terhadap Notaris yaitu MPW dan MPP. Substansi Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, seperti tersebut di atas
tidak tepat untuk dilaksanakan karena mencampuradukkan kewenangan MPW dan Majelis Pemeriksa Wilayah serta Majelis Pemeriksa Pusat dalam menjatuhkan sanksi,
sehingga yang tetap harus dijadikan pedoman adalah aturan hukum yang lebih tinggi yaitu UUJN.
E. Analisis Terhadap Beberapa Kasus
1. Pemeriksaan Terhadap Notaris HS, SH
a. Duduk Perkara
MPN Daerah Kota Medan telah melakukan pemeriksaan kepada Notaris HS, SH berdasarkan adanya surat permohonan pengajuan keberatan dan laporan per
tanggal 5 Nopember 2008 dari Saudara S, Ny. R dan A terhadap dikeluarkannya Akta
Notaris Nomor 09 dan Nomor 10 tanggal 11 April 2008 oleh Notaris HS, SH. MPN Daerah Kota Medan telah memanggil kedua belah pihak pelapor dan terlapor dan
telah diminta keterangan-keterangannya yaitu sebagai berikut : I.
Keterangan Pelapor 1.
Berdasarkan Akta No. 09 dan No. 10 tanggal 11 April 2008, Notaris HS, SH menyebutkan bahwa Ny. R adalah seorang janda, tetapi yang sebenarnya Ny.
R mempunyai suami yang sah.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
2. Bahwa yang menjadi objek jual beli berdasarkan akta tersebut diatas bukan
merupakan milik pribadi Ny. R melainkan warisan keluarga. 3.
Bahwa Notaris HS, SH sudah meneliti terlebih dahulu alas hak yang mendasari jual beli, dan seakan-akan menutup mata dan membantu pihak
kedua supaya terjadi jual beli, dan sangat merugikan pihak pertama. 4.
Bahwa berdasarkan keterangan pelapor, tidak pernah merasa menjual tanahbangunan tersebut di atas, melainkan awalnya adalah pinjam meminjam
uang antara Ny. R pelapor dengan Ny. H pihak kedua, dan Notaris HS, SH
hanya meminta kepada Ny. R untuk menandatangani surat minutaakta yang
telah dipersiapkan tanpa membacakan isi minuta akta tersebut terlebih dahulu.
5. Bahwa Notaris HS, SH telah membatalkan akta yang telah diterbitkannya
pada tanggal 29 Desember 2005 tentang Persetujuan Jual Beli tanpa persetujuanpemberitahuan dari Ny. R pelapor
6. Bahwa Notaris HS, SH telah melanggar Kode Etik Notaris
sebagaimana yang diatur dalam UUJN. II.
Keterangan Terlapor 1.
Terlapor Notaris HS, SH menerangkan, bahwa terjadinya akta No. 09 dan No. 10 tanggal 11 April 2008 hanya berdasarkan keterangan-keterangan dari
Ny. R pelapor, dan memang tidak meminta bukti bahwa Ny. R adalah
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
seorang janda dan keterangan itu disampaikan juga oleh Ny. H kepada Notaris terlapor.
2. Bahwa tanahbangunan yang menjadi objek dalam jual beli antara Ny. R
dengan Ny. H berdasarkan bukti-bukti adalah milik Ny. R yang dibeli dari S suami Ny. R berdasarkan Surat Kepemilikan yang dikeluarkan oleh Camat
SK. Camat. 3.
Bahwa Notaris HS, SH menerangkan penandatanganan minuta akta jual beli dilakukan di hadapan Notaris terlapor dan terlebih dahulu dibacakan di
hadapan kedua belah pihak.
b. Keputusan Majelis Pengawas
Berdasarkan keterangan-keterangan dari pelapor dan terlapor tersebut, Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Medan memutuskan sebagai berikut :
1. Bahwa terlapor Notaris HS, SH dalam membuat dan mengeluarkan akta jual beli
No. 09 dan akte No. 10 tanggal 11 April 2008 tanpa bukti-bukti yang lengkap, tidak ada surat bukti bahwa Ny. R pelapor adalah seorang janda, bukti cerai
hidup atau cerai karena kematian. 2.
Bahwa terlapor Notaris HS, SH tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
3. Notaris HS, SH telah melanggar Kode Etik Notaris sebagaimana yang diatur oleh
Peraturan Perundang-undangan.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
4. Kepada pelapor, jika merasa dirugikan agar melakukan gugatan ke Pengadilan
tentang keabsahan jual beli berdasarkan akta jual beli No. 09 dan akta No. 10 tanggal 11 April 2008 yang dibuat oleh Notaris HS, SH.
c. Analisis Kasus
Berdasarkan fakta dari kasus tersebut, analisis yang dapat dikemukakan adalah, bahwa Notaris HS, SH dalam mengeluarkan akta tidak terlebih
dahulu meminta keterangan dari saksi yang mengenal kedua belah pihak, sementara pada Pasal 39 ayat 2 UUJN menegaskan bahwa penghadap harus dikenal oleh
Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 dua orang saksi pengenal. Dalam berbagai akta Notaris banyak digunakan kata untuk membuktikan bahwa yang
bersangkutan datang kepada Notaris atas kemauannya sendiri, misalnya kata
Menghadap atau Telah Menghadap atau Berhadapan atau Telah Hadir di Hadapan. Bahwa yang dimaksud sebenarnya penghadap yang bersangkutan adalah
kehadiran yang nyata verschijnen secara fisik atau digunakan kata Menghadap terjemahan dari verschijnen, yang berarti datang menghadap yang dimaksudkan
dalam arti yuridisnya adalah kehadiran nyata.
164
Pengertian dikenal bukan dalam arti kenal akrab, misalnya sebagai teman atau sudah kenal lama, kalaupun para penghadap sudah dikenal sebelumnya oleh Notaris
164
Herlien Budiono Albertus Sutjipto Budihardjo Putra, “Beberapa Catatan Mengenai Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris”, Makalah Kongres Luar Biasa
Ikatan Notaris Indonesia, Bandung 27-28 Januari 2005, hlm. 13.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
hal ini merupakan nilai tambah untuk Notaris saja,
165
tapi kenal yang dimaksud dalam arti yuridis, artinya ada kesesuaian antara nama dan alamat yang disebutkan
oleh yang bersangkutan di hadapan Notaris dan juga bukti-bukti atau identitas atas dirinya yang diperlihatkan kepada Notaris.
Notaris HS, SH tidak menjalankan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam UUJN Pasal 44 ayat 1 yaitu tidak memberikan penjelasan atau penyuluhan terlebih
dahulu kepada kedua belah pihak sebelum penandatanganan minuta akta, sehingga merugikan salah satu pihak.
2. Pemeriksaan terhadap Notaris SW, SH