Pemberhentian sementara Notaris dari jabatannya berarti Notaris yang bersangkutan telah kehilangan kewenangannya untuk sementara waktu, dan Notaris
yang bersangkutan tidak dapat membuat akta apapun atau Notaris tersebut tidak dapat melaksanakan tugas jabatannya. Hal ini perlu dibatasi dengan alasan untuk menunggu
hasil pemeriksaan Majelis Pengawas. Untuk memberikan kepastian, maka pemberhentian sementara tersebut harus ditentukan lamanya, sehingga nasib Notaris
tidak digantung status quo oleh keputusan pemberhentian sementara tersebut, sanksi pemberhentian sementara dari Jabatan Notaris merupakan sanksi paksaan nyata,
sedangkan sanksi yang berupa pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian tidak hormat termasuk ke dalam jenis sanksi pencabutan keputusan yang
menguntungkan. Dengan demikian ketentuan Pasal 85 UUJN yang dapat dikategorikan sebagai
sanksi administratif, yaitu: 1.
Pemberhentian sementara 2.
Pemberhentian dengan hormat 3.
Pemberhentian tidak hormat
4. Sanksi Lainnya dan Kumulasi Sanksi Terhadap Notaris
Sanksi terhadap Notaris menunjukkan Notaris bukan sebagai subjek yang kebal terhadap hukum. Terhadap Notaris dapat dijatuhi Sanksi Perdata dan
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
Administratif seperti tersebut di atas, juga dapat dijatuhi Sanksi Etika dan Sanksi Pidana.
Sanksi Etika dapat dijatuhkan terhadap Notaris, karena Notaris melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Jabatan Notaris. Sanksi tersebut dijatuhkan oleh
Majelis Kehormatan Notaris, bahwa sanksi tertinggi dari Majelis Kehormatan Notaris ini berupa pemberhentian secara tidak hormat atau secara hormat dari keanggotaan
Organisasi Jabatan Notaris. Sanksi Pidana terhadap Notaris harus dilihat dalam rangka menjalankan tugas
jabatan Notaris, artinya dalam pembuatan atau prosedur pembuatan akta harus berdasarkan kepada aturan hukum yang mengatur hal tersebut, dalam hal ini UUJN.
Jika semua tata cara pembuatan akta sudah ditempuh suatu hal yang tidak mungkin secara sengaja Notaris melakukan suatu tindak pidana yang berkaitan dengan akta
tersebut. Suatu tindakan bunuh diri, jika seorang Notaris secara sengaja bersama- sama atau membantu penghadap secara sadar membuat akta untuk melakukan suatu
tindak pidana. Pengertian sengaja dolus yang dilakukan oleh Notaris, merupakan suatu tindakan yang disadari, atau direncanakan dan diinsyafi segala akibat
hukumnya, dalam hal Notaris sebagai sumber untuk melakukan kesengajaan bersama-sama dengan para penghadap. Sanksi Pidana terhadap Notaris tunduk
terhadap ketentuan pidana umum, yaitu KUHP. UUJN tidak mengatur mengenai tindak pidana khusus untuk Notaris.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
Dengan adanya lebih dari satu jenis sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap Notaris, berkaitan dengan kumulasi sanksi terhadap Notaris. Dalam kaidah peraturan
perundang-undangan di bidang Hukum Administrasi sering tidak hanya memuat satu macam sanksi, tetapi terdapat beberapa sanksi yang diberlakukan secara kumulasi,
adakalanya suatu ketentuan peraturan perundang-undangan tidak hanya mengancam pelanggarnya dengan sanksi pidana, tapi pada saat yang sama mengancamnya dengan
sanksi administrasi
148
. UUJN tidak mengatur kumulasi sanksi sebagaimana tersebut di atas, UUJN
hanya mengatur sanksi perdata dan sanksi administrasi, dan kedua sanksi ini tidak dapat dikumulasikan dan tidak dapat dilakukan secara bersama-sama, karena masing-
masing sanksi tersebut dapat dijatuhkan karena melakukan jenis pelanggaran yang berbeda yang tersebut dalam Pasal 84 UUJN dan 85 UUJN, demikian pula dengan
sanksi yang lainnya, yaitu sanksi pidana dan Kode Etik. Sanksi-sanksi tersebut berdiri sendiri yang dapat dijatuhkan oleh instansi yang diberikan wewenang untuk
menjatuhkan sanksi tersebut. Jika Notaris terbukti melakukan pelanggaran dan dijatuhi sanksi tersebut di
atas, dapat dijadikan dasar Notaris yang bersangkutan diberhentikan sementara dari jabatannya Pasal 9 ayat 1 UUJN atau diberhentikan dengan tidak hormat dari
jabatannya Pasal 12 UUJN, seperti : 1.
Sanksi Perdata, berupa :
148
Philipus M. Hadjon-dkk, op.cit, hlm.263.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
a. Dalam proses pailit atau penundaan pembayaran Pasal 9 ayat 1 huruf a UUJN.
b. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum Pasal 12 huruf a UUJN. 2.
Sanksi Pidana, berupa : Dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dengan ancaman pidana penjara 5 lima tahun atau lebih Pasal 13 UUJN.
3. Sanksi Kode Etik, berupa :
a. Melakukan perbuatan tercela Pasal 9 ayat 1 huruf c UUJN. b.
Melakukan perbuatan
yang merendahkan kehormatan dan martabat
jabatan Notaris Pasal 12 huruf c UUJN. 4.
Sanksi Administratif, berupa : a.
Melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan Pasal 9 ayat 1 huruf d UUJN.
b. Melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan
jabatan Pasal 12 huruf d UUJN. Sanksi administratif dan sanksi perdata dengan sasaran yaitu perbuatan yang
dilakukan oleh yang bersangkutan, dan sanksi pidana dengan sasaran, yaitu pelaku orang yang melakukan tindakan hukum tersebut.
Desni Prianty Eff.Manik : Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, 2009
Sanksi administratif dan sanksi perdata bersifat Reparatoir atau Korektif, artinya untuk memperbaiki suatu keadaan agar tidak dilakukan lagi oleh yang
bersangkutan ataupun oleh Notaris yang lain, dan Regresif, yang berarti segala sesuatunya dikembalikan kepada suatu keadaan dikembalikan ketika sebelum
terjadinya pelanggaran. Dalam aturan hukum tertentu di samping dijatuhi sanksi administratif, juga dapat dijatuhi sanksi pidana secara kumulatif yang sifat
Condemnatoir Punitif atau menghukum, dalam kaitan ini UUJN tidak mengatur sanksi pidana untuk Notaris yang melanggar UUJN. Jika terjadi hal seperti itu maka
terhadap Notaris tunduk kepada tindak pidana umum. Prosedur penjatuhan sanksi adminstratif dilakukan secara langsung oleh
instansi yang diberi wewenang untuk menjatuhkan sanksi tersebut, dan sanksi perdata berdasarkan pada putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap yang
amar putusannya menghukum Notaris untuk membayar biaya, ganti rugi dan bunga kepada penggugat, dan prosedur sanksi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang amar putusannya menghukum Notaris untuk menjalani pidana tertentu. Penjatuhan sanksi administratif dan sanksi perdata dengan
tujuan sebagai koreksi atau reparatif dan regresi atas perbuatan Notaris.
5. Penegakan Sanksi Administratif