Analisis Penerjemahan kata قال /qāla/ pada Hadits Arba’in

(1)

PENERJEMAHAN KATA

ﻝﺎﻗ

/

qāla

/ PADA HADITS ARBA’IN

ANALISIS: KESESUAIAN MAKNA

SKRIPSI SARJANA

D I S U S U N OLEH:

U

R A T I HU

110704017

PROGARAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan sumbernya.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.


(3)

KATA PENGANTAR

ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟﺍ ِﻦﻤ ْﺣﱠﺮﻟﺍ ِﷲ ِﻢْﺴِﺑ

Segala puji bagi Allah SWT., Rabb semesta alam, yang senantiasa memberikan kemudahan dalam segala hal dan tiada pernah putus untuk memberikan peluang kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW., semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu berpegang dengan Al-Qur’an dan Hadits, sehingga kita dapat berkumpul di jannah yang telah dijanjikan Allah SWT.

Skripsi ini berjudul Analisis Penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in, maka dengan adanya pembahasan ini, pembaca, penerjemah, ataupun masyarakat tidak lagi menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dengan bersabda/berkata saja, akan tetapi banyak makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kata tersebut khususnya pada hadits Arba’in. Selain itu, skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis ucapkan terimah kasih atas bimbingan dan arahan dari pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, karena tanpa itu belum tentu penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2015


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

ُﻪُﺗﺎَﻛَﺮَﺑَﻭ ِﷲ ُﺔَﻤ ْﺣَﺭَﻭ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻡ َﻼﱠﺴﻟﺍ

Atas rahmat dan ridha Allah SWT. serta bantuan dari berbagai pihak yang terkait dalam penulisan ini, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua saya yang saya cintai karena Allah, Ayahanda Budianto dan Ibunda Poniah. Tiada kata dan perbuatan yang mampu untuk membalas jasa kalian, duhai Ayah dan Ibu. Hanya doalah yang selalu kupanjatkan kepada Allah di setiap sujudku untuk kalian, duhai Ayah dan Ibu. Senyuman bahagia ingin selalu ku berikan untuk kalian, amiin.

( ْﻲﱢﻣُﺃ َﻭ ْﻲِﺑَﺃ ﺎَﻳ :ﺍًﺮْﻴَﺧ ُﷲ ﺎَﻤُﻛ ﻯَﺰَﺟَﻭ ﺎَﻤُﻜْﻴِﻓ ُﷲ َﻙَﺭﺎَﺑ) ﺎًﻤِﺋﺍَﺩ ِﷲ ْﻲِﻓ ﺎَﻤُﻜﱡﺒِﺣُﺃ ِﻥﺍَﺬﱠﻟﺍ ْﻲِﻣُﺃَﻭ ْﻲِﺑَﺃ ُﺖْﻘَﺘْﺷِﺍ 2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A., Pembantu Dekan II Bapak Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Bapak Drs.Yuddi Adrian M., M.A.

3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Fauziah, M.A. selaku Sekretaris Progrm Studi Satra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Fauziah, M.A. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk mengajarkan dan memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra. Nursukma Suri, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah mengarahkan dalam kegiatan perkuliahan di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar, khususnya staf pengajar Program Studi Sastra Arab yang telah banyak memberi ilmu, wawasan, dan berbagi pengalaman selama masa perkuliahan, serta Abang Andika selaku staf tata usaha di Program Studi Sastra Arab.


(5)

6. Kakanda: Alfian, Birawan, dan Firlana (semoga selalu menjadi panutan dan pemimpin keluarga yang shalih, amiin) dan Adinda: Dimas, Pranita, dan Kumbara (semoga menjadi anak yang shalih dan shalihah, serta Allah memudahkan kalian dalam meraih mimpi dan cita-cita kalian yang mulia, amiin). Untuk Novy sebagai adik juga sahabatku, semoga Allah membalas semua kebaikan dan bantuanmu (keep istiqamah).

7. Sahabatku seperjuangan angkatan 2011: Wita (laa tay-as…!), Lia (hammasah…), Fuza, Suarti, Suci, Bibah, Nisa, Fitri, Ayu, Alfi, Dila, Desi, Oza, Naya, Tika, Dini, Hani, Andi, Supri, Nuriza, Fadda, Maulana, Nurdin, Reza (pokoknya KING SAUD 2011 berkesan di hati) dan senior juga junior di Sastra Arab (IMBA) -‘afwan gak bisa disebuti semua-. Temanku di kos Gang Sahabat no. 6: Sri, Ainun, Nana, Anggi, Sana, Maya,..(kenangan bahagia bersama kalian dan semoga bisa jumpa di masa depan, insyak Allah).

8. M. Ismail Tanjung, Jolena ‘Jojo’, Ayu Sanusi, dan Nurul yang telah meringankan waktu dan semoga Allah memudahkan urusan kalian.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan (baik keluarga, kerabat, teman, ataupun pihak lain yang terkait) mohon maaf, semoga Allah membalas semua bantuan yang telah diberikan dan Allah memudahkan semua urusan kalian. Jazakumullahu khairan.

Terima kasih untuk semuanya dan kepada Allah SWT.lah dikembalikan, Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segalanya.

ُﻪُﺗﺎَﻛَﺮَﺑَﻭ ِﷲ ُﺔَﻤ ْﺣَﺭَﻭ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻡ َﻼﱠﺴﻟﺍَﻭ


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL dan SINGKATAN ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Metode Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 11

2.3 Hadits Arba’in ... 18

2.4 Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ oleh Nurdin Lubis ... 20

BAB III PEMBAHASAN ... 24

3. Terjemahan Kata ﻝﺎﻗ /Qāla/ Pada Hadits Arba’in ... 24

3.1 Makna-Makna Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in ... 24

3.2 Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ Sesuai Konteks pada Hadits Arba’in ... 62

BAB IV PENUTUP ... 66

4.1 Kesimpulan ... 66

4.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... xv


(7)

DAFTAR TABEL dan SINGKATAN

Daftar Tabel

Halaman Tabel 1 ... 20 Tabel 2 ... 22 Tabel 3 ... 63 Singkatan

SWT : Subhanallahu Wata’ala (swt.) SAW : Sallahu’alaihi Wassalam (saw.)

RA : radhiallahu 'anhu (ra.)


(8)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi dalam skripsi ini menggunakan Pedoman Transliterasi Arab – Latin berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif - tidak dilambangkan

bā’ b -

tā’ t -

ṡā’ ṡ s dengan titik di atasnya

jīm j -

ḥā’ ḥ h dengan titik di bawahnya

khā’ kh -

dāl d -

żāl ż z dengan titik di atasnya

rā’ r -

zai z -


(9)

syīn sy -

ṣād ṣ s dengan titik di bawahnya

ḍād ḍ d dengan titik di bawahnya

ṭā’ ṭ t dengan titik di bawahnya

ẓā’ ẓ z dengan titik di bawahnya

’ain ‘ koma terbalik

gain g -

fā’ f -

qāf q -

kāf k -

lām l -

mīm m -

nūn n -

wāwu w -

hā’ h -

ء

hamzah ’ apostrof, tetapi lambing ini tidak digunakan untuk hamzah di awal kata


(10)

II. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

ﺔﻳﺪﻤﺣﺃ

titulis Ahmadiyyah

III. Tā’ marbūtah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

ﺔﻋﺎﻤﺟ

ditulis jamā’ah 2. Bila dihidupkan ditulis t

ءﺎﻴﻟﻭﻷﺍ ﺔﻣﺍﺮﻛ

ditulis karāmatul-aliyā´ IV. Vocal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u. V. Vocal Panjang

A panajang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū, masing-masing dengan tanda (-) di atasnya.

VI. Vokal Rangkap

Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wāwu mati ditulis au.

VII. Vokal-Vokl Pendek yang Berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof (´)


(11)

ﺚﻧﺆﻣ

ditulis mu’annaś

VIII.Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis

al-ﻥﺁﺮﻘﻟﺍ

ditulis Al-Qur’ān

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf I diganti dengan huruf syamsiyyah yang mengikutinya.

ﺔﻌﻴﺸﻟﺍ

ditulis asy-Syī’ah (lihat juga angkah X butir 1 dan 2) IX. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD. X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.

ﻡﻼﺳﻹﺍ ﺦﻴﺷ

ditulis Syaikh al-Islām atau Syaikhul-Islām


(12)

ABSTRAK

Ratih, 2015. Penerjemahan Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in, Analisis: Kesesuaian Makna. Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits shahih yang

disusun oleh Imam Nawawi. Pada hadits Arba’in banyak ditemukan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan penerjemah lebih sering menerjemahkan kata tersebut dengan berkata dan bersabda. Penerjemah tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan, sehingga terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ tidak bervariasi. Sementara, pada penelitian terdahulu tentang makna ﻝﺎﻗ /qāla/ telah dilakukan oleh Nurdin Lubis dan ditemukan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ sebanyak 25 makna. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in untuk mengetahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sesuai berdasarkan konteks hadits. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode

deskriptif serta menggunakan teori konteks dan keperihalan keadaan. Hasil penelitian

mendapati bahwa, makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in tidak sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ dari penelitian sebelumnya. Pada hadits Arba’in ditemukan variasi makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ sebanyak 35 makna. Setelah diamati, ada makna yang sama antara makna ﻝﺎﻗ /qāla/ Nurdin dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Peneliti mendapati sebelas (11) makna yang sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Ternyata makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ perlu diterjemahkan berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan.


(13)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ

،ﺢﺗﺍﺭ

۲۰۱۵

ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﺴﻗ

.

ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﻳﻭﺎﺴﺘﻣ

:

ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ ،ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻲﻓ

"

ﻝﺎﻗ

"

ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻤﺟﺮﺗ

.

.

ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ،ﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ

ﻱﻭﺍﻮﻨﻟﺍ ﻡﺎﻣﻹﺍ ﻪﻔﻨﺻ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻥﺇ

ﻦﻴﻌﺑﺭﺃﻭ ﻦﻴﻨﺛﺍ ﻰﻠﻋ ﺔﻠﻤﺘﺸﻣ ﺎﻬﻋﻮﻤﺠﻣ ﻲﻓ

ًﺎﺜﻳﺪﺣ

ﻰﻨﻌﻤﻟﺎﺑ ﻩﺎﻳﺇ ﻪﺘﻤﺟﺮﺗ ﻲﻓ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻢِﺟﺮﺘﻤﻟﺍ ﻥﺃ ﻭ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﻆﻔﻟ ﻱﺃ ﺔﻤﻠﻛ ﺮﻛﺫ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺪﺟﻮﻳ ﻪﻴِﻔَﻓ ،ﺎﺤﻴﺤﺻ

)

berkata

bersabda

ﻲﻨﺘﻌﻳ ﻭ ﻲِﻋﺍﺮﻳ ﻢﻟ ﻭ

(

ﻪﺴﻔﻧ

َﻥﻮﻜﺘﻓ ﻩﺩﺪﺼﺑ ﻲﻫ ﻲﺘﻟﺍ ﻥﻭﺆﺸﻟﺍ ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺎﺑ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻋ ﻞﻘﻧ ﺪﻗ ﻖﺑﺎﺴﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻳﺩ ﺭﻮﻧ ﻥﺃ ﻊﻣ

.

