atau kondisi setelah dilakukan perubahan sesuai ketentuan dalam perjanjian beserta lampirannya.
j. Apabila tenggang waktu 1 satu minggu di lampaui, dan ternyata penyewa
masih belum menyerahkan kunci dan ruangan yang disewayang yang tidak dapat dicabut
dengan ini pula
ewa dalam bentuk
B. Analisis Terhadap Ketentuan yang Terdapat Dalam Perjanjian
Dari uraian tentang hak dan kewajiban baik bagi pihak yang menyewakan maupun bagi pihak penyewa, terdapat ketentuan atau klausula di dalam perjanjian
sewa menyewa ruangan tersebut yang tidak menguntungkan posisi penyewa atau ada kemungkinan dapat merugikan pihak penyewa. Ketentuan tersebut terdapat dalam
Pasal 2 ayat 4 Perjanjian Sewa RuanganTanah yang berbunyi :
menghentikan perjanjian sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditentukan, Persero Angkasa Pura II harus memberitahukan maksudnya kepada penyewa
dipergunakan, maka penyewa memberi kuasa penuh kembali kepada PT. Persero Angkasa Pura II untuk memindahkan barang
yang berada dalam ruangan yang disewayang dipergunakan ke tempat lain dengan biaya dan tanggung jawab penyewa sepenuhnya dan
penyewa membebaskan PT. Persero Angkasa Pura II untuk waktu sekarang dan seterusnya dari segala tuntutan atau gugatan baik yang dilakukan oleh
penyewa maupun yang bertindak untuk dan atas nama peny apapun.
Untuk kepentingan operasional, PT. Persero Angkasa Pura II berhak maka sekurang-kurangnya 2 dua bulan sebelum pengakhiran tersebut PT.
secara tertulis, dan PT. Persero Angkasa Pura II akan mengembalikan nilai
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
sewa ruangan yang telah di bayar oleh penyewa setelah dikurangi dengan nilai berlalu.
78
sewa ruangan untuk jangka waktu yang digunakan atau jangka waktu yang telah
Dengan adanya ketentuan tersebut, memberikan kewenangan kepada PT. Persero Angkasa Pura II untuk menghentikan perjanjian sewa menyewa tersebut
sewaktu-waktu. Bisa saja selama berjalannya sewa menyewa, dimana PT. Mandala Airlines sudah merasakan ataupun menikmati kegunaan dari ruangan yang
disewakan, namun dengan menggunakan ketentuan tersebut diatas tiba-tiba pihak PT. memikirkan
pakan kewenangan dari pihak PT. Persero Angkasa Pura II.
79
rasa akan
kepatutan kelayakanseimbang, sebab melalui tolak ukur kelayakan ini hubungan hukum yang ditimbulkan oleh suatu persetujuan itu ditentukan juga oleh rasa keadilan
78
Ibid. iah, Op. Cit.
Persero Angkasa Pura II mengambil ruangan yang disewakan tanpa kerugian-kerugian yang di derita oleh PT. Mandala Airlines.
Berdasarkan hasil wawancara di dapati bahwa mengenai hal apa saja yang dapat dikategorikan ke dalam “kepentingan operasional” tersebut tidak ada
standarisasi yang dapat dijadikan pedoman. Keputusan mengenai apakah sesuatu hal dapat dikatakan sebagai kepentingan operasional tersebut meru
Apabila ketentuan
tersebut diatas diterapkan, maka hal ini tidak sesuai dengan keadilan dan kepatutan. Prinsip kepatutan menghendaki bahwa apa saja yang
dituangkan di dalam naskah suatu perjanjian harus memperhatikan prinsip
79
Ibu D
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
dalam masyarakat.
80
Dengan begitu, setiap persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dimuat dalam naskah perjanjian, tetapi juga untuk segala
sesuatu yang menurut sifat persetujuan diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.
81
Klausula “untuk kepentingan operasional…” tersebut di atas juga
H Perdata, tampak bahwa pihak yang
dalam perjanjian beserta lampirannya”. Bunyi ketentuan mengenai hak pihak penyewa di dalam surat perjanjian sewa
menyewa ruangan tersebut, telah menegaskan bahwa pihak penyewa berhak bertentangan dengan peraturan yang berlaku sebagaimana yang ditetapkan dalam
Pasal 1554 KUH Perdata yang menyatakan : ”Pihak yang menyewakan tidak diperkenankan selama waktu sewa merubah wujud maupun tatanan barang yang
disewakan”. Berdasarkan ketentuan Pasal 1554 KU
menyewakan tidak dapat berbuat sesuka hati terhadap barang yang sudah disewakannya. Barang yang sudah disewakan, selama berlangsungnya sewa
menyewa merupakan tanggung jawab si penyewa. Klausula “untuk kepentingan operasional…” tersebut di atas, ternyata juga bertentangan dengan hak pihak
penyewa yang terdapat di dalam klausula perjanjian sewa menyewa ruangan, Pasal 5 ayat 3 Perjanjian Sewa Ruangan Tanah yang berbunyi : ”Menggunakan ruangan
dengan aman tanpa gangguan baik yang berasal dari PT. Persero Angkasa Pura II maupun pihak lain sepanjang sesuai dengan tujuan dan sifat kegiatan usaha
sebagaimana diatur
80
Lihat, Pasal 1339 KUHPerdata
81
Syahmin A.K., 2006, Op. Cit., h. 7
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
me nakan ruangan dengan aman tanpa gangguan termasuk dari PT. Persero
Angkasa Pura II sepanjang ruangan tersebut dipergunakan untuk kegiatan operasional penerbangan PT. Mandala Airlines dan tidak digunakan untuk keperluan lain yang
menyimpang dari yang telah ditentukan dalam perjanjian. Berda
nggu
sarkan Asas Pacta Sunt Servanda asas mengikatnya kontrak, maka
ersero Angkasa Pura II
82
Ahmadi Miru, Op.Cit., h. 5
para pihak yang membuat perjanjian terikat untuk memenuhi perjanjian tersebut karena perjanjian mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji tersebut
mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang.
82
Jadi, berdasarkan asas pacta sunt servanda sepanjang pihak PT. Mandala Airlines tidak
mempergunakan ruangan tersebut untuk keperluan lain yang menyimpang dari yang telah diperjanjikan, PT. Persero Angkasa Pura II tidak dapat mengambil kembali
ruangan yang disewakan dengan jalan menghentikan pejanjian secara sepihak. Karena tindakan PT. Persero Angkasa Pura II tersebut dapat digolongkan ke dalam
bentuk ”gangguan” terhadap hak dari pihak PT. Mandala Airlines. Tetapi dari ketentuan yang dibuat oleh pihak PT. P
Bandar Udara Polonia Medan di dalam surat perjanjian sewa menyewa dengan PT. Mandala Airlines, bahwa jika setiap saat pengelola bandara ingin mengambil kembali
ruangan yang disewakan dengan alasan ”untuk kepentingan operasional” maka pihak PT. Mandala Airlines tidak dapat berbuat apa-apa dan harus mengembalikan ruangan
yang disewanya tersebut tanpa adanya jaminan dari pihak pengelola bandara untuk
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
menyediakan atau menunjuk ruangan lain sebagai pengganti bagi pihak PT. Mandala Airlines.
Dalam perjanjian sewa menyewa ruangan pada PT. Persero Angkasa Pura II, pihak penyewa sebagai pihak yang lemah posisi tawarnya juga semakin dirugikan
apabila klausula ”untuk kepentingan operasional” tersebut dijalankan karena tidak adanya ketentuan mengenai pemberian ganti rugi di dalam perjanjian sewa menyewa
tersebut. Prinsip ganti rugi di dalam perjanjian selalu hadir dalam setiap hukum. Pihak-
pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi atas tidak dipenuhi atau dilanggarnya atau diabaikannya suatu ketentuan dalam perjanjian oleh pihak
kan perjanjian dan menghentikan hak PT. Mandala Airlines untuk enggu
8.
lainnya.
83
Seharusnya di dalam penyusunan perjanjian baku tersebut, penyusunnya harus memberikan pengertian dan batasan atas ganti rugi tersebut di dalam
perjanjiannya. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan asas iktikad baik dalam hukum
perjanjian. Karena disatu sisi pihak PT. Persero Angkasa Pura II memberikan hak menggunakan ruangan dengan aman dan tanpa gangguan kepada pihak PT. Mandala
Airlines. Tetapi di sisi lain, pihak PT. Persero Angkasa Pura II berhak untuk membatal
m nakan ruangan tanpa ada iktikad baik memberikan jaminan untuk
menyediakan atau menunjuk ruangan lain sebagai gantinya ataupun memberi ganti rugi terhadap kerugian yang di derita oleh penyewa.
83
Syahmin A.K., Op. Cit., h.9
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Iktikad baik harus selalu ada pada setiap tahap
ntuk suatu hubungan kerjasama. Namun dalam perjanjian sewa enyew
an bahwa “Negosiasi diartikan
84
Ibid., h. 6
85
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa APS Suatu Pengantar, Fikahati Aneska, 2002, h. 21.
86
Suyud Margono, ADR Alternatif Dispute Resolutian dan Arbitrase Proses Pelembagaan a, 2000, h. 49.
perjanjian, dengan kewajiban untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan pihak lawan dalam perjanjian. Apabila satu pihak hanya mengajukan kepentingan-
kepentingan sendiri, ia menyalahgunakan kebebasan dalam membuat perjanjian.
84
Oleh karena itu maka sebelum menginjak suatu hubungan hukum yang tertuang dalam suatu perjanjian para pihak biasanya terlebih dahulu mengungkapkan
keinginannya u m
a ruangan bandara udara ini, yang terjadi adalah perjanjian bukan melalui proses negosiasi yang seimbang diantara para pihak. Hal tersebut dapat terjadi jika
salah satu pihak telah menyiapkan syarat-syarat baku pada suatu formulir yang sudah di cetak dan pihak lain harus menerimanya.
Priyatna Abdurrasyid mengatakan “Negosiasi merupakan suatu cara dimana individu berkomunikasi satu sama lain mengatur hubungan mereka dalam bisnis dan
kehidupan sehari-harinya”.
85
Suyud Margono dalam bukunya mengatak sebagai komunikasi 2 dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada
saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda”.
86
dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Jakart
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Dalam perjanjian dimana klausula-klausulanya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir, lazimnya di muat syarat-syarat yang membatasi kewajiban
klausula eksonerasi sebagai salah satu
ksonerasi adalah klausula yang dicantumkan di dalam
r Fuady menyebut klausula eksonerasi dengan istilah “Klausula mbeb
1980, h. 67.
dan tanggung jawab satu pihak. Syarat-syarat itu dinamakan klausula eksonerasi. Syarat-syarat ini sangat merugikan pihak penyewa, tetapi pihak penyewa tidak dapat
membantah syarat tersebut karena perjanjian seperti ini hanya memberi dua alternatif, diterima atau ditolak. Mengingat pihak penyewa sangat membutuhkan perjanjian itu
maka pihak penyewa menandatanganinya. Klausula eksonerasi selalu muncul dalam perjanjian baku dan bahkan Mariam
Darus Badrulzaman telah menempatkan “ syarat yang menonjol dalam perjanjian baku”.
87
Rijken sebagaimana dikutip oleh Mariam Darus Badrulzaman mengatakan sebagai berikut : “Klausula e
suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya dengan membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi
karena ingkar janji atau perbuatan melawan hukum”.
88
Muni pe
asan exculpatory clause yaitu suatu klausula dalam kontrak yang membebaskan salah satu pihak dari kewajibannya untuk mengganti kerugian yang
disebabkan oleh perbuatannya sendiri”.
89
87
Mariam Darus Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya Kumpulan Karangan, Alumni, Bandung,
88
Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Op. Cit., h. 47.
89
Munir Fuady, 1999, Op.Cit., h. 55.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
J. Satrio memberikan definisi “Klausula eksonerasi sebagai suatu klausula dalam suatu perjanjian dan karenanya disepakati oleh para pihak dalam mana
ditetapkan adanya pembebasan atau pembatasan dari tanggung jawab tertentu, yang secara normal menurut hukum seharusnya menjadi tanggung jawabnya”.
90
wab yang dibatasi atau dibebaskan
al istilah klausula eksonerasi
apat di dalam perjanjian sewa menyewa
Perjanjian Sewa Ruangan dengan PT. Mandala Airlines. Adapun bunyi dari klausula eksonerasi itu adalah sebagai berikut : “Dan dengan ini pula penyewa membebaskan
r dari Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapatlah diketahui bahwa dari klausula eksonerasi terdapat unsur utama yaitu adanya pembatasan danatau
pembebasan tanggung jawab. Dan tanggung ja tersebut adalah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pihak yang
membuat perjanjian tersebut, yang dalam hal ini adalah pihak PT. Persero Angkasa Pura II
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disingkat dengan UUPK, tidak mengen
sebagaimana yang dimaksudkan diatas, yang ada adalah klausula baku. Dan oleh Pasal 1 angka 10 UUPK klausula baku dapat diartikan secara umum sebagai
perjanjian baku. Dari
klausula-klausula yang terd
ruangan tersebut, ditemui masih adanya pencantuman klausula eksonerasi di dalam perjanjian baku yang dibuat oleh pihak PT. Persero Angkasa Pura II di dalam
PT. Persero Angkasa Pura II untuk waktu sekarang dan seterusnya dari segala
90
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahi , 1995, h. 119.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
tuntutan atau gugatan baik yang dilakukan oleh penyewa maupun yang bertindak untuk dan atas nama penyewa dalam bentuk apapun”.
Pencantuman klausula eksonerasi tersebut sangat merugikan pihak penyewa. Apabila dikaitkan dengan bunyi ketentuan “Untuk kepentingan operasional, PT.
Persero Angkasa Pura II berhak menghentikan perjanjian ...” yang terdapat di dalam Surat Perjanjian Sewa Ruangan tersebut, maka dengan adanya klausula eksonerasi
tersebut diatas maka pihak penyewa benar-benar berada dalam posisi yang lemah karena dengan diambilnya ruangan tersebut, yang berarti dirampasnya hak penyewa,
ukan atau membiarkan yang melanggar norma oleh pihak lain”.
91
akibat kehilangan keuntungan yang diharapkannya dari penggunaan ruangan tersebut.
, Op. Cit., h. 80.
pihak penyewa tidak berhak untuk menuntut ataupun menggugat pihak yang menyewakan dengan bentuk apapun sementara ia sudah dirugikan.
Nieuwenhuis sebagaimana di kutip oleh Ahmadi Miru mengatakan pengertian “Kerugian adalah berkurangnya harta kekayaan pihak yang satu disebabkan oleh
perbuatan melak Kerugian yang di derita seseorang secara garis besar dapat di bagi atas dua
bagian, yaitu kerugian yang menimpa diri dan kerugian yang menimpa harta benda seseorang. Sementara itu, kerugian harta benda sendiri dapat berupa kerugian nyata
yang dialami serta kehilangan keuntungan yang diharapkan. Dengan adanya klausula eksonerasi tersebut di atas, pihak penyewa tidak
dapat melakukan apapun untuk menuntut ganti rugi atas kerugian yang dideritanya
91
Ahmadi Miru
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Pemutusan perjanjian secara sepihak yang dilakukan PT. Persero Angkasa Pura II dengan menggunakan klausula “untuk kepentingan operasional” tersebut juga
enim
t elema
ndang bagi mereka yang embu
juga karena putusan hakim.
.
m bulkan ketidak-adilan bagi pihak penyewa. Seharusnya pemutusan suatu
perjanjian timbal balik hanya dilakukan atas persetujuan bersama para pihak di dalamnya. Tanpa adanya persetujuan dari pihak yang lain, pihak yang menginginkan
pemutusan perjanjian harus meminta persetujuan pengadilan terlebih dahulu.
92
Tetapi dalam perjanjian baku ini, penyusunnya telah mencantumkan klausula yang intinya bahwa para pihak telah saling sepakat dan setuju untuk melepaskan
ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 1266 KUH Perdata dan Pasal 1267 KUH Perdata.
Dengan adanya klausul tersebut, semakin menguatkan posisi pihak PT. Persero Angkasa Pura II di dalam mengambil kebijakan sepihak dalam rangka
pemutusan perjanjian sewa menyewa ruangan tersebut. Klausul tersebut sanga m
hkan posisi penyewa dan menimbulkan ketidak-adilan bagi pihak penyewa. Sekalipun pada asasnya setiap manusia bebas melakukan perjanjian
sebagaimana yang dinyatakan oleh Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata bahwa “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-u
m atnya”, namun di dalam perkembangannya asas kebebasan berkontrak tersebut
tidaklah secara mutlak berlaku, karena terdapat batasan-batasan dalam menggunakan asas kebebasan tersebut, baik itu yang dimunculkan oleh undang-undang atau dapat
92
Lihat, Pasal 1266 KUHPerdata
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang utama di dalam hukum perjanjian. Kebebasan disini adalah sebagai perwujudan dari kehendak yang bebas
sebagai pancaran hak asasi manusia. Terhadap ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang mengandung asas
kebebasan tersebut, Subekti mengatakan sebagai berikut :
Dengan menekankan pada perkataan “semua”, maka pasal tersebut seolah-olah b
membuat perjanjian yang “berupa dan berisi” apa saja atau tentang apa saja
undang-undang. Dengan perkataan lain, dalam soal perjanjian, kita hukum perjanjian hanya berlaku apabila atau sekedar kita tidak mengadakan
an-aturan sendiri dalam perjanjian-perjanjian yang kita adakan itu.
93
Asas kebebasan berkontrak ini akan terlaksana dengan sempurna bilamana bertitik tolak pada kedudukan posisi tawar dari kedua belah pihak yang sama kuat dan
seimbang, sehingga dengan keadaan itu akan melahirkan perjanjian yang adil dan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Namun dalam kenyataannya terhadap kedudukan
posisi tawar dari kedua belah pihak sering kali terjadi ketidak-adilan, seperti yang terdapat dalam hubungan perjanjian sewa menyewa antara PT. Persero Angkasa
Pura II dengan PT. Mandala Airlines. Penyewa sebagai pihak yang mempunyai posisi tawar yang lemah selalu berada pada pihak yang dirugikan. Peristiwa demikin lahir
dan terpelihara atas kehendak PT. Persero Angkasa Pura II sebagai pihak yang mempunyai posisi tawar yang lebih kuat.
erisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa kita diperbolehkan dan perjanjian itu akan “mengikat” mereka yang membuatnya seperti suatu
diperbolehkan membuat undang-undang bagi kita sendiri. Pasal-pasal dari atur
93
Subekti, 1992, Op. Cit., h. 14.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Agar asas kebebasan berkontrak tersebut tidak disalahgunakan oleh pihak yang mempunyai posisi tawar yang lebih kuat, maka diperlukan adanya pembatasan-
pembatasan terhadap asas kebebasan berkontrak. Dan pembatasan-pembatasan
Mariam Darus Badrulzaman menyimpulkan sebagai berikut:
Adapun maksud dari pembatasan asas kebebasan berkontrak ini adalah untuk pihak. Adapun sebab-sebab keterbatasan asas ini terjadi karena para pihak tidak
demikin ini menyebabkan raasa ketidak-adilan antara para pihak khususnya
Pembatasan terhadap asas kebebasan berkontrak tersebut dapat dijumpai baik dalam peraturan perundang-undangan maupun putusan pengadilan. Batasan-batasan
tersebut merupakan bentuk lain dari alasan untuk pembatalan perjanjian. Adapun maksud diadakannya pembatasan tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh Ronny
Cit., h. 45.
95
Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah terhadap Produk Tabungan dan Deposito Suatu Tinjauan Hukum terhadap Perlindungan Deposan di Indonesia Dewasa ini,
Citra Ad
tersebut adalah bentuk lain dari perlindungan hukum terhadap pihak yang mempunyai posisi tawar yang lemah.
Bahwa asas kebebasan berkontrak tidak mempunyai arti tidak terbatas, akan tetapi terbatas oleh tanggung jawab para pihak, sehingga kebebasan berkontrak
sebagai asas diberi sifat, sebagai berikut: asas kebebasan berkontrak yang bertanggung jawab. Asas ini mendukung kedudukan yang seimbang di antara
para pihak, sehingga sebuah kontrak akan bersifat stabil dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak.
94
Ronny Sautma Hotma Bako mengatakan sebagai berikut:
meluruskan ketidak-adilan yang terjadi dalam hubungan perjanjian antara para mempunyai bargaining power yang seimbang atau sederajat. Keadaan yang
bagi pihak yang tidak mempunyai bargaining power.
95
94
Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Op. itya Bakti, Bandung, 1995, h. 18.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Sautma Hotma Bako yaitu “untuk meluruskan ketidak-adilan yang terjadi dalam hubungan perjanjian antara para pihak”.
96
Batasan melalui peraturan perundang-undangan
97
, seperti : 1.
Pasal 1320 KUH Perdata, bahwa perjanjian itu sah bilamana dipenuhi empat syarat, yaitu : sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk
m halal
2. Pasal 1321 KUH Perdata, bahwa perjanjian dapat dibatalkan bilamana
k p
3. Pasal 1332 KUH Perdata, bahwa hanya terhadap barang-barang yang mempunyai
nilai ekonomis saja yang dapat dijadikan objek perjanjian. Melarang orang atau tidak bebas untuk memperjanjikan setiap barang apapun.
4. P
d d
. Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan
ik
tidak sehat vide Pasal 4 sd 16 UU No. 5 Tahun 1999. embuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang
esepakatan yang diberikan karena kekhilapankesesatan, paksaan danatau enipuan.
asal 1338 ayat 2 KUH Perdata, bahwa perjanjian yang telah dibuat hanya dapat i tarik kembali oleh kesepakatan dari kedua belah pihak, atau karena alasan yang
ibenarkan oleh undang-undang. 5
tikad baik. 6.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang melarang perjanjian-perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli danatau persaingan usaha
96
Ibid., h. 18.
97
Ibid., h. 19.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang
melarang perjanjian yang dibuat dalam perjanjian baku yang memuat pengalihan tanggung jawab pelaku usaha vide Pasal 18 ayat 1 UUPK, dan sebagainya.
bul dari putusan
ang tidak
i economisch overwicht pada salah satu pihak, yang
l ini terlihat dari adanya hak dan
ikian pencantuman klausula eksonerasi di dalam perjanjian baku tersebut dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan keadaan.
Perjanjian sewa menyewa ruangan antara PT. Persero Angkasa Pura II dan PT. Mandala Airlines menggunakan perjanjian baku yang dibuat sepihak oleh PT.
eka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni, Bandung, 1992, h. 191.
Batasan terhadap asas kebebasan berkontrak yang tim pengadilan adalah dikarenakan adanya “penyalahgunaan keadaan” misbruik van
omstandigheden atau undue influence, dimana dalam perkembangannya alasan penyalahgunaan keadaan telah di golongkan sebagai cacat kehendak y
mendasarkan pada ketentuan Pasal 1321 KUH Perdata. Setiawan mengatakan bahwa “salah satu keadaan yang dapat disalahgunakan
ialah adanya kekuasaan ekonom mengganggu keseimbangan antara kedua belah pihak sehingga tidak ada kehendak
yang bebas untuk memberikan perjanjian yang merupakan salah satu syarat bagi sahnya suatu perjanjian”.
98
Pencantuman klausula eksonerasi di dalam perjanjian baku yang dibuat oleh pihak PT. Persero Angkasa Pura II menimbulkan ketidak-adilan di dalam hubungan
perjanjian dengan PT. Mandala Airlines. Ha kewajiban yang tidak seimbang antara PT. Persero Angkasa Pura II dengan PT.
Mandala Airlines, sehingga dengan dem
98
Setiawan, An
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Persero Angkasa Pura II. PT. Persero Angkasa Pura II dalam menyusun perjanjian baku tersebut mencantumkan klausula eksonerasi. PT. Persero Angkasa Pura II
mencantumkan klausula eksonerasi dalam perjanjian yang dibuatnya, karena adanya
am
k yang menyewakan tersebut
enyertai ruangan tersebut dapat menyetujui
Persero Angkasa Pura II tersebut. keunggulan yang dimilikinya dibanding dengan yang dimiliki oleh PT. Mandala
Airlines. Dari bentuk klausula pembebasan tanggung jawab yang tercantum dal
perjanjian baku sebagai mana tersebut di atas, terlihat adanya ketidak-seimbangan antara hak dan kewajiban dari pihak yang menyewakan dan pihak penyewa. Karena
dengan klausula tersebut segala kewajiban yang semestinya dilaksanakan oleh pihak yang menyewakan telah dibebaskan, dan karena kewajiban tersebut merupakan hak
dari penyewa, maka dengan pembebasan kewajiban piha juga menjadikan hak penyewa terabaikan.
Melalui klausula eksonerasi tersebut PT. Persero Angkasa Pura II melakukan penekanan kepada PT. Mandala Airlines selaku pihak yang lemah, agar
PT. Mandala Airlines yang akan menikmati kegunaan ruangan pada Bandara Polonia dan terikat pada suatu perjanjian yang m
pula syarat pembebasan danatau pembatasan tanggung jawab kewajiban PT. Persero Angkasa Pura II. Dimana tanggung jawab kewajiban tersebut semestinya
dilaksanakan dipenuhi oleh PT. Persero Angkasa Pura II sebagai kompensasi atas kerugian yang di alami PT. Mandala Airlines apabila hak-haknya diabaikan oleh PT.
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Kenyataan tersebut, memperlihatkan bahwa keberadaan klausula eksonerasi dalam suatu perjanjian yang menghubungkan PT. Persero Angkasa Pura II dengan
PT. Mandala Airlines adalah adanya penyalahgunaan asas kebebasan berkontrak. Berdasarkan uraian di atas, perjanjian baku sewa menyewa ruangan pada PT.
Persero Angkasa Pura II tetap merupakan perjanjian yang mengikat para pihak yang menandatanganinya, walaupun harus diakui bahwa klausul yang terdapat di dalam
perjanjian baku tersebut ada menimbulkan ketidak-adilan kepada pihak PT. Mandala Airlines. Namun setiap kerugian yang timbul di kemudian hari akan tetap di tanggung
oleh para pihak yang harus bertanggung jawab berdasarkan klausul perjanjian
diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausul baku pada a.
menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; u usaha berhak menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli konsumen; kembali uang yang dibayarkan atas barang danatau jasa yang dibeli
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha
tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh e.
mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau tersebut, kecuali jika klausul tersebut merupakan klausul yang di larang berdasarkan
Pasal 18 UUPK Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen menentukan sebagai berikut: 1.
Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk setiap dokumen danatau perjanjian apabila:
b. menyatakan bahwa pelak
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
oleh konsumen; baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala
konsumen secara angsuran; pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa
beli jasa; aturan baru, tambah
atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual g.
menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa an, lanjutan danatau pengubahan lanjutan yang
dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen h.
menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
tau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
3. Setiap klausul baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen
1 dan ayat 2 dinyatakan batal demi hukum. undang-undang ini.
erjanjian standar baku dengan undang-undang seperti yang d
dar baku melalui yurisprudensi, namun
3 M
S menga
ku yang beredar di masyarakat. memanfaatkan jasa yang dibelinya;
untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan 2.
Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausul baku yang letak a pengungkapannya sulit dimengerti.
atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausul baku yang bertentangan dengan
Sudaryatmo menyebutkan bahwa untuk mengatasi masalah ketidak-adilan yang ditimbulkan oleh perjanjian baku sekurang-kurangnya ada 3 tiga langkah
alternatif yang dapat ditempuh, yaitu : 1
Mengatur p ilakukan di banyak Negara.
2 Menciptakan hukum perjanjian stan
peluang langkah ini kurang begitu terbuka mengingat hukum Indonesia lebih menonjolkan pembuatan undang-undang.
elalui pengawasan pemerintah dalam bentuk pendirian Komisi Perjanjian tandar Baku di bawah Departemen Kehakiman. Komisi ini yang akan
wasi perjanjian standar ba
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
ALAM PERJANJIAN SE MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA
BAB IV PENYELESAIAN PERSELISIHAN D
WA
Syafrida Waty Tarigan: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.PERSEROAngkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
A. Pilihan Penyelesaian Sengketa