BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkataan Notaris berasal dari perkataan Notarius, yakni nama pada zaman Romawi yang diberikan kepada orang-orang yang menjalankan pekerjaan menulis.
Nama Notarius lambat laun mempunyai arti berbeda dengan semula, sehingga kira- kira pada abad kedua sesudah Masehi yang disebut dengan nama itu ialah mereka
yang mengadakan pencatatan dengan tulisan cepat.
1
Menurut sejarahnya, Notaris adalah seorang pejabat negarapejabat umum yang dapat diangkat oleh negara untuk melakukan tugas-tugas negara dalam
pelayanan hukum kepada masyarakat demi tercapainya kepastian hukum sebagai Pejabat pembuat akta otentik dalam hal keperdataan. Notaris adalah suatu jabatan
yang tidak digaji oleh Pemerintah akan tetapi Pegawai Pemerintah yang berdiri sendiri dan mendapat honorarium dari orang-orang yang meminta jasanya.
Secara administratif, Notaris memiliki hubungan dengan negara dalam hal ini Pemerintahan, misalnya yang berkaitan dengan pengangkatan dan pemberhentian
Notaris.
2
Sedangkan menurut Komar Andasasmita, bentuk atau corak Notaris dapat dibagi menjadi 2 dua kelompok utama yakni :
1
R. Sugondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 13.
2
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Jabatan Notaris, jabatan Notaris dijalankan oleh, a. Orang yang khusus diangkat untuk itu; b. Pegawai negeri, pada jabatan siapa itu dirangkapkan menurut
hukum.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
Notariat functionnel, hal mana wewenang-wewenang Pemerintah
didelegasikan gedelegeerd, dan demikian itu diduga mempunyai kebenaran isinya, mempunyai kekuatan bukti formal dan mempunyai
dayakekuatan eksekusi. Di negara-negara yang menganut bentuk notariat ini terdapat pemisahan yang keras antara wettelijke dan niet wettelijke,
werkzaamheden yaitu pekerjaan-pekerjaan yang didasarkan Undang- undanghukum dan yang tidakbukan dalam notariat.
Notariat profesionel, dalam kelompok ini walaupun Pemerintah mengatur
tentang organisasinya, tetapi akta-akta Notaris ini tidak mempunyai akibat-akibat khusus tentang kebenarannya, kekuatan bukti, demikian
kekuatan eksekutorialnya.
3
Sejak lama telah terdapat Peraturan Perundang-undangan yang menyangkut ketentuan-ketentuan tentang pengawasan terhadap Notaris seperti Reglement op de
Rechterlijke Organisatie en het beleid der justitie in Indonesia LN 1847 No. 23 jo 1848 No. 57, Rechtsreglement buitengewesten LN 1927 No. 227, Peraturan Jabatan
Notaris LN 1860 No. 3 dan sejak pada tanggal 6 Oktober 2004, maka diberlakukan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris UUJN. Dimana
dari peraturan di atas bisa diketahui dan dipahami akan adanya penetapan Notaris di bawah pengawasan.
Kehadiran institusi Notaris di Indonesia perlu dilakukan pengawasan oleh Pemerintah. Adapun yang merupakan tujuan dari pengawasan agar para Notaris
ketika menjalankan tugas jabatannya memenuhi semua persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan Notaris, demi untuk pengamanan kepentingan
masyarakat, karena Notaris diangkat oleh pemerintah, bukan untuk kepentingan diri Notaris sendiri melainkan untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya.
3
Komar Andasasmita, Notaris I, Bandung : Sumur, 1981, hlm. 12.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, maka pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris yang semula dilakukan
oleh Pengadilan Negeri setempat di wilayah Notaris tersebut kini berada di bawah wewenang Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Untuk pengawasan
tersebut, Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia membentuk Majelis Pengawas Notaris. Majelis Pengawas Notaris tersebut kini telah terbentuk yang
terdiri dari sembilan orang yaitu dari unsur Pemerintah tiga orang, Notaris tiga orang, maupun akademisi tiga orang.
4
Dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai Pejabat Umum, tidak jarang Notaris berurusan dengan proses hukum. Pada proses hukum ini Notaris
harus memberikan keterangan dan kesaksian menyangkut isi akta yang dibuatnya. Dengan diletakkannya tanggung jawab secara hukum dan etika kepada Notaris, maka
kesalahan yang sering terjadi pada Notaris banyak disebabkan oleh keteledoran Notaris tersebut sedangkan kesalahan yang terjadi akibat bujukan nilai honorarium
yang tinggi sudah jarang terjadi karena hal tersebut tidak lagi mengindahkan aturan hukum dan nilai-nilai etika. Oleh karenanya agar nilai-nilai etika dan hukum yang
seharusnya dijunjung tinggi oleh Notaris dapat berjalan sesuai undang-undang yang ada, maka sangat diperlukan adanya pengawasan.
5
4
http: www2. kompas. com kompas -cetak 050108Politikhukum1486237.htm, diakses tanggal 3 Maret 2009.
5
Sambutan Menteri Hukum dan HAM RI, yang dibacakan oleh Drs. Hasanuddin, Bc.IP, SH, yang ketika itu sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Hukum dan HAM RI, pada acara pembukaan
Pra Kongres Ikatan Notaris Indonesia, pada tanggal 13-16 Juli 2005 di Makassar, Sulawesi Selatan. Pra Kongres ini mengusung topik “Melalui Implementasi Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris
Pada Era Reformasi, Kita Tingkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat”.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
Sebagai konsekwensi
logis, seiring dengan adanya tanggung jawab Notaris kepada masyarakat, maka haruslah dijamin adanya pengawasan dan pembinaan yang
terus menerus agar tugas Notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau
kepercayaan yang diberikan.
6
Adapun tujuan pengawasan Notaris adalah agar Notaris bersungguh-sungguh memenuhi persyaratan-persyaratan dan menjalankan tugasnya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Perundang-undangan yang berlaku, demi pengamanan kepentingan masyarakat umum. Sedangkan yang menjadi tugas pokok pengawasan
Notaris adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagaimana yang diberikan oleh
peraturan dasar yang bersangkutan, senantiasa dilakukan di atas jalur yang telah ditentukan bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi demi
terjaminnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat. Mekanisme pengawasan yang dilakukan secara terus menerus terhadap
Notaris di dalam menjalankan tugas dan jabatannya, dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004
6
Winanto Wiryomartani, Tugas dan Kewenangan Majelis Pengawas Notaris, Makalah, disampaikan pada acara Kongres Ikatan Notaris Indonesia, pada tanggal 13-16 Juli 2005 di Makassar,
Sulawesi Selatan.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Tata Cata Pemeriksaan Majelis Pengawas.
7
Pengawasan Notaris sebelum berlakunya Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dilakukan oleh pihak Pengadilan Negeri dalam hal ini oleh
hakim, namun setelah keberadaan Pengadilan Negeri diintegrasikan satu atap di bawah Mahkamah Agung MA, maka kewenangan pengawasan dan pembinaan
Notaris beralih ke Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia. Pengawasan Notaris tersebut dilakukan oleh Menteri dengan membentuk
Majelis Pengawas Notaris yang terdiri dari Majelis Pengawas Daerah selanjutnya
disingkat dengan MPD di KabupatenKota, Majelis Pengawas Wilayah selanjutnya disingkat dengan MPW di Provinsi dan Majelis Pengawas Pusat selanjutnya
disingkat dengan MPP di Jakarta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 68 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris yang dilakukan oleh Majelis Pengawas tersebut dimana di dalamnya ada unsur Notaris, dengan demikian
setidaknya Notaris diawasi dan diperiksa oleh anggota Majelis Pengawas yang memahami dunia Notaris. Adanya anggota Majelis Pengawas dari kalangan Notaris
merupakan pengawasan internal, artinya dilakukan oleh sesama Notaris yang memahami dunia Notaris luar-dalam. Sedangkan unsur lainnya merupakan unsur
eksternal yang mewakili dunia akademik, Pemerintah, dan masyarakat. Perpaduan
7
Dalam Pasal 1 angka 8 Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor M-01.HT.03.01 Tahun 2003 tentang Kenotariatan disebutkan bahwa Pengawasan adalah kegiatan administratif yang
bersifat preventif dan represif oleh Menteri yang bertujuan untuk menjaga agar para Notaris dalam menjalankan jabatannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
keanggotaan Majelis Pengawas diharapkan dapat memberikan sinergi pengawasan dan pemeriksaan yang objektif, sehingga setiap pengawasan dilakukan berdasarkan
aturan hukum yang berlaku, dan para Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya tidak menyimpang dari UUJN karena diawasi secara internal dan eksternal.
Majelis Pengawas Notaris, tidak hanya melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris, tapi juga berwenang untuk menjatuhkan sanksi
tertentu terhadap Notaris yang telah terbukti melakukan pelanggaran dalam menjalankan tugas jabatan Notaris.
Pada dasarnya yang mempunyai wewenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris adalah Menteri Hukum dan HAM yang dalam
pelaksanaannya Menteri membentuk Majelis Pengawas Notaris. Menteri sebagai kepala Departemen Hukum dan HAM mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan Pemerintah di bidang hukum dan HAM.
8
Dengan demikian kewenangan pengawasan terhadap Notaris ada pada Pemerintah, sehingga
berkaitan dengan cara Pemerintah memperoleh wewenang pengawasan tersebut. Dari gambaran keadaan dan permasalahan tentang tugas dan jabatan Notaris
dan hadirnya mekanisme baru terhadap pengawasan Notaris yang diatur oleh UUJN yakni Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dan
melakukan analisis dengan judul : “Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris
8
Pasal 35 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004”
B. Permasalahan