Hal ini dilakukan juga sebagai tindak lanjut UU Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007, Perpres 272009 dan ditindaklanjuti PerKa BKPM Nomor 12
Tahun 2009, Badan Penanaman Modal dan Promosi BPMP DKI Jakarta telah melayani pemrosesan investasi dan pengurussan lembaga bisnis dengan Sistem
Pelayanan Terpadu satu Pintu PTSP berbasis Teknologi Informasi.
104
Langkah tersebut merupakan pelayanan yang efisien khususnya terhadap pelayanan perizinan, yang selama ini diakui sebagai proses yang berbelit dan
panjang. Usaha ini merupakan solusi yang prima bagi masyarakat dan pemegang keputusan lainnya karena memilikikeunggulan yaitu cepat, mudah, transparan,
bebas dari biaya tidak resmi, dan memiliki kepastian hukum serta pelayanannya yang profesional.
105
B. Mekanisme Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP
Dalam Pasal 26 ayat 2 UUPM disebutkan bahwa PTSP dilakukan oleh lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan di
tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan non-perizinan di provinsi atau kabupatenkota.
1. Pelayanan perizinan
Salah satu produk reformasi birokrasi yang banyak mendapat sorotan yang luas dari publik adalah kinerja organisasi pelayanan terpadu satu pintu PTSP.
104
. Rmol, PTSP,Ibid.
105
Rmol, PTSP,Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Gagasan dan praktek dari one-stop services OSS ini dihadirkan sebagai upaya untuk meretas belitan dari panjangnya mata rantai birokrasi dalam menyediakan
layanan, terutama layanan yang terkait dengan perizinan investasi. Ikhtiar untuk mengitegrasikan berbagai jenis pelayanan publik yang terkait pada suatu unit yang
berdiri sendiri merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pendirian Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Layanan
terpadu satu pintu merupakan kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai
ketahap terbitnya dokumen dilakukan pada satu tempat.
106
Tujuan pokok yang ingin diperoleh guna memberiikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh layanan publik secara transparan baik
dari sisi waktu, biaya, persyaratan maupun prosedur yang harus ditempuh. Kewenangan penataan pelayanan terpadu satu pintu PTSP di bidang pelayanan
perizinan telah merasakan dampak langsung dari otonomi daerah, dimana semakin besarnya kewenangan kepala daerah dalam menggerakan birokrasi pemerintah
daerah justru tidak kongruen dengan kinerja pelayanan.Kinerja pelayanan public bidang perizinan masih dihadapkan pada berbagai kekurangan, seperti kurang
reponsif, kurang informatif, kurang koordinasi, dan in-efisien.
106
Pemprovsu, Pelayanan Perizinan, dikutip dari http:Blogspot.reformasi-pelayanan-
perizinan.pemprovsu . Diunggah terakhir pada tanggal 27 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Menjadi keniscayaan jika kemudian kalangan dunia usaha sering mengeluhkan proses pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah, yang dirasakan berbelit-belit, tidak transparan, tidak ada kejelasan dan kepastian waktu, dan adanya biaya ekstra. Perizinan merupakan
salah satu aspek penting dalam pelayanan publik, demikian juga perizinan yang terkait dengan kegiatan usaha. Proses perizinan, khususnya perizinan usaha,
secara langsung akan berpengaruh terhadap keinginan dan keputusan calon pengusaha maupun investor untuk menanamkan modalnya.
Demikan pula sebaliknya, jika proses perizinan tidak efisien, berbelit-belit, dan tidak transparan baik dalam hal waktu, biaya, maupun prosedur akan
berdampak terhadap menurunnya keinginan orang untuk mengurus perizinan usaha, dan mereka mencari tempat investasi lain yang prosesnya lebih jelas dan
transparan. Hal ini tentu saja selanjutnya akan berdampak terhadap ketersediaan lapangan kerja dan masalah-masalah ketenagakerjaan lainnya.
Demi terciptanya keteraturan dalam aktivitas penanaman modal, perlu dilibatkan serangkaian proses perizinan oleh intansi berwenang sebelum akhirnya
investor dapat melakukan aktivitas penanaman modal di wilayah Indonesia.
