perusahaan penerbangan, khususnya PT. Mandala Airlines Cabang Medan, dengan melihat hak dan kewajiban masing-masing pihak dan bagaimana penyelesaiannya bila
terjadi perselisihan atau suatu masalah dalam mengadakan dan melaksanakan perjanjian sewa menyewa itu, dengan judul tesis ”Perjanjian Sewa Menyewa
Ruangan Bandara Udara Pada PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi
8
ini adalah sebagai berikut: 1.
Bag dar Udara Polonia
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pokok permasalahan dalam penelitian
aimana pelaksanaan terjadinya perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang dilakukan oleh PT. Persero Angkasa Pura II Ban
Medan dengan Perusahaan Penerbangan PT. Mandala Airlines Cabang Medan? 2.
Bagaimana hak dan kewajiban PT. Persero Angkasa Pura II dengan PT. Mandala Airlines dalam perjanjian sewa menyewa yang dilakukan?
3. Bagaimana penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dalam perjanjian
sewa menyewa ruangan bandara udara?
8
Masalah Penelitian adalah masalah yang akan menjadi objek penelitian, M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, h. 38.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pelaksanaan sewa menyewa ruangan
ban
janjian sewa menyewa ruangan bandara udara tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis.
a. i lanjutan.
kiran dan i para pihak baik itu masyarakat pada umumnya dan kalangan
E. Keaslian Penelitian
dara udara di Bandar Udara Polonia Medan. 2.
Untuk mengetahui dan mengkaji hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian sewa menyewa tersebut.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang cara penyelesaian perselisihan yang
mungkin timbul dalam per
1. Secara teoritis.
Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun bahan perbandingan bagi para penelit
b. Sebagai bahan pengembangan ilmu khususnya hukum perjanjian.
2. Secara praktis.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemi pemasukan bag
bisnis khususnya, ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian sewa menyewa.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya
rdata : Kedudukan Pihak-Pihak dalam
2. Nama :
th
an Sewa Menyewa Rumah Secara Sepihak
3. Nama :
ian Sewa Menyewa Safe Deposit Box pada
Adapun yang m isan yang dilakukan oleh saudari
. Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa safe deposit box.
pada Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan, penelitian yang berhubungan dengan perjanjian sewa
menyewa telah ada dilakukan oleh : 1.
Nama : Ayu Trisna Dewi
NIM : 037011010
Judul Tesis :
Kajian Hukum Pe Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Milik PT. Kereta Api Persero
di Kota Medan. Mahmud
Khaiya NIM :
037011048 Judul Tesis : Pembatalan Perjanji
Menurut Hukum Perjanjian Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Kelas I-A Medan.
Merry Tandela
NIM : 037011052
Judul Tesis : Pelaksanaan Perjanj PT. Bank Lippo Cabang Medan.
enjadi permasalahan dalam penul Merry Tandela adalah mengenai :
a
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perjanjian dibuat secara tertulis dalam
b. a perjanjian sewa menyewa safe deposit box sebelum jatuh tempo.
c. h pihak PT. Bank Lippo jika terjadi wanprestasi
ukan adalah
arkan uraian di atas tampak bahwa perbedaan utama dengan penelitian bentuk perjanjian di bawah tangan yang merupakan perjanjian baku standard
contract. Berakhirny
Dari hasil penelitian didapati bahwa umumnya yang menyebabkan berakhirnya perjanjian tersebut sebelum jatuh tempo adalah karena nasabah
penyewa tidak ingin melanjutkan penyewaan tersebut disebabkan pindah tugaspindah ke kota lain.
Upaya yang ditempuh ole dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa safe deposit box.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya yang dilak melakukan pembongkaran safe deposit box dengan disaksikan oleh seorang
notaris, pemimpin cabangpejabat yang ditunjuk dan para saksi sebanyak 2 dua orang, atau mengganti kunci safe deposit box dengan anak kunci yang
baru. Berdas
yang dilakukan di atas adalah bahwa penelitian ini yang mengambil judul: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. Persero Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan; adalah bahwa studi kasus penelitian ini dilakukan di Bandar Udara Polonia
Medan.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Disamping itu, setiap penelitian yang bersumber dari ide-ide dan pemikiran- pemikiran masing-masing pribadi memiliki khasanah yang unik. Bahkan hasil
penelitian yang telah ada, tidaklah mengakibatkan pihak-pihak lain menjadi berhenti untuk menemukan kebenaran-kebenaran tesis.
Dengan ini dinyatakan bahwa judul, objek serta lokasi penelitian yang berkenaan dengan sewa menyewa ruangan bandara udara pada PT. Persero Angkasa
Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan PT. Mandala Airlines ini belum pernah
ditulis dan dibahas, sehingga dapat dikatakan asli.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1.
Kerangka Teori Adanya perbedaan pandangan dari berbagai pihak terhadap suatu objek, akan
melahirkan teori-teori yang berbeda, oleh karena itu dalam suatu penelitian termasuk penelitian hukum, pembatasan-pembatasan kerangka baik teori maupun konsepsi
merupakan hal yang penting agar tidak terjebak dalam polemik yang tidak terarah. Pentingnya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis dalam
penelitian hukum, dikemukakan juga oleh Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, bahkan menurut mereka kedua kerangka tersebut merupakan unsur yang sangat
penting.
9
Menurut Soerjono Soekanto ”Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat
ditentukan oleh teori”.
10
Burhan Ashshofa mengatakan bahwa suatu teori merupakan ”serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 7.
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, h. 6.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep”.
11
Penelitian ini sengaja mengambil judul ”Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan
mengenai hukum perjanjian, maka akan ditemukan istilah-istilah
peristiwa dimana seorang
n hukum antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan atau dengan kata lain perjanjian itu menimbulkan suatu
Bandara Udara Pada PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”, karena
penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan menganalisa sejauh mana penerapan asas kebebasan berkontrak dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa ruangan
bandara udara pada PT. Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. Karena itu tulisan ini hanya akan membahas mengenai perjanjian sewa menyewa
ruangan bandara udara khususnya dengan perusahaan penerbangan Mandala Airlines cabang Medan.
Berbicara seperti perjanjian, perikatan, dan persetujuan. Secara yuridis pengertian perjanjian
terdapat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi : “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Subekti mengatakan bahwa “Perjanjian adalah suatu
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”.
12
Peristiwa ini menimbulkan suatu hubunga
11
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h. 19.
12
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Jakarta, 2003, h. 74
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
perikatan antara dua orang yang membuatnya berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji atau kesanggupan atas apa yang diucapkan atau dituliskan oleh
kedua belah pihak yaitu pihak yang berhak dan pihak yang berkewajiban.
13
Abdulkadir Muhammad, dalam bukunya hukum perikatan memberikan pengertian tentang perjanjian yaitu : ”suatu persetujuan dengan mana dua orang atau
defenisi mengenai perikatan, namun demikian batasan mengenai
n ”overeenkomst” dan perikatan disebut dengan “verbintenis”. Namun demikian, M. Yahya Harahap menyamakan antara perjanjian dengan perikatan dan
memberi pengertian sebagai berikut : “Perjanjian mengandung pengertian suatu lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu dalam lapangan harta
kekayaan”.
14
Mengenai pengertian perikatan itu sendiri para pembuat undang-undang tidak memberikan
perikatan itu dapat diketahui melalui definisi yang diberikan oleh para ahli hukum. Menurut J. Satrio, perikatan dapat dirumuskan sebagai : ”Hubungan hukum antara
dua pihak dimana di satu pihak ada hak di lain pihak ada kewajiban. Perikatan merupakan isi dari perjanjian. Sebenarnya yang dinamakan perjanjian adalah
sekelompoksekumpulan perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian tersebut”.
15
Perjanjian harus dibedakan dengan perikatan. Dalam istilah hukum perjanjian disebut denga
13
Istilah “Hukum Perjanjian” mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah “Hukum Perikatan”. Jika dengan istilah “Hukum Perikatan” dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk
perikatan dalam buku ketiga KUH Perdata, jadi termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang, maka dengan istilah ”Hukum Perjanjian” hanya
dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja, Munir Fuady, Hukum Kontrak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h. 2
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, h. 9.
15
J. Satrio, Hukum Perjanjian Perjanjian Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993, h. 4.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus
mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi”.
16
Prestasi menurut Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu. Dari perkataan
sesuatu inilah yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk menentukan isi perjanjian yang dikenal dengan asas kebebasan berkontrak. Namun kebebasan dalam
embu
ungan kum
m at perjanjian asal saja tidak bertentangan dengan norma hukum, ketertiban dan
kesusilaan karena ini sangat menentukan keabsahan dari perjanjian tersebut.
17
Defenisi persetujuan diberikan oleh Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi : ”Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Uraian di atas menunjukkan bahwa perjanjian merupakan perhub
hu antara dua orang atau lebih, dan perjanjian menimbulkan ketentuan-ketentuan
hak dan kewajiban antara dua pihak, atau dengan kata lain perjanjian berisi perikatan.
16
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, h. 6
17
Salim H.S. menyatakan asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”, asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian.
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya
d. Menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan,
Salim HS, Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, h. 9.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Sebenarnya yang dinamakan perjanjian adalah sekelompoksekumpulan perikatan- perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian yang bersangkutan.
18
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka karena diberikan kebebasan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk membuat ketentuan-ketentuan
sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian. Mereka diperbolehkan engat
ang bagi mereka yang embu
m ur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian-perjanjian yang mereka
adakan itu. Kalau mereka tidak mengatur sendiri sesuatu soal itu berarti mereka mengenai soal tersebut akan tunduk kepada Undang-Undang.
Sistem terbuka ini juga disebut asas kebebasan berkontrak, yang tercermin dalam Pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : ”Semua
persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-und m
atnya”. Tetapi kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk perjanjian ada kalanya tidak dapat diwujudkan dikarenakan adanya kedudukan atau posisi tawar
yang tidak seimbang antara para pihak di dalam perjanjian. Keadaan tersebut memberikan peluang kepada pihak yang kedudukannya lebih kuat untuk menentukan
klausul-klausul tertentu dalam perjanjiannya. Perjanjian yang syarat-syarat dan ketentuan-ketentuannya telah ditentukan secara sepihak tersebut dikenal dengan
istilah Perjanjian Baku.
18
Suatu perjanjian adalah suatu rechthandeling, artinya suatu perbuatan yang oleh orang- orang yang bersangkutan ditujukan agar timbul akibat hukum. Dengan demikian perjanjian adalah
hubungan hukumrechtsbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara
peroranganpersoon adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum, S. Mantayborbir, Iman Jauhari, Agus Hari Widodo, Hukum Piutang Dan Lelang Negara di Indonesia,
Pustaka Bangsa, 2002, h. 8-9.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa ”perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir”.
19
Perjanjian baku dibuat secara tertulis dan dengan sendirinya tidak mungkin suatu rjanj
asas kebebasan berkontrak ini antara lain dapat
bjektif karena mengenai subjeknya mengadakan perjanjian, sedangkan syarat-syarat ketiga dan
f karena mengenai objek perjanjian. Konsekuensi tidak pe
ian baku dibuat secara lisan. Perjanjian Baku walaupun para pihak yang mengadakan perjanjian diberi
kebebasan akan tetapi dibatasi oleh ketertiban umum, kesusilaan dan kaedah-kaedah memaksa.
20
Pembatasan terhadap diketahui dari isi Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
menentukan untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu : 1.
Adanya sepakat dari mereka yang mengikatkan diri. 2.
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. 3.
Suatu hal tertentu. 4.
Suatu sebab yang halal.
21
Syarat kesatu dan kedua disebut syarat su atau pihak-pihak yang
keempat disebut syarat objekti
19
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku Standar, Perkembangannya di Indonesia, Alumni, Bandung, 1981, h.96.
20
Bandingkan dengan pendapat Mariam Darus Badrulzaman yang menyatakan kebebasan berkontrak adalah salah satu azas yang sangat penting di dalam Hukum Perjanjian. Kebebasan ini
adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak azasi manusia, Mariam Darus Badrulzaman KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1996, h. 110.
21
Keempat syarat tersebut lazim dipahami sebagai syarat umum. Berarti berlaku untuk semua jenis perjanjian. Lagi pula dipahami bahwa syarat itu adalah syarat minimal yaitu syarat yang
sekurang-kurangnya harus ada dan dipenuhi supaya perjanjian sah. Karena merupakan syarat umum senantiasa ditambah dengan syarat khusus lainnya. Syarat khusus itu tergantung pada jenis atau macam
perjanjiannya, Janus Sidabalok, Pengantar Hukum Ekonomi, Bina Media, Medan, 2000, h. 74.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
dipenuhinya syarat-syarat subjektif perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
22
Konsekuensi hukum jika salah satu syarat objektif ini tidak dipenuhi adalah bahwa perjanjian tersebut tidak sah dan batal demi hukum.
23
Perjanjian yang sah berkekuatan sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Istilah sah menunjukkan bahwa perjanjian harus sesuai menurut hukum
dan harus dilakukan dengan iktikad yang baik. Dari berbagai seminar yang diadakan mengenai Asas Hukum Nasional, maka
disepakati sejumlah asas dalam hukum perjanjian. Secara garis besar maksud masing- masing asas itu sebagaimana dipaparkan oleh Mariam Darus Badrulzaman adalah
Pasal 1338 KUH Perdata didalamnya ditemukan istilah Kata-kata “semua” menunjukkan bahwa setiap orang diberi
will, yang dirasanya baik
2.
jian yang .
pihak. sebagai berikut :
1. Asas Konsensualisme.
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan Pasal 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata penyebutnya tegas
sedangkan dalam “semua”.
kesempatan untuk menyatakan keinginannya untuk menciptakan perj
. anjian Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas
kebebasan mengadakan perjanjian atau asas kebebasan berkontrak. Asas Kepercayaan.
Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, harus dapat menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak bahwa satu sama lain akan
memenuhi prestasinya dikemudian hari. Tanpa adanya kepercayaan, maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan
kepercayaan ini kedua pihak mengikatkan dirinya oleh perjan mempunyai kekuatan mengikat sebagai Undang-Undang.
3 Asas Kekuatan Mengikat.
Dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat. Terikatnya para pihak pada apa yang diperjanjikan, dan juga terhadap beberapa unsur lain
sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan, akan mengikat para
22
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, h. 16.
23
Ibid., h. 14
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
4. ak ada
perbedaan kulit, bangsa kepercayaan, kekuasaan,
5. eseimbangan.
kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan
k, sehingga kedudukan kreditur seimbang.
or yang motivasi pada yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan
7.
8. dalam Pasal 1339 Jo. 1347 Kitab Undang-Undang Hukum
9. agai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum.
ngkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai
24
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, h. 42-44.
Asas Persamaan Hak. Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tid
perbedaan, walaupun ada jabatan dan lain-lain. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan
ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.
Asas K
Asas ini menghendaki perjanjian itu. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut perlunasan
prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat dilihat disini bahwa
kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad bai
6. Asas Moral.
Suatu perbuatan sukarela dari seorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak debitur. Juga hal ini terlihat di dalam
zaakwaarneming, dimana seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sukarela moral yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum
untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya, asas ini terdapat dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Faktor-fakt
memberikan hukum adalah berdasarkan pada ”Kesusilaan” Moral, sebagai panggilan dari
hati nuraninya. Asas Kepatutan.
Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas kepatutan disini berkaitan dengan ketentuan mengenai hal
perjanjian. Asas kepatutan ini harus dipertahankan, karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam
masyarakat. Asas Kebiasaan.
Asas ini diatur di Perdata yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas, juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan yang diikuti.
Asas Kepastian Hukum. Perjanjian seb
Kepastian ini teru Undang-Undang bagi para pihak.
24
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Undang enyewa ialah suatu persetujuan, dengan
mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran
suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”. Dalam hubungan sewa menyewa yang menyewakan memberi hak pemakaian
saja kepada penyewa dan bukan hak milik. Perjanjian sewa menyewa tidak memberikan suatu hak kebendaan, tetapi hanya memberi suatu hak perseorangan,
terhadap orang yang menyewakan ada hak ”persoonlijk” terhadap pemilik, akan tetapi hak orang yang menyewakan ini mengenai juga suatu benda, yaitu barang yang
disewakan. Dari definisi Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat dilihat
bahwa ada tiga unsur yang melekat, yaitu : -
Barang -
Jangka waktu -
Pembayaran enunjukkan bahwa itu merupakan perjanjian sewa menyewa, maka
penyewa yang diserahi barang untuk dipakai, diwajibkan membayar harga sewa atau uang sewa kepada pemilik barang. Pada hakekatnya sewa menyewa tidak dimaksud
berlangsung terus menerus, melainkan pada saat tertentu pemakaian dari barang Pengertian hubungan sewa menyewa diatur dalam Pasal 1548 Kitab Undang-
Hukum Perdata yaitu : ”Sewa m
25
Untuk m
25
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bale, Bandung, 1989, h. 36.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
tersebut akan berakhir dan barang akan kembali lagi kepada pemilik semula, mengingat hak milik atas barang tersebut tetap berada dalam tangan pemilik semula.
Walaupun dalam Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dikatakan bahwa sewa menyewa itu berlangsung selama waktu tertentu, yang berarti
t diri untuk berprestasi satu sama lain. Pihak inilah yang merupakan subjek wa m
hukum berhakberwenang untuk elaku
bahwa dalam perjanjian sewa menyewa harus selalu ditentukan tenggang waktu tertentu, tetapi dalam perjanjian sewa menyewa itu dapat juga tidak ditetapkan suatu
jangka waktu tertentu, asal sudah disetujui harga sewa untuk satu jam, satu hari, satu bulan dan lain-lain. Jadi para pihak bebas untuk menentukan berapa lama waktu
tersebut. Dalam praktek pada umumnya perjanjian sewa menyewa ini diadakan untuk jangka waktu tertentu, sebab para pihak menginginkan adanya suatu kepastian
hukum. Dalam perjanjian sewa menyewa selalu terdapat dua pihak yang saling
mengika se
enyewa. Subjek sewa menyewa merupakan subjek hukum dan subjek hukum ini ada 2 yaitu : orang pribadi dan badan hukum.
26
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Menurut R. Suroso subjek hukum adalah : “Sesuatu yang menurut
m kan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap bertindak
26
Hubungan hukum harus terjadi antara dua orang atau lebih. Pihak yang berhak atas prestasi, pihak yang aktif adalah kreditur atau si berpiutang dan pihak yang wajib memenuhi prestasi pihak
yang pasif adalah debitur atau si berhutang. Mereka ini yang disebut Subjek Perikatan, Mariam Darus Badrulzaman, 1996, Op. Cit, h.3.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
dalam hukum, sesuatu pendukung hak rechstbevoegdheid dan merupakan sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban”.
27
Manusia bukanlah satu-satunya subjek hukum. Dalam lalu lintas hukum
erjanjian sewa menyewa ditemui adanya sesuatu yang menjadi objek.
m penelitian ini, yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa adalah
dapat terjadi dalam berbagai bentuk perjanjian-perjanjian, antara PT. Persero diperlukan sesuatu hal lain yang bukan manusia yang menjadi subjek hukum.
Sudikno Mertokusumo menyatakan : ”Disamping orang dikenal juga subjek hukum yang bukan manusia yang disebut badan hukum. Badan hukum adalah organisasi atau
kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban”.
28
Dalam p Pada dasarnya apa yang menjadi objek sewa menyewa adalah apa yang merupakan
objek hukum. Jadi objek sewa menyewa adalah objek hukum. Yang dimaksud dengan objek hukum rechtsubject adalah : “Segala sesuatu yang bermanfaat dan dapat
dikuasai oleh subjek hukum serta dapat dijadikan objek dalam suatu hubungan hukum”.
29
Dala ruangan bandara udara. Timbulnya ruangan bandara udara ini disebabkan seluruh
perusahaan penerbangan termasuk perusahaan penerbangan Mandala Airlines, memerlukan ruangan bandara udara untuk melakukan kegiatan pelayanan
penerbangan. Seiring dengan kehidupan modern pelaksanaan pelayanan penerbangan
27
R. Suroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h. 223
28
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1999, h. 68.
29
Ibid., h. 82
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandar Udara Polonia Medan dengan perusahaan- perusahaan penerbangan yang terkait. Dengan demikian timbul hubungan hukum
antara perusahaan pengelola bandar udara tersebut sebagai pemilik ruangan penerbangan yang menyewakan ruangannya dengan perusahaan penerbangan sebagai
penyewa ruangan. Dari hubungan hukum ini timbul perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara.
Pada perjanjian sewa menyewa tercipta tatanan hubungan hukum antara para
pihak. Hubungan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban. Menurut Sudikno
n pihak penyewa
31
an a h perjanjian yang bersifat timbal balik,
kewajiban yang harus ditepati, Martokusumo : ”Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu
mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak hak, sedang di pihak lain kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak”.
30
Hak dan kewajiban para pihak di dalam perjanjian sewa menyewa dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan b.
Hak dan kewajiba Ad.a. Hak dan Kewajiban Pihak yang Menyewak
Perjanjian sewa menyewa ad la sehingga dengan sendirinya para pihak mempunyai
yaitu apa yang merupakan hak bagi pihak yang lainnya. Pihak yang menyewakan pada intinya berhak atas harga sewa yang telah disepakati. Dari Pasal 1550 Kitab
30
Sudikno Martokusumo, Op.Cit., h. 29.
31
Subekti, 1992, Op.Cit, h. 91.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Undang-Undang Hukum Perdata dapat disimpulkan kewajiban pokok yang utama dari pihak yang menyewakan ialah :
- Menyerahkan barang yang disewakan kepada pihak penyewa,
- Memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat dipakai
enikmati barang yang disewakan.
Ad.b. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa Kewajiban pihak penyewa diatur dalam Pasal 1560, 1961, 1564 dan 1566
Secara garis besarnya dapat diuraikan
t menurut kegunaannya.
rusakan itu bukan karena kesalahannya, untuk keperluan yang dimaksud,
- Untuk berusaha agar pihak penyewa selama dalam persetujuan berlangsung selalu
secara tertera dapat memakai dan m
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. sebagai berikut :
1. Penyewa wajib melunasi uang sewa sesuai dengan jumlah dan waktu yang
ditetapkan. 2.
Memelihara benda yang disewakan itu sebaik-baiknya dan mempergunakan benda tersebu
3. Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama masa sewa menyewa, kecuali
jika ia dapat membuktikan bahwa ke tetapi terjadi di luar kekuasaannya.
4. Harus mengembalikan barang yang disewa dalam keadaan seperti menerima
barang tersebut.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Hak penyewa untuk menggunakan atau menikmati objek sewa berlaku selama masa sewa. Selama itu hak penyewa dimaksud tidak hilang, sekalipun objek dialihkan
unculkan melalui
h diluar kesalahannya atau
32
A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, h. 26.
33
Overmacht adalah suatu keadaan memaksa yaitu suatu keadaan diluar kekuasaannya pihak debitur, yang menjadi dasar hukum untuk “memaafkan” kesalahan pihak debitur. Jadi suatu overmacht
mengandung 2 unsur yaitu keadaan di luar kekuasaannya pihak debitur dan bersifat memaksa, dan keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian dibuat, sehingga debitur tidak memikul
sikony resiko suatu perjanjian. Dengan kata lain perkataan overmacht
dijual kepada pihak ketiga, kecuali terjadinya pelepasan atau pembatalan perjanjian karena suatu sebab. Berkaitan dengan ini dalam hukum perdata dikenal suatu kaedah
yang diatur dalam Pasal 1576 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi “Jual Beli tidak memutuskan sewa menyewa”. Pasal ini memberikan kedudukan yang
kuat bagi penyewa dalam memanfaatkan objek sewa. Apa yang disebutkan di atas adalah merupakan sebagian dari hak dan
kewajiban para pihak. Hak dan kewajiban lain masih bisa dim kesepakatan para pihak dalam perjanjian. Dalam perjanjian sewa menyewa juga
dikenal adanya wanprestasi, dan yang dimaksud dengan ”Wanprestasi adalah apabila seorang debitur tidak melakukan prestasi sama sekali atau melakukan prestasi yang
keliru atau terlambat melakukan prestasi, maka dalam hal-hal yang demikian inilah yang disebut seorang debitur melakukan wanprestasi”.
32
Wanprestasi atau cidera janji itu ada kalau seseorang debitur tidak dapat membuktikan, bahwa tidak dapat dilakukan prestasi adala
dengan kata lain debitur tidak dapat membuktikan adanya ”overmacht”,
33
jadi dalam hal ini debitur jelas bersalah.
re a. Dengan demikian jika terbukti adanya overmacht ini pihak debitur akan luput dari
penghukuman untuk menanggung
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Wanprestasi dapat timbul dari dua hal : a
Kesengajaan, maksudnya perbuatan itu memang diketahui atau dikehendaki oleh deb
akan timbul.
34
2. Kerangka Konsepsi
Suatu konsep merupakan “abstraksi mengenai suatu fenomena yang generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,
Polonia Medan dengan PT. Mandala
Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat itur.
b Kelalaian, maksudnya debitur tidak mengetahui adanya kemungkinan bahwa
akibat itu
dirumuskan atas dasar kelompok atau individu tertentu”.
35
Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian pengertian yang
dimaksud dalam tulisan ini, sebagai berikut : Perjanjian sewa menyewa adalah suatu persetujuan yang dilakukan antara PT.
Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Airlines Cabang Medan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
memberikan kenikmatan dari suatu barang selama waktu tertentu kepada pihak yang lainnya dengan disanggupi pembayarannya.
dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat kargo dan atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan.
merintangi pihak debitur untuk memenuhi prestasi, Djohari Santoso dan Achmad Ali, Hukum Perjanjian Indonesia, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1989,
h. 63.
34
A. Qirom Syamsudin Meliala, Op.Cit., h. 29
35
Burhan Ashshofa, Loc. Cit.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Ruangan bandara udara adalah tempat di dalam bandar udara yang digunakan untuk melakukan kegiatan pelayanan penerbangan dengan menerima sewa ruangan.
G. Metode Penelitian