Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penegakan hukum terhadap kejahatan pasar modal, diartikan bahwa tindak pidana pasar modal merupakan tindak pidana yang mempunyai karakteristik khas. Karakteristik itu antara lain meliputi: Pertama, barang yang menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi. Kedua, pelaku tidak mengandalkan fisik, akantetapi kemampuan membaca situasi pasar serta memanfaatkan secara maksimal. Tindak pidana pasar modal yang dimaksud oleh Undang-Undang Pasar Modal adalah tindak pidana penipuan dan tindak pidana manipulasi pasar. Di samping itu dalam rangka memberikan perlindungan terhadap investor dan penegakan hukum maka Bapepam merupakan suatu lembaga regulator yang berperan melakukan pengawasan dan penyelidikan kejahatan di pasar modal. Bapepam merupakan palang pintunya hukum pasar modal. Lembaga ini merupakan benteng sekaligus ujung tombak dalam melakukan law enforcement dari kaedah-kaedah hukum pasar modal. 2. Kewenangan Bapepam selaku peyidik dan penyelidik tindak pidana pasar modal mengalami beberapa hambatan diataranya penyidik bapepam yang telah menyelesaikan penyidikannya, kemudian menyerahkan hasil penyidikannya tersebut kepada Kejaksaan selaku penuntut umum, melalui penyidik Kepolisian. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi . Seringkali berkas yang telah diserahkan kembali dengan Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. disertai petunjuk oleh penuntut umum kepada penyidik Bapepam dirasakan sangat susah untuk dipenuhi, Akibat dari adanya keadaan yang tidak pasti seperti ini, menyebabkan kepastian penyelesaian suatu perkara tindak pidana pasar modal menjadi semakin tidak menentu, padahal dalam kasus tersebut terdapat kepentingan pemodal dan masyarakat yang memiliki dana didalamnya menjadi ikut tidak menentu pula. Kesulitan dalam hal pembuktian dan memenuhi petunjuk P-18 dari jaksa selaku penuntut umum di dalam memberikan petunjuknya, diakui oleh penyidik bapepam sebagai salah satu sebab, sulitnya memenuhi petunjuk tersebut. Karena jaksa belum terbiasa dengan unsur-unsur yang terkandung di dalam rumusan pasal-pasal tentang tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang Pasar Modal. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya kemampuan penguasaan ilmu pasar modal dari perangkat hukum yang ada, mulai dari polisi, kejaksaan sampai hakim di pengadilan. Di samping itu kerangka hukum yang diterapkan oleh Bapepam dalam penanganan tindak pidana pasar modal lebih memfokuskan pada penyelesain sanksi administratif. 3. Sistem pemidanaan dalam kerangka penegakan hukum yang dilakukan oleh sistem peradilan pidana criminal justice system pada tindak pidana di bidang pasar modal sebagai tindak pidana khusus merupakan suatu gerak sistemik dari subsistem-subsistem pendukungnya yaitu Bapepam, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan yang secara keseluruhan dan merupakan satu kesatuan yang berusaha mestranformasikan tujuan sistem peradilan pidana yang berupa resosilisasi pelaku tindak pidana, pencegahan kejahatan dan kesejahteraan masyarakat. Penerapan sanksi pidana di dalam sistem pemidanaan Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. pasar modal telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 yang mengklasifikasi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal. Dari kasus-kasus pelanggaran perundang-undangan pasar modal selama ini belum ada satu kasus yang penyelesaiannya melalui jalur kebijakan pidana, tetapi melalui penjatuhan sanksi administrasi yang penyelesaiannya dilakukan oleh dan di Bapepam. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah meletakkan kebijakan kriminal melalui hukum pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal dalam Pasal 103 ayat 2, yaitu pelanggaran Pasal 23, Pasal 105, dan Pasal 109 dan menetapkan adanya kewajiban keterbukaan terhadap fakta materiil.

B. Saran