Kegunaan Teoritis Kegunaan Praktis Landasan Teori

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. 2. Bagaimana kewenangan Bapepam dalam penyidikan dan penyelidikan tindak pidana pasar modal? 3. Bagaimana sistem pemidanaan tindak pidana pasar modal di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam kerangka penegakan hukum?

J. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penegakan hukum dalam tindak pidana pasar modal dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap investor. 2. Untuk mengetahui kewenangan Bapepam dalam penyidikan dan penyelidikan tindak pidana pasar modal. 3. Untuk mengetahui sistem pemidanaan tindak pidana pasar modal di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam kerangka penegakan hukum.

K. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat baik segi teoritis maupun praktis, sebagaimana diuraikan berikut:

1.. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang berarti bagi khazanah pengetahuan Ilmu Hukum. Dalam penelitian ini tidak semata mengkaji hukum positif yang berlaku tetapi juga mencoba menggali nilai-nilai hukum yang hidup dan terus berkembang sesuai dengan dinamika pasar modal yang begitu pesat. Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

2.. Kegunaan Praktis

Dengan dilakukannya penelitian ini penulis mencoba untuk memberikan gambaran akan arti pentingnya penegakan hukum law enforcement dilakukan di dalam industri pasar modal Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peraturan dan penegakan hukum terhadap kejahatan pasar modal.

L. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai masalah terhadap penegakan hukum terhadap tindak pidana khusus di bidang pasar modal belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini dapat disebut asli sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang tindak pidana khusus di bidang pasar modal terutama menyangkut tentang penegakan hukum dan juga pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal-hal di atas ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. sama oleh peneliti lainnya baik di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun Perguruan Tinggi Lainnya.

M. Landasan Teori dan Konsepsional

1. Landasan Teori

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan dari berbagai kegiatan manusia, dimana hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi berbagai pelanggaran terhadap hukum. Dalam hal ini hukum harus ditegakan. Penegakan hukum atau yang dikenal dengan istilah law enforcement merupakan suatu keharusan untuk mewujudkan suatu perlindungan dan kepastian hukum. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi suatu kenyataan yang hidup di dalam masyarakat. Di dalam menegakkan hukum ada tiga hal yang harus diperhatikan, di antaranya: 19 Sebaliknya juga masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum. Hukum adalah diciptakan untuk mengatur manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai kepastian hukum rechtssicherheit, kemanfaatan zweckmassigkeit dan keadilan gerechtigkeit. Kepastian hukum merupakan suatu perlindungan yustiabel terhadap tindakan sewenang-wenang yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, di mana dengan kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. 19 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Yogjakarta: Liberty, 1995 hal. 14 Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan di dalam masyarakat. Keadilan juga sangat berperan penting di dalam pelaksanaan dan penegakan hukum dimasyarakat. Jangan ada keberpihakan hukum terhadap salah satu kepentingan selain kepentingan-kepentingan bersama yang hidup di dalam masyarakat. Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum guna menjamin pentaatan terhadap ketentuan yang ditetapkan tersebut, sedangkan menurut Satjipto Rahardio penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum menjadi kenyataan. 20 Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah dari sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih Ianjut dikatakannya keberhasilan penegakan hukum mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai arti netral, sehingga dampak negatif atau positifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor saling berkaitan dengan eratnya, merupakan esensi serta tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum. Faktor-faktor tersebut adalah: 21 1. Hukum undang-undang. 2. Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. 20 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru 1988, hal. 24 21 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1983, hal. 5 Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. 3. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 4. Masyarakat, yakni dimana hukum tersebut diterapkan. 5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Di dalam suatu negara yang sedang membangun, fungsi hukum tidak hanya sebagai alat kontrol sosial atau sarana untuk menjaga stabilitas semata, akan tetapi juga sebagai alat untuk melakukan pembaharuan atau perubahan di dalam suatu masyarakat, sebagaimana disebutkan oleh Roscoe Pound 22 Selanjutnya, politik hukum pidana kebijakan hukum pidana sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi kejahatan, terdapat di dalam penegakan hukum pidana yang rasional. Penegakan hukum pidana yang rasional tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap formulasi, tahap aplikasi, dan tahap eksekusi yaitu : 1870-1964 salah seorang tokoh Sosiological Jurisprudence, hukum adalah as a tool of social engineering disamping as a tool of social Control . 23 1. Tahap Formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan pembentuk undang-undang. Dalam tahap ini pembentuk undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang- undangan pidana untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik, 22 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Edisi Baru Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hal. 32 23 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana Bandung:Alumni, 1993, hal. 173 Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini dapat juga disebut dengan tahap kebijakan legislatif. 2. Tahap Aplikasi, tahap penegakan hukum pidana tahap penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan. Dalam tahap ini aparat penegak hukum menegakkan serta menerapkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh badan pembentuk undang-undang. Dalam melaksanakan tugas ini, aparat penegak hukum harus memegang teguh nilai- nilai keadilan dan daya guna.. Tahap kedua ini dapat juga disebut tahap kebijakan yudikatif. 3. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan pelaksanaan hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelakaana pidana bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh pengadilan. Aparat pelaksana dalam menjalankan tugasnya harua berpedoman kepada peraturan perundang- undangan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undangan [legislatur dan nilai-nilai keadilan serta daya guna. Ketiga tahap penegakan hukum pidana tersebut, dilihat sebagai suatu usaha atau proses yang rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, jadi harus merupakan suatu jalinan mata rantai aktivitas yang tidak terputus yang bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan. Dalam kaitannya dengan penegakan hukum pidana pada kegiatan pasar modal maka konsep penegakan hukum yang dimaksud adalah penegakan hukum dalam Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. arti Law Enforcement. Joseph Golstein, membedakan penegakan hukum pidana atas tiga macam yaitu : 24 1. Total Enforcement, yakni ruang lingkup penegakan hukum pidana sebagaimana yang dirumuskan oleh hukum pidana substantif. Penegakan hukum yang pertama ini tidak mungkin dilakukan sebab para penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara pidana. Disamping i.tu, hukum pidana substantif itu sendiri memiliki kemungkinan memberikan batasan-batasan. Ruang lingkup yang dibatasi ini disebut dengan area of no enforcement. 2. Full Enforcement , yaitu Total Enforcement setelah dikurangi area of no enforcement, dimana penegak hukum diharapkan menegakkan hukum secara maksimal, tetapi menurut Goldstein hal inipun sulit untuk dicapai not a realistic expectation, sebab adanya keterbatasan- keterbatasan dalam bentuk waktu, personal, alat-alat dana dan sebagainya yang dapat menyebabkan dilakukannya diskresi. 3. Actual Enforcement, Actual Enforcement ini baru dapat berjalan apabila, sudah terdapat bukti-bukti yang cukup. Dengan kata lain, harus sudah ada perbuatan, orang yang berbuat, saksi atau alat bukti yang lain, serta adanya pasal yang dilanggar. Masalah penegakan hukum, sangat mempengaruhi terhadap efektivitas hukum tersebut dapat diakui dan dihargai di dalam masyarakat. Selo Sumardjan 1965 mengungkapkan faktor- faktor yang mempengaruhi efektivitas hukum di antaranya: 25 1. Usaha untuk menegakan hukum dalam masyarakat yaitu penggunaan tenaga manusia, 24 Muladi, Kapita Selekta Siatem Peradilan Pidana, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1995, hal. 16 25 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Jakarta:BPHN, 1983 Hal. 78 Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. alat-alat, organisasi dan metode agar masyarakat mengetahui, menghargai, mengakui, dan mentaati hukum. 2. Reaksi masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai yang berlaku, artinya masyarakat menentang atau menolak atau mungkin mematuhi hukum karena compliance, identification , internalization, atau kepentingan mereka terjamin pemenuhannya. 3. Jangka waktu penanaman hukum, yaitu panjang atau pendeknya jangka waktu dimana usaha menanamkan itu dilakukan dan diharapkan memberikan hasil. Di dalam penegakan hukum terhadap kejahatan pasar modal, Bapepam merupakan lembaga regulator yang berperan melakukan pengawasan dan penyelidikan kejahatan di pasar modal. Bapepam merupkan palang pintunya hukum pasar modal. Lembaga ini merupakan benteng sekaligus ujung tombak dalam melakukan law enforcement dari kaedah-kaedah huku m pasar modal. Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas pasar modal, dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh orang kepala biro terdiri atas; 1. Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum 2. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan 3. Biro Pengelolaan dan, Riset 4. Biro Transaksi dan Lembaga Efek 5. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa 6. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil. 7. Biro Standar dan Keterbukaan. Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. Bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat masukan dari bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila mereka yang dikenai sanksi dapat menerima putusan tersebut. Maka pihak yang terkena sanksi akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Permasalahan akan berlanjut bila sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah ditetapkan oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran, maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan menyerahkan kasus tersebut kepada pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang melakukan penuntutan. Demikian pula dengan Bursa Efek sebagai lembaga yang menyelenggarakan pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan transaksi perdagangan efek menemukan suatu pelanggaran yang berindikasi adanya pelanggaran bersifat pidana, lembaga ini akan menyerahkan pelanggaran tersebut kepada Bapepam untuk dilakukan pemeriksaan dan penyidikan. Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus pelanggaran peraturan perundangan pidana bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti tercantum di dalam ketentuan Pasal 6 ayat 1 huruf b yang menyebutkan : Penyidik adalah aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang- undang. Kewenangan ini merupakan penerapan dari fungsi Bapepam sebagai lembaga pengawas. Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. Tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila : 1. Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. 2. Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak lain yang dipersyaratkan ntuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan 3. Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di bidang pasar modal Di dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut UUPM Nomor 8 Tahun 1995 bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai tugasnya ini, Bapepam memiliki fungsi antara lain menyusun peraturan dan menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak apabila dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan penyelesaian lainnya. Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi penegakan hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal, melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku- Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. pelaku pasar modal. Data tersebut dianalisis oleh Bapepam dan hasil analisi dijadikan konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa.

2. Landasan Konsepsional