1 Dengan adanya asas perlakuan yang sama bagi investor yang menanamkan
modalnya di Indonesia, maka asas itu akan menciptakan suatu kegiatan investasi yang akan diminati oleh seluruh investor.
2 Dengan adanya peraturan yang tegas di bidang penanaman modal, maka
semakin terwujudlah suatu jaminan kepastian hukum berdasarkan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
3 Dengan adanya penulisan ini, maka penulis semakin dapat mengetahui dan
memahami aspek lain yang ada di bidang penanaman modal, secara khusus di bidang pemberian izin melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP.
D. Keaslian Judul
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
maka judul skripsi yang telah ada dan yang ada kaitannya dengan judul penulis “Asas Perlakuan yang Sama dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam Bidang
Penanaman Modal” adalah sebahai berikut : 1.
Winta Afrina 010200199 dengan judul skripsi “Penyelenggaraan Penanaman Modal Asing di Indonesia menurut KEPRES No. 29 Tahun 2004.”
2. Ricky 040200068 dengan judul skripsi “ Kajian mengenai Hak Guna Usaha
dalam Rangka Penanaman Modal di Indonesia ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2007.”
3. Panataran L. Raya 040200061 dengan judul skripsi “ Predictability UU No.
25 Tahun 2007 dalam Mendorong Investor Asing dalam Penanaman Modal di Kabupaten Samosir.”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa judul skripsi yang telah dipaparkan di atas maka judul penulis “Asas Perlakuan yang Sama dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dalam Bidang Penanaman Modal ” berbeda dengan karya tulis yang pernah ada
sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah asli. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan terutama
secara ilmiah dan akademik.
E. Tinjauan Pustaka
1. Penanaman Modal
Di dalam pasal 1 ayat 1 UUPM disebutkan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman
modal untuk mengolah potensi ekonomi yang menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri.
Untuk itu, penanaman modal harus menjadi baian dari penyelenggaraan perekonomian nasional.
10
Penanaman modal dapat dibagi menjadi beberapa hal berikut :
11
10
Dhaniswara K. Harjono, Op. Cit., hlm. 106.
11
Kuliah Hukum yang dikutip dari
http:kuliahade.wordpress.com pada tanggal 20 Maret
2014.
Universitas Sumatera Utara
a. Penanaman modal dalam negeri merupakan penggunaan modal dalam negeri
baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk menjalankan usaha berdasarkan UU 61968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Yang
dimaksud dengan modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki
oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisisli di Indonesia, yang disisihkandisediakan untuk menjalankan usaha sepanjang
modal tersebut tidak diatur oleh UU 11967 tentang Penanaman Modal Asing. b.
Penanaman modal langsung direct-investment: penanaman modal yang modalya yang diinvestasikan secara langsung ke dalam bidang usaha tertentu.
Modal tersebut dapat berupa uang, barang modal, know-how dan knowledge. c.
Penanaman modal tidak langsung indirect investment: penanaman modal yang modalnya diinvestasikan secara tidak langsung dengan melalui
mekanismesistem investasi lain, seperti lembaga pasar modal. d.
Joint-Venture merupakan kerja sama yang dilakukan modal asing dengan modal nasional yang semata-mata berdasarkan perjanjiankontrak saja
contractual. Artinya tidak dibentuk badan hukum baru . misalnya perjanjian kerja sama antara Van Sickel associates. Inc badan hukum yang
berkedudukan di Delaware. USA dengan PT. Kalimantan Plywood Factory badan hukum di Indonesia untuk secara bersama-sama mengolah kayu di
Kalimantan selatan. Kerja sama ini disebut juga dengan contract of cooperation.
Corakvariasi dari joint –venture, yakni :
Universitas Sumatera Utara
1 Techinical Assisstance yaitu bentuk kerja sama yang dilakukan antara
pihak modal asing dan nasional yang berkaitan dengan skill dan cara kerjametode ,
2 Franchise and brand-use agreement yaitu bentuk kerja sama yang
digunakan apabila pemodal nasional ingin memproduksi barang yang telah mempunyai reputasi terkenal. Misal: coca-cola, Mc Donalds,
Kentucky Fried Chicken dll 3
Management contract yaitu bentuk kerja sama pemodal asing dan nasional yang berkaitan dengan pengelolaan management oleh pemodal asing
terhadap perusahaan nasional : misal dalam menajemen perhotelan, manajemen rumah sakit, dll
4 Build, Operation, and Transfer BOT yaitu bentuk kerja sama antara
suatu pihak, dimana objek perjanjian dibangun, dikeloladioperasikan selama jangka waktu tertentu, kemudian setelah masa konsesi tersebut
diserahkanditransfer kepada pemilik. Misal : pembangunan department store, hotel, jalan tol . dll
e. Joint Enterprise yaitu kerja sama antara penanaman modal nasional dan
penanaman modal asing dengan membentuk perusahaan atau badan hukum baru sesuai hukum Indonesia sebagaimana diisyaratkan dalam Ps 2 UU PMA.
Joint enterprise lazimnya berupa PT, dengan modal berupa saham yang
berasal dari modal dalam nilai rupiah dan dalam valuta asing. Bentuk kerja sama ini cukup diminati oleh para investor disebabkan karena :
Universitas Sumatera Utara
1 Setiap usaha di Indonesia membutuhkan rupiah untuk pembayaran harga-
harga yang lebih murah dan mudah diperoleh, pembayaran gaji pegawai, other costs
dan allowances PMA; 2
Investor asing tidak harus menanamkan modal dalam bentuk valuta asing dapat dalam bentuk mesin-mesin atau hasil prosuksi penanaman tersebut
PMA; 3
Dengan bekerja sama dengan pengusaha nasional. Maka investor asing dapat memperkecil risiko PMA dan PMDN .
f. Kontrak Karyamerupakan kerja sama antara modal asing dengan modal
nasional dengan membentuk badan hukum Indonesia, dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan badan hukum lain yang
menggunakan modal nasional. Hingga saat ini ,bentuk kerja sama ini baru terdapat dalam perjanjian kerja sama antara BUMN.
g. Production sharing adalah bentuk kerjasama, dimana pihak investor asing
memberiikan kredit kepada pihak nasional, dan pokok pinjaman dan bunganya dikembalikan dalam bentuk hasil produksi dari perusahaan yang
bersangkutan dan mewajibkan perusahaan nasional yersebut untuk mengekspor hasilnya ke Negara pemberi kredit.
h. Penanaman Modal denganDISC-RUPIAH DISC: Debt Investment
Convertion Scheme , bentuk kerja sama campuran antara kredit dengan
penanaman modal. Pengembalian kredit dikonversidiubah menjadi penanaman modal asing. Pelunasan utang yang semula diperhitungkan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan valuta asing , tetapi dibayar dengan rupiah . biasanya dilakukan untuk tagihan-tagihan kreditor asing yang tidak dijamin oleh pemerintah.
i. Penanaman modal dengan kredit investasi yang mana dalam praktik
penanaman modal ini banyak dilakukan oleh para investor nasional untuk membiayai proyeknya yang ada di Indonesia. Awalnya berupa kredit
investasi dari dana-dana luar negeri, menjadi model nasional melalui joint- venture
yang prosesnya agak berbelit. j.
Portofolio investment merupakan investasi yang dilakukan melalui pembelian saham baik melalui pasar modal maupun melalui penempatan modal pihak
ketiga dalam perusahaan. Bentuk kerja sama ini dalam praktik telah lama dan lazim dilakukan oleh investor keturunan cina.
2. Asas Perlakuan yang Sama
Suatu produk hukum yang dikeluarkan oleh aparat pembentuk peraturan perundang-undangan pastilah mengacu pada asas dianggap perlu untuk dapat
mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai dari produk hukum tersebut. Sama halnya dengan UUPM ini yang menganut ada 10 asas, yaitu asas kepastian
hukum, asas keterbukaan, asas akuntabilitas, asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, asas kebersamaan, asas efisiensi berkeadilan, asas
berkelanjutan, asas berwawasan lingkungan, asas kemandirian dan asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Jika ditelaah secara khusus di dalam Pasal 3 angka 1 huruf d UUPM, maka disebutkan bahwa asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal
negara adalah merupakan asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun penanam modal dari suatu negara asing
dan penanam modal dari negara asing lainnya. Pasal 4 ayat 2 UUPM menetapkan perlakuan sama antara penanaman
modal asing PMA dan penanaman modal dalam negeri PMDN dengan tetap mengacu kepada kepentingan nasional. Kaedah dalam Pasal 4 ayat 2
mengandung dua variabel yang harus dimaknai secara utuh, yakni kewajiban memberiikan perlakuan sama dan mengacu pada kepentingan nasional. Hal ini
berarti perlakuan sama tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kepentingan nasional. Artinya, dalam keadaan-keadaan tertentu perlakuan sama tersebut dapat
tidak diterapkan kepada penanaman modal asing. Tentunya pengecualian semacam ini harus sesuai dengan kesepakatan internasional.
12
Di dalam Pasal 6 ayat 1 UUPM ditetapkan juga bahwa adanya kewajiban pemerintah memberiikan perlakuan yang sama kepada semua penanaman modal
yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan ini
merupakan penerapan dari prinsip most favoured nations dalam perdagangan internasional.
13
Klausul Most-Favoured Nation MFN adalah klausul yang mensyaratkan perlakun non-diskriminasi dari suatu negara terhadap negara lainnya. Perlakuan
12
Asmin Nasution, Op. Cit., hlm. 94.
13
Ibid. , hlm. 99
Universitas Sumatera Utara
ini diberikan karena masing-masing negara terikat dalam suatu perjanjian internasional. Berdasarkan klausul ini salah satu negara yang memberiikan
perlakuan khusus atau preferensi kepada suatu negara, maka perlakuan tersebut harus juga diberikan kepada negara-negara lainnya yang tergabung
dalam suatu perjanjian. Klausul ini menurut Houtte, memberiikan suatu derajat perlakuan sama equitable treatment dalam hubungan ekonomi internasional.
Dengan klausul ini, hubungan-hubungan perdagangan internasional dapat berkembang.
14
a Prinsip Nondiskriminasi
Negara Indonesia yang menganut sistem ekonomi yang bebas terkendali atau mixed economy tidak terlepas dan sangat tergantung pada sistem perdagangan
internasional, dimana dewasa ini perdagangan internasional menggunakan sistem, ketentuan, dan mekanisme yang telah diinisiasi oleh WTO World Trade
Organizations dengan salah satu bentuk aturan main investasi adalah TRIMs
Agreement on Trade Related Investment Measures . Atas dasar ketentuan
tersebut, kegiatan penanaman modal di Indonesia secara logis-yuridis terikat kepada prinsip-prinsip penanaman modal internasional dari WTO dan TRIMs.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
Prinsip ini mengharuskan host country untuk memperlakukan secara sama setiap penanam modal dan penanam modal di Negara tempat penanaman
modal dilakukan.
14
Roni, Sumber Hukum Perdagangan Internasional. Dikutip dari http:roniqueenet.blogspot.com
pada tanggal 24 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
b Prinsip Most Favoured Nations MFN
Prinsip ini menuntut perlakuan yang sama dari Negara host terhadap penanam modal dari Negara asing yang satu dengan penanam modal dari Negara asing
yang lainnya yang melakukan aktivitas penanaman modal di Negara mana penanaman modal itu dilakukan.
c Prinsip National Treatment
Prinsip ini mengharuskan Negara host untuk tidsk membedakan perlakuan antara penanam modal asing dengan penanam modal daam negeri di Negara
host tersebut.
15
Perlakuan yang sama tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu Negara yang memperoleh hak istimewa. Hak istimewa itu antara lain hak istimewa yang
berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah perdagangan bebas, pasar bersama common market, kesatuan moneter, kelembagaan yang sejenis, dan
perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah asing yang bersifat bilateral, regional atau multilateral yang berkaitan dengan hak istimewa tertentu
dalam penyelenggaraan penanaman modal.
16
15
Dhaniswara K. Harjono, Op. Cit., hlm. 110.
16
Ibid., hlm. 110.
Dengan ditempatkannya berbagai asas di dalam UUPM ini maka dari sini pastilah akan lahir suatu kebijakan tentang penanaman modal yang berjangka
panjang dan harus menjadi pusat perhatian oleh berbagai pihak yang terkait dengan dunia penanaman modal ini.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Dunia penanaman modal pastilah tidak terlepas dari dunia bisnis yang mana lebih mengarah bagaimana pergerakan bisnis yang ada di suatu negara. Jika
berbicara tentang dunia bisnis, maka tidak akan terlepas kaitannya dengan pelayanan publik. Karena dengan baiknya pelayanan publik maka akan semakin
baik. Jika dikaitkan dengan UUPM, maka UUPM ini telah mengatur suatu
sistem yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang ada pada bidang penanaman modal yang dinamakan “Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PTSP” yang dianggap dapat mempermudah penanam modal untuk mengurus berbagai perizinan dalam rangka menjalankan kegiatan penanaman modal dengan
cara para calon investor tidak perlu lagi mendatangi ke berbagai instansi pemberi izin.
Di dalam Pasal 26 ayat 1 UUPM dinyatakan bahwa Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP ini bertujuan untuk membantu penanam modal dalam
memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas, fiskal dan informasi mengenai penanaman modal. Segala sesuatu yang akan dibutuhkan oleh penanam modal
akan dijelaskan secara kompherensif oleh petugas yang telah diberi kewenangan untuk itu.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan non perizinan di
provinsi atau kabupatenkota. Jika Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP dilakukan di bidang
penanaman modal secara efektif dengan didasari atas adanya asas perlakuan yang sama terhadap penanam modal, maka sudah menjadi kepastian bahwa kegiatan
penanaman modal yang ada di Indonesia akan diminati dan dapat berkembang dengan baik.
F. Metode Penelitian