Status Gizi Gambaran Pola Penyapihan dan Status Gizi Anak Usia 0-59 Bulan di Kelurahan Tanjung Marulak, Tebing Tinggi

51 tidak baik, terdapat 18 anak 50 yang memiliki status gizi baik. Hal ini dikarenakan ibu tetap memberikan makanan yang bergizi baik sebagai pengganti ASI. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, ada 27 orang 84,4 dari 32 keluarga yang jumlah anggotanya ≤ 4 orang, disapih dengan cara tidak baik. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan jumlah anggota keluarga dengan cara penyapihan yang baik. Dari hasil wawancara diketahui bahwa cara menyapih yang tidak baik ini lebih banyak disebabkan karena kesibukan ibu dan kurangnya pengetahuan ibu, bukan karena faktor produksi ASI. Mayoritas ibu mengemukakan bahwa mereka menyapih anaknya dengan cepat karena mereka merasa anak sudah besar walaupun usianya belum 24 bulan, oleh sebab itu mereka memberikan makanan padat lebih dini kepada anak. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soetjiningsih 1997 bahwa perbedaan produksi ASI berdasarkan usia dan jumlah anak tidaklah cukup bermakna.

5.2 Status Gizi

Secara keseluruhan, sebagian besar status gizi anak di Kelurahan Tanjung Marulak berada pada kategori kurus 53,2. Rata-rata anak yang memiliki status gizi kurus tersebut berada pada rentang usia 13-36 bulan. Disamping itu juga terdapat anak dengan status gizi sangat kurus yaitu sebesar 21,3. Status gizi berdasarkan indeks BBU baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis dan sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil. Sedangkan status gizi berdasarkan indeks PBU atau TBU menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahann usia. Namun indeks TBU relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan Universitas Sumatera Utara 52 nampak dalam waktu yang relatif lama. Status gizi berdasarkan indeks BBTB merupakan indeks yang baik untuk menilai status gizi saat kini sekarang, serta dapat memberikan gambaran lingkungan yang tidak baik, kemiskinan, dan akibat tidak sehat yang menahun. Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal: makanan yang dimakan dan keadaan kesehatan. Kuantitas dan kualitas makanan tergantung pada zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik makanan dan kesehatan. Keadaan balita juga berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan Supariasa, 2001. Anak yang memiliki status gizi kurang disebabkan oleh MP-ASI atau makanan yang diberikan oleh ibu kurang baik jenis maupun kualitasnya. Karena sering sekali ibu tidak mempertimbangkan apakah makanan itu baik untuk anak atau tidak. Mereka cenderung kurang perduli terhadap makanan yang dikonsumsi anak, baik yang diberikan orang lain maupun ibu sendiri. Selain itu masih ada beberapa ibu yang percaya jika anak cepat diberi makan maka anak tersebut akan cepat besar dan akan lebih kuat. Besarnya pengetahuan ibu tentang pola penyapihan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan yang rendah akan mempertahankan kebiasaan yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit menerima informasi baru mengenai gizi. Tingkat pendidikan juga ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi gizi Suhardjo, 1996. Penelitian Rahmani di Kelurahan Gunung Sitoli menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara pola penyapihan dengan status gizi anak. Hasil penelitian Universitas Sumatera Utara 53 menunjukkan walaupun frekuensi dan jenis pemberian MP-ASI tepat tetapi masih ditemukan yang mempunyai status gizi kurang. Hal ini terjadi kemungkinan karena kualitas MP-ASI yang diberikan masih kurang memadai baik kualitas maupun kuantitas Rahmani, 1999. Penyuluhan kesehatan khususnya mengenai pola penyapihan sangat dibutuhkan para ibu di kelurahan ini. Menurut keterangan dari para ibu, belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan oleh petugas. Oleh sebab itu, mudah- mudahan petugas segera melakukan penyuluhan untuk para ibu agar mereka lebih mengerti tentang pola penyapihan yang baik. Universitas Sumatera Utara 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan