23
1. Obligasi yang memberikan kewajiban untuk membayar jumlah obligasi dan
bunganya terkait dengan face value atau keuntungan yang telah ditetapkan sebelumnya, dilarang dalam syariah. Penerbitan, pembelian, dan negosiasi
obligasi tersebut semuanya dilarang karena terkait dengan bunga pinjaman interest-bearing loans
2. Zero coupon bonds juga dilarang karena dijual pada harga yang lebih rendah
dari face value-nya. Pemilik obligasi tersebut akan memperoleh keuntungan dari perbedaan harga yang merupakan diskon dari obligasi.
3. Obligasi Berhadiah juga dilarang karena dipinjamkan dengan kewajiban untuk
membayar keuntungan yang telah ditentukan atau jumlah tambahan yang diambil sesuai keinginan pihak-pihak tertentu. Obligasi ini juga diibaratkan
sebagai judi Qimar. Dengan kata lain, obligasi dilarang dalam Islam karena mengandung unsur
riba bunga didalamnya juga mengharuskan peminjam untuk membayar sejumlah nilai obligasi ditambah jumlah tertentu sesuai bunga. Dilarangnya kegiatan yang
berkaitan dengan obligasi, membuat AAOIFI Shari’a Board membuat suatu
alternatif pembiayaan sebagai pengganti obligasi yang disebut Sukuk. Di Indonesia, sukuk dikenal dengan nama obligasi syariah yang dibedakan dengan
obligasi konvensional.
2.2.1 Pengertian Obligasi Syariah
Ketentuan yang mengatur tentang penerbitan sukuk, terutama dari sisi syariah telah ditetapkan oleh Accounting and Auditing Otganization for Islamic
Financial Institutions AAOIFI, yaitu Sharia Standard No. 17 – Investment
24
Sukuk. AAOIFI sendiri mendefenisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak
manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.
Menurut Undang-undang Surat Berharga Syariah Negara SBSN, obligasi syariah adalah Surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Akad-akad yang dapat digunakan dalam penerbitan SBSN: Ijarah, Mudarabah, Musyarajah, Istishna’, akad lainnya sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan kombinasi dari dua akad atau lebih. Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan No. KEO130BL2006 Peraturan No. IX.A.13: Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian penyertaan yang tidak terpisah atau tidak terbagi atas kepemilikan asset berwujud tertentu, nilai manfaat, dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu. Menurut Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI
Fatwa No. 32DSN-MUIIX2002: Surat berharga syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada
25
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
2.2.2 Sekilas Sejarah Perkembangan Obligasi Syariah
Sesungguhnya, obligasi syariah sukuk ini bukan merupakan istilah baru dalam sejarah Islam. Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan,
dimana umat Islam menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional. Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata sakk yang memilliki arti yang sama
dengan sertifikat atau note. Ia dipergunakan oleh pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha
perdagangan dan aktivitas komersial lainnya. Namun demikian, sejumlah penulis Barat yang memiliki concern terhadap sejarah Islam dan Bangsa Arab,
menyatakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata cheque dalam bahasa latin, yang saat ini telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam transaksi
dunia perbankan kontemporer. Dalam perkembangannya, The Islamic Jurisprudence Council IJC
kemudian mengeluarkan fatwa yang mendukung berkembangnya sukuk. Hal tersebut mendorong Otoritas Moneter Bahrain BMA
– Bahrain Monetary Agency untuk meluncurkan saham sukuk berjangka waktu 91 hari dengan nilai 25
juta dolar AS pada tahun 2001. Kemudian Malaysia pada tahun yang sama meluncurkan Global Corporate Sukuk di pasar keuangan Islam internasional.
Inilah sukuk global yang pertama kali muncul di pasar internasional. Selanjutnya, penerbitan sukuk di pasar internasional terus bermunculan. Tidak ketinggalan,
pemerintahan di dunia Islam pun mulai melirik hal tersebut. Sebagai contoh, pada
26
tahun 2002 pemerintah Malaysia menerbitkan sukuk dengan nilai 600 juta dolar AS dan terserap habis oleh pasar dengan cepat, bahkan sampai terjadi over
subscribe. Begitu pula pada Desember 2004, pemerintah Pakistan menerbitkan sukuk di pasar global dengan nilai 600 juta dolar AS dan langsung terserap habis
oleh pasar.
2.2.3 Karakteristik Obligasi Syariah sukuk