Badan Koordinasi Penanaman Modal “BKPM” memperkenalkan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu “PTSP” dimana investor dapat memperoleh
serangkaian kemudahan. Penyelenggara PTSP diwajibkan mematuhi pedoman dan tata cara permohonan penanaman modal sebagaimana terdapat dalam
Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun 2009 “Perka BKPM 122009” agar
Universitas Sumatera Utara
dapat terwujudnya keseragaman proses penyelesaian permohonan penanaman modal dan tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, dan transparan untuk
para investor. Pasal 1 ayat 5 Perka BKPM 122009 menyebutkan definisi PTSP sebagai
kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan penanaman modal yang mendapat pendelegasian dari instansi berwenang. Proses pengelolaan PTSP
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Prinsip dasar pelayanan yang ingin dicapai oleh
PTSP yaitu antara lain:
a. Mudah, yaitu alur proses penyelesaian permohonan sederhana dan mudah
dipahami oleh investor; b.
Cepat, yaitu waktu proses penyelesaian permohonan singkat; c.
Tepat, yaitu kesesuaian produk dengan ketentuan peraturan perundangan; d.
Akurat, yaitu pemberian fasilitas impor mesin, barang dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan produksi;
e. Transparan dan akuntabel, yaitu alur proses penyelesaian permohonan
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penyelenggaraan PTSP oleh BKPM atas dasar pelimpahanpendelegasian wewenang dari menteri teknis yang memiliki kewenangan atas urusan pemerintah
di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah. Dalam hal ini penyelenggaraan PTSP oleh BKPM mencakup urusan penanaman modal yang
dapat dibagi menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a. Penanaman modal yang ruang lingkupnya mencakup lintas provinsi;
b. Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak
dapatdiperbaharui dengan tingkat kerusakan lingkungan yang tinggi; c.
Penanaman modal bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada skala nasional;
d. Penanaman modal yang terkait pada pertahanan dan keamanannasional;
e. Penanaman modal asing dan penanaman modal yang menggunakan
modal asing, yaitu meliputi: 1
Penanaman modal asing yang dilakukan oleh pemerintah negara lain;
2 Penanaman modal asing yang dilakukan oleh warga negara asing
atau badan usaha asing; 3
Penanaman modal yang menggunakan modal asing yang berasal dari pemerintah negara lain.
f. Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah
menurut undang-undang.
Dalam hal ini, Kepala BKPM berkoordinasi dengan menteripimpinan instansi terkait untuk menginventarisasi perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah
dan pemerintah negara lain di bidang penanaman modal.
2. Pelayanan non perizinan
Pemerintah mendorong pendirian kantor PTSP untuk membantu investor memperoleh kemudahan layanan secara cepat. Kesederhanaan, keringanan dan
Universitas Sumatera Utara
kemudahan layanan yang diinginkan Pemerintah terhadap keberadaan PTSP, termasuk dalam memberiikan:
107
a. Layanan semua jenis perizinan penanaman modal termasuk penanaman
modal dengan skema kerja sama Pemerintah atau pemerintah daerah dengan badan usaha sampai investor dapat merealisasikan proyek
investasinya; b.
Layanan non-perizinan penanaman modal termasuk penanaman modal dengan skema kerja sama Pemerintah atau pemerintah daerah dengan
badan usaha yang meliputi penerbitan rekomendasi, termasuk rekomendasi visa izin tinggal terbatas, pemberian fasilitas fiskal, insentif,
kemudahan lainnya dan informasi penanaman modal; c.
Layanan pengaduan masyarakat tentang hambatan pelayanan PTSP penanaman modal;
d. Layanan kemudahan pelaksanaan kegiatan penanaman modal, termasuk
memberiikan bantuan atau fasilitasi pelayanan perizinan dan non- perizinan yang terkait dengan pelaksanaan penanaman modal.
Supaya seluruh PTSP Nasional provinsi,kabupaten dan kota memiliki kinerja layanan yang terukur mencapai tingkat kesempurnaan layanan tertentu,
pemerintah memberiikan kriteria sebagaimana tolok ukur yang telah ditetapkan. Standar kualifikasi perlu diberlakukan terhadap seluruh PTSP untuk memperoleh
standar Nasional PTSP yang meliputi aspek sumber daya manusia, tempat, sarana
107
Alex, Penanaman Modal, dikutip dari http:forum-penanaman-modal.blogspot.com
. Diunggah terakhir kali pada tanggal 27 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
dan prasarana, media informasi, mekanisme kerja yang efektif, layanan pengaduan serta keberadaan SPIPISE. Dengan kualifikasi tersebut, seluruh PTSP
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia akan memiliki standar minimal yang wajib dipenuhi yang tentunya selaras dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan Pemerintah.
108
a. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE; PTSP tingkat provinsi berkualifikasi Bintang 4 memiliki kinerja layanan:
Sistem pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik SPIPISE adalah Sistem elektronik pelayanan perizinan dan non-perizinan
yang terintegrasi antara BKPM dan kementerian Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan, PDPPM
dan PDKPM.Maksud diberlakukannya SPIPISE ini adalah untuk mengatur penanam modal, penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang
penanaman modal, serta instansi teknis dalam mengajukan permohonan, atau penyelenggaraan perizinan dan non perizinan.SPIPISE bertujuan untuk
mewujudkan :
1
Penyelenggaraan PTSP sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang
Penanaman Modal;
108
Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
2
Integrasi data dan pelayanan perizinan dan nonperizinan;
3
Pelayanan perizinan dan nonperizinan yang mudah, cepat, tepat, transparan, dan akuntabel;
4
Keselarasan kebijakan dalam pelayanan penanaman modal antarsektor dan pusat dengan daerah.
109
b. Menerima dan melaksanakan pelimpahan urusan pemerintahan di bidang
penanaman modal yang lebih luas dari kualifikasi Bintang 3 yang merupakan kewenangan Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan
hak substitusi;
PTSP tingkat provinsi berperingkat Bintang 3 memiliki kinerja layanan:
a. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE; b.
Menerima dan melaksanakan pelimpahan urusan pemerintah di bidang penanaman modal tertentu yang merupakan kewenangan Pemerintah yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi;
PTSP tingkat provinsi berperingkat Bintang 2 memiliki kinerja layanan:
a. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE;
109
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kuantan Singingi, SPIPISE, diunggah dari
http:kppt.kuansing.go.id pada tanggal 24 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
b. Menerima bimbingan pelaksanaan kewenangan pelayanan yang merupakan
kewenangan Pemerintah dari Pemerintah;
PTSP tingkat provinsi berperingkat Bintang 1 memiliki kinerja layanan:
a. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE;
PTSP tingkat kabupatenkota yang berkualifikasi Bintang 4 memiliki kinerja layanan:
a. Melayani perizinan dan non-perizinan yang sudah menjadi kewenangannya
dengan berbasis SPIPISE; b.
Menerima dan melaksanakan penugasan urusan pemerintah di bidang penanaman modal yang lebih luas dari kualifikasi bintang 3 yang merupakan
kewenangan Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi;
PTSP tingkat kabupatenkota berperingkat Bintang 3 memiliki kinerja layanan:
a. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE; b.
Menerima dan melaksanakan penugasan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal tertentu yang merupakan kewenangan Pemerintah yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi;
PTSP tingkat kabupatenkota berperingkat Bintang 2 memiliki kinerja layanan:
Universitas Sumatera Utara
a. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE; b.
Menerima bimbingan pelaksanaan kewenangan pelayanan yang merupakan kewenangan Pemerintah dari Pemerintah danatau pemerintah provinsi;
PTSP tingkat kabupatenkota berperingkat Bintang 1 memiliki kinerja layanan:
a. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE;
Sejalan dengan keberadaan PTSP Nasional serta kewenangan memproses perizinan, maka kewenangan melayani permohonan fasilitas fiskal dan non-fiskal
juga mengikutinya. Penanam modal yang membutuhkan layanan fasilitas fiskal dan non-fiskal yang menjadi kewenangan Pemerintah dapat mengajukan ke PTSP
BKPM. Kepada investor yang membutuhkan layanan insentif daerah dan kemudahan penanaman modal daerah lainnya dapat mengajukan ke PTSP yang
berwenang di masing-masing daerah.
110
Dalam soal penyeragaman kinerja layanan, seluruh PTSP Nasional harus menggunakan mekanisme front office FO dan back office BO. Investor juga
berhak mengajukan permohonan perizinan dan non-perizinan penanaman modal secara manual maupun lewat SPIPISE ke seluruh PTSP Nasional sesuai dengan
tingkat kewenangannya.
111
110
Loc. Cit.
111
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kinerja layanan PTSP Nasional menggunakan standar waktu pemrosesan. Layanan penerbitan perizinan dan non-perizinan harus mampu diselesaikan paling
lambat 10 sepuluh hari kerja. Waktu pemrosesan itu tentunya dimulai sejak berkas permohonan diterima secara lengkap dan benar. Namun jangka waktu
penerbitan perizinan dan non-perizinan yang terkait dengan tata ruang, lingkungan hidup, keamanan, keselamatan dan kesehatan masyarakat ditetapkan berdasarkan
peraturan yang berlaku.
112
C. Perlakuan Sama antara Penanam Modal Asing PMA dan Penanam Modal Dalam Negeri PMDN dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PTSP
1. Pengertian modal dalam negeri dan penanaman modal dalam negeri
Istilah modal dalam negeri berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu domestic capital
. Pengertian Modal Dalam Negeri MDN dapat kita baca dalam Pasal 1 ayat 1 UU 81968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN,
adalah : “bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan
benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang
disisihkandisediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan Pasal 2 UU 11967 tentang
Penanaman Modal Asing.”
Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dapat terdiri atas : a.
Perseorangan; danatau
112
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
b. Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Dalam Pasal 1 angka 9 UU 252007 tentang Penanaman Modal juga disebutkan pengertian Modal Dalam Negeri MDN, yaitu :
“modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, dan atau badan usaha Indonesia, atau badan
usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.”
Dalam ketentuan ini, yang dapat memiliki modal dalam negeri adalah: a.
Negara Indonesia; b.
Perseorangan warga negara Indonesia; atau c.
Badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. Sementara itu, istilah Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN berasal
dari bahasa Inggris, yaitu domestic investment. Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN kita temukan dalam Pasal 2 UU 61968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, ialah :
“penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam Pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut
atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.”
Penggunaan kekayaan secara langsung adalah penggunaan modal yang digunakan secara langsung oleh investor domestik untuk pengemban usahanya,
sedangkan penggunaan secara tidak langsung merupakan penggunaan modal yang digunakan tidak dilakukan secara langsung untuk pengembangan usaha.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan penanaman modal itu didasarkan pada peraturan perundang- undangan yang berlaku.
113
a. Orang-perorangan warga negara Indonesia; dan atau
Pihak yang dapat menjadi penanam modal dalam negeri adalah :
b. Badan usaha Indonesia; dan atau
c. Badan hukum Indonesia.
Orang perorangan warga negara Indonesia adalah orangmanusia atau penduduk Indonesia yang menanamkan modalnya dalam bidang usaha yang
terbuka untuk investasi domestik. Badan usaha Indonesia merupakan badan yang bukan badan hukum, yang didirikan menurut hukum Indonesia.
114
a. Firma
Yang termasuk badan usaha adalah :
b. Komanditer.
Pengertian badan hukum adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu, harta kekayaan, serta mempunyai hak dan kewajiban. Badan hukum
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : Perseroan Terbatas PT, koperasi dan yayasan.
115
2. Bidang usaha yang terbuka untuk penananam modal dalam negeri
Pada dasarnya semua bidang usaha untuk menanamkan investasi dengan modal dalam negeri terbuka bagi swasta. Kegiatan negara yang bersangkutan
113
Salim HS., Budi Sutrisno, Op. Cit., hlm. 104.
114
Ibid., hlm. 105.
115
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dengan pembinaan bidang usaha swasta, meliputi pula bidang-bidang yang perlu dipelopori atau dirintis oleh pemerintah.
Berdasarkan Pasal 21 Perpres 362010, bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai
kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu : a.
Bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan,
b. Bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha
yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan c.
Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.
116
Peraturan mengenai bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan untuk penanaman modal didasarkan pada kriteria kepentingan nasional, yaitu
perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan
kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
117
Bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Lampiran II Perpres 362010, antara lain mencakup bidang usaha budidaya
tanaman pangan pokok, pengusahaan sarang burung walet di alam, pembenihan
116
LeksCo Lawyer, Bidang Usaha Tertutup Daftar Negatif Investasi, Op. Cit.
117
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
ikan laut, pembangkitan tenaga listrik skala kecil dan daur ulang barang-barang bukan logam.
118
Pengertian dilakukan secara langsung adalah investor secara langsung akan menanggung semua resiko yang akan dialami dari penanaman modal
tersebut. Makna dilakukan menurut undang-undang adalah bahwa modal asing yang diinvestasikan di Indonesia oleh investor asing harus didasarkan pada
substansi, prosedur dan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Semua investor harus tunduk dan patuh terhadap berbagai perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal penanaman modal pada bidang usaha terbuka dengan persyaratan, sesuai dengan Pasal 3 ayat 1 Perpres 362010, investor wajib
mematuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan lingkungan hidup.
Istilah penanaman modal asing merupakan terjemahan dari bahasa inggris foreign investment. Pengertian penanaman modal asing dapat kita lihat
dalam Pasal 1 UU 11967 tentang Penanaman Modal Asing, yaitu : “hanya meliputi modal asing secara langsung yang dilakukan menurut
atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang dan digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia.”
119
118
Ibid.
119
Salim H.S., Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm. 148.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 1 angka 9 UU 252007 tentang Penanaman Modal juga telah ditentukan penertian penanaman modal asing, yaitu :
“kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.”
Kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau investasi, dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha.
Kegiatan penanaman modal ini dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan:
a. Modal asing sepenuhnya; dan atau
b. Modal asing berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Modal asing yang berpatungan merupakan modal asing yang bekerja sama dengan penanam modal Indonesia, dimana saham yang
dimiliki oleh pihak asing maksimal 95 sedangkan pihak penanam modal Indonesia, minimal 5.
Prof. M. Sornarajah memberiikan defenisi tentang penanaman modal asing, yaitu :
“transfer of tangible or intangible assets from one country to another for the purpose of use in the country to generate wealth under the total or
partial control of the owner of the assets.”
120
120
Ibid. , hlm. 149.
Universitas Sumatera Utara
Yang berarti bahwa penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain,
tujuannya untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dan pemilik modal, baik secara total atau sebagian. Dalam
defenisi ini, Penanaman Modal Asing PMA dikonstruksikan sebagai pemindahan modal dari negara yang satu ke negara lain. Tujuan penggunaannya
adalah mendapat keuntungan.
121
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan
devisa Indonesia dan dengan pembiayaan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia;
Istilah modal asing, juga berasal dari bahasa inggris yaitu foreign capital. Dalam Pasal 2 UU 11967 dikatakan bahwa modal asing adalah :
b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang
asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dari kekayaan devisa Indonesia;
c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini
diperkirakam ditransfer, tetapi untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan juga pengertian dari
modal asing, yaitu : “modal dari suatu bangsa negara asing yang ditanamkan suatu negara
dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang cukup.”
121
Ibid. , hlm. 149.
Universitas Sumatera Utara
Apabila kita bandingkan ketiga defenisi modal asing tersebut, kita dapat mengemukakan perbedaannya. Perbedaan yang terlihat adalah:
a. Pasal 2 UU 11967
Defenisi pada Pasal ini sangat luas. Hal itu dikarenakan bahwa modal asing tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk alat-alat
perusahaan dan penemuan baru. b.
Pasal 1 angka 8 UU 252007 Konstruksi modal asing dalam ketentuan ini hanya difokuskan kepada
kepemilikan modal. Kepemilikan modal asing dikategorikan menjadi lima macam, yaitu :
1 Negara asing;
2 Perseorangan warga negara asing;
3 Badan usaha asing;
4 Badan hukum asing; danatau
5 Badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya
dimiliki oleh pihak asing. c.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Di dalam kamus, modal asing itu dilihat dari aspek maksud atau
tujuannya. Maksud modal asing adalah untuk memperoleh keuntungan yang cukup. Keuntungan merupakan kegiatan yang mendatangkan laba. Ada juga
istilah lain yaitu investor asing atau lazim disebut dengan foreign investor, yang berarti perseorangan warga negara negara asing, badan usaha asing, danatau
Universitas Sumatera Utara
pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
122
1 Perseorangan warga negara asing;
Investor asing dapat berupa :
2 Badan usaha asing; danatau
3 Pemerintah asing.
3.Bidang usaha yang terbuka untuk penananam modal asing Penentuan bidang usaha untuk penanaman modal asing bersifat dinamis
karena setiap waktu dapat berubah yang disesuaikan dengan kondisi bangsa dan negara. Dalam Pasal 5 UU 11967 dikemukakan tentang bidang usaha yang
terbuka bagi penanaman modal asing. Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang kegiatan yang diperkenankan untuk penemuan modal asing yang
ditetapkan bidang usaha terbuka untuk penanaman modal asing adalah pemerintah.
123
Bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing ditentukan menurut urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
penanaman modal asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. Perincian menurut urutan prioritas ditetapkan tiap kali pemerintah menyusun rencana-rencana pembangunan
jangka menengah dan jangka panjang dengan memerhatikan perkembangan ekonomi serta teknologi.
124
122
Ibid., hlm. 152.
123
Ibid., hlm. 178.
124
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM Mahendra Siregar memastikan ada empat bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal asing
dalam revisi Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 mengenai Daftar Negatif Investasi DNI.
125
Mahendra menjelaskan empat bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal asing tersebut antara lain sektor perhubungan, sektor
kesehatan, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta sektor keuangan.Untuk sektor perhubungan, usaha yang terbuka adalah penyediaan dan penyelenggaraan
terminal darat, khusus untuk pembangunan terminal penumpang angkutan darat terbatas hanya pada fasilitas umum dan pembangunan terminal barang untuk
umum.
126
Kemudian untuk sektor kesehatan, industri farmasi dari semula diatur dengan persyaratan kepemilikan saham asing maksimal 75 persen, menjadi
maksimal 85 persen dengan rekomendasi Menteri Kesehatan.Mahendra menambahkan untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, bagi usaha
periklanan, dari semula syarat kepemilikan dalam negeri 100 persen, menjadi kepemilikan modal saham maksimal 51 persen untuk investor anggota ASEAN.
127
Terakhir, sektor keuangan, bagi usaha modal ventura, dari semula terbuka dengan syarat kepemilikan modal asing maksimal 80 persen, menjadi maksimal
125
Antara News, http:www.antaranews.com
. Diunggah terakhir pada tanggal 27 Februari 2014.
126
Loc. Cit.
127
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
85 persen, mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
128
Selain empat bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal asing, revisi DNI juga menyertakan bidang usaha yang lebih terbatas untuk penanaman
modal asing dalam sektor jasa perdagangan, antara lain untuk distributor, pergudangan dan gudang pendingin cold storage.Untuk distributor, pergudangan
dan cold storage untuk wilayah Sumatera, Jawa dan Bali, masing-masing ada persyaratan kepemilikan saham asing maksimal 33 persen. Namun, cold storage
untuk Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dibuka dengan persyaratan maksimal 67 persen untuk kepemilikan saham asing.
129
Aktifitas kegiatan pembagunan infrastruktur, bangunan gedung, sarana dan prasarana perekonomian di daerah cenderung semakin meningkat, dan hal ini
mendorong peningkatan dan pertumbuhan aktifitas kegiatan ekonomi masyarakat diberbagai lapangan usaha. Para pelaku ekonomi untuk mengembangkan atau
memulai usahanya memerlukan pelayanan perizinan dan nonperizinan yang jumlahnya semakin meningkat pula dan membutuhkan pelayanan yang
transparan, perlakuan yang sama, mudah, efisien, cepat, berkeadilan, akuntabilitas, dan kepastian hukum.
130
128
Ibid.
129
Ibid.
130
Azwin, Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bangun Kepercayaan Publik di Bidang Penanaman Modal
, diunggah dari http:www.minangkabaunews.com
pada tanggal 24 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007, penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan
dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum dan badan usaha yang tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan. Di sisi lain, Penanaman modal
asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia. Pemerintah Indonesia menjamin perlakuan yang sama kepada semua penanam
modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia kecuali negara yang memperoleh hak istimewa lewat
perjanjian dengan Indonesia.
131
a. penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi;
Pelayanan permohonan perizinan penanaman modal di Indonesia dilakukan oleh Pelayanan Tepadu Satu Pintu PTSP . Kewenangan pelayanan di
tingkat pusat dimiliki oleh PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM . PTSP BKPM melayani penyelenggaraan:
b. kepentingan nasional pemerintahan di bidang penanaman modal;
c. penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal
asing.
132
131
Badan Koordinasi Penanaman Modal, Prosedur Pendirian PMA, diunggah dari http:lpco.indonetwork.co.id
pada tanggal 24 Maret 2014.
132
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan PTSP di tingkat provinsi dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal PDPPM. Sementara itu,
penyelenggaraan PTSP di tingkat kabupaten kota dilaksanakan Perangkat Daerah Kabupaten Kota bidang Penanaman Modal PDKPM. Diagram di atas secara
lebih lanjut dijabarkan sebagai berikut: a.
PENANAM MODAL ASING wajib melakukan Pendaftaran untuk melakukan penanaman modal sementara PENANAM MODAL DALAM
NEGERI tidak diwajibkan melakukan Pendaftaran kecuali memang diperlukan.
b. PENANAM MODAL yang akan melakukan penanaman modal dapat
langsung mengajukan permohonan Pendaftaran ke PTSP untuk mendapatkan IZIN PENDAFTARAN sebelum berstatus badan hukum
perseroan terbatas dan wajib ditindaklanjuti dengan pembuatan akta pendirian perseroan terbatas.
c. PENANAM MODAL yang akan melakukan penanaman modal dapat
mengajukan permohonan Pendaftaran ke PTSP untuk mendapatkan IZIN PENDAFTARAN sebelum berstatus badan hukum perseroan terbatas
apabila memiliki akta pendirian perusahaan dari NOTARIS. d.
PENANAM MODAL yang telah disahkan sebagai badan hukum perseroan terbatas oleh DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA yang akan melakukan penanaman modal dapat mengajukan permohonan Pendaftaran ke PTSP untuk mendapatkan
IZINPENDAFTARAN.
Universitas Sumatera Utara
e. PENANAM MODAL yang sudah mendapatkan IZIN PENDAFTARAN
dapat mengajukan Izin Pelaksanaan konstruksi perusahaan sebelum melakukan kegiatan produksi atau komersialisasi.
f. Penanam modal yang sudah mendapatkan IZIN PENDAFTARAN dapat
menerima fasilitas non fiskal seperti: 1
Angka Pengenal Importir Produsen API-P 2
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA 3
Rekomendasi Visa Untuk Bekerja TA. 01 4
Izin Mempekerjakan Tenaga kerja Asing IMTA g.
Perusahaan penanaman modal asing yang telah berstatus badan hukum perseroan terbatas yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas dan
dalam pelaksanaan penanaman modalnya membutuhkan fasilitas fiskal, wajib mengajukan permohonan kepemilikan Izin Prinsip Penanaman
Modal. Perusahaan penanaman modal asing yang belum melakukan Pendaftaran, dapat langsung mengajukan permohonan Izin Prinsip.
h. Perusahaan penanaman modal yang dalam pelaksanaan penanaman
modalnya telah siap melakukan kegiatan berproduksi komersial, wajib mengajukan permohonan Izin Usaha ke PTSP.
133
4. Perlakuan Sama antara Penanam Modal Asing PMA dan Penanam Modal
Dalam Negeri PMDN dalam pelayanan melalui PTSP
133
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 1 Angka 2 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan dan
Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal dinyatakan bahwa penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang
melakukan penanaman modal, yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Yang dimaksud dengan penanaman modal asing ,
meliputi : a.
Penanaman modal asing yang dilakukan oleh pemerintah begara lain; b.
Penanaman modal asing yang dilakukan oleh warga Negara asing atau badan usaha asing;
c. Penanaman modal yang menggunakan modal aing yang berasal dari
pemerintah Negara lain.
134
Jika ditelaah kembali dari bunyi pasal 1 angka 2 PKBPM 62011, maka peraturan ini juga telah menerapkan asas perlakuan yang sama bagi PMA dan
PMDN. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam pengertian umum PKBPM ini tidak lagi terdapat pemisahan antara PMA dan PMDN. Asas perlakuan yang sama ini
juga semakin diperjelas dalam Bab VI PKBPM yang berisi tentang Tata Cara Pelaksanaan PTSP di Bidang Penanaman Modal pasal 41-46 dan BAB VII yang
berisi tentang Pelayanan Informasi dan Pengaduan Masyarakat pasal47. Dimana pada bab tersebut permohonan perizinan dan non perizinan bagi PMA dan PMDN
tidak terlihat adanya perbedaan perlakuan bagi penanam modal.
134
Pasal 16 ayat 2 PKBPM 62011
Universitas Sumatera Utara
Perlakuan sama antara PMA dan PMDN dapat dilihat berupa : a.
Pengajuan permohonan kepada PTSP di bidang penanaman modal di BKPM guna memerlukan pelayanan di bidang fasilitas fiskal, insentif dan
kemudahan lainnya; [ pasal 42 ayat 1 ] b.
Pengajuan permohonan kepada PTSP PDPPM atau PPTSP Provinsi, PTSP PDPPM atau PPTSP kabupatenkota guna memerlukan insentif daerah
danatau kemudahan penanaman modal di daerah luar KPBPB dan KEK; [pasal 43 ayat 1]
c. Pengajuan permohonan perizinan dan non perizinan penanaman modal secara
manual atau melalui SPIPISE kepada PTSP BKPM, PTSP PDPPM atau PPTSP Provinsi, PTSP PDKPM atau PPTSP kabu[atenkota, PTSP KPBPB
dan PTSP KEK sesuai dengan kewenangannya ; [pasal 44 ayat 2] d.
Memperoleh pelayanan informasi terkait penanaman modal di PTSP BKPM. PTSP PDPPM, PTSP Provinsi, PTSP PDKPM, PPTSP kabupatenkota, PTSP
KPBPB dan PTSP KEK [Pasal 47 ayat 1]. Pelayanan informasi yang dimaksud berupa:
1 Layanan bimbingan pengisian formulir perizinan dan nonperizinan
yang terkait dengan penanaman modal; 2
Layanan konsultasi atas informasi, antara lain: a
Peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal; b
Potensi dan peluang penanaman modal; c
Daftar bidang usaha tertutup dan daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan;
Universitas Sumatera Utara
d Jenis, tata cara proses permohonan, biaya dan waktu pelayanan
perizinan dan nonperizinan; e
Tata cara pencabutan perizinan dan nonperizinan; f
Tata cara penyampaian laporan kegiatan penanaman modal; g
Tata cara layanan pengaduan pelayanan penanaman mpdal; h
Data referensi yang digunakan dalam pelayanan erizinan dan nonperizinan penanaman modal;
i Data perkembangan penanaman modal, kawasan industri, harga
utilitas, upah dan tanah; j
Informasi perjanjian internasional di bidag penanaman modal. e.
Dapat menyampaikan pengaduan kepada Kepala BKPM, Kepala PDPPM atau Kepala PPTSP Provinsi atau Kepala PPTSP kabupatenkota, Kepala
Badan Pengusahaan KPBPB dan Kepala Administrator KEK yang bersangkutan jika tidak puas atas pelayanan di PTSP. [pasal 48 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN