Latar Belakang Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan menerjemah adalah salah satu cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama untuk mengetahui informasi yang terkandung di dalam bahasa sumber. Salah satu kendala untuk memperoleh suatu informasi adalah kurangnya kemampuan memahami atau membaca bahasa asing. Oleh karena itu, perlu generasi- generasi penerjemah agar ilmu pengetahuan tetap berkembang dan manusia mudah mendapatkan informasi yang diinginkan. “Penerjemahan sangat penting demi proses tukar-menukar informasi dan hasil penemuan. Tanpa penerjemahan, para calon ilmuwan ataupun para ilmuwan mungkin akan ketinggalan, tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, apalagi kalau mereka kurang mampu membaca dalam bahasa asing, Widyamartaya, 1989: 9”. Pada umumnya kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia berfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci al-Qur’an, hadits, dan tafsir hingga buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan yang menelaah aneka pemikiran Islam. Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena masyarakat membutuhkan pengetahuan ataupun informasi untuk memperbaiki keagamaan mereka sehingga menuntut para peneliti atau ahli bahasa melakukan kegiatan penerjemahan, Syihabuddin, 2002: 2. Pada penelitian ini kegiatan penerjemahan akan berfokus pada hadits, yakni hadits Arba’in. Universitas Sumatera Utara 2 ٌﺚْﻳِﺩﺎَﺣَﺍ ﺝ ُﺚْﻳِﺪَﺤﻟﺍ . ًﺔَﺛﺍَﺪَﺣﻭ ﺎًﺛْﻭُﺪَﺣ - ُﺙُﺪْﺤَﻳ - َﺙَﺪَﺣ || ُﻡ َﻼَﻜﻟﺍ || ُﺔَﺛَﺩﺎَﺤُﻤﻟﺍ || ُﺮَﺒَﺨﻟﺍ || ُﺔَﻳﺎَﻜِﺤﻟﺍ || . Munawir, 1997: 241-242 ḥadaṡa- yaḥduṡu- ḥudūṡan wa ḥadāṡatun. Al-ḥadīṡu jama’ aḥādīṡun || al-kalāmu || al- mu ḥādaṡatu || al-khabaru || al-ḥikāyatu ||. Hadits berasal dari kata ḥadaṡa- yaḥduṡu yang artinya kejadian. Hadits bentuk jamaknya a ḥādīṡun, adapun makna hadits yaitu; perkataan, percakapan, kabar, ceritahikayat Munawwir, 1997: 241-242. Jadi, hadits mengandung pengertian semua perkataan, kabarberita, dan cerita yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw. kepada umatnya yang dijadikan pegangan sumber hukum dalam kehidupan. Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits yang disusun oleh Imam Nawawi. Hadits-hadits tersebut merupakan kumpulan hadits shahih yang menjadi salah satu pegangan umat Islam. Hadits Arba’in tidak asing lagi bagi umat Islam karena hadits-hadits yang terdapat di dalamnya membahas tentang ibadah, muamalah, syariat, dan kehidupan beragama dan merupakan ajaran pokok Islam. Peneliti memakai Terjemah Hadits Arba’in yang diterjemahkan oleh Muhil Dhofir. Buku hadits terjemahan tersebut bentuknya praktis karena ukurannya yang kecil dan mudah dibawa ke mana saja atau dapat disebut juga dengan buku saku hadits. Hadits ini diterbitkan oleh penerbit Al-I’tishom 2001, Jakarta. Peneliti menganggap penerjemah buku ini tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan dalam penerjemahan, karena terjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla yang terdapat di dalamnya tidak bervariasi, yakni menerjemahkannya lebih sering dengan berkata dan bersabda. Oleh karena itu, peneliti menggunakan buku hadits hasil terjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla sebagai objek penelitian. Kata ﻝﺎﻗ qāla yang terdapat dalam hadits Arba’in ada dua 2 bagian; kata ﻝﺎﻗ qāla periwayat dan kata ﻝﺎﻗ qāla Rasulullah. Pada penelitian ini, kata ﻝﺎﻗ qāla yang Universitas Sumatera Utara 3 dimaksud peneliti adalah kata ﻝﺎﻗ qāla Rasulullah. Jadi, peneliti hanya menganalisis terjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla Rasulullah yang terdapat dalam hadits Arba’in. Berdasarkan beberapa kamus bahasa Arab kata ﻝﺎﻗ qāla memiliki arti makna leksikal sebagai berikut: , ﺪﺠﻨﻤﻟﺍ || ﻢّﻠَﻜَﺗ || ﻆﱠﻔَﻠَﺗ : ًﺔَﻟﺎَﻘَﻣﻭ ًﻻﺎَﻘَﻣﻭ ًﺔَﻟْﻮَﻗﻭ ًﻼْﻴِﻗﻭ ًﻻﺎَﻗﻭ ًﻻْﻮَﻗ ُﻝْﻮُﻘَﻳ : َﻝَﺎﻗ : َﻝَﻮَﻗ ۱۹۷۳ : ٦٦۳ . qawalā qāla: yaqūlu qawlan wa qālan wa qaylan wa qawlatan wa maqālan wa maqālatan: talafaẓ || takallam ||. Qāla berasal dari kata qawala yang artinya berkata: mengeluarkan suatu ucapanperkataan || bercakap-cakap berbicara || Al-Munjid, 1973: 663. , ﻯﺮﻳّﻮﻨﻤﻟﺍ || ﻢﱠﻠَﻜَﺗ || : ًﺔَﻟﺎَﻘَﻣﻭ ًﻻﺎَﻘَﻣﻭ ًﻼْﻴِﻗﻭ ًﻻْﻮَﻗ : َﻝﺎَﻗ ۱۹۹۷ : ۱۱۷۱ . qāla: qawlan wa qaylan wa maqālan wa maqālatan: || takallam ||. Qāla artinya berkata || bercakap-cakap berbicara || Al-Munawwir, 1997:1171. ﻝﺎَﻗ qāla- ُﻝْﻮُﻘَﻳ yaqūlu- ﻻْﻮَﻗ qawlan yang artinya berkata Yunus, 1989: 364. Dari tiga kamus bahasa Arab yang telah dipaparkan di atas disimpulkan arti ﻝﺎﻗ qāla adalah berkata, maknanya berupa ucapanperkataan atau bercakap-cakap berbicara. Dengan demikian jelas bahwa terjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits Arba’in masih menggunakan makna secara lesikal, yaitu; bersabda dan berkata. Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian http:kbbi.web.idteks. Maka dalam kajian bahasa, untuk memaknai suatu bentuk kata, frasa, dan kalimat harus memperhatikan konteks, karena setiap bentuk memiliki potensi untuk mengandung beberapa makna tergantung konteks atau lingkungan linguistiknya, Maurits, 2002:44. Universitas Sumatera Utara 4 Makna adalah arti atau maksud pembicaraan; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaaan http:kbbi.web.idmakna. Penelitian ini akan menganlisis makna kata ﻝﺎﻗ qāla yang sesuai sepadan berdasarkan konteks pada hadits Arba’in. Maka analisis kesesuian makna pada penelitian ini maksudnya, menganalisis kata ﻝﺎﻗ qāla yang terdapat pada hadits Arba’in untuk disesuaikan maknanya berdasarkan konteks. Dengan demikian, maka akan ditemukan variasi makna kata ﻝﺎﻗ qāla sehingga kata ﻝﺎﻗ qāla memiliki banyak makna. Nurdin Lubis 2009 telah melakukan penelitian tentang terjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits-hadits nabawi. Adapun alasan Nurdin melakukan penelitian tersebut karena selama ini kata ﻝﺎﻗ qāla selalu diterjemahkan secara leksikal khususnya dalam hadits-hadits nabawi sehingga dia merasa perlu adanya inovasi dalam menerjemahkan kata tersebut untuk menghasilkan terjemahan yang lebih komunikatif. Dengan menggunakan metode terjemahan komunikatif, Nurdin telah menemukan lebih dari dua puluh 20 makna ﻝﺎﻗ qāla. Makna ﻝﺎﻗ qāla tersebut antara lain: menceritakan, mengungkapkan, menjawab, perintah, menegaskan, mengeluh, bewasiat, bertanya, menjawab, menegaskan dan lan-lain. Metode tersebut berusaha mempertahankan kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan. Dengan memperhatikan kontekstual isi dari apa yang diucapkan akan menghasilkan banyak varian kata untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ qāla. Dari makna ﻝﺎﻗ qāla yang telah ditemukan oleh Nurdin Lubis, peneliti terinspirasi untuk menganalisis terjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits Arba’in dan menentukan makna kata tersebut berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan. Universitas Sumatera Utara 5 Peneliti merasa perlu ada analisis tersebut agar dapat diketahui: apakah seluruh makna ﻝﺎﻗ qāla yang ditemukan oleh Nurdin dapat terpakai atau sebagian atau bahkan ada temuan makna baru dalam penerjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits Arba’in. Selain hal tersebut, perlu diketahui juga bahwa hingga saat ini belum diketahui penggunaan variasi makna ﻝﺎﻗ qāla yang ditemukan oleh Nurdin dalam menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits Arba’in. Peneliti memilih hadits Arba’in sebagai objek yang akan diteliti, karena salah satu hadits yang popular di masyarakat dan tujuan dari hasil penelitian akan lebih memudahkan masyarakat memahami dan merasakan inovasi penerjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits Arba’in. Peneliti membahas ini tidak hanya semata-mata untuk memecahkan persoalan yang muncul pada perubahan makna kata ﻝﺎﻗ qāla, di samping itu juga ingin menyampaikan dan mengubah paradigma pesancara pikir masyarakat yang telah lama tertanam, bahwasanya kata ﻝﺎﻗ qāla hanya diterjemahkan bersabdaberkata akan tetapi ada variasi makna yang sepadan dengan kata tersebut yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits Arba’in. Untuk menganalisis tejemahan kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits Arba’in dan menentukan makna yang sesuai selain dari pada bersabda, peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode tersebut akan menggambarkan makna kata ﻝﺎﻗ qāla yang sesuai setiap hadits pada hadits Arba’in. Sementara teori yang digunakan adalah teori Firth dan Malinowski dalam Palmer 1989 yaitu konteks dan keperihalan keadaan. Universitas Sumatera Utara 6

1.2 Rumusan Masalah