BAB II PELAKSANAAN TERJADINYA PERJANJIAN SEWA MENYEWA
RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. PERSERO ANGKASA PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Umum PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan
42
Landasan pacu Bandara Udara Polonia Medan terlebih dahulu dibangun sebelum PT. Persero Angkasa Pura II didirikan. Dimana dengan adanya landasan
inilah PT. Persero Angkasa Pura II dapat menjalankan operasi kinerja serta membuka usahanya. Bandara Udara Polonia Medan dibangun pertama kali oleh
warga negara Polandia, yang bernama Baron Mischalsky pada tahun 1872 yang mendapat konsensi dari pemerintah Hindia Belanda untuk membuka perkebunan
tembakau di Sumatera Timur di Daerah Medan dan diberi nama “Polandia”. Pada tahun 1936 Polandia berubah nama menjadi Bandar Udara Polandia, dan
pada tahun ini juga pertama kali diadakan perbaikan landasan pacu sepanjang 600 m yg terletak pada 100 LU – 200 LS. Setelah mengalami perbaikan ini landasan pacu
Bandara Polonia Medan terus mengalami perbaikan hingga masa kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
42
Bapak Rahmat, Staf Bagian Kepegawaian dan Umum PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, Hasil Wawancara, pada tanggal 29 Mei 2007.
30
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Pada tahun 1948 sd 1949 Bandar Udara Polonia Medan dibeli kembali oleh pemerintah Hindia Belanda yang dijadikan sebagai landasan pacu bagi sekutu, yang
diperpanjang sekitar 1000 sampai 1200 m, dan pada tahun 1950 Bandar Udara Polonia Medan diserahkan kekuasaan pengelolaannya kepada TNI-AU. Oleh TNI-
AU landasan diperpanjang hingga 1800 m dengan lebar 45 m. Tetapi pada tahun 1982 sampai sekarang dibagi menjadi dua daerah yaitu kegiatan militer dan
penerbangan sipil yang mana penerbangan sipil dikelola oleh PT. Persero Angkasa Pura II.
PT. Persero Angkasa Pura II adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa Bandar Udara dan keselamatan penerbangan. Perusahaan Angkasa Pura merupakan
Badan Usaha Milik Negara BUMN yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah PP Nomor 33 Tahun 1962, tanggal 15 November 1962 dengan nama
Perusahaan Negara Angkasa Pura “Kemayoran”. Berdasarkan PP No. 21 Tahun 1965 tepat pada tanggal 17 Mei 1965, diadakan
perubahan nama dari Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran menjadi Perusahaan Negara Angkasa Pura dengan Kantor Pusat di Jakarta. Selanjutnya
berdasarkan PP No. 37 Tahun 1974, diadakan perubahan bentuk Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Umum Angkasa Pura. Kemudian berdasarkan PP No. 14 Tahun
1992 diadakan perubahan pengalihan bentuk Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan Persero dengan nama PT. Persero Angkasa Pura II.
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 533MK1994 pada tanggal 22 Januari 1994, berdasarkan PP No. 30 Tahun 1985 PT.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Persero Angkasa Pura II mendapat tambahan tugas untuk mengelola Bandar Udara Polonia Medan.
2. Struktur Organisasi PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.
Struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan di dalam sebuah perusahaan untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan
dalam perusahaan. Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan menggambarkan wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada didalamnya.
Kantor Cabang PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, struktur organisasinya sesuai dengan Keputusan Direksi PT. Persero Angkasa Pura
II Nomor : KEP.471OM.001998-AP II tanggal 4 September 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. Persero Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan. Organisasi PT. Persero Angkasa Pura II terdiri dari Kantor Pusat dan Kantor
Cabang. Kedudukan PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan selaku kantor cabang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PT. Persero
Angkasa Pura II Nomor KEP. 4710M.001998-AP II tanggal 4 September 1998. Kantor cabang merupakan unit pelaksanaan PT. Persero Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT. Persero Angkasa Pura II yang berkantor pusat di Jakarta.
43
Keputusan Direksi tersebut menjelaskan tentang tugas pokok daripada PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan yaitu sebagai berikut :
43
Ibid.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
“Kantor cabang mempunyai tugas menyelenggarakan usaha jasa dan usaha kebandarudaraan dan usaha keselamatan penerbangan dalam arti yang seluas-luasnya
dan usaha lain yang mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan yang bersangkutan sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang digariskan direksi”.
44
PT. Persero Angkasa Pura II dipimpin oleh Direktur Utama, sedangkan susunan organisasi Kantor Cabang PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara
a. Kepala Cabang.
rasi Lalu Lintas Udara. c.
Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara. d.
Divisi Tekhnik Elektronika dan Listrik. mum dan Peralatan.
Bandar Udara Polonia Medan Kepala abang berperan sebagai manajemen puncak dalam pengaturan kegiatan perusahaan.
1. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pelayanan organisasi
2. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan operasional bandar
udara.
pengendalian kegiatan pemilihan fasilitas an pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi.
Polonia Medan, terdiri dari :
b. Divisi Pelayanan Ope
e. Divisi Tekhnik U
f. Divisi Administrasi dan Komersial.
45
Di dalam PT. Persero Angkasa Pura II C
Adapun fungsi Kepala Cabang adalah sebagai berikut :
keselamatan lalu lintas udara.
3. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan komersial.
4. Penyiapan, pelaksanaan dan
tekhnik elektronika dan listrik. 5.
Penyiap
44
Lihat, Lampiran 1, Keputusan Direksi PT Persero Angkasa Pura II Nomor : KEP. 4710M.001998-AP II Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. Persero Angkasa Pura
II Bandar Udara Polonia Medan, Pasal 2.
45
Ibid., Pasal 4.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
6. Penyiapan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan keuangan dan
rapa divisi nam
a dibatasi hanya pada Divisi Administrasi dan Komersial,
1. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan usaha komersial.
2. 3.
Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan akuntansi. 4.
Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan perlengkapan. aian,
melaksanakan tugas dan fungsinya, Divisi Administrasi dan Komersial dibantu oleh
1. Dinas Komersial, mempunyai tugas menyiapkan pengembangan dan
egiatan komersial yang meliputi pengumpulan data produksi, perhitungan dan pembuatan surat tagihan untuk jasa-jasa aeronautika dan
jasa non aeronautika maupun usaha-usaha lain yang mempunyai hubungan
as melaksanakan kegiatan pengadaan, pergudangan dan administrasi perlengkapan.
perlengkapan.
46
Dalam melaksanakan tugas, kantor cabang dibagi ke dalam bebe un dalam hal ini sengaj
oleh karena divisi ini yang bertugas untuk menangani pengelolaan usaha komersial PT. Persero Angkasa Pura II, termasuk diantaranya perjanjian sewa menyewa
ruangan dengan PT. Mandala Airlines. Divisi Administrasi dan Komersial mempunyai tugas sebagai berikut :
Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan.
5. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan administrasi kepegaw
ketatausahaan dan umum.
47
Sedangkan fungsi dari divisi ini sesuai dengan tugas yang dimilikinya. Dalam
beberapa dinas, yaitu :
melaksanakan k
dengan usaha jasa kebandarudaraan. 2.
Dinas Keuangan, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi keuangan dan anggaran.
3. Dinas Akuntansi, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan akuntansi.
4. Dinas Perlengkapan, mempunyai tug
46
Bapak Rahmat, Op. Cit.
47
Lampiran 1, Op. Cit., Pasal 21.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
5. Dinas Kepegawaian dan Umum, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
administrasi kepegawaian, kesejahteraan dan pelayanan kesehatan pegawai, araan
. Para Pihak Dalam Perjanjian. Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313 KUH
Perdata berbunyi : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu pihak atau lebih
engikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.
Pada umumnya setiap transaksi terlaksana berdasarkan perjanjian. Dengan ditanda-tanganinya perjanjian maka isi ketentuan yang diatur dalam perjanjian itu
mengikat mereka seperti Undang-Undang. Apabila ada dua orang yang melakukan sesuatu pengikatan diri antara keduanya akan melahirkan hukum yang mengikat
pihak-pihak yang membuatnya, yang daya pengikatnya tadi tidak dapat berlaku bagi yang lain, kecuali diperjanjikan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang mengatakan bahwa : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Pendapatan usaha PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
Medan pada dasarnya terdiri dari dua pendapatan, yaitu pendapatan aeronautika dan kegiatan ketatausahaan, kerumahtanggaan, keprotokoleran, penyelengg
informatika managerial dan pengolahan data pelaporan serta penyiapan ikatan kerja.
48
B.
Pelaksanaan Terjadinya Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara
1
m
49
48
Ibid., Pasal 24.
49
Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif, Djambatan, Jakarta, 2001, h. 15.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
non e
bangunan ruangan dan lain-lain.
