BAB IV KENDALA YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN KEWENANGAN
MAJELIS PENGAWAS NOTARIS SERTA UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASINYA
A. Kendala yang Timbul dalam Pelaksanaan Kewenangan Majelis Pengawas
Notaris
Pasal 20 ayat 1 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, menentukan bahwa pemeriksaan
terhadap Notaris dilakukan juga oleh Majelis Pemeriksa Daerah, Wilayah dan Pusat, yang sifatnya insidentil saja dengan kewenangan memeriksa menerima
laporan yang diterima dari masyarakat atau dari sesama Notaris Pasal 20 ayat 2 Peraturan Menteri.
Instansi utama yang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris, yaitu Majelis Pengawas. Untuk kepentingan tertentu Majelis Pengawas
membentuk Tim Pemeriksa dan Majelis Pemeriksa Daerah, Wilayah, dan Pusat. Dengan demikian ada 3 tiga institusi dengan tugas melakukan pengawasan dan
pemeriksaan terhadap Notaris dengan kewenangan masing-masing, yaitu : 1.
Majelis Pengawas Daerah, Wilayah dan Pusat; dengan kewenangan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris
dan tindak tanduk atau perilaku kehidupan Notaris.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
2. Tim Pemeriksa, dengan kewenangan melakukan pemeriksaan terhadap Protokol
Notaris secara berkala 1 satu kali dalam 1 satu tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu.
3. Majelis Pemeriksa Daerah, Wilayah dan Pusat, dengan kewenangan untuk
memeriksa menerima laporan yang diterima dari masyarakat atau dari sesama Notaris.
Selanjutnya kendala yang ada adalah dari masing-masing Majelis Pengawas Daerah yang dibentuk yang terdiri dari 9 sembilan orang, melihat wilayah kerjanya
di Sumatera Utara meliputi wilayah yang sangat luas dan jumlah Notaris di Sumatera Utara yang cukup banyak dalam suatu wilayah, dapat menjadi kendala di kemudian
hari. Hal ini berkaitan dengan pembagian tugas pengawasan yang diemban oleh masing-masing anggota yang harus menjalankan kewajibannya dengan perbandingan
Notaris yang harus diawasi. Selanjutnya kendala yang terjadi adalah tidak adanya petunjuk standar operasional pengawasan terhadap Notaris yang menjadi pedoman
teknis bagi majelis pengawas dalam melakukan pengawasan. Kemudian juga anggaran dari Pemerintah sama sekali tidak ada padahal tugas
Majelis Pengawas itu membutuhkan dana yang besar. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat pekerjaan pengawasan sangat bergantung pada dana yang diturunkan oleh
pemerintah, karena apabila tidak terdapat dana yang cukup, maka operasional pengawasan akan terlambat dan tidak dapat terlaksana dengan baik. Honorarium
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
Majelis Pengawas pun tidak ada sama sekali, juga sarana dan prasarana yang tidak tersedia dalam melakukan pengawasan.
Kendala yang juga sangat penting adalah kurangnya Sosialisasi Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris kepada masyarakat sehingga
masyarakat tidak mengetahui tentang undang-undang tersebut yang berdampak semakin seringnya Notaris melakukan kecurangan akibat kurangnya pengawasan dari
masyarakat, dimana masyarakat juga memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan hukum di Indonesia.
Berkaitan dengan
profesionalisme Notaris dan fungsi pelayanan terhadap masyarakat dapat saja terjadi, seorang Notaris menolak memberikan jasanya
dengan alasan bahwa calon pengguna jasa tersebut dianggap secara ekonomi tidak mampu membayar jasa Notaris tersebut, hal tersebut akan sangat sulit diketahui,
karena pengawasan yang bersifat preventif dan kuratif tersebut belum menyentuh persoalan-persoalan seperti di atas, juga kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang Notaris masih minim sekali. Kendala yang juga dapat timbul adalah akibat tidak diberikannya
persetujuan oleh MPD dan MPW kepada pihak kepolisian, kejaksaan dan hakim untuk memeriksa Notaris dapat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman dari pihak
kepolisian, kejaksaan dan hakim kepada MPD dan MPW.
166
166
Hasil wawancara dengan Bapak Amri Marjunin, Ketua MPD Notaris Kota Medan, pada tanggal 25 Maret 2009.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
B. Upaya-Upaya yang Dilakukan