Pelayanan Kegiatan Penanaman Modal

investor dengan pertimbangan bahwa para investor khususnya asing tidak mengenal atau memahami sistem hukum di Negara tempat ia melakukan investasi. 60

B. Pelayanan Kegiatan Penanaman Modal

Di Indonesia sendiri penyelesaian sengketa penanaman modal di atur di dalam UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Secara khusus dalam Pasal 32 UUPM diatur sebagai berikut : 1Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat. 2Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3 Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan. 4 Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak. 1. Pelayanan perizinan Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009, yang termasuk dalam pelayanan perizinan adalah segala bentuk persetujuan 60 Anggi Sitorus, Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal, dikutip dari http:anggisitorus.blogspot.com , pada tanggal 24 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 61 Secara konseptual UU No. 32 tahun 2004 sebagai pengganti dari UU No. 22 tahun 1999 mencita-citakan otonomi yang seluas-luasnya, sesuai dengan Pasal 18 ayat 5 UUD 1945. Namun cita-cita tersebut, belum didukung “political will” pemerintah. Hal ini tergambar melalui peraturan perundang-undangan yang dibuat tumpang tindih, sebagaimana terlihat dalam pembagianpelimpahan urusan di Untuk meningkatkan pelayanan kepada investor, dalam Pasal 25 ayat 5 UUPM secara tegas dikemukakan, pelayanan dilakukan secara terpadu satu pintu. Apa yang diinginkan oleh pembentuk undang-undang tersebut cukup ideal yakni para investor dalam mengurus berbagai perizinan untuk menjalankan kegiatan penanaman modal, tidak perlu mendatangi ke berbagai instansi pemberi izin. Dalam Pasal 1 ayat 6 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, dicantumkan bahwa yang dimaksud dengan perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal, yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 61 LeksCoLawyers, Hukum Penanaman Modal,dikutip dari http:hukumpenanamanmodal.com . Diunggah terakhir kali pada tanggal 26 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara bidang pertanahan, hal ini bila terjadi terus menerus, dapat dipastikan jalannya otonomi akan semakin lambat, ketergantungan Daerah pada Pemerintah Pusat akan tidak terhindari, sehingga Daerah akan terus-menerus tak ubahnya seperti “Ayam ras”. Padahal Pemerintah Daerah seharus menjadi “ayam kampung”, yakni mencari makan dan minum sendiri untuk memenuhi tuntutan kehidupannya. Sehingga kreativitas daerah untuk membangun kepastian hukum dan keadilan menuju kemakmuran dapat terwujud. 62 Perbaikan iklim investasi di daerah merupakan keniscayaan bagi peningkatan kinerja investasi nasional. Salah satu aspek yang perlu segera dibenahi dalam upaya perbaikan iklim investasi di daerah tersebut, adalah kondisi pelayanan perizinan bidang investasi yang diselenggarakan oleh para aparatur pemerintah di daerah. Secara faktual, pelayanan yang diberikan aparatur pemerintah daerah dalam bidang tersebut ”kurang menguntungkan” para calon investor yang berniat menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan terutama oleh lamanya waktu yang diperlukan dalam proses perizinan tersebut. Keadaan yang demikian ini tentu saja harus diperbaiki, khususnya melalui penerapan sistem pelayanan terpadu di daerah. 63 Perihal kewenangan daerah di bidang penanaman modal, ditegaskan kemudian dalam UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa lingkup kewenangan daerah di bidang penanaman modal adalah dalam penyelenggaraaan 62 Elita Rahmi, Tarik Menarik antara Desentralisasi dan Sentralisasi Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Urusan Pertanahan, Jambi: Fakultas Hukum UNJA, 2009, hlm.138. 63 Asropi, Bunga Rampai Administrasi Publik: Dimensi Pelayanan Publik dan Tantangannya dalam Administrasi Negara Publik di Indonesia . Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. 2007, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara pelayanan administrasi penananaman modal. Tidak ada penjelasan detail tentang ketentuan tersebut, demikian pula belum ada kebijakan turunan untuk menjabarkan ketentuan dimaksud. Namun demikian, penggunaan istilah “administrasi” tampaknya merupakan pembatasan terhadap kewenangan daerah di bidang penanaman modal. Dengan pembatasan kewenangan ini, daerah tidak lagi memiliki kewenangan terkait dengan pengambilan keputusan stratejik seperti pemberian izin persetujuan penanaman modal, izin pelaksanaan, dan fasilitas penanaman modal. Dengan demikian, berdasarkan UU No. 322004 Pemerintah Pusat dapat mengembalikan kewenangan daerah di bidang penanaman modal pada kondisi sebelum ditetapkannya UU No. 221999, yakni kewenangan dalam pemberian perizinan: Izin Lokasi, Izin Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pengelolaan, IMB, dan Izin UUGHO. 64 2. Pelayanan non perizinan Ruang lingkup pelayanan penanaman modal yang diselengarakan BKPM selain mencakup kegiatan pelayanan perizinan, juga mencakup kegiatan pelayanan non-perizinan. Pasal 1 ayat 6 Peraturan Kepala BKPM No.12 tahun 2009 “Perka BKPM 122009” menyebutkan definisi layanan non-perizinan sebagai segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pedoman Tata Cara Permohonan Non-Perizinan Penanaman Modal selain diatur dalam Perka BKPM 122009, juga diatur dalam ketentuan yang 64 Ibid. Universitas Sumatera Utara dikeluarkan oleh instansi tekniskepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen LPND terkait, gubernur dan bupatiwalikota. Berdasarkan Pasal 13 ayat 3 Perka BKPM 122009, yang termasuk dalam jenis-jenis pelayanan non-perizinan dan kemudahan lainnya, antara lain: 1. Fasilitas bea masuk atas impor mesin. Jangka waktu penerbitan Surat Persetujuan pemberian fasilitas menurut Pasal 46 ayat 4 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya7 tujuh hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Jangka waktu pemberian fasilitas ini diberikan untuk 2 tahun dan dapat diperpanjang; 2. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan. Jangka waktu penerbitan Surat Persetujuan pemberian fasilitas menurut Pasal 50 ayat 6 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Sama dengan fasilitas impor mesin, jangka waktu izin ini diberikan untuk 2 tahun dan dapat diperpanjang; 3. Usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan PPh badan. Jangka waktu penerbitan surat usulan untuk mendapatkan fasilitas PPh menurut Pasal 53 ayat 4 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 5 lima hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar; 4. Angka Pengenal Importir Produsen API-P, adalah angka pengenal yang dipergunakan sebagai izin untuk memasukkan impor mesin peralatan, barang, dan bahan untuk dipergunakan sendiri dalam proses produksi perusahaan penanaman modal yang bersangkutan. Jangka waktu penerbitan API-P menurut Pasal 54 ayat 5 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 4 empat hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Perusahaan pemilik API-P wajib melakukan pendaftaran ulang di PTSP BKPM setiap 5 tahun sejak tanggal penertiban; 5. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA, adalah pengesahan rencana jumlah, jabatan, dan lama penggunaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing dan penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing IMTA. Jangka waktu penerbitan Surat Keputusan Pengesahan RPTKA menurut Pasal 56 ayat 4 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 3 tiga hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar; 6. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja TA.01, adalah rekomendasi yang diperlukan guna memperoleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga negara asing. Jangka waktu penerbitan rekomendasi TA.01 menurut Pasal 58 ayat 4 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 1 satu hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Rekomendasi ini berlaku untuk jangka waktu 2 bulan sejak diterbitkan; Universitas Sumatera Utara 7. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing IMTA, adalah izin bagi perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing dalam jumlah, jabatan, dan periode tertentu. Perusahaan Penanaman Modal dan KPPA dapat mengajukan permohonan IMTA atas tenaga kerja asing yang telah memiliki visa untuk bekerja. Jangka waktu penerbitan Surat Keputusan IMTA menurut Pasal 59 ayat 5 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 3 tiga hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar; 8. Insentif Daerah; 9. Layanan informasi dan layanan pengaduan. Menurut Pasal 14 Perka BKPM 122009, ruang lingkup pedoman tatacara permohonan non-perizinan penanaman modal sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 ayat 3 huruf a sampai g diatur dalam Perka BKPM 122009. Sementara pedoman tatacara permohonan non-perizinan penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 3 huruf h mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi tekniskepala LPND terkait, gubernur dan bupatiwalikota. Fasilitas Fiskal mencakup fasilitas bea masuk atas impor mesin, fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan, dan usulan untuk mendapatkan fasilitas PPh badan. Sementara, fasilitas non-fiskal mencakup yaitu: a. Angka Pengenal Importir Produsen API-P, adalah angka pengenal yang dipergunakan sebagai izin untuk memasukkan impor mesin peralatan, barang, dan bahan untuk dipergunakan sendiri dalam proses produksi perusahaan penanaman modal yang bersangkutan. Jangka waktu penerbitan API-P menurut Pasal 54 ayat 5 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 4 empat hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Perusahaan pemilik API-P wajib melakukan pendaftaran ulang di PTSP BKPM setiap 5 tahun sejak tanggal penertiban; Universitas Sumatera Utara b. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA, adalah pengesahan rencana jumlah, jabatan, dan lama penggunaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing dan penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing IMTA. Jangka waktu penerbitan Surat Keputusan Pengesahan RPTKA menurut Pasal 56 ayat 4 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 3 tiga hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar; c. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja TA.01, adalah rekomendasi yang diperlukan guna memperoleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga negara asing. Jangka waktu penerbitan rekomendasi TA.01 menurut Pasal 58 ayat 4 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 1 satu hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Rekomendasi ini berlaku untuk jangka waktu 2 bulan sejak diterbitkan; d. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing IMTA, adalah izin bagi perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing dalam jumlah, jabatan, dan periode tertentu. Perusahaan Penanaman Modal dan KPPA dapat mengajukan permohonan IMTA atas tenaga kerja asing yang telah memiliki visa untuk bekerja. Jangka waktu penerbitan Surat Keputusan IMTA menurut Pasal 59 ayat 5 Perka BKPM 122009 selambat-lambatnya 3 tiga hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar; 65 65 LeksCo Lawyers,Pelayanan No-Perizinan, Op. Cit. Universitas Sumatera Utara ` Permohonan fasilitas fiskal dan permohonan baru fasilitas non-fiskal bagi penanaman modal diajukan kepada Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. Dalam hal perubahan perpanjangan fasilitas non-fiskal, permohonan diajukan kepada PTSP BKPM, PTSP Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal PDPPM atau PTSP Perangkat Daerah KabupatenKota bidang Penanaman Modal PDKPM. 66

C. Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal