Pengaruh Asset Turn Over terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH ASSET TURN OVER TERHADAP
RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH:
NAMA :
HESTY
ZEBRIYANI
NIM
:
050503087
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
MEDAN 2009
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Pengaruh Asset Turn Over terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 15 September 2009
Yang membuat pernyataan
Nama: Hesty Zebriyani
(3)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran aktiva (asset turn over) terhadap rentabilitas pada perusahaan barang konsumsi yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004-2007. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah asset turn over sebagai variabel independen dan return on asset (ROA) sebagai variabel dependen.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada 33 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dari 35 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan 33 perusahaan yang diterbitkan di BEI.
Penelitian menganalisis hubungan antara asset turn over dengan return on asset (ROA). Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan asset turn over mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
(4)
ABSTRACT
The objective of this research is to know the influence asset turn over to the rentability of the consumer goods companies that listed in BEI since 2004 up to 2007. Variable that used in this research are asset turn over as independent variable and return on asset as dependent variable.
This research is in consumer goods company that listed in BEI. This research is done on 33 companies that proper over the criterias of sampling taking from 35 consumer goods company that listed in BEI. The data of this research is secunder data like financial statement from the 33rd consumer goods company listed in BEI.
This research has analized the influence asset turn over to return on asset (ROA). The research used the linear regression with assumption test first.
The result of this research shows that asset turn over positively and significant influence to return on asset (ROA) of the consumer goods companies listed in BEI.
(5)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT...v
DAFTAR ISI ... ...vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Batasan Penelitian ... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6
1. Asset ... 6
a. Pengertian Asset ... 6
b. Klasifikasi Asset ... 6
c. Asset Turn Over ... 11
(6)
a. Pengertian Rentabilitas... 11
b. Jenis-jenis Rentabilitas ... 1
2 c. Rasio Keuangan ... 13
d. Jenis-jenis Rasio Rentabilitas ... 14
3. Hubungan Asset Turn Over terhadap Rentabilitas ... 18
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
C. Jenis Data dan Sumber Data ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26
F. Definisi Operasional ... 27
G. Metode Analisis Data ... 28
H. Jadwal Penelitian ... 32
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 33
B. Statistik Deskriptif ... 40
C. Pengujian Asumsi Klasik ... 42
(7)
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57
B. Keterbatasan Penelitian ... 57
C. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 21
Gambar 4.1 Grafik Histogram 1 (sebelum data ditransformasi) ... 44
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot 1(sebelum data ditransformasi) ... 45
Gambar 4.3 Grafik Histogram 2 (setelah data ditransformasi) ... 47
Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot 2 (setelah data ditransformasi) ... 48
(9)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu...19
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria...24
Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson...30
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian...32
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi...34
Tabel 4.2 Data Variabel Penelitian Tahun 2004...35
Tabel 4.3 Data Variabel Penelitian Tahun 2005...36
Tabel 4.4 Data Variabel Penelitian Tahun 2006...38
Tabel 4.5 Data Variabel Penelitian Tahun 2007 ...39
Tabel 4.6 Descriptive Statistics...41
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test...43
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test...46
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi...50
Tabel 4.10 Analisis Hasil Regresi...52
Tabel 4.11 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi...54
Tabel 4.12 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi ... 54
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 1 Populasi, Kriteria Perusahaan dan Sampel Lampiran 2 Data Penelitian
Lampiran 3 Statistik Deskriptif Lampiran 4 Uji Normalitas Lampiran 5 Uji Heterokedastisitas Lampiran 6 Uji Autokorelasi Lampiran 7 Regression Lampiran 8 Hasil Regresi
(11)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran aktiva (asset turn over) terhadap rentabilitas pada perusahaan barang konsumsi yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004-2007. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah asset turn over sebagai variabel independen dan return on asset (ROA) sebagai variabel dependen.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada 33 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dari 35 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan 33 perusahaan yang diterbitkan di BEI.
Penelitian menganalisis hubungan antara asset turn over dengan return on asset (ROA). Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan asset turn over mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
(12)
ABSTRACT
The objective of this research is to know the influence asset turn over to the rentability of the consumer goods companies that listed in BEI since 2004 up to 2007. Variable that used in this research are asset turn over as independent variable and return on asset as dependent variable.
This research is in consumer goods company that listed in BEI. This research is done on 33 companies that proper over the criterias of sampling taking from 35 consumer goods company that listed in BEI. The data of this research is secunder data like financial statement from the 33rd consumer goods company listed in BEI.
This research has analized the influence asset turn over to return on asset (ROA). The research used the linear regression with assumption test first.
The result of this research shows that asset turn over positively and significant influence to return on asset (ROA) of the consumer goods companies listed in BEI.
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, dunia ekonomi dan bisnis mengalami proses globalisasi yang berlangsung dengan sangat cepat dan meluas. Proses globalisasi ini dan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan maju secara otomatis akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan. Kondisi ini akan mengakibatkan timbulnya persaingan yang sangat ketat antar perusahaan yang ada. Di samping itu, kondisi ekonomi global yang berubah semakin buruk saat ini membuat perusahaan mau tidak mau harus memikirkan strategi yang benar-benar tepat dan efektif dalam mencapai tujuannya.
Timbulnya persaingan ketat tersebut ditambah lagi dengan pengaruh atau dampak krisis ekonomi global akan menimbulkan suatu tantangan yang pasti sangat berat yang harus dihadapi oleh perusahaan. Dengan kondisi seperti ini, perusahaan diharapkan tidak hanya bertahan dalam bidang usahanya masing-masing, akan tetapi juga dapat memperoleh laba yang semaksimal mungkin. Karena pada dasarnya tujuan pendirian perusahaan yang utama adalah memperoleh laba semaksimal mungkin. Dengan tercapainya tujuan mencapai laba maksimum tersebut maka tujuan perusahaan yang lain juga dapat tercapai yaitu kelangsungan hidup perusahaan, pertumbuhan (growth), dan ekspansi usaha.
(14)
Laba yang diperoleh perusahaab adalah berasal dari kegiatan operasional/produksi yang dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar. Kegiatan operasional tersebut menghasilkan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh pelanggan dan konsumen. Tentu saja, perusahaan akan memperoleh hasil dari setiap penjualan barang atau jasa kepada pelanggan dan konsumen. Penghasilan yang diperoleh tersebut tidak selalu sama setiap waktu atau setiap tahun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti misalnya perubahan selera konsumen, kondisi ekonomi dan keuangan, adanya barang substitusi, dan lain-lain.
Oleh karena itu, kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sangat diperlukan bagi berbagai pihak sebagai informasi penting dalam mengambil keputusan. Kemampuan menghasilkan laba tersebut dapat diukur dengan berbagai alat ukur yang telah tersedia seperti yang terdapat dalam rasio profitabilitas/rentabilitas. Rasio profitabilitas/rentabilitas ini terdiri dari banyak rasio tergantung dari apakah profitabilitas/rentabilitas tersebut dihubungkan dengan total aktiva, modal sendiri, ataupun nilai penjualan yang dicapai. Rasio-rasio inilah yang dipergunakan berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menggunakan ROA (Return on Asset) yaitu rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan aktiva perusahaan yang dimiliki.
(15)
ROA merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan. Rasio ini dapat memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Sebagai bagian/komponen penting dalam menghitung ROA, aktiva yang dimiliki perusahaan haruslah digunakan dengan efisien dan efektif. Untuk mengetahui seberapa efektif dan efisienkah aktiva tersebut digunakan, perusahaan dapat menghitungnya dengan menggunakan rasio perputaran aktiva (asset turn over) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan apakah asset yang ada dalam perusahaan tersebut dapat digunakan secara maksimal dalam menghasilkan penjualan.
Efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva ini berhubungan dengan kemampuan menghasilkan laba. Karena jika semakin efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan maka laba yang diperoleh pun akan semakin maksimal.
Penelitian ini dilakukan pada subbidang industri barang konsumsi agar lebih spesifik dari industri manufaktur secara keseluruhan. Perkembangan industri barang konsumsi juga berkembang pesat saat ini. Peneliti akan menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Asset Turn Over terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
(16)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah, yaitu “Apakah ada pengaruh Asset Turn Over terhadap Rentabilitas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
C. Batasan Penelitian
Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka penulis membuat batasan penelitian sebagai berikut:
1. Objek penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dan melaporkan laporan keuangannya selama periode tersebut.
2. Periode penelitian adalah tahun 2004-2007. 3. Return on Asset yang berfokus pada aktiva.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Asset Turn Over terhadap Rentabilitas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
(17)
a. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh Asset Turn Over terhadap Rentabilitas.
b. Bagi perusahaan, sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak berkepentingan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan Asset Turn Over.
c. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh Asset Turn Over terhadap Rentabilitas.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Asset
a. Pengertian Asset
Asset merupakan bentuk penanaman modal perusahaan. Bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau atas kekayaan atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan dengan jelas, diukur dalam satuan mata uang, dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang kas.
Menurut Dyckman et al (1999:174), “Aktiva adalah manfaat ekonomi yang dapat terealisasi di masa depan yang diperoleh atau diakuisisi oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.” Sedangkan menurut Warren et al (2005:63), “Aktiva (asset) adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis.
b. Klasifikasi Asset
Aktiva diklasifikasikan berdasarkan urutan likuiditas (konvertibilitas menjadi kas). Pos-pos yang dapat dengan mudah
(19)
dikonversi menjadi kas tanpa batasan diletakkan pada baris paling atas. Aktiva dengan tingkat likuiditas rendah (kecil kemumgkinan dapat dikonversi menjadi kas) diletakkan pada baris paling bawah.
Menurut Jumingan (2006:17) aktiva perlu dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
1) Aktiva Lancar
2) Investasi Jangka Panjang 3) Aktiva Tetap
4) Aktiva Tidak Berwujud
5) Beban Biaya yang Ditangguhkan 6) Aktiva Tidak Lancar Lainnya
Berikut ini adalah penjelasan dari klasifikasi asset yang telah dipaparkan sebelumnya:
1) Aktiva Lancar (Current Asset)
Menurut Dyckman et al (1999:177), “Aktiva lancar mencakup kas dan aktiva lainnya yang diperkirakan dapat direalisasi menjadi kas atau dijual atau digunakan selama satu siklus operasi normal perusahaan atau dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca (salah satu yang lebih lama).” Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas (cash), investasi jangka pendek (temporary investment), wesel tagih (notes receivable), penghasilan yang masih akan diterima (accruals receivable), persediaan barang (inventory), dan biaya yang dibayar dimuka (prepaid expense).
(20)
2) Investasi Jangka Panjang (Long Term Investment)
Investasi jangka panjang dapat berupa saham dan obligasi dari dan pinjaman kepada perusahaan lain, harta kekayaan yang tidak digunakan dalam operasi rutin perusahaan misalnya gedung yang disewakan kepada pihak lain, mesin yang digunakan di waktu yang akan datang, dana yang diperuntukkan bagi tujuan khusus selain pembayaran utang jangka pendek, pinjaman kepada anak perusahaan atau perusahaan afiliasi.
3) Aktiva Tetap (Fixed Asset)
Menurut Jumingan (2006:19), “ Aktiva tetap (fixed asset) merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatif permanen, digunakan dalam operasi reguler, lebih dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali.”
Yang termasuk dalam kelompok aktiva tetap adalah tanah (land), bangunan atau gedung (building), mesin-mesin (machinery), perabot dan peralatan kantor (office furniture and fixtures), perabot dan peralatan toko (store furniture and fixtures), alat pengangkutan (delivery equipment), dan sumber-sumber alam (natural resources).
(21)
4) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset)
Djarwanto (2004:28) mengartikan aktiva tidak berwujud sebagai hak-hak yang dimiliki perusahaan. Hak ini diberikan kepada penemunya, penciptanya, atau penerimanya. Pemilikan hak ini dapat karena menemukan sendiri atau diperoleh dengan jalan membeli dari penemunya. Hak- hak ini dilindungi oleh undang-undang.
Yang termasuk dalam aktiva tidak beruwujud (intangible asset) adalah hak cipta (copyrights), hak sewa/kontrak (leaseholds), hak monopoli (franchises), hak paten, merek dagang (trademarks), biaya organisasi (organization costs) dan goodwill.
5) Biaya yang Ditangguhkan (Deffered Charges)
Biaya yang ditangguhkan umumnya muncul karena pembayaran di muka beban jangka panjang. Beban ini memiliki manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang dapat ditentukan dengan meyakinkan.
Biaya yang ditangguhkan (deffered charges) adalah pengeluaran-pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang, dimana pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsung untuk beberapa tahun atau periode (Jumingan, 2006:25). Yang termasuk dalam biaya
(22)
yang ditangguhkan adalah biaya penataan ulang mesin, biaya penerbitan obligasi, biaya pensiun dibayar dimuka, atau pembayaran di muka asuransi.
6) Aktiva Tidak Lancar Lainnya (Other Non-Current Asset) Aktiva tidak lancar lainnya (other non-current asset) adalah harta kekayaan perusahaan lain yang tidak termasuk pada kelompok-kelompok aktiva tersebut sebelumnya (Djarwanto, 2004:34). Perbedaan utama antara aktiva lancar atau jangka pendek dengan aktiva tidak lancar atau jangka panjang adalah:
a) Aktiva jangka panjang tidak habis digunakan dalam siklus operasi tunggal.
b) Manajemen bermaksud memiliki atau menggunakan aktiva jangka panjang melebihi periode satu tahun dari tanggal neraca atau satu siklus operasi normal (jika lebih panjang).
Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar lainnya adalah uang kas pada bank tertutup atau di negara asing, investasi lain-lain yang tidak termasuk dalam investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang.
(23)
c. AssetTurnOver
Rasio perputaran aktiva mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Menurut Abdullah (2005:56), “Rasio perputaran total aktiva dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan penjualan tertentu.” Menurut Harahap (2008:309), “Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan.”
Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Adapun rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
Aktiva
Total
Bersih
Penjualan
Over
Turn
Asset
2. Rentabilitas
a. Pengertian Rentabilitas
Pada umumnya rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal. Menurut Harahap (2008:34), “Rasio rentabilitas atau disebut profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
(24)
Rentabilitas dapat pula diartikan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Ada pula yang menyebutkan bahwa rentabilitas juga berkenaan dengan perbandingan laba dengan aktiva atau modal yang mengashilkan laba tersebut. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba disebut juga dengan operatingratio.
b. Jenis-jenis Rentabilitas
Kartadinata (1983:66) membagi rentabilitas ke dalam dua bagian yakni:
1) Rentabilitas Ekonomi
2) Rentabilitas Modal Sendiri atau ReturnonEquity
Rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional. Kalau perusahaan mempunyai aktiva non-operasional, aktiva ini perlu dikeluarkan dari perhitungan. Masalah yang timbul dalam perhitungan rentabilitas ekonomi adalah apakah kita menggunakan aktiva perusahaan pada awal tahun, akhir tahun,
(25)
atau rata-rata. Apabila dimungkinkan sebaiknya digunakan angka rata-rata.
Rentabilitas Modal Sendiri mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi pemilik modal sendiri. Karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak. Angka modal sendiri juga sebaiknya dipergunakan angka rata-rata.
c. Rasio Keuangan
Adapun rasio keuangan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
1. Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi. Yang termasuk rasio ini adalah rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), perputaran piutang (receivables turnover), perputaran persediaan (inventoryturnover).
2. Rasio profitabilitas atau rentabilitas, bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya marjin keuntungan (profit margin), marjin laba bruto (gross profit margin), perputaran aktiva (operating asset turnover), imbalan hasil dari investasi (return on investment), rentabilitas modal sendiri (return on equity), dan sebagainya.
(26)
3. Rasio pemilikan, berkaitan langsung atau tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Mambantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran. Misalnya earning per share, nilai buku per saham (book value per share), rasio dividen, dan sebagainya.
d. Jenis-jenis Rasio Rentabilitas 1) Profit Margin (Marjin Laba)
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan (Haarahap, 2008:304). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1999:75), “Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan operasional yang bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan.”
Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukuo tinggi. Adapun rumusnya adalah:
% 100 Penjualan
Bersih Pendapatan Laba
Marjin
2) Gross Profit Marjin (Marjin Laba Kotor)
Rasio ini dipergunakan untuk mengukur berapa besar laba kotor yang dihasilkan dengan total nilai penjualan bersih perusahaan (Abdullah, 2005:54). Semakin besar rasio ini
(27)
menunjukkan bahwa perusahaan mampu menekan Harga Pokok Penjualan pada persentase dibawah kenaikan penjualan. Adapun rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
%
100
Penjualan
Kotor
Laba
Margin
Profit
Gross
3) Operating Profit Margin (Marjin Laba OPerasi)
Abdullah (2005:55) menyatakan bahwa rasio ini sering disebut juga sebagai pure profit dalam arti bahwa profit yang dihasilkan benar-benar murni dari hasil operasi perusahaan sebelum diperhitungkan dengan kewajiban lainnya. Rasio ini mengukur kemampuan menghasilkan laba operasi dari sejumlah penjualan yang dicapai. Adapun rumus untuk menghitung rasio ini adalah:
%
100
Penjualan
Operasi
Laba
Margin
Profit
Operating
4) Asset Turn Over
Harahap (2008:305) menyatakan bahwa rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka hal
(28)
ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Adapun rumus untuk mengukur rasio ini adalah:
Aktiva
Total
Bersih
Penjualan
Over
Turn
Asset
5) Return on Investment
Abdullah (2005:57) menyatakan bahwa rasio ini sering juga disebut return on total asset dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. Adapun rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
%
100
Aktiva
Total
Pajak
Setelah
Bersih
Laba
ROI
6) Return on Equity
Return on Equity merupakan rasio pengukuran terhadap penghasilan yang dicapai bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang diinvestasikan pada perusahaan (Abdullah, 2005:60). Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan yang berarti pula semakin baik kedudukannya dalam
(29)
perusahaan. Adapun rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
%
100
Sendiri
Modal
Bersih
Laba
ROE
7) Return on Total Asset
Harahap (2008:305) menyatakan bahwa rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Brigham dan Houston (2001:90) menyatakan bahwa rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas modal aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak.
%
100
Aktiva
Total
Bersih
Laba
ROA
8) Basic Earning Power
Menurut Harahap (2008:305), “Rasio ini mrnunjukksn kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.” Semakin besar rasio ini semakin baik. Adapun rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
Aktiva
Total
Pajak
dan
Bunga
sebelum
Laba
Power
Earning
Basic
(30)
9) Earning Per Share
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi dengan bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva (Harahap, 2008:305). Semakin besar rasio ini semakin baik.
Pada umumnya, para pemegang saham atau calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan Earning Per Share. Guna menghitung EPS perlu dihitung berapa besar laba bersih untuk pemegang saham biasa. Untuk itu laba bersih sesudah pajak harus dikurangi dengan dividen preferem stock. Adapun rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
Saham
Jumlah
an
Bersangkut
Saham
Bagian
Laba
EPS
3. Hubungan Asset Turn Over terhadap Rentabilitas
Asset turn over menggambarkan rasio perputaran total aktiva dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan penjualan tertentu. Asset harus dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin dalam menghasilkan laba. Perputaran aktiva (asset turn over) yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik. Jadi jika semakin efektif
(31)
aktiva digunakan maka penjualan yang ada juga semakin meningkat.
Secara otomatis jika penjualan meningkat maka laba yang diperoleh pun semakin meningkat. Dengan demikian jika kita menghitung ROA maka nilai ROA tersebut pun akan semakin meningkat karena penjualan yang dihasilkan semakin meningkat. ROA yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba. Rumus ROA adalah membagikan laba bersih dengan total aktiva. Dilihat dari perhitungan ROA yang melibatkan total aktiva, maka aktiva berpengaruh terhadap ROA.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2. 1
Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel
yang digunakan Hasil Penelitian Endry Leeguer (2008)
Pengaruh aktiva produktif terhadap tingkat rentabilitas pada bank-bank yang terdaftar di BEI
aktiva produktif (kredit, surat berharga, dan penempatan pada bank lain) dan rentabilitas
Secara simultan (bersama-sama) diketahui bahwa variabel kredit, surat-surat berharga, dan penempatan pada bank lain memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat rentabilitas pada bank-bank
(32)
Marselina Sinaga (2008)
Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan
Perputaran Aktiva Operasi terhadap Tingkat Rentabilitas pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Modal kerja, Perputaran Aktiva Operasi, dan Rentabilitas
Secara simultan (bersama-sama), modal kerja dan perputaran aktiva operasi
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Indri, Yuliafitri, Koesmawan, dan Amilin (2005) Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja Dan Operating Asset Turn Over
Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang
Tercatat Di BEJ
Efektivitas modal kerja,
operating asset turn over dan rentabilitas
Efektivitas modal kerja dan operating asset turn over
secara individu tidak berpengaruh terhadap rentabilitas perusahaan. Secara simultan, efektivitas
modal kerja dan operating asset turn over memiliki
pengaruh signifikan terhadap rentabilitas.
(33)
B. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
X Y
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Penulis, 2009
Keterangan:
Variabel X : Asset Turn Over Variabel Y : Rentabilitas
Asset turn over merupakan gambaran bagaimana semua/total aktiva (asset) yang ada dalam perusahaan dapat digunakan dapat secara efisien dan efektif dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran aktivanya maka penjualannya pun semakin tinggi sehingga laba yang dihasilkan pun akan semakin tinggi.
ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas/rentabilitas perusahaan. Artinya, ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal dilihat dari posisi aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aktiva yang ada dalam perusahaan haruslah dikelola dengan baik agar dapat semakin efektif dan efisien
(34)
dalam menghasilkan penjualan. Asset turn over yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik.
2. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis pada penelitian ini adalah: H1 : Ada pengaruh positif Asset Turn Over terhadap Rentabilitas.
(35)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan desain kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. (Umar, 2003:30).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sularso (2003:67), “Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang ingin diteliti oleh peneliti.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2007 yaitu sebanyak 35 perusahaan.
Menurut Sularso (2003:67), “Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi.” Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling). Menurut Jogiyanto (2004:79), “Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.” Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
(36)
1. Perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
2. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI dan tidak sedang dalam proses delisting periode 2004-2007.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit selama periode 2004-2007.
4. Data perusahaan tersebut lengkap dengan variabel yang diteliti.
Berdasarkan teknik tersebut, maka perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 perusahaan.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria
No. Perusahaan Kriteria
1 2 3 4
1. PT Ades Watres Indonesia Tbk √ √ √ √
2 PT Aqua Golden Mississipi Tbk √ √ √ √
3 PT BAT Indonesia Tbk √ √ √ √
4 PT Bentoel Internasional Investama Tbk √ √ √ √
5 PT Britol-Myers Squibb Indonesia Tbk √ √ √ √
6 PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ √
7 PT Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ √
8 PT Davomas Abadi Tbk √ √ √ √
9 PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ √
10 PT Gudang Garam Tbk √ √ √ √
11 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk √ √ √ √
12 PT Indofarma (Persero) Tbk √ √ √ √
13 PT Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ √
14 PT Kalbe Farma Tbk √ √ √ √
15 PT Kedaung Indah Can Tbk √ √ √ √
(37)
17 PT Kimia Farma (Persero) Tbk √ √ √ √
18 PT Langgeng Makmur Industri Tbk √ √ √ √
19 PT Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √
20 PT Mayora Indah Tbk √ √ √ √
21 PT Merck Tbk √ √ √ √
22 PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ √
23 PT Mustika Ratu Tbk √ √ √ √
24 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ √
25 PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ √
26 PT Saralee Bodycare Indonesia Tbk √ √ x x
27 PT Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ √
28 PT Sekar Bumi Tbk √ √ x x
29 PT Sekar Laut Tbk √ √ √ √
30 PT Siantar Top Tbk √ √ √ √
31 PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √
32 PT Tempo Scan Tbk √ √ √ √
33 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ √
34 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk √ √ √ √
35 PT Unilever Indonesia Tbk √ √ √ √
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Umar (2003:60), “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu: 1. Informasi mengenai Asset Turn Over.
(38)
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data time series yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya mingguan, bulanan atau tahunan dan data cross-section yaitu sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja (Umar, 2003:61). Penelitian ini menggunakan data selama 4 tahun (series) yaitu tahun 2004-2007. Data yang digunakan oleh peneliti bersumber dari situs resmi BEI, yaitu www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:33), “ Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai.”
1. Variabel Independen (bebas)
Menurut Umar (2005:50), “Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain.” Variabel independen dalam penelitian ini adalah Asset Turn Over.
(39)
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003:50). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Rentabilitas.
F. Definisi Operasional 1. Asset Turn Over
Harahap (2008:305) menyatakan bahwa rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka hal ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Adapun rumus untuk mengukur rasio ini adalah:
Aktiva
Total
Bersih
Penjualan
Over
Turn
Asset
2. Return on Asset (ROA)
Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rumus perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
%
100
Aktiva
Total
Bersih
Laba
(40)
G. Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari empat buah uji yaitu uji normalitas, heterokedasitas, autokorelasi dan multikolinearitas. Akan tetapi, penulis hanya menggunakan tiga buah uji dikarenakan variabel penelitian yang hanya berjumlah dua yang terdiri dari satu buah variabel dependen dan satu buah variabel independen.
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:103), “Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.” Cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogrov-Smirnov terhadap model yang diuji. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka residual memiliki distribusi
(41)
normal dan apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka residual tidak memiliki distribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005:110) sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heterokedasitas
Menurut Ghozali (2005:111), “Uji heterokedasitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain.” Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedasitas.
Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heterokedasitas menurut Ghozali (2005:110), yaitu:
(1) Jika ada pola tertentu, sperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan tel terjadi heterokedasitas.
(2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas.
(42)
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005:95) uji autokorelasi menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat dalam tabel 3. 2:
Tabel 3.2
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada korelasi positif atau
negatif Tidak ditolak du<d<4-du
Sumber: Ghozali, 2005:96
2. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan antara dua variabel dengan membuat sebuah asumsi ke dalam suatu bentuk fungsi tertentu (fungsi linier). Dimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen secara individual,
(43)
sehingga dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau turunnya variabel dependen dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan variabel independen.
Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel dependen, yaitu return on asset (ROA) dan satu variabel independen, yaitu Asset Turn Over, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Persamaan umum regresi sederhana adalah sebagai berikut:
Y = a + bX Dimana:
Y = Return on Asset (ROA) X = Asset Turn Over
a = intercept/konstanta
b = angka arah (koefisien regresi)
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji signifikansi parsial (t-test). Uji ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap satu variabel dependen. Uji ini digunakan untuk menguji variabel independen, yaitu Asset Turn Over. Uji ini dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika thitung < α 0,05; maka H1 diterima Jika thitung > α 0,05; maka H1 ditolak
(44)
H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut: Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian
Mei 2009
Juni 2009
Juli 2009
Agst 2009
Sept 2009 Pengajuan Judul
Rencana Proposal Bimbingan Proposal
Seminar Proposal Pengumpulan Data
Pengolahan Data Penyampaian Hasil Penelitian
(45)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30 November 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2004-2007 perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel masih terdaftar di BEJ, tetapi karena data penelitian diambil pada tahun 2008, maka peneliti menggunakan nama BEI. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 33 perusahaan. Berikut tabel perusahaan berdasarkan tanggal listing perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
(46)
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi
No Emiten Perusahaan Tanggal Berdiri Tanggal Listing
1 ADES PT Ades Watres Indonesia, Tbk 6 Maret 1985 13 Juni 1994 2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi, Tbk 23 Februari 1973 1 Maret 1990
3 BATI PT BAT Indonesia, Tbk 23 September 1979 20 Desember 1979
4 RMBA
PT Bentoel Internasional Investama,
Tbk 19 Januari 1979 5 Maret 1990
5 SQBI
PT Britol-Myers Squibb Indonesia,
Tbk 8 Juli 1970 29 Maret 1983
6 CEKA PT Cahaya Kalbar, Tbk 3 Februari 1986 9 Juli 1996
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria, Tbk 5 Februari 1976 11 Nopember 1984
8 DAVO PT Davomas Abadi, Tbk 4 Maret 1968 22 Desember 1994
9 DLTA PT Delta Djakarta, Tbk 15 Juni 1970 30 Januari 1989
10 GGRM PT Gudang Garam, Tbk 30 Juni 1971 27 Agustus 1990
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 19 Oktober 1963 15 Agustus 1990 12 INAF PT Indofarma (Persero), Tbk 2 Januari 1996 17 April 2001 13 INDF PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994
14 KLBF PT Kalbe Farma, Tbk 10 September 1966 30 Juli 1991
15 KICI PT Kedaung Indah Can, Tbk 11 Januari 1974 28 Oktober 1993 16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial, Tbk 9 Januari 1973 29 Juli 1996 17 KAEF PT Kimia Farma (Persero), Tbk 16 Agustus 1971 4 Juli 2001 18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri, Tbk 30 Nopember 1972 17 Oktober 1994 19 TCID PT Mandom Indonesia, Tbk 5 Nopember 1969 30 September 1993
20 MYOR PT Mayora Indah, Tbk 17 Februari 1977 4 Juli 1990
21 MERK PT Merck, Tbk 14 Oktober 1970 23 Juli 1981
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 3 Juni 1929 15 Desember 1981
23 MRAT PT Mustika Ratu, Tbk 14 Maret 1978 27 Juli 1995
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga, Tbk 16 April 1974 18 Oktober 1994
25 PYFA PT Pyridam Farma, Tbk 27 Nopember 1976 16 Oktober 2001
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia, Tbk 1 Nopember 1970 8 Juni 1990
27 SKLT PT Sekar Laut, Tbk 19 Juli 1979 08 September 1933
28 STTP PT Siantar Top, Tbk 12 Mei 1987 16 Desember 1986
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung, Tbk 22 Desember 1973 15 Februari 2000
30 TSCP PT Tempo Scan, Tbk 20 Mei 1970 19 Juni 1994
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 31 Mei 1991 11 Juni 1997 32 ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company, Tbk 2 Nopember 1970 2 Juli 1990
33 UNVR PT Unilever Indonesia, Tbk 5 Desember 1933 11 Januari 1982
(47)
Periode penelitian dimulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 132 sampel. Berikut ini akan dijelaskan mengenai data variabel penelitian yang dianalisis dalam penelitian ini.
Tabel 4.2
Data Variabel Penelitian Tahun 2004
No Emiten Perusahaan Asset Turn
Over (ATO) ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 1.219243132 -0.01151
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 1.986484733 0.13655
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 0.823389875 -0.02512
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 2.159691767 0.041359
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 1.143900435 0.208301
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 0.578487524 -0.08365
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 0.989846764 0.115524
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 0.654125716 0.062713
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 0.776680059 0.085025
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 1.179701476 0.08694
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 1.526095633 0.172256
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 1.316265369 0.013817
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 1.143564983 0.024128
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 1.131339435 0.123418
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 0.517431623 -0.10687
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 1.431942828 0.059882
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 1.641321414 0.066262
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 0.466103717 -0.09974
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 1.694902869 0.174637
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 1.07611924 0.066456
21 MERK PT Merck Tbk 1.862362676 0.285527
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 1.273148778 0.154547
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 0.828350643 0.044667
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.50291404 0.00517
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 0.482307137 0.020328
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 1.914489864 -0.00568
(48)
28 STTP PT Siantar Top Tbk 0.06082701 0.060827
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.880864568 0.01217
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 1.107467989 0.151521
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.667089945 0.261851
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0.420172826 0.003395
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 2.463553762 0.401465
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2004 perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran aktiva (asset turn over) yang paling tinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 2,463553762 dan yang terendah adalah PT Siantar Top Tbk, yaitu sebesar 0,06082701. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk
sebesar 40,14% dan yang terendah adalah PT Sekar Laut Tbk, yaitu sebesar -37,92%.
Tabel 4.3
Data Variabel Penelitian Tahun 2005
No Emiten Perusahaan Asset Turn
Over (ATO) ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 0.684359111 -0.5677
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 2.135052786 0.0881
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 0.957084837 0.028
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 1.181217956 0.0587
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 1.010868938 0.0548
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 0.721113754 -0.0647
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 0.981489892 0.13
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 0.641648915 0.0516
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 0.804650512 0.1049
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 1.122848403 0.0854
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 2.066264307 0.1997
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 1.318443258 0.0185
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 1.26907503 0.0084
(49)
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 0.576906969 -0.063
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 1.639473633 -0.0192
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 1.542483746 0.0449
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 0.519450976 0.258
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 1.658001525 0.1702
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 1.168644255 0.0313
21 MERK PT Merck Tbk 1.771951006 0.2646
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 1.481813047 0.1512
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 0.715979948 0.0293
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.363981559 0.4165
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 0.517820658 0.0174
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 1.793072885 -0.0117
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 1.771389319 0.9364
28 STTP PT Siantar Top Tbk 1.344029764 0.0223
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.84098325 0.0043
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 1.064889279 0.1265
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.642767054 0.0001
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0.567368404 0.0036
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 2.600526344 0.3749
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran aktiva (asset turn over) yang paling tinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 2,600526344 dan yang terendah adalah PT Pyridam Farma Tbk, yaitu sebesar 0,517820658. Tingkat perputaran tertinggi baik tahun 2004 dan 2005 tetap dipegang oleh PT Unilever Indonesia Tbk. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah PT Sekar Laut Tbk sebesar 93,64% dan yang terendah adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk, yaitu sebesar -56,77%. Untuk ROA, PT Sekar Laut Tbk. pada tahun 2004 memiliki ROA paling rendah, tapi pada tahun 2005 memiliki ROA paling tinggi.
(50)
Tabel 4.4
Data Variabel Penelitian Tahun 2006
No Emiten Perusahaan Asset Turn
Over (ATO) ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 0.57895504 -0.5489
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 2.094470072 0.0614
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 0.832960489 -0.1016
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 1.276230217 0.062
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 1.176889438 0.2084
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 1.392637012 0.0545
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 1.034685884 0.0942
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 0.611782041 0.0725
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 0.68708879 0.0758
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 1.211947536 0.0464
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 2.333770965 0.2789
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 1.494569326 0.0222
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 1.361773004 0.0406
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 1.312875757 0.1031
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 0.535550838 -0.1057
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 0.395463904 0.0167
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 1.736181231 0.0349
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 0.531933978 0.0065
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 1.415702266 0.1489
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 1.269178989 0.0602
21 MERK PT Merck Tbk 1.724807498 0.3061
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 1.459826951 0.1205
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 0.775910315 0.0312
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.804501982 0.0411
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 0.737863005 0.0208
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 1.251673714 -0.0252
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 2.046299491 0.0489
28 STTP PT Siantar Top Tbk 1.187632688 0.0309
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.582676389 0.0258
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 1.100825974 0.1099
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.916256258 0.0004
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0.66867592 0.0118
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 2.450333117 0.3722
(51)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran aktiva (asset turn over) tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 2,450333117 dan yang terendah adalah PT Kedawung Setia Industrial Tbk, yaitu sebesar 0,395463904. Tingkat perputaran tertinggi baik tahun 2004, 2005 dan 2006 tetap dipegang oleh PT Unilever Indonesia Tbk. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 37,22% dan yang terendah adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk, yaitu sebesar -54,89%.
Tabel 4.5
Data Variabel Penelitian Tahun 2007
No Emiten Perusahaan Asset Turn
Over (ATO) ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 0.735893176 -0.8662
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 2.189670569 0.0548
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 0.985588833 -0.0506
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 1.188343156 0.0629
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 1.144337979 0.2294
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 1.324201761 0.0402
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 0.908308008 0.089
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 0.723811284 0.0539
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 0.742493316 0.0799
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 1.176750623 0.0603
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 1.899661695 0.2311
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 1.261259121 0.011
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.943470869 0.0332
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 1.36329703 0.1373
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 0.79818313 0.1961
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 1.701946006 0.0268
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 1.705898259 0.0218
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 0.570123677 0.0233
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 1.404216364 0.1534
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 1.494019304 0.0748
(52)
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 1.573729366 0.1357
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 0.797862806 0.0352
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 2.056951948 -0.0296
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 0.910523693 0.0183
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 1.32501668 0.02
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 1.297500913 0.0314
28 STTP PT Siantar Top Tbk 1.160174971 0.0301
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.7505563 0.0396
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 1.126549101 0.1004
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.969475764 0.0306
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0.82680914 0.0222
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 2.35213689 0.3684
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2007 perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran aktiva (asset turn over) tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 2,35213689 dan yang terendah adalah PT Langgeng Makmur Industri Tbk, yaitu sebesar 0,570123677. Tingkat perputaran tertinggi baik tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 tetap dipegang oleh PT Unilever Indonesia Tbk. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 36,84% dan yang terendah adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk, yaitu sebesar -86,62%. ROA yang paling rendah untuk tahun 2005, 2006, dan 2007 tetap dipegang oleh PT Ades Waters Indonesia Tbk.
B. Statistik Deskriptif
Peneliti menggunakan metode statistik deskriptif dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif memberikan
(53)
penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel dependen.
Tabel 4.6
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ATO 132 .060827010 2.600526344 1.20411258374 .514493842069
ROA 132 -.86620 .93640 .0657484 .17475149
Valid N (listwise) 132
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa ROA memiliki nilai minimum negatif. Perputaran aktiva (asset turn over) memiliki nilai minimum positif. Sedangkan untuk nilai maksimum dan nilai rata-rata semua positif untuk perputaran aktiva (asset turn over) dan ROA. Berikut ini adalah perincian data deskriptif yang telah diolah:
1. Variabel Asset Turn Over memiliki nilai minimum sebesar 0,060827010, nilai maksimum sebesar 2,600526344, nilai rata-rata sebesar 1,20411258374, dan standar deviasi sebesar 0,514493842069 dengan jumlah sampel sebanyak 132.
2. Variabel ROA memiliki nilai minimum sebesar -0,8662, nilai maksimum sebesar 0,9364, nilai rata-rata sebesar 0,0657484, dan standar deviasi sebesar 0,17475149 dengan jumlah sampel sebanyak 132.
(54)
C. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
Dalam uji Kolmogrov Smirnov, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu:
a. Jika nilai signifikansi < 0.05 maka distribusi data tidak normal b. Jika nilai signifikansi > 0.05 maka distribusi data normal
(55)
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 132
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .15816098
Most Extreme Differences Absolute .144
Positive .138
Negative -.144
Kolmogorov-Smirnov Z 1.651
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh besarnya nilai K-S adalah 1,651 dan signifikan pada 0,009. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak yang berarti data residual berdistribusi tidak normal. Data yang tidak berdistribusi normal dapat disebabkan oleh adanya data yang outlier, yaitu data yang memiliki nilai yang sangat menyimpang dari nilai data lainnya. Beberapa cara mengatasi data outlier menurut Erlina (2007:106) yaitu:
a.Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, b. Lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
c. Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu.
Data residual yang terdistribusi tidak normal juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik Normal P-P Plotberikut ini:
(56)
Gambar 4.1 Grafik Histogram (1) Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Grafik histogram menunjukkan bahwa data residual terdistribusi tidak normal. Hal ini dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data tidak mengikuti garis diagonal yang seharusnya. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik Normal P-P Plot . Grafik Normal P-P Plot menunjukkan titik-titik dalam plot terlihat menyebar jauh dari garis diagonal baik di atas maupun di bawah garis diagonal. Grafik Normal P-P Plot dapat dilihat sebagai berikut:
(57)
Gambar 4.2
Grafik Normal P-P Plot (1) Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) yaitu dari persamaan ROA = f(ROA) menjadi LN_ROA = f(LN_ROA). Transformasi data ke dalam bentuk logaritma normal menyebabkan data yang bernilai negatif tidak dapat ditransformasi sehingga menghasilkan missing values. Setiap data yang terdapat missing values akan dihilangkan dan diperoleh jumlah sampel yang valid menjadi 113 pengamatan.
(58)
Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 113
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.24210126
Most Extreme Differences Absolute .087
Positive .087
Negative -.075
Kolmogorov-Smirnov Z .921
Asymp. Sig. (2-tailed) .365
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.8 diperoleh besarnya nilai K-S sebesar 0,921 dan signifikan pada 0,365. Nilai signifikan lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Setelah data terdistribusi secara normal, maka dilajutkanlah uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini dilampirkan grafik histogram dan grafik p-plot data yang telah berdistribusi normal.
(59)
Gambar 4.3 Histogram (2)
Grafik Histogram Setelah Data Ditransformasi Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Grafik histogram pada gambar 4.3 menunjukkan distribusi normal karena grafik tidak menceng kiri maupun menceng kanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik normal P-Plot. Pada grafik Normal P-P Plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
(60)
Gambar 4.4
Grafik Normal P-P Plot (2)
Grafik Normal P-P Plot Setelah Data Ditransformasi Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
2. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.
(61)
2) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang terartur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini:
Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari gambar scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
(62)
sumbu Y. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data cross sectional dan/atau time series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.
Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du<w<4-du. Tabel 4.10 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan SPSS versi 16.
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .380a .144 .136 1.24768 2.022
a. Predictors: (Constant), LN_ATO b. Dependent Variable: LN_ROA
(63)
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson (Dw) sebesar 2,022, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel (n) = 132, dan jumlah variabel independen (k) = 1, maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas (du) sebesar 1,676 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,629. Oleh karena itu, nilai (Dw) lebih besar dari 1,676 dan lebih kecil dari 4 – 1,676 atau dapat dinyatakan bahwa 1,676 < 2,022 < 4 – 1,676 (du < d < 4 – du). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.
D. Analisis Regresi
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi. 1. Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh LN_ATO (X) terhadap LN_ROA (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
(64)
Tabel 4.10 Analisis Hasil Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.001 .120 -24.943 .000
LN_ATO 1.017 .235 .380 4.324 .000
a. Dependent Variable: LN_ROA
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dalam pengujian asumsi klasik, model regresi dalam penelitian ini telah diubah menjadi model logaritma natural yang berarti beta dan koefisien dari penelitian ini juga dalam bentuk logaritma natural sehingga harus dilakukan anti logaritma natural kembali untuk dapat diinterpretasikan. Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah sebagai berikut.
Y = β0 + β1 X ROA = β0 + β1Asset Turn Over Dengan:
β0 (konstanta) = -3,001
β1 (koefisien regresi) = 1,017
maka didapat persamaan dalam bentuk logaritma natural: LN_ROA = -3,001 + 1,017 LN_Asset Turn Over + e Setelah dilakukan anti logaritma natural, diperoleh persamaan:
(65)
Interpretasi dari persamaan di atas adalah sebagai berikut: a. β0 = 20,12
Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel asset turn over (X=0), maka harga saham yang terbentuk adalah 20,12. b. β1 = 2,766
Koefisien regresi β1 ini menunjukkan bahwa setiap variabel asset turn over meningkat sebesar satu satuan, maka ROA akan meningkat sebesar 2,766 satuan atau 276,6%.
2. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.
Tabel 4.11
Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2003, hal 183.
Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square
(66)
adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.12
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .380a .144 .136 1.24768 2.022
a. Predictors: (Constant), LN_ATO b. Dependent Variable: LN_ROA
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,380 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel ROA (LN_ROA) dengan variabel independennya (LN_Asset turn over) adalah kecil dengan didasarkan pada nilai R yang berada di bawah 0,5. Angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah 0,136. Hal ini berarti 13,6% variasi dari ROA dijelaskan oleh variasi dari variabel independen
(67)
(LN_Asset turn over), sedangkan sisanya 86,4% lagi dijelaskan oleh variasi atau faktor lainnya.
3. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (t test). Adapun hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut:
H1 : Asset turn over mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Uji t ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:
− Jika thitung < ttabel pada α 0,05, maka H1 ditolak. − Jika thitung > ttabel pada α 0,05, maka H1 diterima.
Tabel 4.13 Hasil Uji t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.001 .120 -24.943 .000
LN_ATO 1.017 .235 .380 4.324 .000
a. Dependent Variable: LN_ROA
(68)
Dari uji t yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai signifikansi untuk variabel independen yaitu asset turn over (LN_Asset turn over) adalah 0,044 dan nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa H1 diterima. Selain itu, dari uji t di atas, diperoleh nilai t hitung untuk asset turn over adalah 4,324. Sementara t tabel yang dihitung dengan ketentuan
= 5% dan derajat kebebasan (n – 2) = 111 menghasilkan t2 (n – 2) = t0, 025 (111) =1,98156. Nilai t hitung (4,324) ini lebih besar dari nilai t tabel (1,98156). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan
asset turn over berpengaruh signifikan terhadap ROA.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan secara statistik, dapat dilihat bahwa asset turn over mempunyai pengaruh terhadap ROA dan pengaruh tersebut teruji signifikan. Hasil peneltian ini diperkuat dengan hasil pengujian hipotesis dengan uji t dimana variabel asset turn over mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,044, nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 dan nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel yang berarti bahwa H1 (hipotesis bahwa asset turn over berpengaruh signifikan terhadap ROA) diterima.
Hasil ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan tingkat asset turn over turut meningkatkan ROA. Ini berarti asset turn over mempunyai pengaruh yang positif terhadap ROA.
(69)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hasil penelitian ini menunjukkan variabel independen yaitu asset turn over mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu ROA pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Persamaan regresi yang diperoleh, yaitu ROA = 20,12 + 2,766 Asset turn over + e.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh positif asset turn over terhadap return on asset (ROA). Artinya, apabila tingkat asset turn over meningkat maka ROA juga meningkat. Demikian juga sebaliknya, apabila tingkat perputaran menurun, maka akan semakin rendah ROA yang diperoleh.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:
1. Objek penelitian hanya pada perusahaan barang konsumsiyang terdaftar di BEI tahun 2004-2007.
2. Periode penelitian hanya terbatas pada tahun 2004 hingga tahun 2007.
3. Penelitian ini hanya mengambil satu buah variabel yaitu asset turn over sebagai variabel independen dan satu variable dependen, yaitu ROA.
(70)
C. Saran
Untuk menambah manfaat penulisan skripsi ini, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang mungkin dapat berguna bagi perusahaan. Adapun saran yang penulis berikan adalah :
1. Bagi Perusahaan
Menaikkan aktivitas kebijakan pengelolaan aktiva secara lebih efektif dan efisien agar asset turn over meningkat sehingga profitabilitas/rentabilitas perusahaan pun semakin meningkat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor dan memperpanjang periode penelitian. Selain itu, penelitian yang akan datang juga sebaiknya menambah variabel independen yang turut mempengaruhi ROA.
(71)
DAFTAR PUSTAKA
Bertina, Novie, 2006. “Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Harga CPO dan KPO terhadap Laba pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa” skripsi Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Carter, William K, dan Milton F.Usry, 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Ketiga Belas, Salemba Empat, Jakarta.
Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan Pertama, USU Press, Medan.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.
Halim, Abdul, dan Bambang Supomo, 2001. Akuntansi Manajemen, Cetakan Kesepuluh, BPFE- Yogyakarta, Yogyakarta.
Halim, Abdul, 1999. Dasar-Dasar Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Indriantoro, dan Supomo, 2002.Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Kholmi, Masiyah, dan Yuningsih, 2004. Akuntansi Biaya, Cetakan Empat, UMM Press, Malang.
Sajani, Vita, 2007.” Hubungan Biaya Produksi Terhadap Penetapan Harga Jual Pulp pada PT TPL Tbk Sosor Ladang Porsea” skripsi Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Sibarani, Nova, 2007.” Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Kualitas terhadap Laba pada PT. Toba Pulp Lestari Tbk Sosor Ladang Porsea” skripsi Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Sinambela, Mutiara,2007.” Analisis Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Harga Jual dan Laba Pada PT Perkebunan Nusantara II” skripsi Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
(72)
Sugiyono,2003. Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Kelima, Alfabeta, Bandung.
Supriyono, R,A, 1999. Akuntansi Biaya; Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Edisi Kedua, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Tando, Badar,2003. “Pengaruh Bauran KomunikasiPemasaran terhadap Volume Penjualan” tesis Universitas Gunadarma.
(73)
LAMPIRAN
Lampiran 1: Populasi, Kiteria Perusahaan, Sampel
No Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3 4
1 PT Ades Watres Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 1
2 PT Aqua Golden Mississipi Tbk √ √ √ √ Sampel 2
3 PT BAT Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 3
4 PT Bentoel Internasional Investama Tbk √ √ √ √ Sampel 4 5 PT Britol-Myers Squibb Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 5
6 PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ √ Sampel 6
7 PT Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ √ Sampel 7
8 PT Davomas Abadi Tbk √ √ √ √ Sampel 8
9 PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ √ Sampel 9
10 PT Gudang Garam Tbk √ √ √ √ Sampel 10
11 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk √ √ √ √ Sampel 11
12 PT Indofarma (Persero) Tbk √ √ √ √ Sampel 12
13 PT Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ √ Sampel 13
14 PT Kalbe Farma Tbk √ √ √ √ Sampel 14
15 PT Kedaung Indah Can Tbk √ √ √ √ Sampel 15
16 PT Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ √ Sampel 16
17 PT Kimia Farma (Persero) Tbk √ √ √ √ Sampel 17
18 PT Langgeng Makmur Industri Tbk √ √ √ √ Sampel 18
19 PT Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 19
20 PT Mayora Indah Tbk √ √ √ √ Sampel 20
21 PT Merck Tbk √ √ √ √ Sampel 21
22 PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 22
23 PT Mustika Ratu Tbk √ √ √ √ Sampel 23
24 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ √ Sampel 24
25 PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ √ Sampel 25
26 PT Saralee Bodycare Indonesia Tbk √ √ x x
Bukan sampel 27 PT Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 26
28 PT Sekar Bumi Tbk √ √ x x
Bukan sampel
29 PT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ Sampel 27
30 PT Siantar Top Tbk √ √ √ √ Sampel 28
(1)
(2)
(3)
Lampiran 5 : Uji Heterokedatisitas
(4)
Grafik Scatterplot Sesudah Transformasi
Lampiran 6 : Uji Autokorelasi
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .380a .144 .136 1.24768 2.022
a. Predictors: (Constant), LN_ATO
(5)
Lampiran 7: Reggresion
Sebelum Transformasi
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 ATOa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA
Sesudah Transformasi
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 LN_ATOa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: LN_ROA
Lampiran 8 : Hasil Regresi
Sebelum Transformasi
Uji t (t
test
)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.108 .035 -3.066 .003
ATO .144 .027 .425 5.358 .000 1.000 1.000
(6)
Sesudah Transformasi
Uji t (t
test
)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.001 .120 -24.943 .000
LN_ATO 1.017 .235 .380 4.324 .000 1.000 1.000