Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas serta Leverage terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Afaf, Nafiah. 2008. Analisis Pengaruh Pengumuman Penerbitan Obligasi

terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta, Tesis. Diakses melalui

Library.mp.ipb.ac.id

Ananta, A. 1987. Landasan Ekonometrika, PT. Gramedia, Jakarta.

Ang, Robert. 2001. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Media Soft Indonesia, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Barry, C. B, Mann, S.C, Mihov, dan Rodriguez, M. (2009). Interest Rate And The

Timing of Corporate Debt Issues Journal of Banking and Finance, Vol. 33, Issue No. 4

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002. Defenisi Obligasi

Syariah

Fabozzi, Frank J. 1999. Bond Markets, Analysis and Strategies fourth edition. Prentice Hall, Inc. United States of America.

Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis, Prentice Hall International, Inc. United States of America.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. E. Edisi 5, Universitas Diponegoro, Semarang.

Jogiyanto, H.M. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2008, BPFE, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metodologi Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3, Erlangga, Jakarta.

Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah. Pramastuti, Suluh. 2007. Analisis Kebijakan Dividen: Pengujian Deviden

Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis. Program Pascasarjana

Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

Sekaran, Uma. 2005. Metodologi Penelitan, Salemba Empat, Jakarta

Siaran Pers BAPEPAM-LK Departemen Keuangan Republik Indonesia 31 Desember 2009.


(2)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.

Sumardi, Lucy. 2007. Analisis Pengaruh Penerbitan Obligasi terhadap Abnormal

Return Saham di Bursa Efek Jakarta: Periode 2000-2006. Tesis, Universitas

Indonesia

Suryomurti, Wiku. 2011. Super Cerdas Investasi Syariah, Qultum Media, Jakarta. Sutedi, Adrian. 2009. Aspek Hukum Obligasi & Sukuk, Penerbit Sinar Grafika,

Jakarta.

Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Kuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tariq, Ali Arsalan. 2004. Managing Financial Risks of Sukuk Structures. Tesis S2 yang dipublikasikan.

Tim Kajian Simplikasi Penerbitan Efek Syariah (sukuk).2012. Kajian Simplikasi

Penerbitan Efek Syariah (sukuk), Bapepam, Jakarta. www.Bapepam.or.id

www.DirektoratKebijakanPembiayaanSyariah2008.or.id www.idx.co.id

www.Pefindo.or.id

www.Standard&Poor’sReport.or.id


(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008: 57).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id, www.pefindo.com, dan www.duniainvestasi.com. Waktu penelitian direncanakan dari Agustus 2015 sampai September 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari ketidaktepatan dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan peneliti. Penelitian ini dilakukan dengan batasan-batasan pada masalah sebagai berikut:

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, likuiditas, dan

leverage.

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peringkat obligasi syariah (sukuk).

c. Objek penelitian ini adalah perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014.


(4)

3.4 Defenisi Operasional Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Defenisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Parameter Skala Ukur

Peringkat Obligasi Syariah

Peringkat obligasi yang dipublikasikan oleh Pefindo

Peringkat obligasi syariah (AAA, AA, A, BBB, BB, B,CCC,SD,D)

Numerik

Return on Asset Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

��� =�� � � �� Rasio

Current Ratio Kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek

� = Current Assets Current Liabilities

Rasio

Debt to Equity Ratio Perbandingan hutang perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan

� =� �� � � �� �� � � Rasio

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 21 perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk).

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi. Agar sampel dapat memberikan informasi yang mewakili populasi, dibutuhkan metode pemilihan sampel yang tepat (Mudrajad Kuncoro, 2009:128). Oleh karena itu, peneliti menentukan metode pemilihan sampel berdasarkan metode purposive


(5)

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 78). Kriteria pemilihan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk) dari tahun 2011-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan lengkap selama periode 2011-2014.

3. Obligasi syariah (sukuk) yang diterbitkan perusahaan tersebut diperingkat

oleh Pemeringkat Efek Indonesia (PT. PEFINDO).

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Pemilihan Sampel

No Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah

1. Perusahaan-perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk) dari tahun 2011-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

21 2 Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan

lengkap selama periode 2011-2014.

(5) 3 Obligasi syariah (sukuk) yang diterbitkan perusahaan

tersebut diperingkat oleh Pemeringkat Efek Indonesia (PT. PEFINDO).

(7)

Jumlah Akhir Sampel 9

Sumber: (data diolah, 2015)

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 9 perusahaan dengan jumlah observasi (n) sebanyak 36 observasi sebagai berikut:


(6)

Tabel 3.3

Sampel Perusahaan Tahun 2011-2014

No

Kode

Emiten Nama Emiten

Peringkat Obligasi 2011 2012 2013 2014

1 PPLN PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) AA+ AA+ AAA AAA

2 ISAT PT. Indosat Tbk. AA+ AA+ AA+ AAA

3 ADHI PT. Adhi Karya A - A A A

4 MYOR PT. Mayora Indah Tbk AA - AA- AA- AA-

5 SMRA PT. Summarecon Agung Tbk A A+ A+ A+

6 SIMP PT. Salim Ivomas Pratama AA AA AA AA

7 PPKT PT. Pupuk Kalimantan Timur AA AA AA+ AA+

8 MAPI PT. Mitra Adiperkasa A+ AA- AA- AA-

9 ADMF PT. Adira Dinamika Multifinance AA+ AA+ AA+ AAA

Sumber: Idx.co.id

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2007:309).

Data ini berupa data perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah (sukuk) pada tahun 2011-2014 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berasal dari hasil publikasi dari Bapepam-Lk, Buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berkaitan dengan topik penelitian

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah metode dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mempelajari dan menggunakan informasi dari laporan keuangan perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah (sukuk) pada tahun 2011-2014 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(7)

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat tidak bias sebagai suatu penafsir. Di samping itusuatu model dikatakan cukup baik dan dikatakan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya.

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar terbebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi.

Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi (Sudrajat, 1988:164).

Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.8.1.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,2013:160). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Pengujian yang paling tepat pada uji normalitas adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (KS). Konsep dasar dari uji Kolmogrov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan


(8)

distribusi normal baku. Distribusi Normal baku adalah data yang telah ditransformasikan dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogrov-Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Apabila nilai signifikansi dari uji Kolmogrov-Smirnov > 0,05 maka data distribusi normal (Ghozali, 2013:165).

3.8.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105). Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen dengan taraf signifikansi 5%, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstant dari satu observasi ke observasi lainnya (Hanke &Reitsch,1998:259). Artinya, setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dijumpai dalam data silang tempat daripada runtut waktu, maupun juga sering muncul dalam analisis yang menggunakan data rata-rata (Ananta, 1987:62-63).


(9)

3.8.1.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013:91 ). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orgotonal (Ghozali, 2013:91).

3.8.1.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual ) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu ) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal

ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada seseorang individu/ kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada

individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2013:110). Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dalam data yang dianalisis dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson Test (DW). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,2013:110).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat melalui tabel 3.4 berikut ini:


(10)

Tabel 3.4. Kriteria Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d <4

Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi, positif

atau negatif

Tidak ditolak Du < d < 4 – du

3.8.2 Uji Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Di mana satu variabel sebagai variabel dependen (terikat) dan yang lainnya sebagai variabel independen (bebas). Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan.

Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Formulasi untuk persamaan regresi linier berganda Gujarati dalam Ghozali (2013:96) adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 +β3X3 +ε

Di mana:

Y = Peringkat sukuk

β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi berganda x1 = Variabel profitabilitas


(11)

x2 = Variabel likuiditas x3 = Variabel Leverage

ε = Variabel pengganggu

3.8.3 Uji Hipotesis

3.8.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat (Ghozali, 3012:98). Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : b1 = b2 = b3 = 0 (secara simultan profitabilitas, likuiditas, dan leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah (sukuk)).

