Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
F. Keterbukaan Terhadap Fakta Materil Merupakan Suatu Kewajiban
Pembuktian Dalam Sistem Penegakan Hukum Pasar Modal
Prinsip keterbukaan telah menjadi fokus sentral dari Pasar Modal itu sendiri dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal juga mengatur
mengenai prinsip keterbukaan. Pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan dapat dikategorikan dalam penipuan dan umumnya pelanggaran-pelanggaran peraturan
prinsip keterbukaan adalah pernyataan menyesatkan dalam bentuk pernyataan yang salah misrepresentation atau penghilangan omission fakta material di dalam
pembuktian sistem peradilan pidana, baik dalam dokumen-dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham. Pernyataan yang demikian itu dapat
menciptakan gambaran yang salah tentang kualitas emiten, manajemen dan potensi ekonomi emiten. Oleh karena itu, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan
membuat larangan atas perbuatan misrepresentation dan omission.
118
Tujuan penegakan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal yang
Penekanan untuk mencermati pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam pasar modal Indonesia
adalah langkah yang tepat dilakukan, mengingat terdapatnya berbagai masalah yang timbul dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan. Tanpa upaya pembenahan prinsip
keterbukaan terhadap masalah-masalah yang timbul menyebabkan tujuan prinsip keterbukaan tidak tercapai dan pada akhirnya mengakibatkan pasar modal mengalami
distorsi atau menjadi tidak efesien.
118
Bismar Nasution, Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal, Op.cit, hal. 73
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal capital flight secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal bursa saham. Sebab
ketidakadaan atau ketertutupan informasi akan menimbulkan ketidakpastian investor. Untuk menghindari keadaan yang demikian maka peraturan prinsip keterbukaan
harus ditegakkan karena peraturan prinsip keterbukaan secara substansial dapat memberikan informasi pada saat-saat yang telah ditentukan dan lebih penting
peraturan prinsip keterbukaan mengatur tentang pengawasan, waktu, tempat dan dengan cara bagaimana perusahaan melakukan keterbukaan.
119
Pemahaman menyangkut keterbukaan dalam pembenaran prinsip keterbukaan secara akurat dan penuh diperkirakan dapat merealisiasikan tujuan prinsip
keterbukaan dan mengatasi timbulnya pernyataan yang menyesatkan misleading bagi investor, hal ini dapat dilihat dari pengamatan Coffee tentang perlunya sistem
keterbukaan wajib adalah suatu teori sederhana yang dapat menjelaskan bagaimana sistem keterbukaan difokuskan sebagai berikut:
120
1. Informasi memiliki berbagai karakteristik dari suatu barang umum public good,
maka penelitian saham cenderung kurang tersedia. Kurangnya ketersediaan informasi bukan berarti bahwa informasi yang diberikan emiten tidak dapat
diverifikasi secara optimal dan bahwa kurangnya upaya yang dilakukan terhadap
119
Ibid, hal. 28
120
Ibid, hal. 24-26 bahwa pengamatan Coffee tentang perlunya mempertahankan sistem keterbukaan wajib dapat dijadikan sebagai dasar penerapan prinsip keterbukaan bagi emiten atau
perusahaan publik. Gunanya untuk mengatur pemberian informasi mengenai keadaan keuangan dan informasi lainnya kepada investor. Dengan perkataan lain, tujuan yang ingin dicapai ketentuan ini
adalah untuk menghasilkan dokumen yang menceritakan kepada pembeli prospektif mengenai berbagai hal yang seharusnya diketahui oleh pembeli sebelum membeli suatu saham.
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
pencarian informasi material dari sumber emiten. Sistem keterbukaan wajib dapat dilihat sebagai suatu starategi pengurangan biaya dengan konsekuensi masyarakat
mensubsidi biaya pencarian guna menjamin adanya informasi dalam jumlah besar dan pengujian akurasi yang lebih baik.
2. Ada dasar substansial untuk dipercaya bahwa ketidakefesienan yang lebih besar
akan terjadi tanpa sistem keterbukaan wajib karena biaya sosial yang berlebih akan dikeluarkan investor untuk mengejar laba perdagangan. Sebaliknya
pengkolektipan dapat mengurangi social waste yang timbul dari kesalahan alokasi sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan ini.
3. Teori self-induced disclosure, yang sekarang populer di antara para teoritisi
perusahaan dan sebagaimana diyakini oleh Easterbrook dan Fischel hanya memiliki validitas terbatas. Suatu kelemahan khusus dalam teori tersebut adalah
mengabaikan signifikasi kontrol perusahaan dan terlalu banyak menganggap bahwa kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diluruskan secara
sempurna. Pada kenyataannya, prasyarat besar yang ditentukan oleh para teoritisi ini diperlukan untuk efektifnya sistem keterbukaan sukarela disclosure valuntary
system seperti tidak memuaskan. Walapun manajemen dapat dipengaruhi melalui
incentive contract device untuk mengidentifikasi kepentingan diri sendiri dengan
memaksimalkan nilai saham, namun manajemen masih memiliki kepentingan dalam mengakuisisi penyertaan pemegang saham pada suatu harga diskon,
sedikitnya sepanjang manajemen masih dapat melakukan insider traiding atau leveraged buyouts
. Karena insentif bagi keduanya mungkin masih kuat maka
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
masalah akan muncul sebab manajemen mendapatkan keuntungan dengan memberikan sinyal yang salah terhadap pasar.
4. Dalam pasar modal yang efesien, masih ada informasi lain yang dibutuhkan
investor rasional untuk mengoptimalkan portofolio sahamnya. Informasi yang demikian sangat baik diberikan melalui suatu sistem keterbukaan wajib.
Selanjutnya menyangkut teori yang berhubungan dengan penanggulangan tindak pidana di bidang pasar modal difokuskan pada penegakan hukum yang
diartikan sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum guna menjamin pentaatan terhadap ketentuan yang
ditetapkan tersebut, sedangkan menurut Satjipto Rahardio, penegakan hukum adalah
suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum
menjadi kenyataan.
121
Penanggulangan suatu tindak pidana dengan menerapkan upaya penegakan hukum tindak pidana di bidang pasar modal harus dilakukan secara terpadu
integrited dengan memberikan kepastian hukum dan memberikan perlindugan Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak
pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
121
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru, 1997, hal. 24.
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
kepada masyarakat
122
akan dampak dari penipuan atas informasi yang menyesatkan misleading information terhadap informasi material yang sangat penting dan relevan
mengenai peristiwa, kejadian atau fakta material yang dapat merugikan investor dalam memutuskan membeli, menjual atau tetap menahan efek akibat pernyataan
tidak benar dan menyesatkan yang muncul sehingga mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi bagi masyarakat pemodal baik dari anggota bursa, investor
maupun orang dalam emiten sendiri. Informasi-informasi yang dipandang material dalam hal ini antara lain adalah informasi mengenai:
123
1. Penggabungan usaha, pengambilalihan, peleburan merger, acquisition,
consolidation atau pembentukan usaha patungan.
2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham.
3. Adanya pendapatan dan deviden yang bersifat luar biasa.
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
5. Adanya produk atau penemuan baru yang berarti.
6. Terjadinya perubahan tahun buku perusahaan.
122
Malcolm Devies, Hazel and Jane Tyrer, Criminal Justice, London Logman, 1995, page 4- 6. Seperti terpetik dalam Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Malang: UMM
Pres, 2004, hal. 257-261, bahwa pelaksanaan sistem peradilan pidana sesuai dengan fungsi yang sebenarnya akan membuat masyarakat terlindungi dari kejahatan. Fungsi yang harus dijalankan dalam
penyelenggaraan sistem peradilan pidana adalah melindungi masyarakat melalui upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahatan, dan melakukan upaya
inkapasitas terhadap orang yang merupakan ancaman terhadap masyarakat, menegakkan dan memajukan the rule of law dan penghormatan pada hukum, dengan menjamin adanya due prosess dan
perlakuan yang wajar bagi tersangka, terdakwa dan terpidana, melakukan penuntutan dan membebaskan orang yang tidak bersalah yang tuduh melakukan kejahatan. Menjaga hukum dan
ketertiban, menghukum pelaku kejahatan sesuai dengan falsafah pemidanaan yang dianut, membantu dan memberi nasihat pada korban kejahatan.
123
Lihat, Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 138
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
7. Terjadi perubahan dalam pengendalian atau adanya perubahan penting dalam
manajemen dengan ketentuan bahwa informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi harga efek danatau dapat mempengaruhi keputusan untuk
melakukan investasi bagi masyarakat pemodal. Oleh sebab itu, penentuan kategori pernyataan efektif kewajiban informasi
emiten cukup signifikan.
124
1. Kewajiban Pelaporan secara berkala
Penentuan ini didasarkan pada corak maupun sifat dari tindak pidana penipuan di bidang pasar modal yang menempatkan Bapepam sebagai
lembaga pengawas pasar modal. Berdasarkan Pasal 173 dan 174 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1548KMK.0131990 yang telah diubah
dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1199KMK.0101991 tentang Pasar Modal mewajibkan emiten dan perusahaan
publik untuk semua informasi secara berkala kepada Bapepam menyangkut:
a. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-199PM1992 tanggal 22 Januari 1992
tentang Laporan Realisasi Penggunaan Hasil Emisi. Ketentuan ini mewajibkan emiten untuk menyampaikan laporan realisasi penggunaan hasil
emisi kepada Bapepam secara berkala setiap 3 tiga bulan Maret, Juni, September dan Desember, dan disampaikan selambat-lambatnya pada
tanggal 15 bulan berikutnya.
124
Ibid, hal. 120 bahwa penyediaan dan penyiapan informasi berkala yang akurat merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan yang sudah merupakan perusahaan publik. Hal tersebut
diperlukan untuk mendapatkan publisitas dan meningkatkan perhatian terhadap perusahaan, melakukan tindakan yang dapat membangun hubungan baik dengan masyarakat investor dan para
aktivis di bidang keuangan
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
b. Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-24PM1987 tanggal 24 Desember
1987 Lampiran V, tentang Pedoman Tentang Bentuk dan Isi Laporan Keuangan dan Lampiran VII tentang Pedoman Penyusunan Laporan
Keuangan Tahunan dan Tengah Tahunan dan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor SE-05PM1992 perihal Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan.
Beberapa ketentuan dalam surat edaran tersebut telah diubah dengan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-01PM1995 tanggal 20 Maret 1995.
Ketentuan tersebut antara lain menyangkut: 1. Penyampaian Laporan Keuangan Tengah Tahunan kepada Bapepam
dengan batasan waktu selambat-lambatnya 60 enam puluh hari setelah tanggal tengah tahun buku, jika tidak disertai dengan laporan akuntan.
Selambat-lambatnya 90 sembilan puluh hari setelah tanggal tengah tahun buku, jika disertai dengan laporan akuntan dalam rangka penelaahan
terbatas. Selambat-lambatnya 120 seratus dua puluh hari setelah tanggal tengah buku, jika disertai dengan laporan akuntan audited.
2. Kewajiban menyampaikan laporan Keuangan Tahunan audited dengan batas waktu selambat-lambatnya 120 seratus dua puluh hari setelah
tanggal penutupan tahun buku. 3. Kewajiban mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi pada
sekurang-kurangnya 2 dua surat kabar harian berbahasa Indonesia, satu di antaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya terbit di tempat
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
kedudukan emiten selambat-lambatnya 120 seratus dua puluh hari setelah tahun buku berakhir.
c. Peraturan Nomor IX.C.3 tentang Laporan Tahunan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-17PM1995 tanggal 9 Juni 1995. Ketentuan ini
mewajibkan emiten untuk menyampaikan Laporan Tahunan selambat- lambatnya 14 empat belas hari sebelum Rapat Umum Tahunan Para
Pemegang Saham dilaksanakan. 2. Kewajiban Pelaporan yang bersifat insidentil
a. Peraturan Nomor: IX.C.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor:
Kep-22PM1991 tanggal 19 April 1991. Ketentuan ini mengharuskan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan kepada Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, keterangan
penting dan relevan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Adapun keterangan yang diperkirakan
dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan pemodal antara lain sebagai berikut:
1. Penggabungan usaha merger, pembelian saham acquisition, peleburan usaha consolidation atau pembentukan usaha patungan.
2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham stock deviden. 3. Pendapatan dan deviden yang laur biasa sifatnya.
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting. 5. Produk atau penemuan baru yang berarti.
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
6. Perubahan dan pengendalian control atau perubahan penting dalam manajemen.
7. Pengumuman pembelian atau pembayaran kembali efek yang bersifat hutang.
8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang berarti jumlahnya.
9. Penjualan, pembelian atau kerugian aktiva yang berarti. 10. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.
11.Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan danatau
penguruspengawas perusahaan. 12. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.
13. Penggantian akuntan publik perusahaan. 14. Penggantian Wali Amanat.
15. Perubahan tahun fiskal perusahaan.
b. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Persyaratan Keterbukaan Orang dalam dan Pemegang Saham Tertentu. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor:
Kep-09PM1991 tanggal 3 Oktober 1991. Ketentuan ini mengatur bagi setiap Orang Dalam insider yang melakukan transaksi efek baik untuk pihak yang
terorganisasi juga bagi pemegang saham yang memiliki atau kepemilikannya mencapai 5 atau lebih saham disetor wajib melaporkan kepada Bapepam
selambat-lambatnya dalam waktu 10 sepuluh hari kerja sejak terjadinya transaksi.
c. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-456PM1991 tanggal 12 April 1991 perihal Pembelian Saham atau Pernyataan Pada Perusahaan lain. Ketentuan ini
mengatur tentang prosedur yang harus dilakukan oleh emiten, apabila nilai transaksi pembelian saham, penggabungan usaha, atau pembentukan
perusahaan baru tersebut cukup material yaitu memenuhi kriteria berikut yaitu: 5 dari pendapatan perusahaan atau 10 dari modal sendiri.
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
d. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-04PM1994 tanggal 7
Januari 1994. Ketentuan ini mengatur tentang transaksi yang mengandung benturan kepentingan conflict of interest.
Selanjutnya menyangkut penyataan efektif menyangkut emiten juga telah digariskan dengan berbagai kewajiban pelaporan dan larangan-larangan dalam
melakukan kegiatan transaksi di pasar modal seperti yang diatur dalam pasal 85, pasal 86 1, pasal 87 ayat 1,2 pasal 89 ayat 1, pasal 90 angka c, pasal 93 UUPM berikut
dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya, seperti Peraturan Nomor X.K.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 86PM1996 tentang keterbukaan informasi yang
harus segera diumumkan kepada publik. Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80PM1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala, Peraturan Nomor X.M.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82PM1996 tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham tertentu, Peraturan Nomor X.K.5
Keputusan Ketua Bapepam Nomor 46PM1998 tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit.
Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN