Sistem Penegakan Hukum Pasar Modal

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

BAB IV SISTEM PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PASAR MODAL DI DALAM UNDANG-

UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DALAM KERANGKA PENEGAKAN HUKUM

A. Sistem Penegakan Hukum Pasar Modal

Sebelum berlakunya UUPM, masalah penegakan hukum dalam Pasar Modal merupakan hal yang sering dibicarakan dan diperdebatkan mengingat ketika itu landasan operasional Pasar Modal hanya didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548013.KMK1990. Keputusan tersebut dianggap kurang memadai dan tidak memiliki dasar hukum yang kuat. 100 Penegakan hukum melalui sistem pemidanaan yang dilakukan oleh sistem peradilan pidana criminal justice system pada tindak pidana di bidang pasar modal merupakan suatu gerak sistemik dari subsistem-subsistem pendukungnya yaitu Bapepam, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan yang secara keseluruhan dan merupakan satu kesatuan yang berusaha mestranformasikan tujuan sistem peradilan pidana yang berupa resosilisasi pelaku tindak pidana, pencegahan UUPM cukup memperhatikan penegakan hukum dalam Pasar Modal terlihat dari beratnya sanksi pidana dan tingginya denda yang dikenakan kepada para pelaku Pasar Modal yang melanggar ketentuan-ketentuan dari Pasar Modal sebagai bagian dari sistem pemidanaan tindak pidana di bidang pasar modal. 100 Hasan Zein Mahmud, Transaksi yang Dilarang, Jakarta: Simposium Beberapa Masalah Aktual Dalam Perkembangan Pasar Modal, 1996, hal. 14 Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. kejahatan dan kesejahteraan masyarakat. 101 Salah satu sub sistem dalam peradilan pidana di bidang pasar modal adalah pembentukan dan kewenangan yang diberikan kepada Bapepam dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perangkat undang-undang ini menjadi dasar dan memberikan tugas kepada Bapepam untuk melaporkan hasil penyelidikan tindak pidana pasar modal kepada penuntut umum, Bekerjanya subsistem peradilan pidana dalam penegakan hukum tindak pidana di bidang pasar modal tidak terlepas dari instrumen pendudukung berupa UUPM yang mengatur aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ini mutlak diperlukan agar para penegak hukum terarah dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Sistem ini dapat dibagi tiga tahap: a tahap- pra-ajukasi pre-adjudication, b tahap ajukasi adjudicaton, c tahap purna- ajudikasi post-adjudication. 102 dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan Bapepam dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain. 103 101 Lihat, Loebby Loqman, Pra Peradilan di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984, hal. 22 bahwa Dalam sistem peradilan pidana haruslah dengan jelas apa yang menjadi tujuannya. Sehingga setiap unsur dalam sistem tersebut akan mengetahuinya dimana meskipun faktor atau unsur tersebut berdiri sendiri, akan tetapi pada hakekatnya tidak dari keterkaitan tujuan akhir dari sistem tersebut 102 Lihat, Pasal 101 ayat 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 103 Lihat, Pasal 101 ayat 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Di dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut UUPM Nomor. 8 Tahun 1995 bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai tugasnya ini, Bapepam memiliki fungsi antara lain, menyusun peraturan dan menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lainnya. Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, dan efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Pelaksanaan fungsi penegakan hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau penyidikan, yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku pasar modal, data tersebut dianlisis oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa. Bapepam diberi wewenang tertentu untuk melakukan penyelidikan tindak pidana di bidang pasar modal selaku Pejabat Pegawai Negeri Sipil PPNS berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. penyelidikan ini maksudnya adalah untuk mencari kebenaran sebagaimana yang diatur dalam tahapan-tahapan dalam Hukum Acara Pidana. Setelah selesai dilakukan penyelidikan kemudian dilanjutkan dengan penyidikan. KUH Pidana memberi definisi penyidikan sebagi berikut : “Serangkaian tindakan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentag tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka”. Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. Dalam bahasa Belanda ini sama dengan opsporing. Menurut Printo, menyidik opsporing berarti “pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuai pelanggaran hukum”. 104 Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 107 ayat 1 KUHAP,” Untuk kepentingan penyidikan, penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat 1 huruf a memberikan petunjuk kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat 1 huruf b dan memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan“. Dengan demikian dapat dilihat KUHAP menegaskan pada Pasal 107 ayat 3, apabila Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS telah selesai melakukan penyidikan maka hasilnya diserahkan ke Penuntut Umum PU. Cara penyerahannya kepada Penuntut Umum PU dilakukan PPNS melalui “penyidik Polri”. Untuk itu dalam terjadinya tindak pidana di bidang pasar modal maka Penyidik PPNS tertentu dilingkungan Bapepam diberi wewenang khusus sebagai penyidik meliputi: 105 1. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana pasar modal. 2. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal. 104 Andi Hamzah Hukum Acara Pidana Indonesia,Jakarta: Sinar Grafika, 2001,.hal.118 105 Lihat, Pasal 101 ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Bandingkan Pasal 101 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyatakan bahwa dalam hal Bapepam berpendapat pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksananya mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat. Bapepam menetapkan dimulainya tindakan penyidikan. Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. 3. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal. 4. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap pihak yang disangka melakukan atau sebagai saksi dalam tindak pidana pasar modal. 5. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal. 6. Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pasar modal. 7. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal. 8. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal, dan 9. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan. Peran Bapepam sebagai penyidik pada criminal justice system di bidang pasar modal pada sistem peradilan pidana merupakan fungsionalisasi hukum pidana, 106 106 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Kriminal, Makalah disampaikan pada Seminar Krimonologi VI, Semarang, Tanggal 16-18 September 1991, hal. 2, bahwa Salah satu upaya menanggulangi kejahatan dengan menggunakan sarana hukum termasuk hukum pidana merupakan bidang kebijakan penegakan hukum yang bertujuan untuk pencapaian kesejahteraan masyarakat. Upaya penanggulangan kejahatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat social wefare. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari politik kriminal adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. artinya fungsionalisasi memegang peranan penting dalam suatu penegakan hukum, Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa fungsionalisasi hukum pidana dapat berfungsi, beroperasi atau bekerja dan terwujud secara nyata. Fungsionalisasi hukum pidana identik dengan operasionalisasi atau konkretitasi hukum pidana, yang hakikatnya sama dengan penegakan hukum. 107 Fungsionalisasi hukum pidana dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat hukum pidana dapat berfungsi, beroperasi atau bekerja dan terwujud secara nyata. Fungsionalisasi hukum pidana identik dengan operasionalisasi atau konkretisasi hukum pidana, yang hakikatnya sama dengan penegakan hukum. Dalam fungsionalisasi ini terdapat tiga tahapan kebijakan yaitu tahap kebijakan formulatif sebagai suatu tahap perumusan hukum pidana oleh pihak pembuat perundang-undangan. tahap kebijakan aplikatif sebagai tahap penerapan hukum pidana oleh penegak hukum, tahap kebijakan administratif, yaitu merupakan tahap pelaksanaan oleh aparat eksekusi hukum. 108 Usaha penanggulangan tindak pidana pasar modal dengan menggunakan hukum pidana sebagaimana diancam sanksi pidana di dalam undang-undang pasar modal pada hakikatnya merupakan bagian dari usaha penegakan hukum penegakan hukum pidana. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa politik atau atau kebijakan hukum pidana merupakan pula bagian dari kebijakan penegakan hukum law enforcement policy . Selanjutnya penegakan hukum pidana pada sistem pemidanaan di Indonesia yang rasional, terdiri atas tiga tahap, mencakup tahap formulasi oleh 107 Barda Nawawi Arief, Teori-teori Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 1994, hal. 157. 108 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana , Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1998, hal. 30 Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. pembentuk undang-undang yang terkait dengan perbuatan pidana berikut sanksinya, tahap aplikasi yang merupakan tahap penerapan oleh kepolisian sebagai penyelidik dan penyidik, kejaksaan sebagai penuntut, dan kehakiman sebagai aparat yang mengadili dan memutuskan, serta tahap eksekusi oleh aparat eksekusi. Terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat masukan dari bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila mereka yang dikenai sanksi dapat menerima putusan tersebut. Maka pihak yang terkena sanksi akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Permasalahan akan berlanjut bila sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah ditetapkan oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran, maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan menyerahkan kasus tersebut kepada pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang melakukan penuntutan. Demikian pula dengan Bursa Efek, sebagai lembaga yang menyelenggarakan pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan transaksi perdagangan efek menemukan suatu pelanggaran, yang berindikasi adanya pelanggaran yang bersifat pidana, lembaga ini Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. akan menyerahkan pelanggaran tersebut kepada Bapepam untuk dilakukan pemeriksaan dan penyidikan. 109 1. Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus pelanggaran peraturan perundangan pidana bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti tercantum di dalam ketentuan Pasal 6 ayat 1 huruf b. yang menyebutkan : “Penyidik adalah aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.” Kewenangan ini merupakan pengejewantahan dari fungsi Bapepam sebagai lembaga pengawas. Adapun tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila : 2. Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan 3. Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di bidang pasar modal. 109 Margonti Sianturi, Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pasar Modal, Media Hukum Volume XIII, Nomor 2 Juli-Desember 2004, hal. 333 Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. Di dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut UUPM Nomor. 8 Tahun 1995 bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai tugasnya ini, Bapepam memiliki fungsi antara lain, menyusun peraturan dan menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lainnya. Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, dan efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Selanjutnya, dalam melaksanakan fungsi penegakan hukum, Bapepam harus bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau penyidikan, yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku pasar modal, data tersebut dianlisis oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa. Sejak tahun 1997, Bapepam melaksanakan press release secara berkala kepada masyarakat, antara lain melalui media massa dan media internet. 110 110 Ibid Presss Release yang dikeluarkan oleh Bapepam, Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. merupakan bentuk publikasi dan pertanggungjawaban kepada masyarakat mengenai kondisi, dan keberadaan suatu perusahaan dan juga kebutuhan masyarakat akan informasi pasar modal lainnya misalnya, bila ada kebijakan perundang-undangan yang baru dari Bapepam. Selain itu pula, kebijakan untuk selalu membuat laporan kepada masyarakat melalui press release ini adalah merupakan perwujudan dari prinsip kejujuran dan keterbukaan tranparansi yang dianut oleh lembaga pengawas pasar modal ini. Dari beberapa kasus yang ditemukan oleh Bapepam, baik berdasarkan laporan masyarakat, ataupun dari Bursa Efek Jakarta yang menilai adanya indikasi kecurangan yang dilakukan oleh pemain, maka penyelesaian yang dilakukan oleh Bapepam terhadap seluruh kasus pasar modal yang pernah terjadi, baik kasus perdata maupun yang berindikasi pidana, 111 111 Ibid seringkali diberi putusan yang bersifat administrasi, Walaupun pada awalnya pemeriksaan telah sampai pada tahap penyidikan yang dilakukan oleh tim penyidik Bapepam, namun pada akhirnya selalu diselesaikan tanpa melalui proses Sistem Peradilan Pidana dengan menerapkan sistem pemidanaan, tetapi diselesaikan di tingkat Bapepam dengan dikenakan hukuman atau sanksi denda administrasi. Hal ini disebabkan masih adanya pembatas, yang dapat berupa diskresi atau kebijakan yang diambil oleh Ketua Bapepem, dalam rangka penyelesaian kasus tersebut secara cepat. Dengan kata lain, Ketua Bapepam bertujuan agar, kerugian negara di dalam perdagangan ini, dapat cepat kembali. Sebagai salah Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. satu bukti dapat dideskripsikan bahwa pada awal Januari hingga bulan Agustus tahun 2004 sanpai dengan Januari 2009, Bapepam telah menjatuhkan sanksi adminstratif kapada 216 pihak. Total nilai denda yang dikenakan kepada 216 pihak tersebut sebesar Rp. 5,7 milyar rupiah, dari jumlah ini telah dilakukan pembayaran oleh pihak- pihak tersebut sebesar Rp. 4,6 milyar. 112 112 Ibid Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa, Ketua Bapepam lebih cenderung untuk menyelesaikan kasus pelanggaran tersebut dengan menempuh jalur di luar pengadilan tanpa menerapkan penegakan hukum melalui sistem pemidanaan bagi pelaku dengan sanksi pidana. Penerapan sanksi pidana di dalam penegakan hukum pasar modal telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 yang mengklasifikasi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal. Dari kasus-kasus pelanggaran perundang-undangan pasar modal selama ini belum ada satu kasus yang penyelesaiannya melalui jalur kebijakan pidana, tetapi melalui penjatuhan sanksi administrasi, yang penyelesaiannya dilakukan oleh dan di Bapepam. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, meletakkan kebijakan kriminal melalui hukum pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal dalam Pasal 103 ayat 2, yaitu pelanggaran Pasal 23, Pasal 105, dan Pasal 109. Untuk jelasnya akan dikutip berikut ini; Pasal 103 ayat 2 UUPM menyatakan bahwa Pelanggaran pasar modal disini adalah, pelanggaran terhadap Pasal 32 yaitu: Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. a. Seseorang yang melakukan kegiatan sebagai wakil penjamin efek. Wakil perantara pedagang efek atau wakil menager inveatsi tanpa mendapatkan izin Bapepam b. Ancaman bagi pelaku adalah maksimum pidana selama 1 satu tahun kurungan dan denda Rp. 1000.000.000.00.-satu milyar rupiah Pasal 105 UUPM menyatakan bahwa: Pelanggaran pasar modal yang dimaksudkan disini adalah pelanggaran Pasal 42 yang dilakukan oleh Manajer investasi, atau pihak terafiliasinya, yaitu : a. Menerima imbalan dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi manejer investasi itu untuk membeli atau menjual efek untuk reksa dana. b. Ancaman pidana berupa pidana kurungan maksimum 1 satu tahun kurungan dan denda Rp. 1.000.000.000.00.-satu milyar rupiah. Pasal 109 UUPM bahwa yang dilanggar disini adalah perbuatan tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan Pasal 100, yang berkaitan dengan kewenangan Bapepam dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap semua pihak yang diduga atau terlibat dalam pelanggaran UUPM. Dianutnya pembagian delik atas dua macam yaitu delik kejahatan pasar modal dan delik pelanggaran pasar modal menunjukkan bahwa UUPM mengikuti ketentuan yang terdapat dalam KUHP yang merupakan hukum ketentuan yang umum, di satu sisi, tetapi dalam ketentuan mengenai sanksinya jauh berbeda. Di dalam KUHP untuk delik pelanggaran tidaklah diancam dengan pidana kumulasi seperti dalam UUPM ini, tetapi hanya hukuman kurungan paling lama satu tahun, sedangkan dalam UUPM diatur satu tahun kurungan tetapi dikumulasikan dengan denda yang besar 1 milyar. Hal ini tentunya rasional apabila dilihat dari asas perundang-undangan yang baik selalu memperhatikan antara korban dan sanksi yang seimbang. Walaupun selama ini dikenakan sanksi administrasi kepada pelaku tindak pidana pasar modal. Penyelesaian terhadap kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh Bapepam yang Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. cenderung menyelesaikan persoalan tersebut dengan menggunakan jalur di luar pengadilan non penal.

B. Bentuk Tindak Pidana Khusus Pasar Modal