Ha : b1 ≠ b2≠ b3≠ 0 (secara simultan profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh terhadap peringkat ob;igasi syariah (sukuk)).

Dalam penelitian ini F hitung akan dibandingkan dengan F tabel dengan

tingkat signifikansi α = 5%. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka keputusannya

adalah H0 diterima Ha ditolak dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka keputusannya H0 ditolak dan Ha diterima. Kriteria penilaian hipotesis statistik F adalah sebagai berikut:

H0 diterima jika Fhitung≤ Ftabel Ha diterima jika Fhitung > Ftabel


(12)

3.8.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t menunjukan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:84). Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : b1, b2, b3, = 0 (secara parsial suatu profitabilitas, likuiditas, dan

leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah

(sukuk)).

Ha : b1, b2, b3 ≠ 0 (secara parsial profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah (sukuk)).

Dalam penelitian ini t hitung akan dibandingkan dengan t tabel dengan tingkat signifikansi α = 5%. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka keputusannya adalah H0 diterima, Ha ditolak dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka keputusannya H0 ditolak dan Ha diterima. Uji dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan kriteria sebagai berikut:

H0 diterima jika ttabel ≤ thitung ≤ ttabel


(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno kemudian membentuk Jawatan Listrik dan Gas, yang berada di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik saat itu adalah sebesar 157,5 MW. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) dengan bidang usaha penyediaan listrik, gas, dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965 BPU-PLN dibubarkan, diikuti pembentukan dua perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas.

Tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) berubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara, bertindak sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Tahun 1994 Pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan llistrik. PLN kemudian beralih menjadi Perusahaan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan terbitnya UU Nomor 30 Tahun 2009, PLN bukan lagi sebagai PKUK namun sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Total daya pembangkit milik


(14)

PLN yang dikelola sampai akhir tahun 2014 telah semakin berkembang menjadi 39.257 MW.

4.1.2 PT. Indosat Tbk.

Didirikan pada tahun 1967, PT. Indosat Tbk (Indosat) adalah penyelenggara jasa telekomunikasi dan informasi terkemuka di Indonesia. Indosat menyediakan layanan selular, data tetap, dan layanan broadband nirkabel serta layanan telekomunikasi tetap atau layanan suara tetap termasuk SLI, sambungan tetap nirkabel serta sambungan telepon tetap dan layanan digital. Selain itu, bersama anak-anak perusahaannya, PT Indosat Mega Media (IM2) dan PT Aplikanusa Lintasarta, Indosat menyediakan layanan data tetap atau Multimedia, Internet & Komunikasi Data (MIDI) serta IPVPN, penyewaan jalur, layanan internet, dan layanan teknologi informasi segmen korporat. Saham Indosat tercatat di Bursa Efek Indonesia

4.1.3 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.

Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Sellen de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V. adalah cikal bakal ADHI. Perusahaan milik Belanda ini dinasionalisasi dan ditetapkan sebagai PN Adhi Karya pada tanggal 11 Maret 1960. Nasionalisasi ini menjadi pemacu pembangunan infrastruktur di Indonesia. Status PN Adhi Karya berubah menjadi Perseroan Terbatas pada 1 Juni 1974, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Pada tahun 2004, ADHI menjadi perusahaan konstruksi pertama yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sebagai perseroan terbuka, ADHI terdorong untuk terus memberikan yang terbaik bagi setiap pemangku


(15)

kepentingan, termasuk bagi kemajuan industri konstruksi di Indonesia yang semakin pesat.

Menghadapi persaingan antar industri konstruksi yang semakin ketat, Perseroan melakukan redefenisi visi dan misi yakni Menjadi Perusahaan Konstruksi Terkemuka di Asia Tenggara. Perseroan juga memperkenalkan tagline

‘Beyond Construction”. Hal ini menegaskan motivasi Perseroan untuk bergerak ke bisnis lain yang masih terkait dengan inti bisnis Perseroan.

4.1.4 PT. Mayora Indah Tbk

PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Menjadi perusahaan publik pada tahun 1990. Sesuai dengan anggaran dasarnya, kegiatan usaha perseroan diantaranya adalah dalam bidang industri. Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. Dan entitas anak memproduksi dan secara umum mengklasifikasikan produk yang dihasilkannya ke dalam 6 divisi yang masing-masing mengahasilkan produk berbeda namun terintegrasi, yaitu: Biskuit, Kembang gula, Wafer, Coklat, Kopi, dan Makanan kesehatan.

Di Indonesia, Perseroan tidak hanya dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman olahan, tetapi juga dikenal sebagai market leader yang sukses menghasilkan produk-produk yang menjadi pelopor pada kategorinya masing-masing.

4.1.5 PT. Summarecon Agung Tbk.

PT. Summarecon Agung Tbk didirikan pada tahun 1975 oleh Bapak Soetjipto Nagaria dan rekan-rekannya untuk membangun dan mengembangkan


(16)

real estat. Dimulai dengan membangun 10 hektar lahan di kawasan rawa-rawa di daerah Kelapa Gading, para pendiri perusahaan berhasil mengubah kawasan tersebut menjadi salah satu daerah hunian dan bisnis paling bergengsi di Jakarta. Dan seiring berjalannya waktu, Summarecon berhasil membangun reputasi sebgai salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia, khususnya dalam

pengembangan kota terpadu atau lebih dikenal dengan ‘township’. Summarecon

membangun kota terpadu yang mengintegrasikan pengembangan perumahan dengan komersial, yang didukung oleh fasilitas yang beragam dan lengkap bagi para penghuninya. Dalam tiga dasawarsa terakhir, Summarecon telah mengembangkan kemampuan di segala bidang real estat meliputi pengembangan, arsitek, teknik, manajemen proyek dan konstruksi, perencanaan tat kota, infrastruktur, teknik desain yang berkelanjutan, manajemen kota terpadu, dan manajemen properti ke dalam pengembangan kota terpadu.

Unit bisnis Summarecon saat ini dikelompokkan berdasar tiga aktivitas yang berbeda, yaitu: Pengembangan properti, investasi dan manajemen properti, rekreasi dan hospitality, dan lainnya.

4.1.6 PT. Salim Ivomas Pratama

Beberapa anggota dari Grup SIMP memiliki sejarah operasional yang dimulai sejak awal tahun 1970-an (dalam hal ini divisi minyak goreng dan lemak nabati) dan awal tahun 1980-an (dalam hal ini divisi perkebunan). Pada tahun 1997, PT. ISM mengakuisisi kepemilikan saham beberapa perusahaan yang mengembangkan bisnisnya menjadi salah satu perusahaan yang memproduksi minyak goreng dan lemak nabati yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia


(17)

melalui dua divisi utama, yaitu divisi perkebunan dan divisi minyak goreng dan lemak nabati.

4.1.7 PT. Pupuk Kalimantan Timur

PT. Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) adalah anak Perusahaan dari PT Pupuk Indonesia (persero) yang didirikan pada 7 Desember 1977. Pada awalnya proyek Pupuk Kaltim dikelola oleh perusahaan minyak negara Pertamina dengan fasilitas pabrik pupuk terapung atau pabrik di atas kapal. Namun karena beberapa pertimbangan teknis, proyek tersebut dialihkan ke darat sesuai dengan Keppres No.43 tahun 1975 dan kemudian melalui Keppres No. 39 tahun 1976 pengelolaanya diserahkan dari Pertamina kepada Departemen Perindustrian.

Mulai 2004, seiring dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (SK Menperindag), Pupuk Kaltim bertanggung jawab atas distribusi urea bersubsidi di Kawasan Timur Indonesia. Sejak saat itu, Pupuk Kaltim telah membangun jaringan pemasaran di berbagai wilayah Indonesiadan saat ini, wilayah tanggung jawab Pupuk Kaltim meliputi Kawasan Timur Indonesia dan sebagian besar Jawa Timur dan Kalimantan, kecuali Kalimantan Barat. Bisnis utama Pupuk Kaltim adalah memproduksi dan menjual amoniak, urea, pupuk NPK, dan pupuk organik, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri.

4.1.8 PT. Mitra Adi Perkasa

PT. Mitra Adiperkasa Tbk adalah sebuah perusahaan dengan merek-merek kelas menengah atas di Indonesia. Berdiri pada tanggal 23 Januari 1995, Mitra Adiperkasa pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta pada 10


(18)

November 2004. MAP dibesarkan oleh Boyke Gozali dan pamannya, Sjamsul Nursalim melalui PT. Satya Mulia Gema Gemilang. Perusahaan ini memiliki jaringan ritel dengan total luas ruangan lebih dari600.000 m2, dengan 1828 gerai di lokasi ritel utama pada 59 kota besar di Indonesia dengan lebih dari 21.000 karyawan.

4.1.9 PT. Adira Dinamika Finance Tbk

PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk berdiri pada tanggal 13 November 1990. Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan yang terakhir, kegiatan usaha perusahaan antara lain: Sewa Guna Usaha (Leasing), anjak piutang (Factoring), pembiayaan konsumen (consumer finansing), usaha kartu kredit, dan menyediakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah analisis deskriptif. Analisis deskriptif ini meliputi nilai rata-rata, jumlah data, dan standar deviasi dari 3 variabel independen sebagai variabel yang mempengaruhi Peringkat obligasi syariah. Hasil analisis deskriptif akan ditunjukkan dalam Tabel 4.1 di bawah ini:


(19)

Tabel 4.1 Statistik deskriptif Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation

Minimu

m Maximum

Peringkat Sukuk 36 15,64 1,659 12 18

ROA 36 5,7933 4,64331 -4,89 16,31

CR 36 132,9969 56,06909 40,63 276,11

DER 36 186,1439 116,38477 65,14 635,84

Sumber: Hasil penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dengan N = 36 waktu amatan, Peringkat Obligasi mempunyai nilai minimum 12 dan nilai maksimum 18. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 1,659 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 15,64. Nilai rata-rata-rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan baik.

Return on Asset mempunyai nilai minimum - 4,89 dan nilai maksimum

16,31. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 4,64331 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 5,9733. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan baik.

Current Ratio mempunyai nilai minimum 40,63 dan nilai maksimum

276,11. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 56, 06909 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 132, 9969. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan baik.


(20)

Debt to Equity Ratio mempunyai nilai minimum 65,14 dan nilai

maksimum 635,84. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 116,38477 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 186,1439. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan baik.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas adalah Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dalam Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.18701958

Most Extreme Differences Absolute .098

Positive .092

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z .586

Asymp. Sig. (2-tailed) .883

a. Test distribution is Normal.


(21)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai residual terdistribusi normal dengan Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05 yaitu sebesar 0,883, sehingga model memiliki residual yang terdistribusi normal. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

Metode lain untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram atau dengan melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.

Berdasarkan tampilan grafik histogram (dapat dilihat pada Gambar 4.1), uji normalitas dengan melihat grafik secara histogram dapat disimpulkan bahwa variabel residual berdistribusi normal karena data mengikuti arah garis grafik histogramnya.


(22)

Sedangkan berdasarkan grafik normal plot (dapat dilihat pada gambar 4.2), dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.2 Normal Plot

4.2.2.2Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa variabel ROA, CR, dan DER bebas dari multikolinearitas yang ditunjukkan dengan nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.


(23)

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

ROA ,895 1,117

CR ,945 1,058

DER ,902 1,109

4.3 Dependent Variable: Peringkat Sukuk Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Scatterplot

Berdasarkan hasil scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun di


(24)

bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara mengetahui adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Hasil dari uji autokorelalsi dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Mode

l R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,699a ,488 ,440 1,241 1,704

a. Predictors: (Constant), DER, CR, ROA b. Dependent Variable: Peringkat Sukuk

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson menunjukkan angka sebesar 1,704. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel

Durbin-Watson pada signifikansi 5% jumlah sampel data 36 (n = 36), jumlah

variabel independen 3 (K = 3), didapatkan nilai dl = 1,2953 dan nilai du = 1,6539. Syarat tidak adanya autokorelasi positif atau negatif pada penelitian adalah du < d < 4 – du dengan 1,6539 < 1,704 < 4 – 1,6539; 1,6539 < 1,704 < 2,3461 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini.

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan


(25)

regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients terhadap ketiga variabel yaitu ROA, CR, dan DER terhadap Peringkat Obligasi Syariah ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12,578 ,827 15,213 ,000

ROA -,039 ,048 -,110 -,826 ,415

CR ,015 ,004 ,510 3,916 ,000

DER ,007 ,002 ,484 3,634 ,001

a. Dependent Variable: Peringkat Sukuk

Dari Tabel 4.5 dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 12,578 – 0,39X1 + 0,015X2 + 0,007X3

Berdasarkan persamaan regresi linier berganda diperoleh koefisien regresi ROA sebesar – 0,39. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan negatif antara ROA terhadap Peringkat Obligasi Syariah. Koefisien regresi CR sebesar 0,015. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara CR terhadap Peringkat Sukuk. Koefisien regresi DER sebesar 0,007. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara DER terhadap Peringkat Obligasi Syariah.

Dari persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta persamaan di atas sebesar 12,578. Artinya apabila nilai ROA

(X1), CR (X2), dan DER (X3) dianggap konstan, maka Peringkat Obligasi Syariah perusahaan sebesar 15,003.


(26)

2. ROA memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu sebesar – 0,39. Nilai koefisien negatif menunjukan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap Peringkat Obligasi Syariah. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan ROA sebesar 1%, maka peringkat Obligasi Syariah akan mengalami penurunan sebesar 0,39 poin dengan asumsi variabel independen lain dinggap konstan.

3. CR memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,015. Nilai

koefisien yang positif menunjukkan bahwa CR berpengaruh positif terhadap Peringkat Sukuk. Hal ini menggambarkan jika terjadi kenaikan CR sebesar 1%, maka Peringkat Sukuk akan mengalami kenaikan sebesar 0,015 poin dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan.

4. DER memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,007. Nilai

koefisien positif menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap Peringkat Obligasi Syariah. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan DER sebesar 1x, maka Peringkat Obligasi Syariah akan mengalammi kenaikan sebesar 0,007 poin, dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients terhadap ketiga variabel


(27)

independent yaitu ROA, CR, dan DER terhadap Peringkat Obligasi Syariah Perusahaan ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut

Tabel 4.6

Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 46,990 3 15,663 10,164 ,000a

Residual 49,316 32 1,541

Total 96,306 35

a. Predictors: (Constant), DER, CR, ROA b. Dependent Variable: Peringkat Sukuk

Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh nilai Fhitung sebesar 10,164 sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan α = 5% adalah 2,90. Nilai Fhitung 10,164 > Ftabel 2,90 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan demikian berarti H1 diterima dan H0 ditolak, atau dapat dinyatakan bahwa ROA, CR, dan DER berpengaruh signifikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah Perusahaan penerbit obligasi syariah.

4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (secara parsial) yang terdiri atas ROA, CR, dan DER terhadap Peringkat Obligasi Syariah. Hasil uji t dapat kita lihat pada Tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7

Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12,578 ,827 15,213 ,000

ROA -,039 ,048 -,110 -,826 ,415

CR ,015 ,004 ,510 3,916 ,000

DER ,007 ,002 ,484 3,634 ,001


(28)

Kriteria pengambilan keputusan menggunakan taraf nyata 5% untuk uji

dua arah (α/2 = 0,05/2 = 0,025) dengan derajat bebas (df) = n – k = 36 – 4 = 32.

Nilai t tabel dengan taraf nyata α/2 = 0,025 dan df = 32 adalah 2,0369.

1. Pengujian ROA (X1) terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Y) menunjukkkan

signifikansi (0,415) > α (0,05) dan thitung adalah - 0,826 dimana thitung (- 0,826) < ttabel (2,0369), maka H1 ditolak dan H0 diterima. Artinya karena tingkat signifikansi > 0,05 dan thitung bertanda negatif, maka secara parsial ROA berpengaruh negatif dan tidak signikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah. 2. Pengujian CR (X2) terhadap Peringkat Obligasi (Y) menunjukkan signifikansi

(0,000) < α (0,05) dan thitung adalah 3,916 dimana thitung (3,916) > ttabel (2,0369), maka H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya karena tingkat signifikansi < 0,05 dan thitung bertanda positif, maka secara parsial CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat Sukuk.

3. Pengujian DER (X3) terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Y) menunjukkkan

signifikansi (0,001) < α (0,05) dan thitung adalah 3,634 dimana thitung (3,634) > ttabel (2,0369), maka H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya karena tingkat signifikansi < 0,05 dan thitung bertanda positif, maka secara parsial DER berpengaruh positif dan signikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah.

4.2.4.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinansi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai


(29)

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil analisis data diperoleh hasil uang ditunjukkan pada Tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Mode

l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,699a ,488 ,440 1,241

a. Predictors: (Constant), DER, CR, ROA b. Dependent Variable: Peringkat Sukuk

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah 0,440. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 44,0% Peringkat Obligasi Perusahaan dipengaruhi oleh variasi dari ketiga variabel independen yang digunakan yaitu

Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), dan Debt to Equity Ratio (DER).

Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki nilai thitung lebih kecil dari ttabel (- 0,826 < 2,0369) dan nilai signifikansi di atas 0,05 yaitu 0,415. Sehingga dapat diartikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat sukuk .

Profitabilitas mengukur efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Dalam penelitian ini, profitabilitas diproksikan dengan rasio Return on Asset (ROA) yaitu dengan


(30)

membandingkan laba bersih dengan total aset. Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, dkk (2011) dan Melis (2014).

Rasio profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, namun tidak secara signifikan mempengaruhi peringkat sukuk. Penyebab hasil ini tidak signifikan disebabkan oleh penggunaan laba yang dilakukan oleh perusahaan untuk berinvestasi maupun membayar kewajiban jangka pendek atau jangka panjangnya, sehingga laba yang ada pada data sekunder tidak mencerminkan laba yang sebenarnya dan laba tersebut tidak digunakan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang terkait dengan sukuk.

4.3.2 Pengaruh Likuiditas Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa likuiditas memiliki nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,916 > 2,0369) dan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,000. Sehingga dapat diartikan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap peringkat sukuk.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan

Current Ratio (CR) selama periode penelitian mempengaruhi peringkat sukuk

secara signifikan. Current Ratio yang tinggi menunjukkan keefektifan perusahaan dalam menggunakan modal kerja yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan sehingga perusahaan mampu menghasilkan keuntungan. Selain itu, perusahaan dapat meyakinkan investor bahwa perusahaan dapat membayar


(31)

seluruh kewajiban jangka pendek. Hal ini akan menimbulkan keyakinan terhadap investor sehingga berdampak pada peringkat sukuk. Hasil penelitian ini memperkuat hasil yang sebelumnya dilakukan oleh Afiani (2012) dan Puspitasari dkk (2013) yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat sukuk.

4.3.3 Pengaruh Leverage Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa leverage memiliki nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,634 > 2,0369) dan nilai signifikansi di bawah 0,05. Rasio

leverage memiliki nilai positif yang berarti bahwa meningkatnya leverage akan

berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat sukuk, dan sebaliknya semakin kecil leverage akan berpengaruh pada semakin rendahnya peringkat sukuk. Sehingga dapat diartikan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap peringkat sukuk.

Rasio leverage dalam penelitian ini diproksi dengan Debt to Equity Ratio (DER) yaitu dengan membandingkan total kewajiban dengan total ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutangnya. Jika rasio ini cukup tinggi, maka hal tersebut menunjukkan tinginya penggunaan hutang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan biasanya memiliki risiko kebangkrutan yang cukup besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adrian (2011) dan Pertiwi (2013) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap peringkat sukuk.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara serempak Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), dan Debt to

Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Peringkat Obligasi

Syariah (Sukuk).

2. Secara parsial Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk). Sedangkan Current

Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk).

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan Penerbit Obligasi (Emiten)

Emiten hendaknya memperbaiki atau meningkatkan kinerja keuangannya, guna meningkatkan minat dan kepercayaan investor untuk berinvestasi. Hal tersebut dapat dilakukan misalnya dengan selalu tepat waktu dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya, sehingga likuiditas perusahaan selalu terjaga dengan baik dan menggunakan lebih sedikit hutang dibandingkan modal sendiri, sehingga rasio leverage perusahaan tetap terjaga karena rasio


(33)

keuangan yang diukur dengan rasio leverage dan likuiditas terbukti mampu mempengaruhi kenaikan obligasi perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Investor dan Calon Investor

Bagi para investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam bentuk obligasi syariah (sukuk) hendaknya memperhatikan peringkat sukuk perusahaan, memilih sukuk dengan rasio likuiditas dan rasio leverage yang baik, karena perusahaan yang memiliki peringkat sukuk serta rasio likuiditas dan leverage yang baik menandakan semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

3. Bagi Peneliti Selajutnya

a. Objek pada penelitian ini hanya terbatas pada sukuk yang terdaftar di BEI dan diperingkat oleh PT. PEFINDO. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan perusahaan pemeringkat efek yang lebih beragam yang juga beroperasi di Indonesia, seperti PT Fitch Rating Indonesia dan PT. ICRA Indonesia.

b. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,440 atau 44% yang berarti variasi dari peringkat sukuk yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam penelitian ini sebesar 44% dan sisanya 56% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang mungkin lebih dapat menjelaskan variasi dari peringkat sukuk.


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obligasi

Obligasi berasal dari bahasa Belanda “obligatie” yang secara harfiah berarti hutang atau kewajiban. Obligasi merupakan salah satu bentuk surat berharga yang saat ini sangat marak beredar dalam kegiatan pasar modal di Indonesia. Menurut Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991, obligasi adalah bukti utang dari emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sejak tanggal emisi.

