Landasan Teori Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

11

2.2 Landasan Teori

Dalam melakukan penelitian harus memiliki teori yang digunakan sebagai alat dalam menyelesaikan suatu penelitian. Teori akan menentukan hasil dari suatu penelitian dan memudahkan dalam menyelesaikannya sehingga hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan. “Begitupun kegiatan penterjemahan, tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan dengan teori. Teori merupakan satu pijakan atau landasan dalam penterjemahan yang berperan sangat penting dalam penterjemahan. Penterjemahan yang tidak berdasarkan landasan teori penterjemahan yang tidak sesuai maka akan menghasilkan satu hasil terjemahan yang gagal atau tidak sesuai dengan sasaran Husnan, 2008: 9”. Pada umumnya, terjemahan terbagi atas dua bagian besar: terjemahan harfiah literal translation dan terjemahan bebas non-literal translation. Nida dan Taber 1969, membagi terjemahan ke dalam terjemahan yang harfiah dan yang dinamis. Terjemahan yang dinamis dapat disepadankan dengan terjemahan yang berdasarkan makna pada Larson. Seterusnya Larson 1984 membagi terjemahan menjadi terjemahan berdasarkan makna meaning-based traslation dan terjemahan berdasarkan bentuk form-based translation. Terjemahan harfiah adalah terjemahan berdasarkan atau mengutamakan bentuk menurut Larson dan terjemahan bebas dapat disepadankan dengan terjemahan berdasarkan makna atau yang mementingkan makna Maurits, 2002: 39. “Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of Translation, memberikan defenisi penerjemahan sebagai berikut: “Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first int terms of meaning and secondly in terms of style. Universitas Sumatera Utara 12 Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya Widiyamartaya, 1989: 11”. Menurut Nida dan Taber 1969: 210, jika kita menerjemah itu bisa terdiri dari kata, rangkaian kata frasa, kalimat, alinea, tulisan yang terdiri dari beberapa alinea, atau tulisan yang lebih panjang lagi. Baik kata, frasa, kalimat, alinea atau tulisan atau teks yang lebih panjang disebut bentuk form atau surface structure Maurits, 2000: 1. Seperti yang telah diketahui, penerjemahan dapat dilakukan perkata, perklausa, perkalimat, perparagraf, peralinea, atau bahkan menerjemahkan buku. Hal itu dilakuakan sesuai dengan objek yang ingin diteliti, misalnya mencari terjemahan ﻝﺎﻗ qāla, penerjemahan yang dilakukan pada kata, yang terdapat pada hadits Arba’in sebagaimana yang akan dibahas dalam tulisan ini. Teori penerjemahan yang dikemukakan oleh Nida, a. Penerjemahan harus menyesuaikan budaya teks sumber dengan budaya bahasa sasaran. Terjemahan yang berupa dinamik ialah terjemahan yang memberikan penyesuaian antara bahasa, kebudayaan, konteks isi kandungan teks asli dengan teks bahasa sasaran. b. Terjemahan perlu memperhatikan dua jenis kepadanan kata, iaitu: kepadan formal dan kepadanan dinamik Husnan, 2008: 10 Teori Nida juga dianggap mampu menangani masalah terjemahan yang berkenaan dengan terjemahan formal dan dinamik Husnan, 2008: 10-11. Larson 1984 memberikan defenisi penerjemahan sebagai pemindahan makna. Ia memberi satu panduan penerjemahan; iaitu, satu usaha untuk mememindahkan makna Universitas Sumatera Utara 13 atau maksud daripada bahasa sumber ke dalam bahasa target. Ini maksudnya bentuk bahasanya saja yang boleh berubah akan tetapi maksud yang terkandung dalam teks asal harus tetap dipelihara setelah dipindahkan ke dalam bahasa sasaran Husnan, 2008: 3. “Penerjemahan merupakan pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis. Maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, dll., baik lisan maupun tulisan. Bentuk itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam bentuk ujaran Larson, 1989: 3”. Palmer 1989 yang disebutkan dalam Husnan 2008: 11 kerangka teori Firth dan Malinowski tentang konteks dan keperihalan keadaan yang berikut akan digunakan, yaitu keperihalan keadaan melibatkan yang berikut dalam. a Ciri-ciri relevan mengenai peserta; orang, kepribadiannya. i. Gerak ujaran si peserta ii. Gerak ujaran bukan si peserta b Objek-objek yang relevan c Kesan gerak ujaran tesebut Menurut Firth dan Malinowski untuk menginterprestasikan sesuatu maksud atau mesej, konteks dan keperihalan keadaan budaya dan aspek praktikal kehidupan seharian perlu dilihat dan diperhatikan. Dengan demikian makna sesuatu makna kata suatu ucapan sangat erat kaitannya dengan suatu masalah yang dimaksudkan melalui ucapan tersebut. Dalam hal ini penerjemah, mestinya menimbangkan kesan perkataan terhadap kesemua ayat dan seluruh teks untuk memastikan penyelewengan makna tidak terjadi. Teori ini akan melihat dan memperhatikan dengan seksama tentang pengaruh makna Universitas Sumatera Utara 14 konteks dan keperihalan keadaan atau makna konteks terhadap hasil terjemahan yang dihasilkan Husnan, 2008: 11. “Peran konteks dalam pemaknaan bahasa yang menimbulkan dua kelompok semantik merupakan konsekuensi dari kajian makna bahasa, sebagaimana disitir oleh Firth dan Malinowski, sulit dipisahkan dari konteks penggunaan bahasa. Mereka, antara lain beranggapan bahwa bahasa merupakan wujud dari tindakan penggunaan bahasa yang bergantung pada situasi penggunaan bahasa Muchtar, 2014: 51”. Makna suatu kata selalu dipengaruhi oleh situasi atau konteks yang melingkupinya karena pada dasarnya suatu kata tidak pernah berdiri sendiri, tetapi akan terikat dengan kata-kata lain dalam sebuah kontruksi frase atau klausa. Hal itu mengakibatkan makna leksikal suatu kata sering berbeda dengan makna kontekstualnya. Menurut Soemarsono 1999: 5, setiap kata dari suatu bahasa mempunyai makna sebanyak situasi atau konteks tempat kata itu digunakan bersama-sama kata lain dalam kalimat. Konteks menurut Zuhridin 1982: 32 adalah hubungan amanat unsur-unsur gramatikal ataupun dengan unsur-unsur situasi yang relevan Mochtar, 2014: 49. Berikut contoh yang semisal dengan peryataan di atas, dalam hal ini untuk menentukan makna kata ﻝﺎﻗ qāla pada suatu hadits. Satu hadits dari hadits Arba’in, yakni hadits ke-16: , ﻲِﻨِﺻْﻭَﺃ : َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰَﻠَﺻ ﱢﻲِﺒﱠﻨﻠِﻟ َﻝﺎَﻗ ًﻼُﺟَﺭ ﱠﻥَﺃ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ْﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ َﻝﺎَﻗ ْﺐَﻀْﻐَﺗ َﻻ : , ﺍًﺭﺍَﺮِﻣ َﺩﱠﺩَﺮَﻓ َﻝﺎَﻗ ْﺐَﻀْﻐَﺗ َﻻ : ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ ’an abī hurairata raḍiya Allahu ‘anhu anna rajulan qāla linnabiyyi ṣallā Allhu ‘alaihi wa sallama: au ṣinī, qāla: lā tagḍab faraddada mirāran, qāla: lā tagḍab rawāhu al- bukhārī. Abu Hurairah ra. menerangkan bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi saw., “Berilah aku nasehat.” Beliau menjawab, “Jangan marah.” Maka diulanginya beberapa kali, kemudian Nabi bersabda, “Jangan marah” H.R Bukhari. Universitas Sumatera Utara 15 Makna kata ﻝﺎﻗ qāla 1 pada hadits di atas diterjemahkan dengan menjawab, semestinya diterjemahkan dengan menanggapai. Hal itu dikarenakan situasi atau konteks menjelaskan bahwa Rasul menasehati seseorang agar jangan marah. Ada seorang lelaki meminta nasehat kepada beliau, maka beliaupun menanggapi. Kemudian makna kata ﻝﺎﻗ qāla 2 yang diterjemahkan bersabda, semestinya diterjemahkan dengan memperjelas. Hal itu dikarena Rasul mengulang kata “Jangan marah” beberapa kali yang maksudnya untuk memperjelas nasehatnya. Jadi, makna kata ﻝﺎﻗ qāla pada hadits di atas memiliki dua makna yaitu: menanggapi dan memperjelas. Makna itu hadir karena pengaruh situasi atau konteks yang melingkupi hadits tersebut dan terikat dengan kata-kata lain frase atau klausa dalam hadits. Az-Zarqani dalam Syihabuddin 2002: 6-7 mengemukakan bahwa secara etimologis istilah terjemah memiliki empat makna: a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu. Makna ini terdapat dalam puisi berikut, ﻥﺎﻤﺟﺮﺗ ﻲﻟﺇ ﻲﻌﻤﺳ ﺖﺟﻮﺣﺃ ﺪﻗ -ﺎﻬﺘﻐﻠﺑ ﻭ -ﻦﻴﻧﺎﻤﺜﻟﺍ ﻥﺇ inna al- śamānīn- wa balagatuhā- qad aḥūjat sam’iy ilā tarjamāni. Usia 80, dan aku telah mempercayainya, Pendengaranku memerlukan penerjemah. b. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama, misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. c. Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. Dengan demikian, penerjemah disebut pula sebagai penjelas atau penafsir tuturan. Universitas Sumatera Utara 16 d. Memindahkan satu tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain seperti mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Adapun secara terminologis, menerjemah didefenisikan seperti berikut: ﻩﺪﺻﺎﻘﻣ ﻭ ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﻊﻴﻤﺠﺑ ءﺎﻓﻮﻟﺍ ﻊﻣ ﻯﺮﺧﺃ ﺔﻐﻟ ﻦﻣ ﺮﺧﺁ ﻡﻼﻜﺑ ﺔﻐﻟ ﻲﻓ ﻡﻼﻛ ﻰﻨﻌﻣ ﻦﻋ ﺮﻴﺒﻌﺘﻟﺍ al- ta’bīru ‘an ma’nā kalāmun fī lugatin bikalāmin ākharin min lugatin ukhrā ma’a al- wafāi bijamī’i ma’anīhi wa maqāṣidihi. Menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu Syihabuddin, 2002: 7. Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan maka teori yang sesuai digunakan adalah teori konteks dan keperihalan kedaan yang dicetuskan oleh Firth dan Malinowski. Teori tersebut dianggap lebih pantas dan sesuai dengan penelitian ini karena dalam menerjemahkan selain dilihat dari konteksnya mengkondisikan teks perlu juga diperhatikan keadaan yakni dengan menghubungkan teks terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, peneliti memilih teori Firth dan Malinowski dari teori-teori yang ada. Berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan, peneliti akan melakukan proses penerjemahan dalam menentukan terjemahan kata ﻝﺎﻗ qāla yang sesuai selain dari pada bersabda pada hadits Arba’in An-Nawawi, sebagaimana pada contoh hadits di bawah ini. : ْﺖَﻟَﺎﻗ ﺎﻬْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺔَﺸِﺋﺎﻋ ِﷲ ِﺪْﺒَﻋ ﱢﻡُﺃ َﻦْﻴِﻨِﻣﺆُﻤﻟﺍ ﱢﻡُﺃ ْﻦَﻋ َﻝﺎﻗ ﺎَﻣ ﺍَﺬَﻫﺎَﻧِﺮْﻣَﺃ ْﻲِﻓ َﺙَﺪْﺣَﺃ ْﻦَﻣ : ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ . ﱞﺩَﺭ َﻮُﻬَﻓ ﺎَﻧُﺮْﻣَﺃ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺲْﻴَﻟ ًﻼَﻤَﻋ َﻞِﻤَﻋ ْﻦَﻣ : ٍﻢِﻠْﺴُﻤِﻟ ٍﺔَﻳﺍَﻭِﺭ ْﻲِﻓ ﻭ ﻢﻠﺴﻣ ﻭ ﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ . ﱞﺩَﺭ َﻮُﻬَﻓ ُﻪْﻨَﻣ َﺲْﻴَﻟ ’an ummi al- mu`minīna ummi ‘abdi allāhi ‘ā`isyata raḍiya allāhu ‘anhā qālat: qāla rasūlu allāhi: man aḥdaś fī amrinā haẓā mā laysa minhu fahuwa raddun. Wa fī riwāyatin limuslimin: man ‘amila ‘amalan laysa ‘alayhi amrunā fahuwa raddun. Ummul mukminin, Ummu Abdillah, ‘Aisyah ra. Berkata, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang membuat-buat hal baru dalam urusan ibadah yang tidak ada dasar Universitas Sumatera Utara 17 hukumnya maka ia tertolak.” H.R. Bukhari dan Muslim. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, “Barang siapa melakukan amalan, yang tidak didasari perintah kami, maka ia tertolak.” Hadits di atas adalah hadits ke-5 dari hadits Arba’in. Hadits tersebut mengandung kabar duka, dapat dilihat dari konteksnya, yaitu Rasulullah menyampaikan kabar kepada umatnya tentang menolak kemungkaran dan bid’ah, siapapun yang melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh Islam maka amalan tersebut tidak diterima. Berdasarkan isi konteks hadits, kata ﻝﺎﻗ qāla dapat diterjemahkan menegaskan , yakni Rasulullah menegaskan kepada umatnya untuk tidak melakukan amalan yang tidak diperintahkan karena jika dilakukan maka amalan tersebut tidak diterima. Jadi, terjemahan bersabda dari ﻝﺎﻗ qāla dapat juga diterjemahkan dengan menegaskan . Contoh berikutnya adalah hadits ke-17 dari hadits Arba’in di bawah ini. ِﷲ ِﻝْﻮُﺳَﺭ ْﻦَﻋ , ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ٍﺱْﻭَﺃ ِﻦْﺑِﺩﺍﱠﺪَﺷ ﻰَﻠْﻌَﻳ ْﻲِﺑﺃ ْﻦَﻋ َﻝﺎَﻗ , ٍﺊْﻴَﺷ ﱢﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ َﻥﺎَﺴْﺣِﻹﺍ َﺐَﺘَﻛ َﷲ ﱠﻥِﺇ : ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ ُﻪَﺘَﺤْﻴِﺑَﺫ ْﺡِﺮُﻴْﻟَﻭ ُﻪَﺗَﺮْﻔَﺷ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ ﱠﺪِﺤُﻴْﻟَﻭ َﺔَﺤْﺑِﺬﻟﺍ ﺍْﻮُﻨِﺴْﺣَﺄَﻓ ْﻢُﺘْﺤَﺑَﺫ ﺍَﺫِﺇَﻭ , َﺔَﻠْﺘِﻘﻟﺍ ﺍْﻮُﻨِﺴْﺣَﺄَﻓ ْﻢُﺘْﻠَﺘَﻗ ﺍَﺫِﺈَﻓ ’an abiy ya’lā syaddādibni awsin raḍiya allāhu ‘anhu, ‘an rasūli allāhi qāla: inna allāha kataba al-iḥsāna ‘alā kulli syay`in, fa`iżā qataltum fa`aḥsinū al- qitlata, wa iżā żabaḥtum fa`aḥsinū al-żibḥata wa liyuḥidda aḥadukum syafratahu wa ilyuriḥ żabīḥatahu. Abu Ya’la Syaddad bin Aus menerangkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan ihsan atas segala sesuatu. Maka apabila kalian membunuh di dalam peperangan, lakukanlah dengan baik; jika kalian menyembeli, maka lakukanlah dengan baik. Hendaklah setiap kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya.” H.R. Muslim Pada hadits ke-17 di atas menunjukkan bahwa Rasulullah memberi kabar gembira pada umatnya. Hadits tersebut menjelaskan bahwa kita diperintahkan untuk berlaku ihsan baik dalam segala hal. Isi konteks hadits menerangkan bahwa Rasulullah memberi suatu perintah agar umatnya untuk berlaku baik dalam segala hal, Universitas Sumatera Utara 18 bahkan saat menyembelih hewan, beliau memerintah untuk mengasah pisau ketika hendak menyembelih hewan agar hewan yang disembelih tidak merasakan sakit. Kata ﻝﺎﻗ qāla di sana diterjemahkan dengan bersabda, jika kita lihat konteks hadits kata ﻝﺎﻗ qāla yang diterjemahkan bersabda dapat juga dipadankan dengan memerintah, yakni; Rasulullah memerintah umatnya untuk berlaku baik dalam segala hal karena Allah telah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu. Hadits ke-5 dan ke-17 pada hadits Arba’in yang dijelaskan di atas