Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Pencurian dengan jalan membongkar, merusak, dan sebagainya. Pembongkaran braak terjadi apabila – misalnya – dibuat lubang dalam suatu tembok-dinding suatu rumah, dan perusakan verbreking terjadi apabila – misalnya – hanya satu rantai pengikat pengikat pintu diputuskan, atau kunci dari suatu peti dirusak. Menurut pasal 99 KUHP,arti memanjat diperluas hingga meliputi membuat lubang di dalam tanah dibawah tembok dan masuk rumah melalui lubang itu“ menggangsir” sperti perbuatan seekor gangsir , dan meliputi pula melalui selokan atau parit yang ditujukan untuk membatasi suatu pekarangan yang dengan demikian dianggap tertutup besloten erf Dengan disebutkannya hal – hal yang kini memberatkan hukuman , maka apabila orang baru melakukan pembongkaran atau perusakan atau pemanjatan, dan pada waktu itu diketahui sehingga si pelaku lari, orang itu sudah dapat dipersalahkan melakukan percobaan melakukan pencurian poging tot diefstal karena perbuatan pembongkaran dan lain-lain tadi dapat dianggap termasuk tahap menjalankan uitvoering dari pasal 53 KUHP tindak pidana pencurian khusus gequalificeerde diefstal ini, jadi tidak lagidalam tahap persiapan voorbereiding untuk melakukan tindak pidana. Ini perlu dikemukakan karena sebetulnya perbuatan pengambilan barang sebagai perbuatan pokok dari pencurian sama sekali belum mulai dijalankan 45

B. Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

. 45 Ibid.halaman.33 Pencurian sebagaimana dirumuskan di atas, dalam praktek dikenal sebagai pencurian dengan kekerasan .oleh sebab dilakukan dengan upaya kekerasan. Oleh sebab dilakukan dengan upaya kekerasan atau ancaman kekerasan . Berdasarkan ancaman pidananya, pencurian yang diperberat ini, dibedakan menjadi 4 bentuk, yang masing – masing bentuk selalu terdapat upaya kekerasan maupun ancaman kekerasan . Empat bentuk itu adalah 46 a. Bentuk pertama, sebagaimana diatur dalam ayat 1 yang memuat semua unsur dari pencurian dengan kekerasan, yang diancam dengan pidana maksimum 9 tahun. Unsur – unsurnya sebagai berikut : : 1 Unsur – unsur yang terdapat pada pasal 362, baik yang bersifat objektif maupun subjektif , berupa unsur –unsur pencurian dalam bentuk standart pokok. Unsur-unsur ini sudah tercakup dalam perkataan pencurian dalam 365 1 tersebut . 2 Kemudian ditambah unsur-unsur khusus, yaitu unsur-unsur yang bersifat memberatkan pencurian, yakni : a. Unsur-unsur objektif. 1 Cara atau upaya-upaya yang digunakan berupa : Kekerasan , atauAncaman kekerasan 2 Yang ditujukan pada orang. 3 Waktu penggunaan upaya kekerasan atau ancaman kekerasan itu adalah : a Sebelum : 46 Ibid. halaman.34 b Pada saat, atau c Setelah berlangsungnya pencurian b. Unsur-unsur subjektif : Unsur subjektifnya adalah maksud digunakannya kekerasan ataupun ancaman kekerasan itu ditujukan pada 4 hal , yaitu : 1 Untuk mempersiapkan ; 2 Untuk mempermudah pencurian ; 3 Apabila tertangkap tangan memungkinkan untuk melarikan diri sendiri atau peserta lainnya; 4 Apabila tertangkap tangan dapat tetap menguasai benda hasil curiannya. Untuk terjadinya atau selesainya pencurian dengan kekerasan ini, tidak perlu keempat hal yang dituju oleh maksud itu benar-benar terwujud karena unsur untuk itu hanya dituju oleh maksud si pembuat saja. Menjadi syarat untuk selesainya atau terjadinya pencurian bentuk ini adalah terjadinya upaya kekerasan atau ancaman kekerasan , disamping telah telah terpenuhinya semua unsur dalam pasal 362 . Unsur yang dirasa perlu penjelasan lebih lanjut, adalah kekerasan dan ancaman kekerasan. Undang –undang sendiri tidak memberikan keterangan tentang arti kekersan ataupun ancaman kekerasan . Pasal 89 KUHP memberikan perluasan arti dari perkataan atau unsur kekerasan , yaitu termasuk menjadikan orang pingsan atau tidak berdaya. Perbuatan menjadikan orang pingsan atau tidak berdaya ini, adalah berupa perbuatan yang abstrak , yang bentuk konkretnya bisa bermacam- macam, yang penting dari perbuatan itu bisa bermacam-macam, yang penting dari perbuatan itu membawa akibat adanya keadaan pingsan atau tidak berdayanya seseorang. Dalam doktrin yang dimaksud dengan kekerasan adalah setiap perbuatan yang terdiri atas digunakannya kekuatan badan yang tidak ringan atau agak berat .penggunaan kekuatan fisik adalah merupakan ciri dari kekerasan yang membedakannya dengan ancaman kekerasan. Hal ini terbukti pula jika dihubungkan dengan akibat dari kekerasan pada sub ke 4 ayat 2 dan 3 pasal 365 tersebut,berupa luka berat ataupun kematian. Akibat luka berat ataupun kematian adalah dapat terjadi oleh adanya perbuatan dengan menggunakan kekuatan fisik 47 Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan adalah perbuatan fisik dengan menggunakan tenaga atau kekuatan badan yang cukup besar dan ditujukan pada orang, yang mengakibatkan orang tersebut menjadi tidak berdaya.Sedangkan ancaman kekersan adalah berupa ancaman . Kekuatan fisik tersebut haruslah ditujukan pada orang bukan pada benda objek pencurian. Orang disini, adalah siapa saja , baik pemilik maupun orang lain atau pihak ketiga ,misalnya,seorang menjambret sebuah tas yang sedang dibawa oleh seorang ibu .Ada orang lain yang melihatnya dan kemudian mengejarnya, tiba- tiba penjambret tersebut langsung berbalik dan langsung memukul orang itu hingga pingsan. Pada contoh ini,maksud penjambret memukulditujukanuntuk tetap menguasai tas yang dicurinya dari tangan ibu tadi. 47 Ibid.halaman.35 kekerasan fisik. Dalam ancaman kekerasan, kekuatan atau tenaga badan yang cukup besar itu belum benar-benar diwujudkan, dan akan benar-benar digunakan apabila menurut pikiran atau pertimbangan petindak, bahwa dengan ancaman itu korbanbelumtidak menjadi tidak berdaya.Dari ancaman kekerasan, walaupun kekuatan badan tersebut belum diwujudkan sudah dapat membuat orang yang menerima ancaman itu secara psikis menjadi tidak berdaya. Tidak berdayanya korban ini disebabkan oleh keyakinan yang timbul dari dirinya, bahwa kekuatan itu sewaktu-waktu akan digunakan apabila korban menentang apa yang dikehendaki petindak. Ketidak berdayaan korban secara psikis, seperti perasaan takut dilukai, takut akan dibunuh. Keadaan psikis korban yang demikian inilah, yang menyebabkan petindak dapat melangsungkan pencurian, atau dapat menguasai benda hasil kejahatan yang dilakukannya itu, sering kejadian di kota, adanya pencopetan dan penjambretan terhadap orang yang sedang berjalan kaki atau sedang mengendarai sepeda motor. Apakah dalam kasus-kasus semacam ini ada unsur- unsur kekerasan, ancaman kekerasan atau tidak,masih harus diselidiki dengan melihat proses kejadiannya secara cermat. Andai kata setelah si penjambret atau si pencopet melakukan perbuatannya , kemudian korban mengambil kembali benda miliknya, atau ada orang lain yang menolongnya, lalu petindak menegmbalikan atau membiarkan korban atau orang lain tadi mengambil kembali, maka disini tidak terjadi pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan 48 48 Ibid.Halaman.36 . Sebaliknya, bila kemudian petindak tadi mencabut belatinya hendak menikam siapa yang mencoba mendekati , maka disini sudah ada ancaman kekerasan. Apabila benar ada orang yang mendekati dan mencoba mengambil benda yang dicurinya, tiba-tiba iya menusuk orang itu, maka disini telah ada unsur kekerasan. Mengenai waktu digunakannya upaya kekerasan dan ancaman kekerasan itu, ialah : sebelum, pada saat, dan sesudah pencurian. Waktu tersebut adalah berupa waktu : sebelum, pada saat dan sesudah perbuatan mengambil. Oleh karena untuk selesainya atau sebelumnya berarti percobaannya pencurian,tergantung dari selesai atau sebelumnya perbuatan mengambil. Bahwa kalau dihubungkan dengan unsur subjektifnya, yaitu maksud digunakannya upaya-upaya itu, maka waktu tersebutakan menentukan maksud mana yang dituju oleh petindak dalam ia melakukan kekerasan dan ancaman kekerasan tadi.untuk mempersiapkan pencurian. Apabila kekerasan digunakan sebelum mencuri, maka kesengajaanya ditujukan maksud .bila digunakan pada saat melakukan, maka kesengajaannya ditujukan pada maksud mempermudah. Bila digunakan setelah pencurian, maka kesengajaannya ditujukan pada maksud, dalam hal tertangkap tangan 49 a Dapat memungkinkan melarikan diri, baik diri sendiri maupun diri peserta lainya; dan : b Dapat tetap menguasai benda yang dicurinya. 49 Ibid.Halaman.37 Adapun yang dimaksud dengan tertangkap tangan betraping op heterrdaad adalah bahwa ketika sedang melangsungkan pencurian atau tidak lama setelahnya ia kepergok atau diketahui orang lain tentang kejahatan yang ia perbuat itu, dan tidak berarti ia benar-benar tertangkap atau ditangkap dengan tangan. Orang yang sedang atau tidak lama setelah melakukan pencurian, dapat saja ia kepergok,yang bila hal initerjadi, ia akan melarikan diri, dania akan tetap mempertahankan benda hasil curiannya. Maksud inilah yang dituju petindak dengan menggunakan upaya kekerasan atau ancaman kekerasan. b.bentuk kedua , yakni pada ayat 2 yang diancam dengan pidana maksimum 12 tahun , yang dibagi lagi menjadi 4 bentuk yang masing- masing memuat unsur-unsur berupa 50 a. Pertama,yang terdiri dari 4 bentuk lagi, yakni :pencurian yang dilakukan waktu malam di : : 1. semua unsur pencurian bentuk pokok pasal 362; 2. ditambah unsur-unsur pokok dalam ayat 1 passal 365 ;dan 3.ditambah unsur-unsur lebih khusus lagi bersifat alternatif, yang merupakan ciri masing- Masing , yaitu : 1 Ditempat kediaman, atau 2 Pekarangan tertutup yang didalamnya ada tempat kediamannya, atau 50 Ibid. 3 Dijalan umum, atau 4 Di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan Menurut Wegverkeersordonantis Stb 1933 no 86 yang teksnya telah beberapa kali mengalami perbaikan, yang terakhir mrlalui Stb. 72 ,yang menyatakan : “ jalan adalah setiap jalan yang terbuka untuk lalu lintas umum berikut jembatan- jembatan dan jalan-jalan air yang terdapat dijalan tersebut , termasuk didalamnyajalan untuk pejalan kaki, jalur hijau, tepi-tepi jalan, selokan- selokandan tanggul-tanggul yang merupakan bagian dari jalan tersebut ‘’. Dalam UU no.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan , ada rumusan singkat tentang jalan , yakni sebagai jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang dijelaskan dalam penjelasan umum pasal 1 angka 4 sebagai suatu prasarana berhubungan dari dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bagian pelengkap dan kelengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas 51 b. Kedua, pelakunya lebih dari satu orang dengan bersekutu. . sudah diterangkan bahwa, unsur lebih dari satu orang dengan bersekutu adalah kualitas dari orang-orang yang terlkibat kejahatan sebagai yang disebutkan dalam pasal 55 ayat 1 KUHP, atau dalam doktrin dikenal dengan mededader atau petindak peserta. Terjadi 51 Ibid.Halaman.38 misalnya antara pelaku pelaksana plegen dengan pelaku penganjur uitlokken , antara pelaku pelaksana dengan pelaku peserta medeplegen. c. Ketiga, cara masuk atau sampai pada benda yang dicuri dengan : 1 Merusak ; 2 Memanjat; 3 Memakai anak kunci palsu; 4 Perintah palsu; 5 Pakaian jabatan palsu. d. Keempat, timbulnya akibat luka berat. Antara kekerasan dengan akibat luka berat harus ada hubungan sebab dan akibatcausal verband, yang maksudnya adalah bahwa luka berat itu adalah disebabkan oleh digunakannya kekerasan. Adapun yang dimaksud dengan luka berat, menurut pasal 90 KUHP adalah : 1 Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak lagi memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang dapat menimbulkan bahaya maut; 2 Menjadi tidak mampu secara terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan yang merupakan mata pencaharian; 3 Kehilangan salah satu pancaindra; 4 Menjadi cacat; 5 Menjadi lumpuh; 6 Terganggu kekuatan akal selama 4 minggu lebih; 7 Gugurnya atu matinya kandungan seorang perempuan. c.Bentuk ketiga ,Pencurian dengan Kekerasan yakni yang diancam dengan pidana maksimum 15 tahun. Pencurian dengan Kekerasan Bentuk Ketiga ini adalah sebagaimana diatur dalam pasal 365 ayat 3,yang harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut 1. Semua unsur pencurian bentuk pokok pasal 362; 2. Unsur-unsur pencurian dengan Kekerasan pasal 365 ayat 1; 3. Adanya akibat kematian orang . Faktor yang menyebabkan pencurian ini lebih berat dari bentuk kedua pasal 365 ayat 2 , terletak pada adanya akibat dari kematian orang. Kematian adalah akibat langsung dari digunakannya kekerasan.Kematian ini bukan merupakan tujuan atau kesengajaan sebagai maksus. Sebab apabila kesengajaan pada maksud yang ditujukan matinya seseorang , maka bukan pencurian dengan kekerasan yang terjadi, akan tetapi pembunuhan. Apabila matinya orang itu untuk mencapai maksud melakukan tindak pidana lain misalnya pencurian, maka pembunuhan itu masuk pasal 339 KUHP 52 d. Bentuk Keempat, dari Pencurian dengan Kekerasan adalah yang terberat, karena diancam dengan pidana mati, atau pidana seumur hidup . 52 Ibid.Halaman.39 atau pidana penjara sementara setinggi-tingginya 20 tahun, yaitu apabila tergabungnya unsur-unsur sebagai berikut : 1 semua unsur pencurian bentuk pokok pasal 362 2 semua unsur Pencurian dengan Kekerasan pasal 365 ayat 1 3 unsur timbulnya akibat: luka berat atau matinya orang ; 4 dilakukan oleh dua orang dengan bersekutu ; 5 ditambah salah satu dari : a. waktu melakukan pencurian yakni malam, ditambah unsur tempat yakni dalam sebuah tempat kediaman atau pekarangan tertutup yang ada tempat kediamannya, atau b. unsur atau cara-caranya untuk masuk atau sampai pada tempat melakukan kejahatan dengan jalan : 1 merusak; 2memanjat; 3memakai anak kunci palsu; 4 memakai perintah palsu;dan 5 memakai pakaian jabatan palsu . Letak diperberatnya pidana pada bentuk Pencurian dengan Kekerasan yang terakhir ini , dari ancaman pidana maksimum 15 tahun penjara 365 ayat 2 menjadi pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara setinggi-tingginya 20 tahun, adalah dari tergabungnya unsur-unsur yang disebutkan dalam butir 3,4, dan 5 tersebut diatas. Pencurian dengan Kekerasan sebagaimana yang diterangkan diatas, mempunyai persamaan dan perbedaan dengan kejahatan yang dirumuskan dalam pasal 339 KUHP, yang dikenal dengan pembunuhan yang didahului atau disertai dengan tindak pidana lain. Perbedaanya adalah: 1 Pencurian dengan Kekerasan pasal 365,tindak pidana pokoknya adalah pencurian, sedangkan kejahatan dalam pasal 339 tindak pidana pokoknya adalah pembunuhan. 2 Kematian orang lain menurut pasal 365, buakn yang dituju, maksud petindak ditujukan untuk memiliki suatu benda .sedangkan kematian menurut pasal 339 adalah dituju atau dikehendaki. 3 Upaya yang digunakan dalam melakukan tindak pidana pokoknya, kalu pada pasal 365adalah berupa kekerasan atau ancaman kekerasan, sedangkan pada pasal 339 pembunuhan dapat dianggap sebagai upaya untuk melakukan tindak pidana lain. 4 Bahwa pada pencurian dengan kekerasan ada yang diancam dengan pidana mati, sedangkan pembunuhan pada pasal 339 tidak. Sedangkan persamaannya, adalah 53 1 Unsur subjektinya yang sama , ialah penggunaan upaya-upaya pada masing-masing kejahatan itu adalah sama ditujukan pada maksud: : a Mempersiapkan dan atau b Mempermudah pelaksanaan kejahatan itu. 53 Ibid.Halaman.40 c Apabila tertangkap tangan, maka: 1 Memungkinkan untuk melarikan diri 365 , atau melepaskan dari pemidaan 339 2 Dapat mempertahankan benda yang diperolehnya dari kejahatan itu. 2 Waktu penggunaan upaya-upaya tersebut yakni : a Sebelum; b Pada saat,dan c Setelah kejahatan pokok tersebut berlangsung.

C. Sanksi

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

8 157 125

Analisis Yuridis dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak(Studi Kasus Putusan No.300/PID.B/2013/PN.KBJ)

3 151 127

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Analisis terhadap Penerapan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Putusan Pengadilan...

0 48 5

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

BAB II Pengaturan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana - Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 29

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 3 9

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9