50
mak p
disanggupi pembayarannya”.
g dapat dilakukan oleh sua
s a ronautika. Aeronautika yaitu yang bersumber dari penerbangan, yaitu sewa
pendaratan pesawat, parkir pesawat dan lain-lain. Sedangkan non aeronautika yaitu bersumber dari non penerbangan antara lain tanah,
Dari sekian banyak pendapatan PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, penulisan ini meninjau pendapatan dari sewa ruangan, bukan dari
materi pendapatannya tetapi dari aspek sewa menyewa khususnya sewa menyewa ruangan bandara udaranya.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada mengatur tentang sewa menyewa, a erjanjian ini disebut Perjanjian Bernama. Pengertian perjanjian sewa menyewa
secara umum dapat diketahui pada Pasal 1548 KUH Perdata yang mengatakan bahwa : “Sewa menyewa ialah suatu persetujuan, dengan pembayaran suatu harga, yang oleh
pihak tersebut belakangan itu Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan perjanjian dengan siapa saja
yang dikehendaki, sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perjanjian. Subjek yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian disebut
sebagai subjek hukum, yang secara hukum dapat berupa orang perorangan atau badan hukum. Sewa menyewa merupakan perbuatan perdata yan
tu ubjek hukum. Tidak menjadi unsur penting apakah badan hukum tersebut
50
Ibu Diah, Staf Bagian Komersial PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, Hasil Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2007.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
adalah Badan Usaha Milik Negara atau swasta, tapi yang paling pokok adalah subjek hukumnya sudah berbadan hukum.
51
Dalam hal subjek hukumnya merupakan badan hukum, maka badan hukum ini bertindak dalam perjanjian melalui wakil-wakilnya. Ketentuan mengenai siapa saja
wakil dari badan hukum tersebut ditentukan di dalam Anggaran Dasar atau Akta Pen iri
adan hukum yang sah sama
g-undangan yang berkaitan, terutama tentang kew
a
yang diberikan. d an dari masing-masing badan hukum tersebut.
52
Badan Hukum ini berbuatnya tentu saja dengan perantaraan orang, sebab badan hukum hanya suatu pengertian begrip, yang bertindak selalu orang-orang.
Pasal 1654 KUH Perdata menentukan bahwa semua b seperti orang-orang premanpartikelir berwenang untuk melakukan perbuatan perdata
atau perbuatan-perbuatan hukum. Apabila yang melakukan perjanjian adalah badan hukum, sebelum surat
perjanjian disusun para pihak dalam perjanjian harus teridentifikasi secara jelas. Perlu diperhatikan peraturan perundan
en ngannya sebagai pihak dalam perjanjian yang bersangkutan dan apa yang menjadi dasar kewenangannya tersebut. Disamping itu juga perlu diperhatikan syarat
yang harus dipenuhi terutama dalam kaitan dengan tindakan sebagai wakil dari badan hukum. Dalam praktek biasanya ditentukan secara rinci dalam Anggaran Dasar AD,
perlu diperhatikan bagaimana jika tindakan tersebut dilakukan melebihi kewenangan
51
http:anggara.wordpress.com20060824tentang-perjanjian-sewa-menyewa , diakses pada
tanggal 20 Juni 2007.
52
http:www.indonusa.ac.idhomeindex.php?option=com_content Task = view id = 831 Itemid = 56, diakses pada tanggal 20 Juni 2007.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan ketentuan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, di dalam Badan Hukum yang berbentuk Perseroan
Terbatas PT maka yang mewakili Perseroan dalam hal perbuatan perjanjian dengan pihak luar adalah Direksi. Menurut Pasal 1655 KUH Perdata, para pengurus atau para
wak d
Para pengurus suatu perkumpulan adalah, sekadar tentang itu tidak telah diatur reglemennya, berkuasa untuk bertindak atas nama perkumpulan mengikat
bertindak di muka hakim, baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat.
Dalam hal perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara pada PT. Pe
Air ura II adalah Kepala Cabang Bandar Udara Polonia Medan, berdasarkan Keputusan
Dir i
dan telah terpenuhi. il ari badan hukum yang berbuat untuk badan itu. Pasal ini menyatakan bahwa :
secara lain dalam surat pendiriannya, persetujuan-persetujuannya dan reglemen- perkumpulan kepada orang-orang pihak ketiga dan sebaliknya, begitu pula
rsero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan PT. Mandala lines Cabang Medan, yang bertindak untuk dan atas nama PT. Persero Angkasa
P eks Nomor KEP. 223KP.301.3AP II-2004 tertanggal 22 April 2004. Sementara
yang bertindak untuk dan atas nama PT. Mandala Airlines adalah Kepala Perwakilan PT. Mandala Airlines Cabang Medan.
53
Jika diperhatikan syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang tertera dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka pada surat perjanjian sewa
menyewa ruangan pada PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan PT. Mandala Airlines Cabang Me
53
Lihat, Lampiran 2, PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, Surat Perjanjian Sewa RuanganTanah PT. Mandala Airlines.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
2. ah
gan yang mempunyai fungsi sebagai tempat aktivitas dari pada PT. Mandala Airlines Cabang Medan dalam
melayani para penumpang baik yang datang maupun yang hendak berangkat dengan menggunakan pesawat terbang. Ruangan yang disewakan tersebut berupa terminal
domestic, kantor di luar terminal, dan tempat peralatan operasional atau gudang. Tahap-tahap terjadinya perjanjian sewa menyewa yang dilakukan PT.
Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan sebagai pihak yang menyewakan ruangan dengan PT. Mandala Airlines sebagai pihak penyewa ruangan
adalah sebagai berikut : 1
Tahap Pra–Contractual. Calon Penyewa, dalam hal ini adalah PT. Mandala Airlines Cabang Medan,
mendatangi pengelola bandara sebagai pihak yang menyewakan dan mengutarakan maksudnya untuk menyewa ruangan penerbangan pada PT.
Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui pada kesempatan ini calon penyewa mendapatkan
keterangan atau informasi mengenai syarat-syarat peraturan sewa menyewa ruangan, rincian harga dan cara pembayaran. Kemudian kepada calon penyewa,
T ap-tahap
Terjadinya Perjanjian. Dari hasil analisa perjanjian, sewa menyewa ruangan yang dilakukan oleh
pihak PT. Mandala Airlines Cabang Medan dengan PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan adalah sewa menyewa ruan
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
diberikan formulir yang berisikan peraturan-peraturan tentang sewa menyewa
54
yang antara lain memuat: a.
Uraian tentang syarat–syarat sewa menyewa pada PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.
b. Harga sewa dan cara pembayaran.
ruangan. n penyewa harus mempelajari isi yang
ut. Berdasarkan hasil wawancara, apabila calon formulir, maka calon penyewa
b. Surat Izin Usaha dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
d. Surat Keterangan Domisili Perusahaan;
Kartu Tanda Penduduk KTP Penanggung Jawab, berdasarkan Surat Kuasa dari Direktur Utama PT. Mandala Airlines Pusat.
55
k mendapatkan izin usaha angkutan udara emenuhi persyaratan :
iatannya harus memuat usaha angkutan udara niaga, berjadwal dan telah mendapat
c. Lokasi atau tempat yang akan disewa.
d. Jangka waktu perjanjian.
e. Jaringan fasilitas dan perlengkapan
Setelah formulir diterima, maka calo tertera dalam formulir terseb
penyewa menyetujui isi yang terdapat di dalam harus membuat surat permohonan untuk menyewa dan mengajukannya kepada
pengelola bandara, disertai dengan melampirkan syarat-syarat yang dibutuhkan, yaitu :
a. Akta Pendirian Perusahaan;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP Perusahaan;
e. Perusahaan penerbangan untu
niaga dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara wajib m
a Memiliki akte pendirian perusahaan yang salah satu keg
54
Ibu Diah, Op. Cit.
55
Ibid.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
pengesahan dari Menteri yang bertanggung jawab terhadap pengesahan b
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. akte pendirian perusahaan.
c Menyampaikan surat keterangan domisili perusahaan yang masih berlaku.
d Dinyatakan layak ditinjau dari aspek keuangan dan finansial, teknis dan
emohon kegiatan usaha angkutan udara niaga n kegiatan usaha angkuta
n pesawat udara; al.
56
ivisi Administrasi dan Komersial PT.
orang yang menghadap adalah orang yang benar-benar mempunyai wewenang untuk
bertindak atas nama PT. Mandala Airlines atau tidak, dan apakah syarat-syarat yang dilampirkan telah sesuai dengan standarisasi untuk diterimanya permohonan
sewa menyewa ruangan bandara udara pada PT. Persero Angkasa Pura II. Hal ini penting untuk dilakukan agar pelaksanaan perjanjian sewa menyewa ruangan
nantinya tidak mendapat banyak hambatan. 2
Tahap Contractual. Pihak yang menyewakan, dalam hal ini adalah PT. Persero Angkasa Pura II
Bandar Udara Polonia Medan, berdasarkan surat permohonan dan persyaratan operasi untuk melakukan usaha di bidang jasa angkutan udara niaga,
dengan menyampaikan studi kelayakan yang meliputi : 1.
jenis dan jumlah pesawat udara yang dioperasikan; 2.
rute penerbangan, bagi p berjadwal atau daerah operasi bagi pemoho
udara niaga tidak berjadwal;
3. aspek pemasaran;
4. sumber daya manusia, termasuk teknisi dan awak pesawat udara;
5. kesiapan dan kelayakan fasilitas untuk pengoperasia
6. analisis dan evaluasi dari aspek ekonomi dan finansi
Pada tahap Pra-Contractual ini, D Persero Angkasa Pura II telah melakukan identifikasi dan penelitian permulaan
terhadap pihak PT. Mandala Airlines untuk mengetahui apakah
56
http:www.bkpm.go.idenfilePen-Perhubungan2.doc , diakses pada tanggal 6 Agustus
2007.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
yang turut diberikan calon penyewa menentukan layak tidaknya permohonan tersebut untuk dikabulkan. Dalam hal pihak yang menyewakan menilai bahwa
ntuk dikabulkan, maka diadakanlah negosiasi diantara kedua
tikan baik dari segi ekonomi, hukum maupun psikologi. Dilihat dari
hak yang menyewakan dengan penyewa, baru
57
Ibu Diah, Op. Cit.
permohonan layak u belah pihak.
Masing-masing pihak di dalam proses negosiasi atau perundingan memberikan informasi kepada pihak lain yang di anggap penting untuk mencapai
kesepakatan dan kemudian bertukar pikiran mengenai apa yang diperoleh atau diterima. Dalam melakukan negosiasi perjanjian usaha ada hal-hal yang penting
untuk diperha segi hukum, suatu negosiasi harus dilakukan secara penuh kesadaran apa yang
menjadi akibat hukum setiap syarat yang dirundingkan. Sama dengan segi ekonomi, juga sudah dilakukan perhitungan sebelumnya untuk setiap syarat
bagian atau pasal dari perjanjian. Berdasarkan hasil wawancara, negosiasi yang dilakukan hanya terbatas
mengenai tarif, bukan terhadap syarat umum perjanjian sewa menyewa ruangantanah di Bandar Udara Polonia Medan. Hasil yang di dapat dari negosiasi
tersebut kemudian dituangkan ke dalam Berita Acara Kesepakatan
57
Perjanjian sewa menyewa antara pi dilangsungkan setelah adanya kesepakatan bersama oleh para pihak mengenai
tarif.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Pada tahap
contractual ini, telah terjadi suatu perbuatan hukum yang merupakan penawaran dari pihak yang menyewakan dan penerimaan dari pihak
erti oleh para pihak bahwa telah terjadi penawaran dan penerimaan yang
a sehingga akhirnya terjadi suatu perjanjian.
n berdasarkan Keputusan Direksi Nomor KEP.223KP.301.3AP II-2004 tertanggal 22 April 2004, dengan pihak penyewa PT. Mandala Airlines
penyewa. Cara-cara untuk terjadinya penawaran dan penerimaan dapat dilakukan secara tegas maupun dengan tidak tegas, yang penting dapat dipahami atau
dimeng disebut dengan kesepakatan.
Sebagaimana diketahui,
kesepakatan kehendak merupakan salah satu syarat
sahnya suatu perjanjian, seperti yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Suatu kesepakatan kehendak terhadap suatu perjanjian dimulai dari adanya suatu
penawaran offer oleh salah satu pihak yang diikuti oleh penerimaan penawaran acceptance dari pihak lainny
Pada tahap ini, pembuatan Memorandum of Understanding MOU mengenai kesepakatan para pihak terhadap tarif sewa menyewa ruangan bandara
udara telah dilakukan dalam bentuk Berita Acara Kesepakatan. Kesepakatan pendahuluan ini nantinya akan ditindaklanjuti dalam perjanjian yang lebih rinci
dan lengkap. Dalam perjanjian ini tidak melibatkan pihak lain, karena yang terlibat
hanyalah kedua belah pihak yaitu pihak yang menyewakan, PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dimana dalam hal ini
penandatanganan surat perjanjiannya diwakili oleh Kepala Cabang Bandar Udara Polonia Meda
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Cabang Medan dimana dalam hal ini penandatanganan surat perjanjiannya diwakili oleh Kepala Perwakilan PT. Mandala Airlines Cabang Medan.
58
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pada tahap ini juga diberikan suatu jaminan oleh penyewa untuk dapat dilaksanakan perjanjian sewa menyewa
tersebut, dimana penyewa wajib menyerahkan sejumlah uang jaminan sewa kepada pihak yang menyewakan yang besarnya adalah senilai tiga bulan biaya
sewa yang berlaku ditambah dengan Pajak Pertambahan Nilai PPN.
59
Tahap Post–Contractual 3
mbayaran nsi yang sah yang dikeluarkan oleh pihak yang
eny
terakhir ini adalah untuk membayar harga sewa. Jadi ruangan bandara udara
58
Ibid.
59
Ibid. ti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, h. 40.
Pada tahap ini ruangan penerbangan atau tempat yang disewakan diserahkan kepada penyewa setelah penyewa membayar uang jaminan, dan membayar
sejumlah uang sewa yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Dokumen–dokumen tentang hak kepemilikan tetap berada di tangan pihak
yang menyewakan. Berdasarkan hasil wawancara, tanda bukti pe dilakukan dengan kuita
m ewakan.
60
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian konsensual, artinya ia sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitu
barang dan harga.
61
Kewajiban pihak yang menyewakan adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang
60
Ibid.
61
R. Subek
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
tersebut, diserahkan kepada Pihak PT. Mandala Airlines tidak untuk dimiliki seperti halnya dalam jual beli, tetapi hanya untuk dipakai, dinikmati kegunaannya.
3. Bentuk Perjanjian yang Dilakukan.
Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu. Bentuk tertulis hanya bersifat sebagai alat bukti bila terjadi perselisihan. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang dilakukan oleh PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan perusahaan
penerbangan PT. Mandala Airlines Cabang Medan dibuat dalam bentuk perjanjian baku. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa perjanjian baku tersebut sudah
u telah digunakan untuk jangka waktu yang
ma. Penyerahannya hanya bersifat menyerahkan kekuasaan belaka atas barang yang
disewa itu.
dib at dan dicetak terlebih dahulu, dan la
Dalam proses sebelum dilakukan perjanjian dan proses penandatanganan formulir, pihak PT. Persero Angkasa Pura II tidak menghendaki perubahan atas isi
syarat-syarat sewa menyewa yang sudah tercetak dalam formulir.
62
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut nama jenis perjanjian yang syarat-syarat dan ketentuan-ketentuannya telah ditentukan secara sepihak, yaitu
antara lain : perjanjian baku, perjanjian standart, standart kontrak, perjanjian sepihak, dan lain-lain.
62
Ibu Diah, Op. Cit.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa “Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir”.
63
erhadap ekonomi lemah”.
64
Perjanjian yang hampir seluruh pasal-pasal sudah dibakukan dalam meminta perubahan. Yang belum dibakukan hanyalah beberapa hal saja,
dan beberapa hal lain yang spesifik dari objek yang diperjanjikan. Dengan kata erjanjian tersebut tetapi ketentuan pasal.
65
Perjanjian baku banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk memudahkan pekerjaan. Masing-masing perusahaan mempunyai model dan
sistem dapat
satu p lain hanya menandatangani saja apabila ia setuju dengan ketentuan dan persyaratan
yang ditetapkan di dalam formulir perjanjian tersebut. Salim H.S. dalam bukunya mengatakan “Standart Kontrak merupakan
Perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak ini telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak
ekonomi kuat t Munir Fuady mengutip pendapat Sutan Remy Sjahdeini, mengemukakan yang
dimaksud dengan perjanjian baku adalah :
pemakaiannya dan pada dasarnya tidak ada peluang untuk merundingkan atau misalnya yang menyangkut barang, jenis, harga, jumlah, warna, tempat waktu,
lain yang dibakukan bukan formulir p
atika yang berbeda dalam membuat formulir perjanjian baku. Perjanjian baku, pula dikatakan dengan perjanjian sepihak karena di dalam pembuatannya hanya
ihak saja yang merancang isi dari formulir perjanjian, sedangkan pihak yang
63
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku Standar, Perkembangannya di Indonesia, Alumni, Bandung, 1981, h. 96.
64
Salim H.S., 2003, Op. Cit., h. 107.
65
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 41.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Berikut ini akan diuraikan pendapat pakar hukum yang menerima perjanjian baku, yaitu :
bertanggung-jawab pada isi dari perjanjian yang ditandatanganinya. Jika ada itu membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertandatangan mengetahui dan
seseorang menandatangani sesuatu yang tidak diketahui isinya. mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan ke
a Aser-Rutten, mengatakan bahwa setiap orang yang menandatangani perjanjian
orang yang bertandatangan pada suatu formulir perjanjian baku, tandatangan menghendaki isi formulir yang ditandatangani, karena tidak mungkin
b Hondius dalam disertasinya mempertahankan bahwa perjanjian baku
biasaan gebruik yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.
66
apa pakar hukum yang menerima kehadiran dari perjanjian baku enyetujui kehadiran dari perkembangan hukum perjanjian dengan memberi
memberikan
ada orang yang membubuhkan tandatangan pada formulir perjanjian baku, maka tandatangan
itu memberikan kepercayaan bahwa tidak akan mungkin seseorang
c. Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan
perdagangan.
Perjanjian baku bertentangan baik dengan asas-asas hukum perjanjian ps.
iutang Negara, Pustaka Bangsa Press, akarta, 2004, h. 197.
Beber m
penilaian :
a. Perjanjian baku diterima sebagai perjanjian berdasarkan fiksi adanya kemauan
dan kepercayaan fictie van wil en vertrouwen yang kepercayaan bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian itu.
b. Setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung jawab pada
seluruh isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika
menandatangani apa yang tidak diketahui isinya. gebruik yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas
67
1320 jo 1338 KUH Perdata maupun kesusilaan. Akan tetapi di dalam praktek
66
Mariam Darus Badrulzaman, 1981, Op. Cit., h. 107.
67
Soleman Mantayborbir, Sistem Hukum Pengurusan P J
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
perjanjian ini tumbuh karena keadaan menghendakinya dan harus diterima sebagai suatu kenyataan.
68
Berbeda dengan pendapat di atas, berikut ini akan dikutip pendapat beberapa
a Sluijter mengatakan bahwa perjanjian baku bukanlah perjanjian, sebab
particuliere wetgever. contract.
terdapat pelanggaran terhadap asas kebebasan berkontrak, debitur tidak kekuatan untuk mengutarakan kehendak dan kebebasannya dalam
menentukan isi perjnajian karena itu tidak memenuhi unsur-unsur dari Pasal d
Wahono Hardjo mengatakan bahwa suatu perjanjian dengan persyaratan yang agai suatu perjanjian
yang tidak adil dan tidak seimbang.
pengusaha di dalam perjanjian baku sama seperti pembentuk
cionability memberikan wewenang dalam
Terlepas dari pendapat pro dan kontra di atas, diterimanya perjanjian baku kegiatan transaksi dilandasi oleh
rus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1978, h.32.
pakar hukum yang tidak menerima perjanjian baku, antara lain :
kedudukan pengusaha adalah seperti pembentuk undang-undang swasta legio b
Pitlo berpendapat bahwa perjanjian baku sebagai perjanjian paksa dwang c
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa dalam perjanjian baku mempunyai
1320 jo. Pasal 1338 KUH Perdata. hanya menguntungkan sepihak dapat diklasifikasikan seb
69
Beberapa pakar hukum yang menolak kehadiran dari perjanjian baku menilai :
a. Kedudukan
undang-undang swasta legio particuliere wetgever, karenanya perjanjian baku ini, sebenarnya bukan perjanjian.
b. Perjanjian baku merupakan perjanjian paksa.
c. Negara-negara
common law dalam menerapkan sistem doktrin unconscionability. Doktrin uncons
perjanjian demi menghindari hal-hal yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani, dan perjanjian baku ini dianggap meniadakan keadilan.
70
dalam kebutuhan akan pelayanan yang efisiensi,
68
Mariam Da
69
Mariam Darus Badrulzaman, 1981, Op. Cit., h. 105.
70
Soleman Mantayborbir, 2004, Op.Cit., h. 197.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
ekonom perjanjian baku tumbuh sebagai perjanjian tertulis dalam bentuk formulir. Perbuatan-
an untuk mempersiapkan isi
akan lebih praktis..
Mengenai luasnya penggunaan perjanjian baku di Indonesia, Satjipto Rahardjo menyatakan sebagai berikut : “Salah satu perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat adalah munculnya banyak sekali produksi barang-barang dan jasa-jasa yang harus dihadapi oleh para konsumen. Kehadirannya diikuti oleh bentuk-bentuk
perjanjian baku yang menempatkan konsumen pada kedudukan yang peka”. Karakter dari suatu perjanjian baku dapat dikemukakan secara berurutan
sebagai berikut :
i perjanjian telah ditetapkan secara tertulis dalam bentuk formulir yang digandakan.
2. konsumen yang berfrekuensi tinggi sering dan banyakmassal.
transaksional yang lebih rendah daripada produsen.
Apabila diperhatikan, perjanjian baku sering didominasi dengan opsi yang menguntungkan salah satu pihak. Antara pihak yang mempunyai bargaining position
71
Syahmin. AK., Hukum Kontrak Internasional, Raya Grafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 150.
is dan praktis untuk kelancaran proses perjanjian. Dalam praktek sehari-hari
perbuatan hukum sejenis yang selalu terjadi secara berulang-ulang dan teratur yang melibatkan banyak orang, menimbulkan kebutuh
perjanjian terlebih dahulu, yang kemudian dibakukan dan dicetak dalam jumlah yang banyak dalam bentuk formulir, sehingga apabila suatu saat dibutuhkan
71
1. Is
Penggandaan surat perjanjian dimaksudkan untuk melayani permintaan para 3.
Konsumen dalam banyak hal menduduki posisi tawar menawar kedudukan
72
72
Ibid., h. 148
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
yang kuat dengan pihak yang mempunyai bargaining position lemah, yang hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan terpaksa. Perbedaan posisi tawar para
mpatan pada pihak penyewa untuk mengadakan real bargaining engan pihak yang menyewakan. Debitur tidak mempunyai kekuatan untuk
dalam menentukan isi perjanjian. Hal ini acu pada
Kebebasan berkontrak biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata jo. Pasal 1320 KUH Perdata. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan
kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian, diantaranya :
b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian atau tidak;
d. Bebas menentukan bentuk perjanjian, dan melakukan perjanjian atau tidak;
perundang-undangan.
ara pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian posisi tawarnya seimbang antara satu dengan yang lain. Apabila kedudukan para pihak tidak
bang, pihak yang lem
73
Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit. h. 13 , Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
007, h.
pihak ketika perjanjian sewa menyewa ruangan penerbangan diadakan, tidak memberikan kese
d mengutarakan kehendak dan kebiasaannya
73
seakan-akan melanggar asas kebebasan berkontrak yang meng keseimbangan para pihak.
a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak ;
c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian atau tidak ;
e. Kebebasan–kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan
74
Kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata sangat ideal jika p
seim ah biasanya tidak betul-betul bebas untuk menentukan apa
74
Ahmadi Miru 2
4.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
yang diinginkan dalam perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang memiliki posisi tawar lebih kuat biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk menentukan
klausul-klausul tertentu dalam perjanjian baku. Berdasarkan hasil penelitian, dalam perjanjian baku pada perjanjian sewa
enyewa ruangan bandara udara di PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara da
pihak penyewa melanjutkan perjanjian setelah jangka waktu perjanjian berakhir, dimana wewenang berada di pihak
pengelola bandara atau pihak yang menyewakan. Kewenangan tersebut sebenarnya bertentangan dengan sifat dan hakekat suatu
perjanjian. Perjanjian sewa menyewa adalah merupakan perjanjian timbal balik dimana para pihak terikat pada suatu hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban mereka
harus seimbang dari surat perjanjian yang dilakukan atas persetujuan kehendak kedua belah pihak. Dalam kesepakatan kedua belah pihak ini jelas mereka telah bersepakat
untuk melakukan kehendak. Namun dalam surat perjanjian sewa menyewa di lokasi penelitian, kehendak mengenai syarat umum perjanjian itu dibuat oleh satu pihak
yaitu pihak pengelola bandara, sementara pihak penyewa yaitu PT. Mandala Airlines Cabang Medan hanya menerima saja karena yang merancang format dan isi kontrak
adalah pihak pengelola bandara.
ampiran 2, Op. Cit., Pasal 2 butir 2.
m Polonia Medan memberi kesan bahwa isi perjanjian itu lebih memihak kepa
pengelola bandara. Keadaan memihak ini terlihat dari kewenangan dalam menentukan persyaratan yang baru apabila
75
75
L
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Dalam perjanjian baku pada perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara di PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, kebebasan
N BANDARA UDARA PADA PT. PERSERO
A. Hak dan Kewajiban Para Pihak