ﺔﻋﻮﻨﺘﻣ ﺮﻴﻏ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻤﺟﺮﺗ

ﻱﻮﺤﻳ ﻪﱠﻧﺃ ﻦﻣ

۲٥

ًﻦﻌﻣ

،ﺍﺬﻟ ﻭ

.

ﻲﻓ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻛ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻑﺪﻬﻳ

ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ

ﺞﻬﻨﻤﻟﺍ ﻭ

.

ﻪﻟﺍﻮﺣﺃ ﻰﻀﺘﻘﻤﺑ ﻱﺃ ﻪﺴﻔﻧ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺩﻭﺭﻭ ﺏﺎﺒﺳﺄﺑ ﺎﻬﺘﺒﺳﺎﻨﻣ ﺔﻬﺟ ﻦﻣ ،ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ

ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺍ ﻰﻀﺘﻘﻣ

)

ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺍ ﻊﻣ ﻱﺭﻮﺼﺘﻟﺍ ﻲﻔﺻﻮﻟﺍ ﺞﻬﻨﻤﻟﺍ ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻡﺪﺨﺘﺴﻤﻟﺍ

.(

ﻥﻭﺆﺸﻟﺍ

ﻲﻓ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﻥﺃ

:

ﻲﻫ ﻭ ﺔﻴﻟﺎﺘﻟﺍ ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﺠﺘﻨﺘﺳﺎﻓ ،ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺔﺠﻴﺘﻧ ﺎﻣﺃ ﻭ

ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ

ﺪﺟﻮﻳ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﻲﻓ

.

ﻖﺑﺎﺴﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻦﻣ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺎﺑ ﺔﻳﻭﺎﺴﻣ ﺮﻴﻏ

ﻮﺤﻧ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﺩﺪﻌﺗ ﻭ ﻉﱠﻮﻨﺗ

۳٥

ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺕﺪﺟﻭ ،ﺺﺤﻔﻟﺍ ﻭ ﻞﻣﺄﺘﻟﺍ ﺪﻌﺑ ﻭ

.

ﺎﺜﻳﺪﺣ

ﻲﻫ ﻭ ﻥﻮﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺎﻬﻳﻮﺤﻳ ﺎﻣ ﻭ ﻦﻳﺩ ﺭﻮﻧ ﺎﻫﺮﻛﺫ ﻲﺘﻟﺍ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺔﻠﺛﺎﻤﻤﻟﺍ ﻭ ﺔﻳﻭﺎﺴﺘﻤﻟﺍ

۱۱

ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺍ ﻰﻀﺘﻘﻤﺑ ﺔﻴﺳﺎﻨﻤﻟﺍ ﺎﻬﻴﻧﺎﻌﻣ ﻰﻠﻋ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻛ ﺔﻤﺟﺮﺗ ﻥﺃ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻦﻣ ﻦﻴﺒﺗ ﻭ

.

ﻰًﻨﻌﻣ


(14)

ABSTRAK

Ratih, 2015. Penerjemahan Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in, Analisis: Kesesuaian Makna. Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits shahih yang

disusun oleh Imam Nawawi. Pada hadits Arba’in banyak ditemukan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan penerjemah lebih sering menerjemahkan kata tersebut dengan berkata dan bersabda. Penerjemah tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan, sehingga terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ tidak bervariasi. Sementara, pada penelitian terdahulu tentang makna ﻝﺎﻗ /qāla/ telah dilakukan oleh Nurdin Lubis dan ditemukan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ sebanyak 25 makna. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in untuk mengetahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sesuai berdasarkan konteks hadits. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode

deskriptif serta menggunakan teori konteks dan keperihalan keadaan. Hasil penelitian

mendapati bahwa, makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in tidak sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ dari penelitian sebelumnya. Pada hadits Arba’in ditemukan variasi makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ sebanyak 35 makna. Setelah diamati, ada makna yang sama antara makna ﻝﺎﻗ /qāla/ Nurdin dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Peneliti mendapati sebelas (11) makna yang sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Ternyata makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ perlu diterjemahkan berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan.


(15)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ

،ﺢﺗﺍﺭ

۲۰۱۵

ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﺴﻗ

.

ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﻳﻭﺎﺴﺘﻣ

:

ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ ،ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻲﻓ

"

ﻝﺎﻗ

"

ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻤﺟﺮﺗ

.

.

ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ،ﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ

ﻱﻭﺍﻮﻨﻟﺍ ﻡﺎﻣﻹﺍ ﻪﻔﻨﺻ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻥﺇ

ﻦﻴﻌﺑﺭﺃﻭ ﻦﻴﻨﺛﺍ ﻰﻠﻋ ﺔﻠﻤﺘﺸﻣ ﺎﻬﻋﻮﻤﺠﻣ ﻲﻓ

ًﺎﺜﻳﺪﺣ

ﻰﻨﻌﻤﻟﺎﺑ ﻩﺎﻳﺇ ﻪﺘﻤﺟﺮﺗ ﻲﻓ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻢِﺟﺮﺘﻤﻟﺍ ﻥﺃ ﻭ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﻆﻔﻟ ﻱﺃ ﺔﻤﻠﻛ ﺮﻛﺫ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺪﺟﻮﻳ ﻪﻴِﻔَﻓ ،ﺎﺤﻴﺤﺻ

)

berkata

bersabda

ﻲﻨﺘﻌﻳ ﻭ ﻲِﻋﺍﺮﻳ ﻢﻟ ﻭ

(

ﻪﺴﻔﻧ

َﻥﻮﻜﺘﻓ ﻩﺩﺪﺼﺑ ﻲﻫ ﻲﺘﻟﺍ ﻥﻭﺆﺸﻟﺍ ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺎﺑ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻋ ﻞﻘﻧ ﺪﻗ ﻖﺑﺎﺴﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻳﺩ ﺭﻮﻧ ﻥﺃ ﻊﻣ

.

ﺔﻋﻮﻨﺘﻣ ﺮﻴﻏ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻤﺟﺮﺗ

ﻱﻮﺤﻳ ﻪﱠﻧﺃ ﻦﻣ

۲٥

ًﻦﻌﻣ

،ﺍﺬﻟ ﻭ

.

ﻲﻓ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻛ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻑﺪﻬﻳ

ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ

ﺞﻬﻨﻤﻟﺍ ﻭ

.

ﻪﻟﺍﻮﺣﺃ ﻰﻀﺘﻘﻤﺑ ﻱﺃ ﻪﺴﻔﻧ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺩﻭﺭﻭ ﺏﺎﺒﺳﺄﺑ ﺎﻬﺘﺒﺳﺎﻨﻣ ﺔﻬﺟ ﻦﻣ ،ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ

ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺍ ﻰﻀﺘﻘﻣ

)

ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺍ ﻊﻣ ﻱﺭﻮﺼﺘﻟﺍ ﻲﻔﺻﻮﻟﺍ ﺞﻬﻨﻤﻟﺍ ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻡﺪﺨﺘﺴﻤﻟﺍ

.(

ﻥﻭﺆﺸﻟﺍ

ﻲﻓ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﻥﺃ

:

ﻲﻫ ﻭ ﺔﻴﻟﺎﺘﻟﺍ ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﺠﺘﻨﺘﺳﺎﻓ ،ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺔﺠﻴﺘﻧ ﺎﻣﺃ ﻭ

ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ

ﺪﺟﻮﻳ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﻲﻓ

.

ﻖﺑﺎﺴﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻦﻣ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺎﺑ ﺔﻳﻭﺎﺴﻣ ﺮﻴﻏ

ﻮﺤﻧ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﺩﺪﻌﺗ ﻭ ﻉﱠﻮﻨﺗ

۳٥

ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺕﺪﺟﻭ ،ﺺﺤﻔﻟﺍ ﻭ ﻞﻣﺄﺘﻟﺍ ﺪﻌﺑ ﻭ

.

ﺎﺜﻳﺪﺣ

ﻲﻫ ﻭ ﻥﻮﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺎﻬﻳﻮﺤﻳ ﺎﻣ ﻭ ﻦﻳﺩ ﺭﻮﻧ ﺎﻫﺮﻛﺫ ﻲﺘﻟﺍ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺔﻠﺛﺎﻤﻤﻟﺍ ﻭ ﺔﻳﻭﺎﺴﺘﻤﻟﺍ

۱۱

ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺍ ﻰﻀﺘﻘﻤﺑ ﺔﻴﺳﺎﻨﻤﻟﺍ ﺎﻬﻴﻧﺎﻌﻣ ﻰﻠﻋ

(

ﻝﺎﻗ

)

ﺔﻤﻠﻛ ﺔﻤﺟﺮﺗ ﻥﺃ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻦﻣ ﻦﻴﺒﺗ ﻭ

.

ﻰًﻨﻌﻣ


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kegiatan menerjemah adalah salah satu cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama untuk mengetahui informasi yang terkandung di dalam bahasa sumber. Salah satu kendala untuk memperoleh suatu informasi adalah kurangnya kemampuan memahami atau membaca bahasa asing. Oleh karena itu, perlu generasi-generasi penerjemah agar ilmu pengetahuan tetap berkembang dan manusia mudah mendapatkan informasi yang diinginkan.

“Penerjemahan sangat penting demi proses tukar-menukar informasi dan hasil penemuan. Tanpa penerjemahan, para calon ilmuwan ataupun para ilmuwan mungkin akan ketinggalan, tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, apalagi kalau mereka kurang mampu membaca dalam bahasa asing, (Widyamartaya, 1989: 9)”.

Pada umumnya kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia berfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci al-Qur’an, hadits, dan tafsir hingga buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan yang menelaah aneka pemikiran Islam. Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena masyarakat membutuhkan pengetahuan ataupun informasi untuk memperbaiki keagamaan mereka sehingga menuntut para peneliti atau ahli bahasa melakukan kegiatan penerjemahan, (Syihabuddin, 2002: 2). Pada penelitian ini kegiatan penerjemahan akan berfokus pada hadits, yakni hadits Arba’in.


(17)

ٌﺚْﻳِﺩﺎَﺣَﺍ ﺝ ُﺚْﻳِﺪَﺤﻟﺍ

.

ًﺔَﺛﺍَﺪَﺣﻭ ﺎًﺛْﻭُﺪَﺣ

-

ُﺙُﺪْﺤَﻳ

-

َﺙَﺪَﺣ

||

ُﻡ َﻼَﻜﻟﺍ

||

ُﺔَﺛَﺩﺎَﺤُﻤﻟﺍ

||

ُﺮَﺒَﺨﻟﺍ

||

ُﺔَﻳﺎَﻜِﺤﻟﺍ

||

)

.

(Munawir, 1997: 241-242 /ḥadaṡa- yaḥduṡu- ḥudūṡan wa ḥadāṡatun. Al-ḥadīṡu jama’ aḥādīṡun || al-kalāmu || al-muḥādaṡatu || al-khabaru || al-ḥikāyatu ||/. Hadits berasal dari kata ḥadaṡa- yaḥduṡu

yang artinya kejadian. Hadits bentuk jamaknya aḥādīṡun, adapun makna hadits yaitu;

perkataan, percakapan, kabar, cerita/hikayat (Munawwir, 1997: 241-242). Jadi, hadits mengandung pengertian semua perkataan, kabar/berita, dan cerita yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw. kepada umatnya yang dijadikan pegangan (sumber hukum) dalam kehidupan.

Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits yang

disusun oleh Imam Nawawi. Hadits-hadits tersebut merupakan kumpulan hadits shahih yang menjadi salah satu pegangan umat Islam. Hadits Arba’in tidak asing lagi bagi umat Islam karena hadits-hadits yang terdapat di dalamnya membahas tentang ibadah, muamalah, syariat, dan kehidupan beragama dan merupakan ajaran pokok Islam.

Peneliti memakai Terjemah Hadits Arba’in yang diterjemahkan oleh Muhil Dhofir. Buku hadits terjemahan tersebut bentuknya praktis karena ukurannya yang kecil dan mudah dibawa ke mana saja atau dapat disebut juga dengan buku saku hadits. Hadits ini diterbitkan oleh penerbit Al-I’tishom (2001), Jakarta. Peneliti menganggap penerjemah buku ini tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan dalam penerjemahan, karena terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat di dalamnya tidak bervariasi, yakni menerjemahkannya lebih sering dengan berkata dan bersabda. Oleh karena itu, peneliti menggunakan buku hadits hasil terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ sebagai objek penelitian.

Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat dalam hadits Arba’in ada dua (2) bagian; kata ﻝﺎﻗ /qāla/ periwayat dan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ Rasulullah. Pada penelitian ini, kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang


(18)

dimaksud peneliti adalah kata ﻝﺎﻗ /qāla/ Rasulullah. Jadi, peneliti hanya menganalisis terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ Rasulullah yang terdapat dalam hadits Arba’in.

Berdasarkan beberapa kamus bahasa Arab kata ﻝﺎﻗ /qāla/ memiliki arti (makna leksikal) sebagai berikut:

,

ﺪﺠﻨﻤﻟﺍ

) ||

ﻢّﻠَﻜَﺗ

||

ﻆﱠﻔَﻠَﺗ

:

ًﺔَﻟﺎَﻘَﻣﻭ ًﻻﺎَﻘَﻣﻭ ًﺔَﻟْﻮَﻗﻭ ًﻼْﻴِﻗﻭ ًﻻﺎَﻗﻭ ًﻻْﻮَﻗ ُﻝْﻮُﻘَﻳ

:

َﻝَﺎﻗ

:

َﻝَﻮَﻗ

۱۹۷۳

:

٦٦۳

.(

/qawalā qāla: yaqūlu qawlan wa qālan wa qaylan wa qawlatan wa maqālan wa maqālatan: talafaẓ || takallam ||/. Qāla berasal dari kata qawala yang artinya berkata:

mengeluarkan (suatu ucapan/perkataan)

||

bercakap-cakap (berbicara)

||

(Al-Munjid,

1973: 663).

,

ﻯﺮﻳّﻮﻨﻤﻟﺍ

) ||

ﻢﱠﻠَﻜَﺗ

|| :

ًﺔَﻟﺎَﻘَﻣﻭ ًﻻﺎَﻘَﻣﻭ ًﻼْﻴِﻗﻭ ًﻻْﻮَﻗ

:

َﻝﺎَﻗ

۱۹۹۷

:

۱۱۷۱

.(

/qāla: qawlan wa qaylan wa maqālan wa maqālatan: || takallam ||/. Qāla artinya

berkata

||

bercakap-cakap (berbicara)

||

(Al-Munawwir, 1997:1171).

ﻝﺎَﻗ /qāla/- ُﻝْﻮُﻘَﻳ /yaqūlu/- ﻻْﻮَﻗ /qawlan/ yang artinya berkata (Yunus, 1989: 364).

Dari tiga kamus bahasa Arab yang telah dipaparkan di atas disimpulkan arti ﻝﺎﻗ /qāla/ adalah berkata, maknanya berupa ucapan/perkataan atau bercakap-cakap (berbicara). Dengan demikian jelas bahwa terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in masih menggunakan makna secara lesikal, yaitu; bersabda dan berkata.

Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian (kata, frasa, dan kalimat) harus memperhatikan konteks, karena setiap bentuk memiliki potensi untuk mengandung beberapa makna tergantung konteks atau lingkungan linguistiknya, (Maurits, 2002:44).


(19)

Makna adalah arti atau maksud pembicaraan; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaaan makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sesuai (sepadan) berdasarkan konteks pada hadits Arba’in. Maka analisis kesesuian makna pada penelitian ini maksudnya, menganalisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat pada hadits Arba’in untuk disesuaikan maknanya berdasarkan konteks. Dengan demikian, maka akan ditemukan variasi makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ sehingga kata ﻝﺎﻗ /qāla/ memiliki banyak makna.

Nurdin Lubis (2009) telah melakukan penelitian tentang terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits-hadits nabawi. Adapun alasan Nurdin melakukan penelitian tersebut karena selama ini kata ﻝﺎﻗ /qāla/ selalu diterjemahkan secara leksikal khususnya dalam

hadits-hadits nabawi sehingga dia merasa perlu adanya inovasi dalam menerjemahkan

kata tersebut untuk menghasilkan terjemahan yang lebih komunikatif. Dengan menggunakan metode terjemahan komunikatif, Nurdin telah menemukan lebih dari dua puluh (20) makna ﻝﺎﻗ /qāla/. Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ tersebut antara lain: menceritakan, mengungkapkan, menjawab, perintah, menegaskan, mengeluh, bewasiat, bertanya,

menjawab, menegaskan dan lan-lain. Metode tersebut berusaha mempertahankan

kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun

bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan. Dengan memperhatikan kontekstual (isi dari apa yang diucapkan) akan menghasilkan banyak varian kata untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/.

Dari makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang telah ditemukan oleh Nurdin Lubis, peneliti terinspirasi untuk menganalisis terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in dan menentukan makna kata tersebut berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan.


(20)

Peneliti merasa perlu ada analisis tersebut agar dapat diketahui: apakah seluruh makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin dapat terpakai atau sebagian atau bahkan ada temuan makna baru dalam penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Selain hal tersebut, perlu diketahui juga bahwa hingga saat ini belum diketahui penggunaan variasi makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin dalam menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in.

Peneliti memilih hadits Arba’in sebagai objek yang akan diteliti, karena salah satu hadits yang popular di masyarakat dan tujuan dari hasil penelitian akan lebih memudahkan masyarakat memahami dan merasakan inovasi penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Peneliti membahas ini tidak hanya semata-mata untuk memecahkan persoalan yang muncul pada perubahan makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/, di samping itu juga ingin menyampaikan dan mengubah paradigma (pesan/cara pikir) masyarakat yang telah lama tertanam, bahwasanya kata ﻝﺎﻗ /qāla/ hanya diterjemahkan

bersabda/berkata akan tetapi ada variasi makna yang sepadan dengan kata tersebut yang

dapat digunakan untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in.

Untuk menganalisis tejemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in dan menentukan makna yang sesuai selain dari pada bersabda, peneliti menggunakan

metode deskriptif. Metode tersebut akan menggambarkan makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang

sesuai setiap hadits pada hadits Arba’in. Sementara teori yang digunakan adalah teori Firth dan Malinowski (dalam Palmer 1989) yaitu konteks dan keperihalan keadaan.


(21)

1.2Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, agar pembahasan tidak terlalu luas dan dapat terfokus maka peneliti membuat rumusan masalah pada penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

1. Apa saja makna-makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan konteks

dan keperihalan keadaan?

2. Berapakah makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang telah ditemukan oleh Nurdin?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui makna-makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in yang ditentukan maknanya berdasarkan konteks dan keperihalan keadaan.

2. Untuk mengetahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang telah ditemukan oleh Nurdin.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat baik bagi pembaca khususnya bagi masyarakat, adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Diketahui variasi makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in.

2. Diketahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin sehingga dapat menguatkan hasil penelitian bahwasannya berkurang atau betambah makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang dapat digunakan untuk


(22)

menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits berdasarkan penelitian terdahulu dengan penelitian ini.

3. Mengubah paradigma (pesan/cara pikir) masyarakat bahwasanya kata ﻝﺎﻗ /qāla/ tidak hanya diterjemahkan secara leksikal, yakni: bersabda dan berkata dalam menerjemahkan hadits akan tetapi, ada variasi makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits-hadits nabawi.

1.5Metode Penelitian

Seorang peneliti harus memilih dan mengetahui metode yang tepat untuk penelitiannya. Metode tersebut yang menjadikan penelitian teratur sehingga peneliti dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

“Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mancapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb.); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksankan penelitian (dalam mengumpulkan data) (Djajasudarma, 2006: 1 dan 4)”.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian yang akan melibatkan hubungan peneliti dengan buku-buku (kepustakaan) sebagai sumber data (Djajasudarma, 2006: 4). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, data dikumpulkan seperti kondisi apa adanya, dan dideskripsikan sesuai dengan ciri alamiah data itu (Djajasudarma, 2006: 6). Metode deskriptif akan menggambarkan data penelitian sehingga kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dapat terlihat jelas maknanya dari setiap hadits pada hadits Arba’in.


(23)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terjemahan kata-kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat pada hadits Arba’in. Ada 42 hadits pada hadits Arba’in dan setiap hadits terdapat kata ﻝﺎﻗ /qāla/ di dalamnya. Jumlah tersebut merupakan populasi data, maka seluruhnya akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Paham (2006: 26-27) membagi langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian. Langkah-langkah tersebut ada empat (4) fase: persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan/penulisan laporan. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Persiapan: merumuskan masalah dan menyusun kerangka pikiran.

2. Mengumpulkan data: menemukan buku hadits Arba’in dan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan Nurdin.

3. Pengolahan data:

- Membaca, memahami, dan memperhatikan terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang tedapat dalam hadits Arba’in.

- Menentukan terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan

konteks dan keperihalan keadaan.

- Menyesuaikan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang telah ditentukan pada hadits Arba’in dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin untuk mengetahui penemuan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sama.

- Menganalisis data yang telah diperoleh.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kajian Terdahulu

Penelitian di bidang ilmu terjemahan tentunya tidak lagi asing bagi pembaca atau pendengar. Kegiatan ini telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya khususnya bagi yang tertarik dengan kajian bahasa. Jadi, tidak heran telah banyak kajian-kajian terdahulu yang terkait dengan penerjemahan, diantaranya:

1. Ahmad Asri Lubis (2014) dengan judul Padanan Kata Kerja ( ﻝﻮﻘﻳ -ﻝﺎﻗ): Menyingkap Kevariasian dan Kekayaan Makna dalam Bahasa Indonesia. Penelitian tersebut menyingkap banyaknya variasi makna kata kerja (ﻝﻮﻘﻳ -ﻝﺎﻗ) dalam Q.S Al-Baqarah dan telah ditemukan empat puluh (40) variasi makna kata kerja (ﻝﻮﻘﻳ -ﻝﺎﻗ) yang dapat digunakan dalam menerjemahkan kata kerja tersebut. 2. Nur Rahmawati (2011) dengan judul Terjemahan Kata Ar-Ruh dalam

Terjemahan Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus. Penelitian tersebut

mengkaji analisis kata ar-Ruh dalam Tafsir Qur’an karya Mahmud Yunus dengan teori yang berkaitan dengan polisemi dan homonim. Kata ruh dikatakan polisemi karena terdapat banyak arti dan masih saling berhubungan. Dikatakan homonim karena kata ruh artinya ada yang saling tidak berhubungan seperti arti ruh badan dan pertolongan.

3. Nurdin Lubis (2009) dengan judul Qala Wa Musytaqatuha Wa Imkan


(25)

problematika kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan mustaqnya dalam Al-Kitab al-Jāmi’ li Fadlāil al-Qur’an al-Karim al-ahādits al-latī waradat fi-Fadlāil al-Suwar wa al-Ăyāt. Dengan memperhatikan kontekstual makaditenemukan 25 variasi makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kata tersebut.

Nurdin Lubis (2009) membahas tentang problematika kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan mustaqnya dalam Al-Kitab al-Jāmi’ li Fadlāil al-Qur’an al-Karim al-ahādits al-latī

waradat fi-Fadlāil al-Suwar wa al-Ăyāt yang banyak ditemui kata ﻝﺎﻗ /qāla/ di

dalamnya. Penelitiannya berusaha mempertahankan kontekstual hadits yang disebut

maqul al-qauli (isi dari apa yang diucapkan), sehingga menghasilkan banyak varian kata

untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan mustaqnya dalam teks hadits nabawi maupun teks lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin menemukan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ 25 kata, di antaranya: menceritakan, mengungkapkan, menjelaskan, mengaku, menegaskan, mengeluh, berwasiat, bertannya, menjawab, perintah, mengajak, berdo'a, membaca, lanjut, memberitahu, dan lain-lain.

Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Nurdin. Seperti yang telah dijelaskan, penelitian ini sama dengan penelitian Nurdin perbedaannya; pada penelitian ini menganalisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat dalam hadits Arba’in. Sepanjang yang diketahui, sampai saat ini belum ada ditemui kajian penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Penelitian ini akan menentukan terjemahan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada

hadits Aba’in dan membandingkannya dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh

Nurdin. Kegiatan tersebut akan diketahui seberapa banyak makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits

Arba’in. Dengan demikian, penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara


(26)

2.2Landasan Teori

Dalam melakukan penelitian harus memiliki teori yang digunakan sebagai alat dalam menyelesaikan suatu penelitian. Teori akan menentukan hasil dari suatu penelitian dan memudahkan dalam menyelesaikannya sehingga hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan.

“Begitupun kegiatan penterjemahan, tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan dengan teori. Teori merupakan satu pijakan atau landasan dalam penterjemahan yang berperan sangat penting dalam penterjemahan. Penterjemahan yang tidak berdasarkan landasan teori penterjemahan yang tidak sesuai maka akan menghasilkan satu hasil terjemahan yang gagal atau tidak sesuai dengan sasaran (Husnan, 2008: 9)”.

Pada umumnya, terjemahan terbagi atas dua bagian besar: terjemahan harfiah

(literal translation) dan terjemahan bebas (non-literal translation). Nida dan Taber

(1969), membagi terjemahan ke dalam terjemahan yang harfiah dan yang dinamis. Terjemahan yang dinamis dapat disepadankan dengan terjemahan yang berdasarkan makna pada Larson. Seterusnya Larson (1984) membagi terjemahan menjadi terjemahan berdasarkan makna (meaning-based traslation) dan terjemahan berdasarkan bentuk

(form-based translation). Terjemahan harfiah adalah terjemahan berdasarkan atau

mengutamakan bentuk menurut Larson dan terjemahan bebas dapat disepadankan dengan terjemahan berdasarkan makna atau yang mementingkan makna (Maurits, 2002: 39).

“Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of

Translation, memberikan defenisi penerjemahan sebagai berikut:

“Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first int terms of meaning and secondly in terms of style.


(27)

Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya (Widiyamartaya, 1989: 11)”.

Menurut Nida dan Taber (1969: 210), jika kita menerjemah itu bisa terdiri dari kata, rangkaian kata (frasa), kalimat, alinea, tulisan yang terdiri dari beberapa alinea, atau tulisan yang lebih panjang lagi. Baik kata, frasa, kalimat, alinea atau tulisan atau teks yang lebih panjang disebut bentuk (form atau surface structure) (Maurits, 2000: 1). Seperti yang telah diketahui, penerjemahan dapat dilakukan perkata, perklausa, perkalimat, perparagraf, peralinea, atau bahkan menerjemahkan buku. Hal itu dilakuakan sesuai dengan objek yang ingin diteliti, misalnya mencari terjemahan ﻝﺎﻗ /qāla/, penerjemahan yang dilakukan pada kata, yang terdapat pada hadits Arba’in sebagaimana yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Teori penerjemahan yang dikemukakan oleh Nida,

a. Penerjemahan harus menyesuaikan budaya teks sumber dengan budaya bahasa sasaran. Terjemahan yang berupa dinamik ialah terjemahan yang memberikan penyesuaian antara bahasa, kebudayaan, konteks isi kandungan teks asli dengan teks bahasa sasaran.

b. Terjemahan perlu memperhatikan dua jenis kepadanan kata, iaitu: kepadan formal dan kepadanan dinamik (Husnan, 2008: 10)

Teori Nida juga dianggap mampu menangani masalah terjemahan yang berkenaan dengan terjemahan formal dan dinamik (Husnan, 2008: 10-11).

Larson (1984) memberikan defenisi penerjemahan sebagai pemindahan makna. Ia memberi satu panduan penerjemahan; iaitu, satu usaha untuk mememindahkan makna


(28)

atau maksud daripada bahasa sumber ke dalam bahasa target. Ini maksudnya bentuk bahasanya saja yang boleh berubah akan tetapi maksud yang terkandung dalam teks asal harus tetap dipelihara setelah dipindahkan ke dalam bahasa sasaran (Husnan, 2008: 3).

“Penerjemahan merupakan pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis. Maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, dll., baik lisan maupun tulisan. Bentuk itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam bentuk ujaran (Larson, 1989: 3)”.

Palmer (1989) yang disebutkan dalam Husnan (2008: 11) kerangka teori Firth dan Malinowski tentang konteks dan keperihalan keadaan yang berikut akan digunakan, yaitu keperihalan keadaan melibatkan yang berikut dalam.

(a) Ciri-ciri relevan mengenai peserta; orang, kepribadiannya. i. Gerak ujaran si peserta

ii. Gerak ujaran bukan si peserta (b) Objek-objek yang relevan (c) Kesan gerak ujaran tesebut

Menurut Firth dan Malinowski untuk menginterprestasikan sesuatu maksud atau mesej, konteks dan keperihalan keadaan budaya dan aspek praktikal kehidupan seharian perlu dilihat dan diperhatikan. Dengan demikian makna sesuatu makna kata suatu ucapan sangat erat kaitannya dengan suatu masalah yang dimaksudkan melalui ucapan tersebut. Dalam hal ini penerjemah, mestinya menimbangkan kesan perkataan terhadap kesemua ayat dan seluruh teks untuk memastikan penyelewengan makna tidak terjadi. Teori ini akan melihat dan memperhatikan dengan seksama tentang pengaruh makna


(29)

konteks dan keperihalan keadaan atau makna konteks terhadap hasil terjemahan yang dihasilkan (Husnan, 2008: 11).

“Peran konteks dalam pemaknaan bahasa yang menimbulkan dua kelompok semantik merupakan konsekuensi dari kajian makna bahasa, sebagaimana disitir oleh Firth dan Malinowski, sulit dipisahkan dari konteks penggunaan bahasa. Mereka, antara lain beranggapan bahwa bahasa merupakan wujud dari tindakan penggunaan bahasa yang bergantung pada situasi penggunaan bahasa (Muchtar, 2014: 51)”.

Makna suatu kata selalu dipengaruhi oleh situasi atau konteks yang melingkupinya karena pada dasarnya suatu kata tidak pernah berdiri sendiri, tetapi akan terikat dengan kata-kata lain dalam sebuah kontruksi frase atau klausa. Hal itu mengakibatkan makna leksikal suatu kata sering berbeda dengan makna kontekstualnya. Menurut Soemarsono (1999: 5), setiap kata dari suatu bahasa mempunyai makna sebanyak situasi atau konteks tempat kata itu digunakan bersama-sama kata lain dalam kalimat. Konteks menurut Zuhridin (1982: 32) adalah hubungan amanat unsur-unsur gramatikal ataupun dengan unsur-unsur situasi yang relevan (Mochtar, 2014: 49).

Berikut contoh yang semisal dengan peryataan di atas, dalam hal ini untuk menentukan makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada suatu hadits. Satu hadits dari hadits Arba’in, yakni hadits ke-16:

,

ﻲِﻨِﺻْﻭَﺃ

:

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰَﻠَﺻ ﱢﻲِﺒﱠﻨﻠِﻟ َﻝﺎَﻗ ًﻼُﺟَﺭ ﱠﻥَﺃ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ْﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ

َﻝﺎَﻗ

ْﺐَﻀْﻐَﺗ َﻻ

:

,

ﺍًﺭﺍَﺮِﻣ َﺩﱠﺩَﺮَﻓ

َﻝﺎَﻗ

ْﺐَﻀْﻐَﺗ َﻻ

:

(

ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

)

/’an abī hurairata raḍiya Allahu ‘anhu anna rajulan qāla linnabiyyi ṣallā Allhu ‘alaihi

wa sallama: auṣinī, qāla: lā tagḍab faraddada mirāran, qāla: lā tagḍab (rawāhu al

-bukhārī)/. Abu Hurairah ra. menerangkan bahwa ada seorang lelaki berkata kepada

Nabi saw., “Berilah aku nasehat.” Beliau menjawab, “Jangan marah.” Maka


(30)

Makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ (1) pada hadits di atas diterjemahkan dengan menjawab, semestinya diterjemahkan dengan menanggapai. Hal itu dikarenakan situasi atau konteks menjelaskan bahwa Rasul menasehati seseorang agar jangan marah. Ada seorang lelaki meminta nasehat kepada beliau, maka beliaupun menanggapi. Kemudian makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ (2) yang diterjemahkan bersabda, semestinya diterjemahkan dengan memperjelas. Hal itu dikarena Rasul mengulang kata “Jangan marah” beberapa kali yang maksudnya untuk memperjelas nasehatnya. Jadi, makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits di atas memiliki dua makna yaitu: menanggapi dan memperjelas. Makna itu hadir karena pengaruh situasi atau konteks yang melingkupi hadits tersebut dan terikat dengan kata-kata lain (frase atau klausa) dalam hadits.

Az-Zarqani dalam Syihabuddin (2002: 6-7) mengemukakan bahwa secara etimologis istilah terjemah memiliki empat makna:

a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu. Makna ini terdapat dalam puisi berikut,

ﻥﺎﻤﺟﺮﺗ ﻲﻟﺇ ﻲﻌﻤﺳ ﺖﺟﻮﺣﺃ ﺪﻗ

-

ﺎﻬﺘﻐﻠﺑ ﻭ

-

ﻦﻴﻧﺎﻤﺜﻟﺍ ﻥﺇ

/inna al-śamānīn- wa balagatuhā- qad aḥūjat sam’iy ilā tarjamāni/. Usia 80, dan

aku telah mempercayainya, Pendengaranku memerlukan penerjemah.

b. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama, misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula.

c. Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. Dengan demikian, penerjemah disebut pula sebagai penjelas atau penafsir tuturan.


(31)

d. Memindahkan satu tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain seperti mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Adapun secara terminologis, menerjemah didefenisikan seperti berikut:

ﻩﺪﺻﺎﻘﻣ ﻭ ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﻊﻴﻤﺠﺑ ءﺎﻓﻮﻟﺍ ﻊﻣ ﻯﺮﺧﺃ ﺔﻐﻟ ﻦﻣ ﺮﺧﺁ ﻡﻼﻜﺑ ﺔﻐﻟ ﻲﻓ ﻡﻼﻛ ﻰﻨﻌﻣ ﻦﻋ ﺮﻴﺒﻌﺘﻟﺍ

/al-ta’bīru ‘an ma’nā kalāmun fī lugatin bikalāmin ākharin min lugatin ukhrā ma’a al

-wafāi bijamī’i ma’anīhi wa maqāṣidihi/. Menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan

maksud tuturan itu (Syihabuddin, 2002: 7).

Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan maka teori yang sesuai digunakan adalah teori konteks dan keperihalan kedaan yang dicetuskan oleh Firth dan Malinowski. Teori tersebut dianggap lebih pantas dan sesuai dengan penelitian ini karena dalam menerjemahkan selain dilihat dari konteksnya (mengkondisikan teks) perlu juga diperhatikan keadaan yakni dengan menghubungkan teks terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, peneliti memilih teori Firth dan Malinowski dari teori-teori yang ada.

Berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan, peneliti akan melakukan proses penerjemahan dalam menentukan terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sesuai selain dari pada bersabda pada hadits Arba’inAn-Nawawi, sebagaimana pada contoh hadits di bawah ini.

:

ْﺖَﻟَﺎﻗ ﺎﻬْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺔَﺸِﺋﺎﻋ ِﷲ ِﺪْﺒَﻋ ﱢﻡُﺃ َﻦْﻴِﻨِﻣﺆُﻤﻟﺍ ﱢﻡُﺃ ْﻦَﻋ

َﻝﺎﻗ

ﺎَﻣ ﺍَﺬَﻫﺎَﻧِﺮْﻣَﺃ ْﻲِﻓ َﺙَﺪْﺣَﺃ ْﻦَﻣ

:

ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ

.

ﱞﺩَﺭ َﻮُﻬَﻓ ﺎَﻧُﺮْﻣَﺃ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺲْﻴَﻟ ًﻼَﻤَﻋ َﻞِﻤَﻋ ْﻦَﻣ

:

ٍﻢِﻠْﺴُﻤِﻟ ٍﺔَﻳﺍَﻭِﺭ ْﻲِﻓ ﻭ

(

ﻢﻠﺴﻣ ﻭ ﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

) .

ﱞﺩَﺭ َﻮُﻬَﻓ ُﻪْﻨَﻣ َﺲْﻴَﻟ

/’an ummi al-mu`minīna ummi ‘abdi allāhi ‘ā`isyata raḍiya allāhu ‘anhā qālat: qāla

rasūlu allāhi: man aḥdaś fī amrinā haẓā mā laysa minhu fahuwa raddun. Wa fī riwāyatin limuslimin: man ‘amila ‘amalan laysa ‘alayhi amrunā fahuwa raddun/.

Ummul mukminin, Ummu Abdillah, ‘Aisyah ra. Berkata, Rasulullah bersabda, “Barang


(32)

hukumnya maka ia tertolak.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, “Barang siapa melakukan amalan, yang tidak didasari perintah kami, maka ia tertolak.”

Hadits di atas adalah hadits ke-5 dari hadits Arba’in. Hadits tersebut mengandung kabar duka, dapat dilihat dari konteksnya, yaitu Rasulullah menyampaikan kabar kepada umatnya tentang menolak kemungkaran dan bid’ah, siapapun yang melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh Islam maka amalan tersebut tidak diterima. Berdasarkan isi konteks hadits, kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dapat diterjemahkan menegaskan, yakni Rasulullah menegaskan kepada umatnya untuk tidak melakukan amalan yang tidak diperintahkan karena jika dilakukan maka amalan tersebut tidak diterima. Jadi, terjemahan bersabda dari ﻝﺎﻗ /qāla/ dapat juga diterjemahkan dengan menegaskan.

Contoh berikutnya adalah hadits ke-17 dari hadits Arba’in di bawah ini.

ِﷲ ِﻝْﻮُﺳَﺭ ْﻦَﻋ

,

ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ٍﺱْﻭَﺃ ِﻦْﺑِﺩﺍﱠﺪَﺷ ﻰَﻠْﻌَﻳ ْﻲِﺑﺃ ْﻦَﻋ

َﻝﺎَﻗ

,

ٍﺊْﻴَﺷ ﱢﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ َﻥﺎَﺴْﺣِﻹﺍ َﺐَﺘَﻛ َﷲ ﱠﻥِﺇ

:

(

ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ

)

ُﻪَﺘَﺤْﻴِﺑَﺫ ْﺡِﺮُﻴْﻟَﻭ ُﻪَﺗَﺮْﻔَﺷ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ ﱠﺪِﺤُﻴْﻟَﻭ َﺔَﺤْﺑِﺬﻟﺍ ﺍْﻮُﻨِﺴْﺣَﺄَﻓ ْﻢُﺘْﺤَﺑَﺫ ﺍَﺫِﺇَﻭ

,

َﺔَﻠْﺘِﻘﻟﺍ ﺍْﻮُﻨِﺴْﺣَﺄَﻓ ْﻢُﺘْﻠَﺘَﻗ ﺍَﺫِﺈَﻓ

/’an abiy ya’lā syaddādibni awsin raḍiya allāhu ‘anhu, ‘an rasūli allāhi qāla: inna allāha kataba al-iḥsāna ‘alā kulli syay`in, fa`iżā qataltum fa`aḥsinū al- qitlata, wa iżā

żabaḥtum fa`aḥsinū al-żibḥata wa liyuḥidda aḥadukum syafratahu wa ilyuriḥ

żabīḥatahu/. Abu Ya’la Syaddad bin Aus menerangkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan (ihsan) atas segala sesuatu. Maka apabila kalian membunuh (di dalam peperangan), lakukanlah dengan baik; jika kalian menyembeli, maka lakukanlah dengan baik. Hendaklah setiap kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya.” (H.R. Muslim)

Pada hadits ke-17 di atas menunjukkan bahwa Rasulullah memberi kabar

gembira pada umatnya. Hadits tersebut menjelaskan bahwa kita diperintahkan untuk

berlaku ihsan (baik) dalam segala hal. Isi konteks hadits menerangkan bahwa


(33)

bahkan saat menyembelih hewan, beliau memerintah untuk mengasah pisau ketika hendak menyembelih hewan agar hewan yang disembelih tidak merasakan sakit. Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ di sana diterjemahkan dengan bersabda, jika kita lihat konteks hadits kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang diterjemahkan bersabda dapat juga dipadankan dengan memerintah, yakni; Rasulullah memerintahumatnya untuk berlaku baik dalam segala hal karena Allah telah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu.

Hadits ke-5 dan ke-17 (pada hadits Arba’in) yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dapat diterjemahkan dengan menegaskan dan memerintah. Itu artinya kata ﻝﺎﻗ /qāla/ tidak hanya diterjemahkan dengan bersabda, karena berdasarkan konteks dan keadaan lingkungannya yang menimbulkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ memiliki variasi makna.

2.3Hadits Arba’in

Kata hadits berasal dari bahasa Arab; yakni al-hadits (ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ), jamaknya

al-ahaadits (ﺚﻳﺩﺎﺣﻷﺍ). Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, di antaranya; (1)

al-jadid (yang baru), lawan dari al-qadim (yang lama), (2) al-khabar (kabar atau berita)

(Sahrani, 2010: 1). Jadi, hadits yang dimaksud di sini adalah hadits yang memiliki arti

al-khabar, yaitu kabar atau berita yang disampaikan oleh Rasulullah saw. kepada umat

Islam. Menurut istilah, ulama ahli hadits mendefinisikan bahwa hadits merupakan segala yang disandarkan kepada Nabi saw., baik perkataan maupun perbuatan, (Sahrani, 2010: 2-3).

“Hadits (ejaan KBBI: hadis, bahasa Arab: ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ) adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain Al-Qur’an yang mana kedudukannya hadits


(34)

merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an (id.m.wikipedia.org/wiki/Hadist)”.

Islam adalah agama yang memiliki aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan aturan itu sampai kepada hamba-Nya melalui utusan-Nya Rasullullah SAW. (Nabi Muhammad). Semua aturan telah tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits, kedua-duanya merupakan landasan syariat Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus berpegang dengan Al-Qur’an dan Hadits.

“Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan refensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni: Imam Bukkhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah (http:haditsshahih.blogspot.com/ 2009/02/pengertian-hadits.html?m=1)”.

Tujuh ulama (yakni: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah) yang sering dijadikan referensi dalam hadits-hadits merupakan sumber hadits yang shahih. Suatu hadits yang sumbernya diambil dari salah satu tujuh ulama tersebut maka tidak diraguan lagi kebenarannya.

Hadits Arba’in atau Al-Arba'in An-Nawawiyah ﺔﻳﻭﻮﻨﻟﺍ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ)

merupakan kitab yang memuat empat puluh dua (42) yang disusun oleh Imam Nawawi. Arba'in berarti empat puluh (40), namun sebenarnya terdapat empat puluh dua (42) hadits yang termuat dalam kitab ini dan merupakan kitab yang tidak asing bagi uamt Islam. Umat Islam mengenalnya dan akrab dengannya, karena banyak dibahas para ulama dan menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran Islam kepada kaum muslimin berkaitan dengan kehidupan beragama, ibadah, muamalah, dan syariat


(35)

Kitab hadits yang memuat empat puluh dua (42) hadits (hadits Arba’in) yang disusun oleh Imam Nawawi jelas diakui keshahihannya karena seluruh hadits-hadits yang terdapat di dalamnya merujuk kepada tujuh ulama yang telah dijelaskan sebelumnya. Imam Nawawi menyusun kitab hadits tersebut merujuk kepada ulama-ulama, yaitu: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah, bahkan lebih dari setengah hadits-hadits yang terdapat dalam kitabnya (hadits Arba’in) merujuk kepada Imam Bukhari dan Muslim. Oleh karena itu, pantaslah kitab ini menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran Islam dan dikenal seluruh umat Islam di dunia.

“Sudah menjadi kebiasaan bagi para ulama untuk membuat kitab kumpulan atau rangkuman tentang suatu masalah agama. Sehingga sesungguhnya Imam Nawawi bukanlah yang pertama dan juga bukan satu-satunya yang membuat kitab Arbain. Namun, kitab Arbain miliknyalah yang terkenal luas dan harum hingga saat ini, meninggalkan kitab-kitab arbain lainnya yang disusun oleh ulama lainnya. Diantara kitab-kitab arbain itu adalah milik para imam seperti berjumlah hingga puluhan kitab Arbain. Sehingga untuk membedakan dengan kitab Arbain yang lain, disebutlah namanya Al-Arba'in An-Nawawiyah (Kitab Arbain milik Imam An-Nawawi)

Pada hadits Arba’in ditemukan kata ﻝﺎﻗ /qāla/. Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in lebih sering diterjemahkan dengan bersabda dan berkata. Berikut tabel makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in:

No Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in

1 Berkata


(36)

3 Menjawab

4 Bertanya

Tabel 1: Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat dalam hadits Arba’in

2.4Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ oleh Nurdin Lubis

Makna sangat erat kaitannya dalam penerjemahan. Menerjemahkan berarti menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, karena tujuan penerjemahan ialah menyampaikan makna teks sumber dengan jelas di dalam terjemahannya (Larson, 1989: 3 dan 59).

“Rudolf (1999: 47) menyatakan makna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam bidang penerjemahan. Jika berbicara tentang penerjemahan maka harus berbicara tentang makna. Alasan tersebut dikarenakan oleh tujuan penerjemahan erat kaitannya dengan masalah pengalihan makna yang terkandung dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Makna ada dibalik kata (Alwasilah, 1984: 146), dan menurut Nida, (1975: 1) suatu kata dapat mempunyai sejumlah makna yang saling berbeda”.

Maurits (2000: 2) juga menyatakan bahwa menerjemahkan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran.

Moentaha (2006: 13) menjelaskan mengenai aneka makna,bahwasannya satuan komposisi leksikal bahasa ‘kata’ biasanya mengandung aneka makna (polysemous

word) dan sistem makna bahasa dalam satu bahasa biasanya tidak sepenuhnya sama

dengan sistem makna kata yang sepadan dengn bahasa lain. Misalnya, kata bahasa Inggris house, yang berarti dalam bahasa Indonesia: rumah, sesuai hanya dengan salah


(37)

satu maknanya: gedung tempat tinggal. Padahal kata house berarti juga: dinastithe house of smiths.

Maurits (2002: 44) juga mengatakan bahwa setiap kata, frasa, dan kalimat mempunyai potensi untuk mengandung beberapa makna tergantung konteks atau lingkungan linguistiknya. Seorang penerjemah harus selalu dapat melihat konteks kata agar dia dapat mengartikannya dengan tepat dan mencari padanannya dalam bahasa sasaran. Misalnya, kata look dalam analisisnya mempunyai tidak kurang dari 74 arti yang diakibatkan oleh hubungannya dengan kata lain atau konteksnya.

Jadi, seorang penerjemah sepatutnya dalam menerjemahkan tidak hanya melihat makna harfiah tetapi, harus memperhatikan konteks atau lingkungan linguistiknya untuk mendapatkan variasi makna kata yang sepadan. Hal itu juga memperkaya makna terhadap bahasa sasaran yang berasal dari satu kata dalam bahasa sumber. Seperti halnya pada penelitian Nurdin Lubis, kata ﻝﺎﻗ /qāla/ memiliki 25 makna sebagai variasi yang sepadan dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/. Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ juga dapat memiliki sejumlah makna yang berbeda tergantung dengan konteks atau lingkungan linguistiknya.

Pada penjelasan-penjelasan sebelumnya telah diketahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang telah ditemukan oleh Nurdin Lubis sebanyak 25 makna yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/, yaitu: menceritakan, mengungkapkan, menjelaskan, mengaku, menegaskan, mengeluh, berwasiat, bertannya, menjawab, perintah, mengajak, berdo'a, membaca, lanjut, memberitahu, sambung, imbuh, ujar, bersumpah,

menyarankan, menyatakan, menganjurkan, berpendapat, menurut, dan menawarkan.

Dengan mengacu variasi makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ada, peneliti akan menganalisis terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan konteks untuk menentukan


(38)

makna kata tersebut. Dengan demikian dapat diketahui penggunaan variasi makna yang sama dengan penelitian sebelumnya dalam penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Berikut dapat dilihat tabel dari makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin:

Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ oleh Nurdin

No Makna No Makna

1 Menceritakan 14 Lanjut

2 Mengungkapkan 15 Memberitahu

3 Menjelaskan 16 Sambung

4 Mengaku 17 Imbuh

5 Menegaskan 18 Ujar

6 Mengeluh 19 Bersumpah

7 Berwasiat 20 Menyarankan

8 Bertanya 21 Menyatakan

9 Menjawab 22 Menganjurkan

10 Perintah 23 Berpendapat

11 Mengajak 24 Menurut

12 Berdoa 25 Menawarkan

13 Membaca


(39)

BAB III PEMBAHASAN

3. Terjemahan Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ Pada Hadits Arba’in 3.1 Makna-Makna Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in

Hasil penelitian ini diperoleh melalui analisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Terjemahan

Hadits Arba’in An-Nawaawi oleh Muhil Dhofir. Makna-makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ ditentukan

berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan. Hadits ke-1:

ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ ُﺖْﻌِﻤَﺳ

:

َﻝﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ِﺏﺎﱠﻄَﺨﻟْﺍ ِﻦْﺑَﺮَﻤُﻋ ٍﺺْﻔَﺣ ْﻲِﺑَﺃ َﻦْﻴِﻨِﻣْﺆُﻤﻟْﺍ ِﺮْﻴِﻣَﺃ ْﻦَﻋ

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ

ُﻝْﻮُﻘَﻳ

:

ِﻪِﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ِ ﱠﷲ ﻰَﻟِﺇ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻫ ْﺖَﻧﺎَﻛ ْﻦَﻤَﻓ

,

ﻯَﻮَﻧ ﺎَﻣ ٍﺉِﺮْﻣﺍ ﱢﻞُﻜِﻟ ﺎَﻤﱠﻧِﺇَﻭ ِﺕﺎﱠﻴﱢﻨﻟﺎِﺑ ُﻝﺎَﻤْﻋَ ْﻷﺍ ﺎَﻤﱠﻧِﺇ

َﺮَﺟﺎَﻫ ﺎَﻣ ﻰَﻟِﺇ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻬَﻓ ﺎَﻬُﺤِﻜْﻨَﻳ ٍﺓَﺃَﺮْﻣﺍ ﻰَﻟِﺇ ْﻭَﺃ ﺎَﻬُﺒﻴِﺼُﻳ ﺎَﻴْﻧُﺪﻟ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻫ ْﺖَﻧﺎَﻛ ْﻦَﻣَﻭ ِﻪِﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ِ ﱠﷲ ﻰَﻟِﺇ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻬَﻓ

.

ِﻪْﻴَﻟِﺇ

,

ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍﺔﺑﺯﺩﺮﺑ ﻦﺑ ﺓﺮﻴﻐﻤﻟﺍ ﻦﺑ ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﺇ ﻦﺑ ﻞﻴﻋﺎﻤﺳﺇ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﷲ ﺪﺒﻋ ﻮﺑﺃ ﻦﻴﺛﺪﺤﻤﻟﺍ ﻡﺎﻣﺇ ﻩﺍﻭﺭ

)

ﺐﺘﻜﻟﺍ ﺢﺻﺍ ﺎﻤﻫ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﺎﻤﻬﻴﺤﻴﺤﺻ ﻱﺭﻮﺑﺎﺴﻴﻨﻟﺍ ﻱﺮﻴﺸﻘﻟﺍ ﻢﻠﺴﻣ ﻦﺑﺍ ﺝﺎﺠﺤﻟﺍ ﻦﺑ ﻢﻠﺴﻣ ﻦﻴﺴﺤﻟﺍ ﻮﺑﺃﻭ

(

ﺔﻌﻨﺼﻤﻟﺍ

/’an amīri al-mu'minīna abī ḥafṣin ‘umara bni al-khaṭṭabi raḍiya Allahu ‘anhu qāla:

sami’tu rasūla Allah ṣalla Allahu ‘alaihi wa sallam yaqūlu: innamā al-‘amālu binniyyāti

wa innamā likulli imri'in mā nawā faman kānat hijratuhu ilā Allahi wa rasūlihi fahijratuhu ilā Allahi wa rasūlihi wa man kānat hijratuhu lidunyā yuṣībuhā awimra'atin

yankiḥuhā fahijratuhu ilā mā hājara ilaihi. (riwāhu imāmun al-muḥadiṡayni abū

‘abdullah muḥammad bin ismā'īl bin ibrahīm bin al-mugīrah bin bardizbah al-bukhāri,

wa abū al-ḥusayni muslim bin al-ḥajjāji ibnu muslimun al-qusyairī al-naisāburī

ṣaḥīḥīhuma al-żīna humā aṣḥu al-kutubu al-muṣna’tu)/. Amirul Mukminin Abi Hafsh

Umar bin Khattab ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,”

Sesungguhnya amal perbuatan itu disesrtai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijranya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan." (Diriwayatkan oleh dua orang ahli


(1)

َﺔَﻨﱢﻴَﺒﻟﺍ ﻦِﻜَﻟ

,

ْﻢُﻫَءﺎَﻣِﺩَﻭ ٍﻡْﻮَﻗ َﻝﺍَﻮْﻣَﺃ

ْﻦَﻣ ﻰﻠَﻋ َﻦْﻴِﻤَﻴْﻟﺍَﻭ ﻲِﻋﱠﺪُﻤْﻟﺍ ﻰﻠَﻋ

ﻩﺍﻭﺭ

,

ﻦﺴﺣ ﺚﻳﺪﺣ

)

َﺮَﻜْﻧَﺃ

ﻪﻀﻌﺑﻭ

,

ﺍﺬﻜﻫ ﻩﺮﻴﻏﻭ ﻲﻘﻬﻴﺒﻟﺍ

(

ﻦﻴﺤﻴﺤﺼﻟﺍ ﻲﻓ

harus diucapkan oleh orang yang menolak tuduhan.” (H.R Baihaqi dan yang lain, hadits hasan, sebagian terdapat dalam shahih Bukhari dan Muslim)

menetapkan

34

َﻲِﺿَﺭ ﱢﻱِﺭْﺪُﺨﻟﺍ ٍﺪْﻴِﻌَﺳ ْﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ

ُﺖْﻌِﻤَﺳ َﻝﺎَﻗ

:

َﻝﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ

ُﻝْﻮُﻘَﻳ

:

ﺍًﺮَﻜْﻨُﻣ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﻯَﺃَﺭ ْﻦَﻣ

ْﻊِﻄَﺘْﺴَﻳ ْﻢَﻟ ْﻥِﺈَﻓ

,

ِﻩِﺪَﻴِﺑ ُﻩْﺮﱢﻴَﻐُﻴْﻠَﻓ

,

ِﻪِﺒْﻠَﻘِﺒَﻓ ْﻊِﻄَﺘْﺴَﻳ ْﻢَﻟ ْﻥِﺈَﻓ

,

ِﻪِﻧﺎَﺴِﻠِﺒَﻓ

ﻩﺍﻭﺭ

)

ِﻥﺎَﻤﻳِ ْﻹﺍ ُﻒَﻌْﺿَﺃ َﻚِﻟَﺫَﻭ

(

ﻢﻠﺴﻣ

Abu Sa'id Al-Khudriy ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah ia merubah dengan tangannya; bila ia tidak mampu, maka dengan lisannya; dan kalau tidak mampu maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (H.R Muslim)

Mewajibkan

35

ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ْﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ

:

َﻝﺎَﻗ

َﻝﺎَﻗ

ُﻟﺎہﱠﻠَﺻ ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ

َﻻَﻭ

,

ﺍﻭُﺪَﺳﺎَﺤَﺗ َﻻ

:

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ

َﻻَﻭ

,

ﺍﻮُﻀَﻏﺎَﺒَﺗ َﻻَﻭ

,

ﺍﻮُﺸَﺟﺎَﻨَﺗ

ﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻜُﻀْﻌَﺑ ْﻊِﺒَﻳ َﻻَﻭ

,

ﺍﻭُﺮَﺑﺍَﺪَﺗ

ِ ﱠﷲ َﺩﺎَﺒِﻋ ﺍﻮُﻧﻮُﻛَﻭ

,

ٍﺾْﻌَﺑ ِﻊْﻴَﺑ

َﻻ ِﻢِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ ﻮُﺧَﺃ ُﻢِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ

,

ﺎًﻧﺍَﻮْﺧِﺇ

ُﻩُﺮِﻘْﺤَﻳ َﻻَﻭ

,

ُﻪُﺑِﺬْﻜَﻳ َﻻَﻭ

,

ُﻪُﻤِﻠْﻈَﻳ

ﻰَﻟِﺇ ُﺮﻴِﺸُﻳَﻭ ﺎَﻨُﻫﺎَﻫ ﻯَﻮْﻘﱠﺘﻟﺍ

ِﺐْﺴَﺤِﺑ

,

ٍﺕﺍﱠﺮَﻣ َﺙ َﻼَﺛ ِﻩِﺭْﺪَﺻ

ُﻩﺎَﺧَﺃ َﺮِﻘْﺤَﻳ ْﻥَﺃ ﱢﺮﱠﺸﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﺉِﺮْﻣﺍ

ِﻢِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ِﻢِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ ﱡﻞُﻛ

,

َﻢِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ

Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Jangan saling menghasut, saling menipu, saling

membenci, saling membelakangi dan janganlah

sebagian dari kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.

Orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka jangan berlaku aniaya kepadanya, jangan menelantarkannya, jangan membohonginya, dan merendahkannya. Taqwa itu

di sini, (beliau mengucapkan ini sambil menunjuk ke dadanya dan mengulanginya hingga tiga kali). Cukuplah


(2)

ُﻪُﺿْﺮِﻋَﻭ ُﻪُﻟﺎَﻣَﻭ ُﻪُﻣَﺩ

:

ٌﻡﺍَﺮَﺣ

(

ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ

)

seseorang dikategorikan jelek apabila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Darah, harta, dan kehormatan setiap muslim adalah haram bagi muslim yang lain.” (H.R Muslim) 36

ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ْﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ

ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ﱢﻲِﺒﱠﻨﻟﺍ ِﻦَﻋ

,

ُﻪْﻨَﻋ

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ

َﻝﺎَﻗ

ٍﻦِﻣْﺆُﻣ ْﻦَﻋ َﺲﱠﻔَﻧ ْﻦَﻣ

:

ُ ﱠﷲ َﺲﱠﻔَﻧ ﺎَﻴْﻧﱡﺪﻟﺍ ِﺏَﺮُﻛ ْﻦِﻣ ًﺔَﺑْﺮُﻛ

ِﻡْﻮَﻳ ِﺏَﺮُﻛ ْﻦِﻣ ًﺔَﺑْﺮُﻛ ُﻪْﻨَﻋ

ٍﺮِﺴْﻌُﻣ ﻰَﻠَﻋ َﺮﱠﺴَﻳ ْﻦَﻣَﻭ

,

ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ

ﺎَﻴْﻧﱡﺪﻟﺍ ﻲِﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ َﺮﱠﺴَﻳ

ﺎًﻤِﻠْﺴُﻣ َﺮَﺘَﺳ ْﻦَﻣَﻭ ِﺓَﺮِﺧ ْﻵﺍَﻭ

ِﺓَﺮِﺧ ْﻵﺍَﻭ ﺎَﻴْﻧﱡﺪﻟﺍ ﻲِﻓ ُ ﱠﷲ ُﻩَﺮَﺘَﺳ

َﻥﺎَﻛ ﺎَﻣ ِﺪْﺒَﻌْﻟﺍ ِﻥْﻮَﻋ ﻲِﻓ ُ ﱠﷲَﻭ

َﻚَﻠَﺳ ْﻦَﻣَﻭ

.

ِﻪﻴِﺧَﺃ ِﻥْﻮَﻋ ﻲِﻓ ُﺪْﺒَﻌْﻟﺍ

َﻞﱠﻬَﺳ ﺎًﻤْﻠِﻋ ِﻪﻴِﻓ ُﺲِﻤَﺘْﻠَﻳ ﺎًﻘﻳِﺮَﻁ

ﺎَﻣَﻭ

.

ِﺔﱠﻨَﺠْﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ﺎًﻘﻳِﺮَﻁ ِﻪِﺑ ُﻪَﻟ ُ ﱠﷲ

ِﺕﻮُﻴُﺑ ْﻦِﻣ ٍﺖْﻴَﺑ ﻲِﻓ ٌﻡْﻮَﻗ َﻊَﻤَﺘْﺟﺍ

ِ ﱠﷲ َﺏﺎَﺘِﻛ َﻥﻮُﻠْﺘَﻳ

,

ِﱠﷲ

ْﺖَﻟَﺰَﻧ ﱠﻻِﺇ

,

ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ ُﻪَﻧﻮُﺳَﺭﺍَﺪَﺘَﻳَﻭ

ُﻢُﻬْﺘَﻴِﺸَﻏَﻭ

,

ُﺔَﻨﻴِﻜﱠﺴﻟﺍ ُﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ

,

ُﺔَﻜِﺋ َﻼَﻤْﻟﺍ ُﻢُﻬْﺘﱠﻔَﺣَﻭ

,

ُﺔَﻤْﺣﱠﺮﻟﺍ

ْﻦَﻣَﻭ

,

ُﻩَﺪْﻨِﻋ ْﻦَﻤﻴِﻓ ُ ﱠﷲ ُﻢُﻫَﺮَﻛَﺫَﻭ

ُﻪُﺒَﺴَﻧ ِﻪِﺑ ْﻉِﺮْﺴُﻳ ْﻢَﻟ ُﻪُﻠَﻤَﻋ ِﻪِﺑ َﺄﱠﻄَﺑ

(

ﻢﻠﺴﻣ ﻆﻔﻠﻟﺍ ﺍﺬﻬﺑ ﻩﺍﻭﺭ

)

Abu Hurairah ra. berkata, Nabi saw. bersabda, “Barang siapa yang membebaskan orang mukmin dari kesempitan dunia, maka Allah akan membebaskan dari kesempitan di hari Kiamat.

Barang siapa yang memberi kemudahan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat.

Barang siapa menutup aib orang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.

Barang siapa yang meniti jalan untuk memperoleh ilmu, maka Allah akan memberikan kemudahan baginya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah (masjid), membaca kitab Allah dan mempelajarinya, niscaya turun kepada mereka ketentraman, rahmat meliputi mereka, para malaikat berkerumun di sekelilingnya


(3)

dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya selalu terlambat (kurang), maka nasabnya tidak akan dapat menyempurnakannya.” (H.R Muslim, dengan lafadz seperti ini)

37

,

ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ٍﺱﺎَﺒَﻋ ِﻦْﺑﺍ ِﻦَﻋ

ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲ ِﻝْﻮُﺳَﺭ ْﻦَﻋ

ِﻪﱢﺑَﺭ ْﻦَﻋ ِﻪْﻳِﻭﺮَﻳ ﺎَﻤْﻴَﻓ َﻢﱠﻠَﺳَﻭ

:

َﻝﺎَﻗ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ َﻭ َﻙَﺭﺎَﺒَﺗ

َ ﱠﷲ ﱠﻥِﺇ

ﱠﻢُﺛ ِﺕﺎَﺌﱢﻴﱠﺴﻟﺍَﻭ ِﺕﺎَﻨَﺴَﺤْﻟﺍ َﺐَﺘَﻛ

ْﻢَﻠَﻓ ٍﺔَﻨَﺴَﺤِﺑ ﱠﻢَﻫ ْﻦَﻤَﻓ َﻚِﻟَﺫ

:

َﻦﱠﻴَﺑ

ًﺔَﻨَﺴَﺣ ُﻩَﺪْﻨِﻋ ُ ﱠﷲ ﺎَﻬَﺒَﺘَﻛ ﺎَﻬْﻠَﻤْﻌَﻳ

ﺎَﻬَﻠِﻤَﻌَﻓ ﺎَﻬِﺑ ﱠﻢَﻫ ْﻥِﺇَﻭ

,

ًﺔَﻠِﻣﺎَﻛ

َﺮْﺸَﻋ ُﻩَﺪْﻨِﻋ ﱠﻞَﺟَﻭ ﱠﺰَﻋ ُ ﱠﷲ ﺎَﻬَﺒَﺘَﻛ

ٍﻒْﻌِﺿ ِﺔَﺋﺎِﻣ ِﻊْﺒَﺳ ﻰَﻟِﺇ ٍﺕﺎَﻨَﺴَﺣ

ﱠﻢَﻫ ْﻥِﺇَﻭ

,

ٍﺓَﺮﻴِﺜَﻛ ٍﻑﺎَﻌْﺿَﺃ ﻰَﻟِﺇ

ُﻩَﺪْﻨِﻋ ُ ﱠﷲ ﺎَﻬَﺒَﺘَﻛ ﺎَﻬْﻠَﻤْﻌَﻳ ْﻢَﻠَﻓ ٍﺔَﺌﱢﻴَﺴِﺑ

ﺎَﻬِﺑ ﱠﻢَﻫ ْﻥِﺇَﻭ

,

ًﺔَﻠِﻣﺎَﻛ ًﺔَﻨَﺴَﺣ

ًﺓَﺪِﺣﺍَﻭ ًﺔَﺌﱢﻴَﺳ ُ ﱠﷲ ﺎَﻬَﺒَﺘَﻛ ﺎَﻬَﻠِﻤَﻌَﻓ

ﻲﻓ ﻢﻠﺴﻣ ﻭ ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﺭﻭ

)

(

ﻑﻭﺮﺤﻟﺍ ﻩﺬﻬﺑ ﺎﻤﻬﻴﺤﻴﺤﺻ

Ibnu Abbas ra. meriwayatkan dari Nabi saw. mengenai apa yang beliau ceritakan dari Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Allah firman,

“Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan dan kejelekan, kemudian menjelaskannya. Barang siapa hendak melakukan kebaikan dan dia tidak jadi melakukannya, Allah akan mencatatnya di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna. Bila ia hendak melakukan kebaikan dan benar-benar melakukannya, Allah akan mencatat di sisi-Nya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat,bahkan berlipat ganda banyaknya.

Jika ia hendak melakukan kejelekan dan tidak jadi melakukannya, Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu kebaikan dan kalau ia hendak melakukan kejelekan kemudian benar-benar melakukannya, maka Allah hanya mencatat di sisi-Nya

satu kejelekan.” (H.R Bukhari- Muslim di


(4)

38

ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ْﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ

:

َﻝﺎَﻗ

َﻝﺎَﻗ

ُﷲ ﻰﱠﻠّﺻ ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ

:

َﻝﺎَﻗ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ َ ﱠﷲ ﱠﻥِﺇ

:

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ

ُﻪُﺘْﻧَﺫﺁ ْﺪَﻘَﻓ ﺎًّﻴِﻟَﻭ ﻲِﻟ ﻯَﺩﺎَﻋ ْﻦَﻣ

ﻱِﺪْﺒَﻋ ﱠﻲَﻟِﺇ َﺏﱠﺮَﻘَﺗ ﺎَﻣَﻭ ِﺏْﺮَﺤْﻟﺎِﺑ

ُﺖْﺿَﺮَﺘْﻓﺍ ﺎﱠﻤِﻣ ﱠﻲَﻟِﺇ ﱠﺐَﺣَﺃ ٍءْﻲَﺸِﺑ

ُﺏﱠﺮَﻘَﺘَﻳ ﻱِﺪْﺒَﻋ ُﻝﺍَﺰَﻳ ﺎَﻣَﻭ

,

ِﻪْﻴَﻠَﻋ

ﺍَﺫِﺈَﻓ

,

ُﻪﱠﺒِﺣُﺃ ﻰﱠﺘَﺣ ِﻞِﻓﺍَﻮﱠﻨﻟﺎِﺑ ﱠﻲَﻟِﺇ

ُﻊَﻤْﺴَﻳ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ُﻪَﻌْﻤَﺳ ُﺖْﻨُﻛ ُﻪُﺘْﺒَﺒْﺣَﺃ

ِﻪِﺑ ُﺮِﺼْﺒُﻳ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ُﻩَﺮَﺼَﺑَﻭ

,

ِﻪِﺑ

ُﻪَﻠْﺟِﺭَﻭ

,

ﺎَﻬِﺑ ُﺶِﻄْﺒَﻳ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ُﻩَﺪَﻳَﻭ

ﻲِﻨَﻟَﺄَﺳ ْﻥِﺇَﻭ

,

ﺎَﻬِﺑ ﻲِﺸْﻤَﻳ ﻲِﺘﱠﻟﺍ

ﻲِﻧَﺫﺎَﻌَﺘْﺳﺍ ِﻦِﺌَﻟَﻭ

,

ُﻪُﺘْﻴَﻄْﻋُﺃ

ُﻪﱠﻧَﺬﻴِﻋُ َﻷ

(

ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

)

Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah bersabda,

Sesungguhnya Allah berfirman, “Barang siapa yang memusuhi para wali-Ku maka Aku menyatakan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai dari pada apa yang telah Aku wajibkan.

Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekati Aku dengan ibadah sunah hingga Aku mencintainya, maka ketika Aku mencintainya,

Aku menjadi pendengarannya yang ia

gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Seandainya ia meminta kepada-Ku niscaya akan Ku-beri dan seandainya ia memohon perlindungan-Ku pasti Aku akan melindunginya." (H.R Bukhari)

menyampaikan

39

ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ٍﺱﺎﱠﺒَﻋ ِﻦْﺑﺍ ِﻦَﻋ

ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲ َﻝْﻮُﺳَﺭ ﱠﻥَﺃ

:

ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ

َﻝﺎَﻗ

َ ﱠﷲ ﱠﻥِﺇ

:

,

َﺄَﻄَﺨْﻟﺍ

:

ﻲِﺘﱠﻣُﺃ ْﻦَﻋ ْﻲِﻟَﺯَﻭﺎَﺠَﺗ

ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺍﻮُﻫِﺮْﻜُﺘْﺳﺍ ﺎَﻣَﻭ

,

َﻥﺎَﻴْﺴﱢﻨﻟﺍَﻭ

ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﺭﻭ ﻦﺴﺣ ﺚﻳﺪﺣ

)

Ibnu Abbas ra. berkata bahwa Rasululloh saw.

bersabda, " Sesungguhnya

Allah swt. Mengampuni beberapa kesalahan umatku yang disebabkan keliru, lupa, dan karena dipaksa." (Hadits hasan ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi, dan lain-lain)


(5)

(

ﺎﻤﻫﺮﻴﻏﻭ ﻲﻘﻬﻴﺒﻟﺍ ﻭ

40

ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑﺍ ِﻦَﻋ

ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِ ﱠﷲ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﺬَﺧَﺃ

:

َﻝﺎَﻗ

ﱠﻲَﺒِﻜْﻨَﻤِﺑ َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ

َﻝﺎَﻘَﻓ

ْﻦُﻛ

:

ْﻭَﺃ

,

ٌﺐﻳِﺮَﻏ َﻚﱠﻧَﺄَﻛ ﺎَﻴْﻧﱡﺪﻟﺍ ﻲِﻓ

َﺮَﻤُﻋ ُﻦْﺑﺍ َﻥﺎَﻛَﻭ ٍﻞﻴِﺒَﺳ ُﺮِﺑﺎَﻏ

ﺍَﺫِﺇ

:

ُﻝﻮُﻘَﻳ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ

,

َﺡﺎَﺒﱠﺼﻟﺍ ِﺮِﻈَﺘْﻨَﺗ َﻼَﻓ َﺖْﻴَﺴْﻣَﺃ

ِﺮِﻈَﺘْﻨَﺗ َﻼَﻓ َﺖْﺤَﺒْﺻَﺃ ﺍَﺫِﺇَﻭ

َﻚِﺘﱠﺤِﺻ ْﻦِﻣ ْﺬُﺧَﻭ

,

َءﺎَﺴَﻤْﻟﺍ

َﻚِﺗْﻮَﻤِﻟ َﻚِﺗﺎَﻴَﺣ ْﻦِﻣَﻭ

,

َﻚِﺿَﺮَﻤِﻟ

(

ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

)

Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. memegang pundakku lalu bersabda, “ Jadilah engkau di dunia laksana orang asing atau orang yang menyeberangi jalan. Ibnu Umar ra. berkata, ‘Bila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu datangnya pagi; dan bila engkau di pagi hari, maka jangan menunggu datangnya sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakit, dan waktu hidupmu sebelum matimu”. (H.R Bukhari)

Menganjurkan

41

ِﻦْﺑ ِﷲِﺪْﺒَﻋ ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ ْﻲِﺑَﺃ ِﻦَﻋ

ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ِﺹﺎَﻌﻟﺍ ِﻦْﺑ ﻭِﺮْﻤَﻋ

:

َﻝﺎَﻗ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ

ﻝﺎﻗ

ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ

:

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ

ُﻦِﻣْﺆُﻳَﻻ

ُﺖْﺌِﺟﺎَﻤِﻟ ﺎًﻌِﺒَﺗ َﻥْﻮُﻜَﻳ ﻰَﺘَﺣ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ

ﻰﻓ ﻩﺎﻨﻳﻭﺭ

,

ﺢﻴﺤﺻ ﺚﻳﺪﺣ

)

ِﻪِﺑ

(

ﺢﻴﺤﺻ ﺩﺎﻨﺳﺈﺑ ﺔﺠﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ

Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Ash ra. berkata, Rasulullah saw.

bersabda, “Tidak sempurna

iman seseorang dari kalian sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti apa yang telah aku bawah.” (Hadits hasan yang diriwayatkan di dalam kitab Hujjah yang disusun oleh Abu Alfath Nashr Ibnu Ibrahim Al-Maqdisy dengan sanad shahih)

Mengadili

42

:

َﻝﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ٍﺲَﻧَﺃ ﻦَﻋ

ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲ َﻝْﻮُﺳَﺭ ُﺖْﻌِﻤَﺳ

َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ

ُﻝْﻮُﻘَﻳ

:

ُﷲ َﻝﺎَﻗ

:

ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ

ﺎَﻣ َﻚﱠﻧِﺇ

,

َﻡَﺩﺁ َﻦْﺑﺍ ﺎَﻳ

َﻚَﻟ ُﺕْﺮَﻔَﻏ ﻲِﻨَﺗْﻮَﺟَﺭَﻭ ﻲِﻨَﺗْﻮَﻋَﺩ

Anas ra. berkata, Saya mendengar Rasulullah saw.

bersabda, Allah swt.,

berfirman, “Wahai anak Adam selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni segala dosamu yang telah lalu dan Aku tidak pedulikan lagi.


(6)

ﺎَﻳ

.

ﻲِﻟﺎَﺑُﺃ َﻻَﻭ َﻚﻴِﻓ َﻥﺎَﻛ ﺎَﻣ ﻰَﻠَﻋ

َﻥﺎَﻨَﻋ َﻚُﺑﻮُﻧُﺫ ْﺖَﻐَﻠَﺑ ْﻮَﻟ

,

َﻡَﺩﺁ َﻦْﺑﺍ

ُﺕْﺮَﻔَﻏ ﻲِﻨَﺗْﺮَﻔْﻐَﺘْﺳﺍ ﱠﻢُﺛ

,

ِءﺎَﻤﱠﺴﻟﺍ

ﻲِﻨَﺘْﻴَﺗَﺃ ْﻮَﻟ َﻚﱠﻧِﺇ

,

َﻡَﺩﺁ َﻦْﺑﺍ ﺎَﻳ

.

َﻚَﻟ

ﱠﻢُﺛ ﺎَﻳﺎَﻄَﺧ ِﺽْﺭَ ْﻷﺍ ِﺏﺍَﺮُﻘِﺑ

,

ﺎًﺌْﻴَﺷ ﻲِﺑ ُﻙِﺮْﺸُﺗ َﻻ ﻲِﻨَﺘﻴِﻘَﻟ

ﻩﺍﻭﺭ

)

ًﺓَﺮِﻔْﻐَﻣ ﺎَﻬِﺑﺍَﺮُﻘِﺑ َﻚُﺘْﻴَﺗَ َﻷ

ﻦﺴﺣ ﺚﻳﺪﺣ ﻝﺎﻗﻭ ﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍ

(

ﺢﻴﺤﺻ

Wahai anak Adam jikalau dosamu membumbung setinggi langit lalu engkau minta ampunan-Ku, pasti engkau-Ku ampuni. Wahai anak Adam andai engkau datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku sedikit pun, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (H.R Tirmidzi dan ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih)