
menerobos perlintasan. Para pengendara terus melakukan kesalahan yang sama karena tidak sabar menunggu kereta api melintas.
Satria 2012 dalam penelitiannya mengenai strategi adaptasi nelayan terhadap perubahan ekologis, menjelaskan bahwa strategi adaptasi yang dilakukan
nelayan di Pulau Panjang adalah strategi adaptasi sosial ekonomi. Adaptasi yang di maksud adalah bagaimana rumah tangga nelayan di Pulau Panjang melakukan
tindakan sosial ekonomi dalam merespon berbagai bentuk perubahan ekologis yang ada di wilayahnya. Pilihan - pilihan adaptasi yang dilakukan nelayan antara lain:
menganekaragamkan sumber
pendapatan, memanfaatkan
hubungan sosial,
memobilisasi anggota rumah tangga, melakukan penganekaragaman alat tangkap, melakukan perubahan daerah tangkapan, serta melakukan strategi lainnya, yakni
berupa penebangan pohon mangrove secara illegal dan mengandalkan bantuan - bantuan dari berbagai pihak.
1. Penganekaragaman pendapatan
Universitas Sumatera Utara
22
Masyarakat lokal yang bergantung pada sumber daya alam sebagai matapencarian seringkali menanggulangi ketidakpastian penghasilan dengan diversifikasi
matapencarian. Masyarakat nelayan padang panjang, selain menangkap ikan di laut juga bekerja sebagai petani kebun dan menggarap ladang di desanya artinya
penganekaragaman sumber pendapatan tidak hanya bidang perikanan saja, seperti tambak, budidaya rumput laut, dan pengolahan ikan tradisional, akan tetapi
mencakup juga kegiatan di bidang non perikanan. Kegiatan non perikanan yangdilakukan nelayan dalam menambah pendapatan adalah menjadi buruh
bangunan, buruh perusahaan, dan kuli - kuli panggul di pasar. 2. Penganekaragaman alat tangkap
Sebelum terjadinya perubahan ekologis di kawasan ini, idealnya nelayan hanya memiliki satu alat tangkap. Saat ini nelayan harus menambah tiga sampai lima alat
tangkap agar bisa bersahabat dengan kondisi lingkungan pesisir yang sudah mengalami perubahan, ditambah lagi kondisi cuaca yang tidak menentu.
3. Perubahan daerah tangkap Nelayan tradisional pulau panjang merupakan nelayan dengan akses teknologi dan
informasi yang terbatas. Perubahan ekologis yang terjadi di daerah tersebut menyebabkan hilangnya tempat atau daerah penangkapan ikan. Kondisi
lingkungan pesisir yang mengalami peruahan ekologis serta iklim yang semakin ekstrim bisa menggeser area penangkapan ikan kedaerah yang lebih jauh.
4. Memanfaatkan hubungan sosial
Universitas Sumatera Utara
23
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan sosial yang dimiliki rumah tangga nelayan padang panjang dengan rumah tangga lain di lokasi penelitian merupakan
hubungan sosial yang basisnya adalah hubungan keluarga genealogis. Namun, ada basis lain yaitu kekerabatan keluarga luas dan pertetanggaan yang di
sebabkan oleh letak tempat tinggal para nelayan yang saudara saudaranya berdekatan.
5. Mobilisasi anggota rumah tangga Dalam rumah tangga nelayan padang panjang anggota keluarga juga terlibat dalam
hal menambah penghasilan keluarga. Baik anak maupun istri ikut serta dalam bekerja dalam rangka menambah penghasilan keluarga.
6. Strategi adaptasi lain: penebangan mangrove Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari di saat pendapatan
laut tidak memungkinkan lagi untuk mencukupi kebutuhan. Nelayan biasanya menggunakan mangrove untuk bahan bangunan pasak bumi, kayu bakar dan
bahan untuk menancapkan alat tangkap ikan di laut. Perubahan ekologis di Padang Panjang meliputi perubahan ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang.
Perubahan ekologis terjadi karena munculnya pelabuhan akibat berkembangnya pertambangan batu bara, pembukaan tambak udang dan bandeng oleh masyarakat,
penebanagan liar, dan pendirian pemukiman di daerah pesisir tersebut. Dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh nelayan Pulau Pandang Panjang adalah
Universitas Sumatera Utara
24
sebagai berikut menurunnya keanekaragaman ikan, hilangnya substrat, hilangnya matapencarian masyarakat, dan menurunnya kesempatan berusaha.
Abdillah 2012 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, masyarakat kutai di Situs Kota Bangun melakukan adaptasi lingkungan. Dalam melakukan adaptasi
mereka menyesuaikan kebudayaan dengan lingkungan alamnya dan dalam proses adaptasi ini mereka mendayagunakan lingkungannya agar dapat melangsungkan
hidup. Kota - kota islam di Nusantara sebagian besar memilih lokasi di pesisir sungai besar dengan alasan pertimbangan jalur lintas, faktor ekonomi dan magis religius.
Secara geologis kawasan Urigin memenuhi syarat tersebut karena terletak pada lokasi yang lebih tinggi serta di apit oleh sungai besar dan dua rawa, mudah di jangkau, baik
dari pedalaman maupun dari tenggarong, tanah subur serta dekat dengan sumber air Nasution 2006 dalam penelitiannya menjelaskan, strategi adaptasi yang
dilakukan masyarakat miskin yang ada di Kelurahan Tegal Rejo adalah strategi adaptasi ekonomi. Strategi adaptasi yang digunakan adalah pengontrolan komsumsi
dan pengeluaran seperti mengurangi pola dan jenis makan, penggantian makanan yang dikomsumsi dengan makanan yang lebih murah atau terjangkau, memperbaiki
rumah sendiri, menanam tanaman yang bisa dikomsumsi di pekarangan rumah mereka, membeli barang - barang yang murah dan tidak membeli barang - barang
yang tidak penting, mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan, pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis seperti raskin dan beasiswa - beasiswa
bagi anak - anak kurang mampu atau miskin dan menguranagi bepergian ke pesta. Kenaikan harga BBM berdampak luas pada semua lapisan masyarakat, terutama
Universitas Sumatera Utara
25
masyarakat yang tergolong tingkat ekonomi lemah. Hal yang paling nyata dapat dilihat dalam kehidupan sehari - hari yakni, dalam sebuah rumah tangga dimana ibu -
ibu sangat merasakan dampak dari kenaikan harga BBM yaitu semua harga kebutuhan pokok menjadi melambung diatas harga yang biasanya di pasaran. Hal ini
tentu sangat memberatkan kehidupan perekonomian dalam rumah tangga mereka, selain harga - harga kebutuhan pokok ini akan menjadi naik, kenaikan harga BBM
yang tinggi juga menyebabkan biaya untuk transportasi menjadi meningkat sehingga mempengaruhi mobilitas masyarakat untuk bisa pergi atau sampai ke suatu tempat
karena biaya transportasi atau ongkos menjadi lebih tinggi. Efek lain dari kenaikan harga BBM adalah tingginya biaya pendidikan dan kesehatan. Ini tentunya semakin
memperberat kehidupan masyarakat yang sudah di persulit oleh masalah kebutuhan pokok.
Dalam penelitian Noviarti 2011 menjelaskan bahwa nelayan di Sumatera Barat dalam menghadapi permasalahan kesejahteraan hidup, menggunakan strategi
adaptasi ekonomi. Untuk meningkatkan tingkat ekonomi, nelayan melakukan berbagai pekerjaan sampingan di sekitar kawasan tempat tinggal mereka, baik
kegiatan yang berhubungan dengan perikanan maupun kegiatan yang tidak memiliki hubungan dengan perikanan. Pekerjaan sampingan yang dilakukan mereka seperti
menjadi buruh di pelabuhan atau kilang, bertani sawah, ataupun berladang. Disamping itu, istri para nelayan juga ikut serta berkontribusi dalam peningkatan
ekonomi keluarga. Pekerjaan yang sering digeluti oleh istri nelayan adalah bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh di pasar, dan berdagang kecil - kecilan
Universitas Sumatera Utara
26
dirumah. Walaupun kawasan tempat tinggal keluarga nelayan berdekatan dengan tempat wisata, akan tetapi hanya sedikit rumah tangga nelayan yang terlibat pada
sektor tersebut. Nelayan yang terlibat pada sektor tempat wisata sebagian besar menambah penghasilan mereka dengan menyewakan bot dan menjual makanan
secara kecil - kecilan. Hambatan yang dihadapi keluarga nelayan dalam meningkatkan kualitas hidup antara lain ada dua aspek yaitu, hambatan kondisi
geografis dan rendahnya sumber daya manusia pada keluarga nelayan. Kirana 2012 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa para pekerja jepang
sebelum datang ke Surabaya melakukan beberapa strategi adaptasi guna menghadapi lingkungan sosial yang baru. Beberapa strategi adaptasi yang mereka lakukan antara
lain: 1. Melakukan persiapan sebelum berangkat ke Surabaya
Agar tidak merasa kesulitan saat tiba di lingkungan yang baru, para pekerja jepang mengumpulkan berbagai informasi dari orang lain untuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan Indonesia, dengan cara mengikuti pelatihan khusus, atau bertanya kepada orang lain yang di anggap lebih mengerti dan berpengalaman.
2. Melakukan hal - hal yang menjadi kegemaran Para pekerja jepang di Surabaya juga melakukan hal - hal yang menjadi
kegemaran mereka untuk beradaptasi sekaligus menghilangkan stress yang mereka rasakan karena culture shock. beberapa kegemaran yang biasa mereka lakukan
antara lain, mendengar musik, berolahraga, dan berjalan - jalan.
Universitas Sumatera Utara
27
3. Bersikap terbuka Sikap terbuka ini diklasifikasikan lagi menjadi dua hal yaitu yang pertama
bersikap terbuka terhadap rekan kerja dengan cara mengutarakan langsung kesulitan yang dialami kepada rekan kerja, dan yang kedua adalah bersikap
terbuka dengan menjalin hubungan baik dengan orang Indonesia dan orang Jepang yang ada di Indonesia. Hubungan baik itu dilakukan dengan sering ngobrol, jalan -
jalan bersama, beraktivitas bersama, dan lain sebagainya. 4. Hanya membiasakan diri dengan kebiasaan orang Indonesia
Mereka membiasakan diri dengan kebiasaan rekan kerjanya yang merupakan orang Indonesia.
Selain beberapa strategi tersebut, faktor - faktor yang mendukung adaptasi yang dilakukan pekerja jepang yaitu sifat yang terbuka dan fleksibel untuk dapat di
mengerti dan menerima budaya dan kebiasaan di tempat yang baru.
Universitas Sumatera Utara
28
2.2 Becak Sebagai Alat Transportasi di Berbagai Belahan Dunia 2.2.1 Sejarah Perkembangan Becak