Arthur J. Keown dalam buku nya yang berjudul Basic Financial Management mengemukakan bahwa Obligasi atau bond adalah surat utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam, dengan kewajiban untuk membayar kepada bond holder (pemegang obligasi) sejumlah bunga tetap yang telah ditetapkan sebelumnya. Obligasi adalah suatu perikatan yang berisi janji (Sutedi, 2009 : 1)

2.2 Obligasi Syariah

The Council of the Islamic Fiqh Academy, dalam pertemuan ke-6 yang

diadakan di Jeddah, Arab Saudi, 14 – 20 Maret 1990 membahas mengenai obligasi menurut Islam. Adapun bahasan tersebut adalah:


(35)

1. Obligasi yang memberikan kewajiban untuk membayar jumlah obligasi dan bunganya terkait dengan face value atau keuntungan yang telah ditetapkan sebelumnya, dilarang dalam syariah. Penerbitan, pembelian, dan negosiasi obligasi tersebut semuanya dilarang karena terkait dengan bunga pinjaman (interest-bearing loans)

2. Zero coupon bonds juga dilarang karena dijual pada harga yang lebih rendah

dari face value-nya. Pemilik obligasi tersebut akan memperoleh keuntungan dari perbedaan harga yang merupakan diskon dari obligasi.

3. Obligasi Berhadiah juga dilarang karena dipinjamkan dengan kewajiban untuk

membayar keuntungan yang telah ditentukan atau jumlah tambahan yang diambil sesuai keinginan pihak-pihak tertentu. Obligasi ini juga diibaratkan sebagai judi (Qimar).

Dengan kata lain, obligasi dilarang dalam Islam karena mengandung unsur riba (bunga) didalamnya juga mengharuskan peminjam untuk membayar sejumlah nilai obligasi ditambah jumlah tertentu sesuai bunga. Dilarangnya kegiatan yang berkaitan dengan obligasi, membuat AAOIFI Shari’a Board membuat suatu

alternatif pembiayaan sebagai pengganti obligasi yang disebut Sukuk. Di Indonesia, sukuk dikenal dengan nama obligasi syariah yang dibedakan dengan obligasi konvensional.

2.2.1 Pengertian Obligasi Syariah

Ketentuan yang mengatur tentang penerbitan sukuk, terutama dari sisi syariah telah ditetapkan oleh Accounting and Auditing Otganization for Islamic


(36)

Sukuk. AAOIFI sendiri mendefenisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama

yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Menurut Undang-undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), obligasi syariah adalah Surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

Akad-akad yang dapat digunakan dalam penerbitan SBSN: Ijarah,

Mudarabah, Musyarajah, Istishna’, akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan kombinasi dari dua akad atau lebih.

Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEO130/BL/2006 Peraturan No. IX.A.13: Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisah atau tidak terbagi atas kepemilikan asset berwujud tertentu, nilai manfaat, dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Menurut Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002:

Surat berharga syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada


(37)

pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/ margin/ fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

2.2.2 Sekilas Sejarah Perkembangan Obligasi Syariah

Sesungguhnya, obligasi syariah (sukuk) ini bukan merupakan istilah baru dalam sejarah Islam. Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, dimana umat Islam menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional.

Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata sakk yang memilliki arti yang sama

dengan sertifikat atau note. Ia dipergunakan oleh pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha perdagangan dan aktivitas komersial lainnya. Namun demikian, sejumlah penulis Barat yang memiliki concern terhadap sejarah Islam dan Bangsa Arab, menyatakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata cheque dalam bahasa latin, yang saat ini telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam transaksi dunia perbankan kontemporer.

Dalam perkembangannya, The Islamic Jurisprudence Council (IJC) kemudian mengeluarkan fatwa yang mendukung berkembangnya sukuk. Hal tersebut mendorong Otoritas Moneter Bahrain (BMA – Bahrain Monetary

Agency) untuk meluncurkan saham sukuk berjangka waktu 91 hari dengan nilai 25

juta dolar AS pada tahun 2001. Kemudian Malaysia pada tahun yang sama meluncurkan Global Corporate Sukuk di pasar keuangan Islam internasional. Inilah sukuk global yang pertama kali muncul di pasar internasional. Selanjutnya, penerbitan sukuk di pasar internasional terus bermunculan. Tidak ketinggalan, pemerintahan di dunia Islam pun mulai melirik hal tersebut. Sebagai contoh, pada


(38)

tahun 2002 pemerintah Malaysia menerbitkan sukuk dengan nilai 600 juta dolar AS dan terserap habis oleh pasar dengan cepat, bahkan sampai terjadi over

subscribe. Begitu pula pada Desember 2004, pemerintah Pakistan menerbitkan

sukuk di pasar global dengan nilai 600 juta dolar AS dan langsung terserap habis oleh pasar.

2.2.3 Karakteristik Obligasi Syariah (sukuk)

Obligasi Syariah mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, obligasi syariah menekankan pendapatan investasi bukan berdasarkan kepada tingkat bunga (kupon) yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat pendapatan dalam obligasi syariah berdasar kepada tingkat rasio bagi hasil (nisbah) yang besarnya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor. Kedua, dalam sistem pengawasannya selain diawasi oleh pihak wali amanat maka mekanisme obligasi syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (di bawah Majelis Ulama Indonesia) sejak dari penerbitan obligasi sampai akhir dari masa penerbitan obligasi tersebut. Dengan adanya sistem ini maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih terjamin. Ketiga, jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan penerbit obligasi harus terhindar dari unsur non halal.

Secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah adalah sebagai berikut :

1. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi hasil atau revenue


(39)

2. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya serta pendapatan yang diterima harus bersih dari non halal.

3. Nisbah (rasio bagi hasil) harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum

penerbitan obligasi tesrsebut.

4. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hal itu diperhitungkan secara keseluruhan. 5. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah

atau oleh Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI. 6. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar

syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus dibuat surat pengakuan utang.

7. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor dapat menarik dananya.

8. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindah tangan kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.

Tabel 2.1

Perbandingan Obligasi Syariah (Sukuk) dengan Obligasi Konvensional

Deskripsi Obligasi Syariah Obligasi Konvensional

Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi

Sifat Instrumen Sertifikat kepemilikan/

penyertaan atas suatu aset

Instrumen pengakuan utang

Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin Bunga kupon, capital gain

Jangka waktu Pendek – menengah Menengah – panjang

Underlying asset Perlu Tidak perlu

Price Market price Market price

Investor Islami, konvensional Konvensional

Penggunaan dana hasil penerbitan

Harus sesuai syariah Bebas


(40)

2.2.4 Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)

Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang

Investment Sukuk, terdiri dari :

1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.

2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat) tipe : Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di masa depan, sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan Sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan.

3. Sertifikat salam. 4. Sertifikat istishna. 5. Sertifikat murabahah. 6. Sertifikat musyarakah. 7. Sertifikat muzara’a. 8. Sertifikat musaqa. 9. Sertifikat mugharasa.

Sementara itu Academy for International Modern Studies (AIMS) mengklasifikasikan jenis sukuk sebagai berikut:

1. Sukuk mudharabah 2. Sukuk musyarakah 3. Sukuk ijarah 4. Sukuk murabahah 5. Sukuk salam 6. Sukuk istishna


(41)

7. Sukuk hybrid

Di samping itu, AIMS juga membagi sukuk menjadi empat kelompok berdasarkan aset atau proyek yang menjadi dasar transaksinya, sebagai berikut:

1. Sukuk yang mewakili kepemilikan pada aset berwujud (sebagian besar berupa

transaksi sale and lease back atau direct lease);

2. Sukuk yang mewakili kemanfaatan atau jasa (mendasarkan pada transaksi sub

lease atau penjualan jasa/sale of service);

3. Sukuk yang mewakili bagian ekuitas dalam usaha atau portofolio investasi tertentu (berdasarkan akad musyarakah atau mudharabah);

4. Sukuk yang mewakili piutang atau barang yang diterima di masa depan (berdasarkan murabahah, salam, atau istishna).

Atas dasar proyek atau aset yang mendasarinya tersebut di atas, sukuk dapat juga dikelompokkan menjadi dua yaitu sukuk yang dapat diperdagangkan dan sukuk yang tidak dapat diperdagangkan. Sukuk yang dapat diperdagangkan (tradable sukuk) adalah sukuk yang mewakili aset berwujud atau porsi kepemilikan dari usaha atau portofolio investasi tertentu. Contohnya : sukuk ijarah, sukuk mudharabah, atau sukuk musyarakah. Sementara sukuk yang mewakili piutang dalam bentuk uang maupun barang tidak dapat diperdagangkan (non-tradable sukuk). Contohnya : sukuk salam, sukuk istishna, atau sukuk murabahah.

Di Indonesia, fatwa DSN MUI baru mengatur beberapa jenis Obligasi Syariah yaitu Obligasi Syariah Mudharabah (fatwa Nomor 33/DSN-MUI/IX/2002), Obligasi Syariah Ijarah (fatwa Nomor 41/DSN-MUI/III/2004) dan


(42)

Obligasi Syariah Mudharabah Konversi (fatwa Nomor 59/DSN-MUI/V/2007). Jenis-jenis sukuk yang dimungkinkan untuk diterbitkan berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.14 tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal adalah sukuk Mudharabah dan sukuk Ijarah.

2.2.5 Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk)

Dalam investasi, peringkat merupakan salah satu hal yang sangat penting karena menentukan suatu perusahaan atau negara bisa mendapatkan pendanaan dari penerbitan obligasi atau tidak dan berapa besar kupon atau imbal hasil yang harus dibayarkan agar diterima investor. Dalam investasi, baik saham, reksadana, maupun obligasi, perubahan rating terutama rating suatu negara bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi arah investasi. Maka dari itu, investor perlu mengetahuinya.

Peringkat adalah suatu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu negara atau perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya. Karena terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat dibandingkan dengan perusahaan atau negara lain sehingga dapat dibedakan siapa yang mempunyai kemampuan lebih baik, siapa yang kurang. Peringkat dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat dan biasanya untuk menjadi perusahaan pemeringkat harus mendapat izin resmi dari pemerintah (Pefindo). Peringkat obligasi yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat memberikan gambaran tentang kredibilitas (credit worthiness) dan mempengaruhi penjualan obligasi tersebut (Fabozzi, 1999: 656)


(43)

Peringkat obligasi adalah opini tentang kelayakan kredit dari penerbit obligasi berdasarkan faktor-faktor risiko yang relevan. Peringkat yang diberikan bukan merupakan sebuah rekomendasi untuk membeli, menjual, atau mempertahankan suatu obligasi. Opini ini berfokus pada kapasitas dan kemauan penerbit obligasi untuk memenuhi kewajibannya secara tepat waktu. Opini yang diberikan juga tidak spesifik menunjuk suatu obligasi tetapi untuk perusahaan penerbit obligasi tersebut. Peringkat obligasi tersebut memberikan analisis tentang kelayakan kredit perusahaan sehingga dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan finansial dan komersial, seperti negosiasi leasing jangka panjang atau meminimalisasi letter of credit untuk vendor. Selain itu, perusahaan dapat memilih untuk menerbitkan peringkat yang didapatkan pada publik atau merahasiakannya. (Ong: 2002).

Sebelum melakukan penjualan obligasi, kebanyakan korporasi akan meminta lembaga pemeringkat untuk memberikan peringkat. Dalam proses pemeringkatan ini, hal yang paling penting adalah pertemuan dengan manajemen korporat. Pertemuan ini dimaksudkan untuk melakukan review yang detail terhadap rencana operasional dan finansial perusahaan, kebijakan manajemen, dan faktor-faktor kredit lain yang dapat mempengaruhi peringkat. CFO dan CEO perusahaan biasanya mewakili manajemen dalam pertemuan yang dijadwalkan beberapa kali ini.

Pada umumnya, lembaga pemeringkat akan meminta laporan keuangan yang sudah diaudit, laporan keuangan interim, deskripsi tentang kegiatan operasi dan produk perusahaan, dan draft pernyataan registrasi. Peringkat obligasi akan


(44)

mempengaruhi tingkat pengembalian obligasi yang diharapkan oleh investor. Semakin buruk peringkat suatu obligasi, maka akan semakin tinggi pula tingkat pengembalian hasil yang akan dituntut investor atas suatu obligasi.

Obligasi berperingkat rendah akan menyediakan tingkat kupon yang tinggi. Sebaliknya obligasi dengan peringkat tinggi menandakan bahwa kualitas obligasi teersebut bagus sehingga dapat memberikan tingkat kupon yang rendah (Darmawan, 2007). Peringkat obligasi penting karena obligasi dengan peringkat yang rendah biasanya memiliki biaya bunga yang lebih tinggi. Tetapi, penelitian-penelitian terakhir menunjukkan bahwa peringkat obligasi kurang mencerminkan risiko obligasi. Harga saham dan harga obligasi dari suatu perusahaan tidak memperlihatkan efek yang abnormal diakibatkan oleh perubahan peringkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena peringkat obligasi didasarkan pada informasi yang tersedia di publik dan tidak menambahkan informasi baru bagi pasar. (Ross,

et al., : 2008).

Perusahaan-perusahaan umumnya berusaha untuk mempertahankan peringkat obligasi yang dimilikinya karena menguntungkan bagi perusahaan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh adalah kemampuan untuk menerbitkan commercial paper, jalan masuk ke pasar modal dan investor, dan hubungan yang lebih baik dengan pihak ketiga. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh tersebut mendorong perusahaan untuk mempertahankan peringkat obligasinya dengan mengurangi penggunaan hutang pada saat menjelang penerbitan peringkat obligasi. Penggunaan hutang yang lebih sedikit dapat


(45)

mencegah penurunan peringkat obligasi dan mendorong peningkatan peringkat obligasi tersebut (Kisgen, 2006).

Peringkat obligasi saat ini dipandang penting. Securities and Exchange

Commission (SEC), dalam laporannya mengenai peran dan fungsi lembaga

pemeringkat, menyatakan bahwa pentingnya peringkat obligasi bagi investor telah meningkat secara signifikan sehingga mempengaruhi struktur transaksi finansial, akses penerbit obligasi terhadap modal, dan kemampuan investor dalam melakukan investasi. Bahkan majalah The Economist (2005) menyatakan bahwa saat ini lembaga-lembaga pemeringkat adalah salah satu institusi yang paling berpengaruh di pasar modal.

Manfaat umum dari proses pemeringkatan obligasi adalah (Rahardjo, 2004):

1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga.

2. Efisiensi biaya. Hasil peringkat obligasi yang bagus biasanya memberikan

keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan, seperti penyediaan sinking fund dan jaminan aset.

3. Menentukan besarnya coupon rate, semakin bagus peringkatnya, cenderung semakin rendah nilai coupon rate dan sebaliknya.


(46)

4. Memberikan informasi yang obyektif dan independen menyangkut kemampuan pembayaran hutang, tingkat risiko investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkatan hutang tersebut.

5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada

umumnya.

Adapun beberapa manfaat yang akan didapatkan oleh emiten adalah: 1 Informasi posisi bisnis. Pihak perusahaan dapat mengetahui posisi bisnis dan

kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.

2 Menentukan struktur obligasi. Perusahaan dapat menentukan beberapa syarat

atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya.

3 Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan peringkat yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternatif.

4 Alat pemasaran. Peringkat obligasi yang baik terlihat lebih menarik sehingga

dapat membantu pemasaran obligasi tersebut.

5 Menjaga kepercayaan investor. Peringkat obligasi yang independen akan membuat investor merasa lebih aman sehingga kepercayaan bisa lebih terjaga.

Di Indonesia, perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader dalam pemberian rating adalah PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Selain itu, belakangan ini juga terdapat perusahaan baru yang memiliki bidang


(47)

usaha serupa yaitu Fitch Rating Indonesia dan ICRA (Indonesia Credit Rating

Agency). Umumnya perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah Indonesia

hanya memeringkat perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Sementara rating terhadap kemampuan membayar hutang suatu negara dilakukan oleh perusahaan pemeringkat yang mendapat pengakuan internasional. Dahulu perusahaan pemeringkat ini didominasi oleh 3 pemain besar seperti Standard &

Poor, Moody’s Investor Service, dan Fitch Rating. Namun, belakangan ini juga semakin bermunculan perusahaan pemeringkat yang ratingnya juga diakui selain 3 pemain besar di atas. Perusahaan pemeringkat lainnya yaitu JCRA (Japan Credit

Rating Agency) dan Rating & Information Service Inc.

Tabel 2.2

Interpretasi Rating Pefindo

Rating Keterangan

AAA Obligasi yang diperingkat sebagai AAA adalah obligasi dengan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo. Kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya sangat superior dibandingkan dengan penerbit obligasi Indonesia lainnya.

AA Obligasi dengan peringkat AA hanya berbeda sedikit dengan obligasi dengan peringkat AAA. Kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya sangat kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi Indonesia lainnya.

A Obligasi dengan peringkat A mengindikasikan kapasitas penerbit obligasi untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya relatif kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi lainnya, tetapi obligasi ini tetap lebih mudah terpengaruh oleh perubahan keadaan dan kondisi ekonomi daripada obligasi peringkat AAA dan AA.

BBB Obligasi berperingkat BBB mengindikasikan parameter yang cukup aman dibandingkan dengan obligasi Indonesia lainnya. Memburuknya kondisi ekonomi atau perubahan keadaan akan mempengaruhi kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya.

BB Obligasi dengan peringkat BB menggambarkan parameter perlindungan

yang relatif agak lemah dibandingkan dengan obligasi lainnya. Kapasitas dari penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya cukup rawan terhadap ketidakpastian terhadap kondisi bisnis, finansial, dan ekonomi.

B Obligasi dengan peringkat B menggambarkan parameter perlindungan yang


(48)

mempunyai kapasitas untuk membayar kewajiban jangka panjangnya tetapi adanya kondisi-kondisi ekonomi, bisnis, dan finansial yang buruk akan sangat mempengaruhi kapasitas dan kemauan penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya.

CCC Obligasi dengan peringkat CCC berpotensi untuk tidak membayar

kewajibannya dan tergantung pada kondisi finansial dan bisnis yang baik untuk dapat membayar kewajibannya tersebut.

SD Obligasi dengan peringkat SD (Selective Default) akan diberikan pada penerbit obligasi yang telah gagal membayar satu atau lebih obligasinya pada saat jatuh tempo. Rating SD diberikan oleh Pefindo jika penerbit obligasi telah gagal membayar salah satu obligasinya tetapi akan tetap membayar obligasi lainnya tepat waktu.

D Obligasi diberi peringkat D jika penerbit obligasi tersebut gagal membayar kewajibannya dan otomatis diberikan pada saat penerbit pertama kali gagal membayar kewajibannya. Pengecualian diberikan jika pembayaran bunga telah lewat dari tanggal jatuh tempo tetapi masih di dalam periode grace atau telatnya pembayaran terjadi karena adanya perselisihan komersial bonafide.

Sumber : Pefindo 2015

2.3 Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan ekspresi hubungan antara angka-angka laporan keuangan sehingga menghasilkan informasi yang lebih bermakna. Analisis rasio keuangan ini merupakan salah satu perwujudan ketentuan Statement of Financial

Accounting Concept (SFAC) No. 1, yang pada intinya menyebutkan bahwa

laporan keuangan harus menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan yang rasional.

Menurut Foster (1999: 894) terdapat empat hal yang dapat mendorong analisis laporan keuangan menggunakan model rasio keuangan, yaitu: (1) Mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu; (2) Membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan; (3) Menginvestigasikan teori yang terkait dengan rasio keuangan; dan (4) Mengaji hubungan empiris antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (misalnya, kebangkrutan).


(49)

Analisis laporan keuangan yang berupa analisis rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat digunakan untuk mendeteksi under atau overvalued suatu sekuritas. Lebih lanjut, terdapat tiga poin yang menunjukkan bahwa agen pemeringkat menggunakan data akuntansi yang tersedia untuk memberi peringkat obligasi perusahaan: (1) penjelasan yang diberikan agen, (2) pemilihan waktu perubahan peringkat, dan (3) penelitian empiris yang meneliti peringkat dan perubahan peringkat.

2.3.1 Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Brotman (1989) dan Boustita & Young, Adam and Hardwick (1998) dalam Raharja dan Sari (2008) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut.


(50)

2.3.2 Rasio Likuiditas

Likuiditas perusahan, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Dari aset lancar tersebut, persediaan merupakan aset lancar yang paling kurang liquid dibanding dengan yang lainnya. Jadi semakin tinggi rasio likuditas ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carson dan Scott (1997) serta Bouzoita dan Young (1998) menemukan adanya hubungan antara likuiditas dengan peringkat utang. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut.

� � � =Utang Lancar Current LiabilitiesAktiva Lancar Current Assets

2.3.3 Rasio Leverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor (utang) dan yang didanai oleh pemilik perusahaan (ekuitas). Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi:

1. Pemberian kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan.

2. Dengan penggunaan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan akan meningkat.


(51)

3. Dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan kendali perusahaan. Para investor maupun kreditor akan mendapatkan manfaat sepanjang laba atas hutang perusahaan melebihi biaya bunga dan apabila terjadi kenaikan pada nilai pasar sekuritas (Saharul dan Nizar, 2000).

Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton et al., 1998). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya.

� � � � � =Total Utang � �� � � ��

Total Ekuitas � �� � �

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian seputar analisis peringkat sukuk sudah banyak dilakukan tidak hanya oleh peneliti dalam negeri. Berikut adalah penelitian terdahulu yang disajikan dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3

Tabel Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penellitian 1 Tika Arundina,

M. Azmi Omar, dan Mira Kartiwi (2014) The predictive accuracy of sukuk ratings; Multinomina l logistic and neural

Variabel X :

Size (Total asset, sales revenue tuenover, total

stockholders’equity), Leverage (total debt ratio, debt equity ratio, long term debt to Total asset, long term debt to total capital, WACC

Penelitian ini

menggunakan dua

metode yaitu teknik statistik dan non

statistik. Hasil

penelitian ini

menyatakan bahwa


(52)

network inferences

Cost of Debt),

Likuiditas (Current ratin, quick ratio, cash ratio) Profitability (Profit margin, operating margin, return on asset, Return on equity, ROA to ROE)

Market Activity Specific Variables (guarantee status,

subordinate, sukuk structure) Variabel Y: Sukuk Rating

non statatistik

mempengaruhi rating

sukuk sedangkan

teknik statistik sebesar mempengaruhi 91,72%

2 Neneng

Sudaryanti, Akhmad Affandi Mahfudz, dan Ries Wulandari (2011) Analisis determinan peringkat sukuk dan peringkat obligasi di Indonesia Pertumbuhan perusahaan (X1), Firm size (X2), Profitabilitas (X3, likuiditas (X4), leverage (X5), Umur sukuk dan obligasi (X6)

Firm size berpengaruh signifikan, sedangkan pertumbuhan

perusahaan, profitabilitas,

likuiditas, leverage,

umur sukuk dan

obligasi tidak

berpengaruh signifikan

3 Damalia Afiani (2012) Pengaruh likuiditas, produktifitas , profitabilitas , dan leverage terhadap peringkat sukuk (2012 Likuiditas (X1), produktivitas (X2),

profitabilitas (X3), leverage (X4)

Peringkat sukuk (Y)

Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa

variabel likuiditas dan variabel profitabilitas berpengaruh signifikan

dan variabel

produktifitas dan variabel leverage tidak berpengaruh signifikan.

4 Ike Arisanti, Isti Fadah, dan Novi Puspitasari (2013) Prediksi peringkat obligasi syariah di Indonesia

Growth (X1), firm size (X2), bagi hasil (X3), likuiditas (X4), jaminan (X5), umur obligasi (X6)

Peringkat obligasi syariah (Y)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel growth, firm size, dan bagi hasil berpengaruh tidak signifikan. Sedangkan variabel likuiditas, jaminan, dan umur obligasi berpengaruh signifikan.

5 Kalia Melis (2014) Analisis faktor-faktor yang mempengaru hi rating sukuk Likuiditas (X1),

profitabilitas (X2), leverage (X3), reputasi auditor (X4), Rating sukuk (Y)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel likuiditas berpengaruh positif terhadap rating

sukuk, sedangkan

variabel profitabilitas,

leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadap rating sukuk.


(53)

2.5 Kerangka Konseptual

Sinyal-sinyal yang disampaikan oleh manajemen berupa laporan keuangan dapat digambarkan melalui rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi, sehingga investor yang menghitung risiko yang terkandung dalam obligasi masuk ke dalam investment

grade dan non-investment grade.

Penelitian ini berkonsentrasi pada teknik untuk memprediksi peringkat obligasi. Peringkat obligasi penting karena peringkat tersebut memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang suatu perusahaan (Raharja dan Sari, 2008). Prediksi risiko kredit suatu perusahaan adalah variabel dependen penting untuk. Pada penelitian ini digunakan tiga rasio keuangan yaitu: Leverage, Liqudity, dan Profitability. Maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini ukuran likuiditas diwakili oleh Current Ratio untuk melihat kekuatan kas yang dimiliki untuk membayar kewajiban lancar, ukuran profitabilitas diwakili oleh Return on Asset (ROA) untuk melihat kemampun manajemen dalam mengelola aset perusahaan untuk menghasilkan laba, ukuran

leverage diwakili oleh Debt to Equity Ratio (DER) untuk melihat porsi struktur

LaRasio Leverage LaRasio Likuiditas LaRasio Profitabilitas

LaPeringkat Obligasi


(1)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas serta Leverage terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis sangat menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran, dan fasiliras dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara juga selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya sampai skripsi ini diselesaikan.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Beby Kendida Hsb. Se, Msi., selaku dosen penguji I


(2)

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih dan sayang terbaiknya. Semoga Allah kumpulkan kita di Surga-Nya

7. Bang Wasis dan Kak Misni, abang dan kakakku tersayang, sungguh skripsi ini ku persembahkan kepada mereka. Terima kasih untuk segala doa, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang telah diberikan.

8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi: Risha, Didi, Godek, Neka, Mutiik, Octa. Terima kasih sudah membuat kehidupan di masa kuliahku berwarna.

9. Teman-teman seperjuangan di Alhurriyah, BP2M Baiturrahmah, KAM Rabbani, KAMMI MP

10. Adik-adik binaan yang luar biasa : Hannah, Maya, Lisa, Hanum, Ifah, Fitri, Sabrina, Wiwin, Mila, Yuyun, Mira, Halimah, Ruza, Kisma Tetap halaqoh ya

11. Kawan-kawan BP2M 2011 yang keren badai. Moga Allah pererat ukhuwah diantara kita.

Penulis berusaha menyusun skripsi ini dengan sebaik mungkin. Penulis sadar bahwa manusia tidak terlepas dari kesalahan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 30 Desember 2015

Penulis ,

Tri Utami (110502168)


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Masalah dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obligasi ... 13

2.2 Obligasi Syariah ... 13

2.2.1 Pengertian Obligasi Syariah ... 14

2.2.2 Sekilas Sejarah Perkembangan Obligasi Syariah ... 16

2.2.3 Karakteristik Obligasi Syariah ... 17

2.2.4 Jenis Obligasi Syariah ... 19

2.2.5 Peringkat Oblligasi Syariah ... 21

2.3 Rasio Keuangan ... 27

2.3.1 Rasio Profitabilitas ... 28

2.3.2 Rasio Likuiditas ... 29

2.3.3 Rasio Leverage ... 29

2.4 Penelitian Terdahulu ... 30

2.5 Kerangka Konseptual ... 32

2.6 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Batasan Operasional... 35

3.4 Defenisi Operasional Penelitian ... 36

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.6 Jenis Data ... 38

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.8 Teknik Analisis ... 39

3.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.8.1.1 Uji Normalitas ... 39

3.8.1.2 Uji Heteroskedastisitas ... 40


(4)

3.8.1.4 Uji Autokorelasi ... 41

3.8.2 Uji Analisis Regresi Berganda ... 42

3.8.3 Uji Hipotesis ... 43

3.8.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 43

3.8.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

4.1.1 PT. PLN Persero ... 45

4.1.2 PT. Indosat Tbk. ... 46

4.1.3 PT. Adhi Karya Tbk. ... 46

4.1.4 PT. Mayora Indah Tbk ... 47

4.1.5 PT. Summarecon Agung Tbk ... 47

4.1.6 PT. Salim Ivomas Pratama... 48

4.1.7 PT. Pupuk Kalimantan Timur ... 49

4.1.8 PT. Mitra Adi Perkasa ... 49

4.1.9 PT. Adira Dinamika Finance Tbk ... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 50

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 51

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 51

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 54

4.2.2.3 Uji Heterokesdastisitas ... 55

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 56

4.2.3 Analisis Regresi Berganda ... 56

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 58

4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 58

4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 59

4.2.4.3 Koefisien Determinasi ... 60

4.3 Pembahasan ... 61

4.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk ... 61

4.3.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk ... 62

4.3.3 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(5)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Peringkat Sukuk PT. BLT Tahun 2010 - 2012 ... 6

2.1 Perkembangan Obligasi Syariah dengan Obligasi Konvensional .. 18

2.2 Interpretasi Rating Pefindo ... 26

2.3 Penelitian Terdahulu ... 30

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 36

3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Pemilihan Sampel ... 37

3.3 Sampel Perusahaan Tahun 2011-2014 ... 38

3.4 Kriteria Autokorelasi ... 42

4.1 Statistik Deskriptif ... 51

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 52

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 56

4.5 Hasil Analisis Regresi ... 57

4.6 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) ... 59

4.7 Hasil Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 59


(6)

DAFTAR GAMBAR

No. gambar Judul Halaman

1.1 Perkembangan Penerbitan Sukuk ... 4

1.2 Grafik Peringkat Instrumen Utang PT. BLT Tahun 2005-2012 .... 5

2.1 Kerangka Konseptual ... 32

4.1 Grafik Histogram ... 53

4.2 Normal Plot ... 54