65
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Cara mengetahui adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Hasil dari uji autokorelalsi dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Mode l
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1
,699
a
,488 ,440
1,241 1,704
a. Predictors: Constant, DER, CR, ROA b. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson menunjukkan angka sebesar 1,704. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel
Durbin-Watson pada signifikansi 5 jumlah sampel data 36 n = 36, jumlah variabel independen 3 K = 3, didapatkan nilai dl = 1,2953 dan nilai du = 1,6539.
Syarat tidak adanya autokorelasi positif atau negatif pada penelitian adalah du d 4
– du dengan 1,6539 1,704 4 – 1,6539; 1,6539 1,704 2,3461 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini.
4.2.3 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan
66
regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients terhadap ketiga variabel yaitu ROA, CR, dan DER terhadap Peringkat Obligasi Syariah ditunjukkan pada Tabel
4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
12,578 ,827
15,213 ,000
ROA -,039
,048 -,110
-,826 ,415
CR ,015
,004 ,510
3,916 ,000
DER ,007
,002 ,484
3,634 ,001
a. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
Dari Tabel 4.5 dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 12,578
– 0,39X
1
+ 0,015X
2
+ 0,007X
3
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda diperoleh koefisien regresi ROA sebesar
– 0,39. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan negatif antara ROA terhadap Peringkat Obligasi Syariah. Koefisien regresi CR
sebesar 0,015. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara CR terhadap Peringkat Sukuk. Koefisien regresi DER sebesar 0,007.
Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara DER terhadap Peringkat Obligasi Syariah.
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta persamaan di atas sebesar 12,578. Artinya apabila nilai ROA
X
1
, CR X
2
, dan DER X
3
dianggap konstan, maka Peringkat Obligasi Syariah perusahaan sebesar 15,003.
67
2. ROA memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu sebesar
– 0,39. Nilai koefisien negatif menunjukan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap
Peringkat Obligasi Syariah. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan ROA sebesar 1, maka peringkat Obligasi Syariah akan mengalami
penurunan sebesar 0,39 poin dengan asumsi variabel independen lain dinggap konstan.
3. CR memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,015. Nilai
koefisien yang positif menunjukkan bahwa CR berpengaruh positif terhadap Peringkat Sukuk. Hal ini menggambarkan jika terjadi kenaikan CR sebesar
1, maka Peringkat Sukuk akan mengalami kenaikan sebesar 0,015 poin dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan.
4. DER memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,007. Nilai
koefisien positif menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap Peringkat Obligasi Syariah. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi
kenaikan DER sebesar 1x, maka Peringkat Obligasi Syariah akan mengalammi kenaikan sebesar 0,007 poin, dengan asumsi variabel
independen lain dianggap konstan.
4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan Uji F