Kebijakan Non-penal non-penal policy

Contra La Pena. Gramatika berpendapat bahwa : “ Hukum perlindungan sosial adalah mengintegrasikan individu ke dalam tertib sosial dan bukan pemidanaan terhadap perbuatannya. Menurut Marc Ancel , tiap masyarakat mensyaratkan adanya tertib sosial , yaitu seperangkat peraturan-peraturan yang tidak hanya sesuai dengan kebutuhan untuk kehidupan bersama , tetapi sesuai dengan aspirasi warga masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, peranan yang besar dari hukum pidana merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan bagi suatu sistem hukum. Beberapa konsep pandangan moderat : 1. Pandangan moderat bertujuan mengintegrasikan ide-ide atau konsepsi- konsepsi perlindungan masyarakat ke dalam konsepsi baru hukum pidana. 2. Perlindungan individu dan masyarakat tergantung pada perumusan yang tepat mengenai hukum pidana, dan ini tidak kurang pentingnya dari kehidupan masyarakat itu sendiri. 3. Dalam menggunakan sistem hukum pidana, aliran ini menolak penggunaan fiksi-fiksi dan teknis-teknis yuridis yang terlepas dari kenyataan sosial .ini merupakan reaksi terhadap legisme dari aliran klasik. Aliran moderat ini juga lahir sebagai jawaban terhadap kegagalan aliran positif dengan paham rehabilisionisnya. 115

2. Kebijakan Non-penal non-penal policy

Penangggulangan kejahatan tidak dapat diselesaikan hanya dengan penerapan hukum pidana, karena hukum pidana memiliki keterbatasan. Terdapat dua sisi keterbatasan hukum pidana dalam penanggulangan Kejahatan . 116 115 Ibid., halaman.89 a. Dari sisi terjadinya kejahatan. Kejahatan sebagai suatu masalah yang berdimensi sosial dan kemanusiaan disebabkan faktor yang kompleks dan berada diluar jangkauan hukum pidana. Jadi, hukum pidana tidak akan mampu melihat secara mendalam akar persoalan kejahatan jika tidak dibantu oleh disiplin ilmu lain. Oleh karena itu , hukum pidana harus terpadu dengan pendekatan sosial. b. Dari hakikat berfungsinya hukum pidana itu sendiri . Penegakkan hukum pidana pada hakikatnya hanya obat sesuai dengan penanggulangan gejala semata dan bukan alat penyesuaian yang tuntas dengan menghilangkan sumber penyakitnya. Hukum pidana dianggap berfungsi setelah kejahatan terjadi sehingga hukum pidana tidak mempunyai efek pencegah sebelum terjadinya kejahatan. Menurut pandangan dari sudut politik kriminal secara makro, non-penal policy merupakan kebijakan penanggulangan tindak pidana yang paling strategis .hal itu dikarenakan non- penal policy lebih bersifat tindakan pencegahan sebelum terjadinya suatu tindak pidana . Sasaran utama non-penal policy adalah menangani dan menghapuskan faktor-faktor kondusif yang menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana. Dalam upaya ini diperlukan adanya kerja sama yang baik dari aparat pemerintah, penegak hukum, dan juga masyarakat dalam mencegah terjadinya kejahatan , dalam hal ini kejahatan Pencurian dengan Kekerasan. 116 Barda Nawawi Arief,1998,op.cit.,halaman.44-45 Pendekatan non –penal yaitu pendekatan pencegahan kejahatan tanpa menggunakan sarana pemidanaan yaitu dapat dilakukan dengan berbagai pencegahan dibidang ekonomi, pendidikan, desain lingkungan ataupun strategi- strategi lain yang dapat membatasi ruang gerak pelaku kejahatan . Tuntutan di bidang perekonomian dalam kehidupan sering menjadi faktor yang berkolerasi dengan terjadinya kejahatan. Program pencegahanyang dapat dilakukan antara lain dapat berupa : 117 1. Memperluas kesempatan kerja bagi para pemuda; 2. Memperluas kesempatan kerja bagi pelaku dan mantan pelaku kejahatan; 3. Menghilangkan penghalang bagi mantan pelaku kejahatan untuk bekerja; 4. Menciptakan program tenaga kerja publik; 5. Memperluas kesempatan kerja bagi para mantan pemakai napza; 6. Usaha menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat di area yang miskin; 7. Dukungan terhadap usaha kecil. Pendidikan memainkan peran yang penting untuk mencegah terjadinya kejahatan. Sekolah mempunyai peranan penting integral dalam proses sosialisasi sehingga dapat memberikan pengaruh positif untuk menghambat penyimpangan perilaku dikalangan anak-anak muda. Namun kondisi umum yang dihadapi oleh lembaga pendidikan dewasa ini adalah: a resisten terhadap perubahan; b program pendidikan tidak fokus dengan kebutuhan siswa; c kurangnya daya 117 Mahmud Mulyadi,op.cit. halaman. 59 kompetisi siswa; d kurangnya partisipasi orang tua; e kurangnya proses demokrasi ; f tujuan pengajaran yang ambigu dengan kemampuan infrastruktur , dan g tidak cukup dukungan untuk menghubungkan sekolah sebagai bagian dari komunitas masyarakat . Pendidikan melalui lembaga sekolah dapat menggunakan pengaruhnya untuk mencegah terjadinya kejahatan kepada siswa –siswanya melalui peningkatan kepekaaan siswa terhadap lingkungan kehidupannya, baik keluarga, kelompok belajar,maupun lingkungan tempat tinggalnya. Lebih dari itu , sekolah harus melibatkan diri dalam penanggulangan kejahatan mulai dari tahun-tahun ajaran baru dengan cara mendata secara komprehensif informasi tentang siswa baik identitas dan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian diharapkan sekolah dapat merumuskan kebijakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. Oleh karena itu , beberapa program yang dapat dilakukan sekolah antara lain : 118 1. Mengadopsi program-program guru untuk para orang tua siswa; 2. Mengajarkan dan menerapkan proeses demokrasi dan sikap yang adil dalam aktivitas sekolah; 3. Menuntaskan kebutahurufan semenjak pendidikan dasar; 4. Menyediakan pelayanan bahasa khusus untuk siswa-siswa yang beda budaya; 5. Mengembangkan program-program penyiapan karir di sekolah; 6. Menyediakan dukungan terhadap pelayanan yang efektif di sekolah; 118 Ibid,halaman.60 7. Menawarkan program pendidikan alternatif bagi siswa yang sering berprilaku menyimpang; 8. Membuka sekolah seluas-luasnya untuk aktifitas kemasyarakatan; 9. Mengadopsi merit policy pelatihan dan promosi untuk guru-guru . Pendidikan keagamaan terhadap sesorang merupakan upaya yang masif untuk mereduksi terjadi kejahatan.Dalam konteks ini adalah bagaimana menciptakan komunitas masyarakat yang religius sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing sehingga dapat mendorong anggota masyarakat untuk tidak melakukan kejahatan.Selain itu juga, lembaga-lembaga keagamaan mempunyai landasan-landasan yang kuat untuk melibatkan para anggotanya dalam upaya penanggulangan kejahatan.Sedangkan komunitas-komunitas keagamaan ini mendorong para anggota perkumpulannya yang tersebar diseluruh belahan dunia untuk melakukan kegiatan penanggulangan kejahatan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. Secara khusus , komunitas religius ini dapat melakukan: 1. Pendataan dan pendaftaran bagi komunitas-komunitas keagamaan untuk berpartisipasi dalam penanggulangan kejahatan; 2. Mendorong lembaga-lembaga keagamaan untuk menginformasikan di daerah masing-masing tentang permasalahan kejahatan; 3. Mendata lembaga-lembaga keagamaan yang mendukung upaya penanggulangan kejahatan; 4. Membuka fasilitas-fasilitas rumah ibadah untuk keperluan program penanggulangan kejahatan; 5. Mempromosikan partisipasi kelompok-kelompok keagamaan dalam system peradilan pidana. Upaya selanjutnya adalah usaha mereduksi peluang seseorang untuk melakukan kejahatan melalui pengawasan dan mendesain lingkungan fisik tempat tinggalnya ,seperti alat-alat pengamanan,pengawasan dan desain gedung, sehingga seseorang akan berfikir ulangbuntuk melakukan kejahatan karena perbuatannya akan cepat teridentifikasi dan kemungkinan besar akan tertangkap.oleh karena itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan,yaitu : 1. Mendesain gedung sesuai dengan ukuran keamanan; 2. Perangkat keamanan juga meliputi kode-kode pengaman gedung; 3. Penerangan jalan harus dibangun di wilayah yang rawan terjadi kejahatan; 4. Program-program pencegahan pencurian mobil harus diundangkan; 5. Masyarakat harus terlibat dalam penegakan hukum.

B. Penerapan Hukum Pidana dalam Tindak Pidana Pencurian Dengan

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

8 157 125

Analisis Yuridis dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak(Studi Kasus Putusan No.300/PID.B/2013/PN.KBJ)

3 151 127

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Analisis terhadap Penerapan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Putusan Pengadilan...

0 48 5

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

BAB II Pengaturan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana - Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 29

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 3 9

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9