BAB IV PEMBERLAKUAN ASAS PERLAKUAN YANG SAMA DALAM
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PTSP DI BIDANG PENANAMAN MODAL
A. Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP di Bidang Penanaman Modal
1. Pengertian dan dasar hukum Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP
Dalam Pasal 1 Angka 4 Perpres 272009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal dijelaskan bahwa Pelayanan Terpadu Satu
Pintu yang disingkat PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non-perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dan
lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dan tahap permohonan sampai dengan tahap
terbitnya dokumen yang dilakukan dalam suatu tempat.
93
Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP bidang penanaman modal merupakan kebijakan yang diperintahkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, PTSP dimaksudkan untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan
pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal. Dalam Undang-Undang tersebut, PTSP diartikan sebagai kegiatan penyelenggaraan suatu
perizinan dan non perizinan yang mendapat pendelegasian wewenang dari instansi yang memiliki kewenangan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap
93
Perpres 272009 tentang PTSP di Bidang Penanaman Modal
74
Universitas Sumatera Utara
permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. Pengertian ini berbeda dengan pengertian ”pelayanan terpadu satu atap”.
94
Dalam Keputusan Menteri PAN Nomor 63KEPM.PAN72003, pengertian ”pelayanan terpadu satu atap” adalah pola pelayanan yang
diselenggarakan dalam satu tempat untuk berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu, sedangkan
”pelayanan satu pintu” adalah pola pelayanan yang diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses
dan dilayani melalui satu pintu. PTSP di tingkat pusat dilakukan oleh lembaga yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian dari
lembaga yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat, propinsi atau kabupatenkota. Lembaga yang dimaksud disini adalah Badan
Koordinasi Penanaman Modal BKPM atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD.
95
Pemerintah mengoordinasi kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi Pemerintah, antar instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antar
instansi Pemerintah dengan Pemerintah Daerah, maupun antar Pemerintah Daerah. Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal tersebut dilakukan
oleh BKPM. Dalam melaksanakan PTSP, BKPM harus melibatkan perwakilan secara langsung dari setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang
94
BPMPPT Kabupaten Bengkayang, Perizinan Terpadu, dikutip dari http:bpmppt.bengkayangkab.go.id
. Diunggah terakhir pada tanggal 2 Mret 2014.
95
Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kompetensi dan kewenangan. Dilihat dari ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 di atas, pada tingkat nasional telah
terdapat “payung” bagi pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu. Hal yang berkaitan dengan apa itu pelayanan terpadu satu pintu, tujuan pembentukannya,
kelembagaannya, hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah diatur lebih tegas.
96
Ketegasan ini dapat menciptakan kepastian bagi aparat pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan tugasnya, kepastian bagi penanam modal, dan
kepastian bagi masyarakat umum. Meskipun demikian, pengaturan ”payung” tersebut tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya pengaturan mengenai
mekanisme dan tata cara pelayanan terpadu satu pintu. Undang-Undang hanya mengatur pelayanan terpadu satu pintu secara umum dan memerintahkan
penyusunan Peraturan Presiden untuk mengatur tata cara dan pelaksanaannya. Sampai saat ini Peraturan Presiden dimaksud belum diterbitkan. Penyusunan
Peraturan Presiden tersebut penting karena selain akan berlaku secara nasional, juga digunakan oleh daerah dalam membuat peraturan daerah bidang penanaman
modal. Sementara itu praktek pelayanan terpadu satu pintu saat ini menggunakan dasar hukum:
97
1. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi
Penanaman Modal.
96
Ibid.
97
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2. Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan
Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri melalui Sistem Pelayanan Satu Atap.
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 4.
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang.
5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP26M.PAN22004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP25M.PAN22004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.
7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63KepM.Pan72003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dalam praktek, penyusunan peraturan pelaksanaan dari peraturan “payung” tidak selalu lebih mudah daripada membuat “payung”nya. Penyusun
peraturan harus memperhatikan berbagai kepentingan sektor-sektor dan peraturan
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan terkait. Penyusun harus memahami peraturan perundang- undangan antara lain:
98
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota;
4. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan
Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;
5. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu danatau di Daerah-Daerah Tertentu.
2. Tujuan diadakannya Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PTSP Sebagaimana yang dijabarkan dalam Pasal 26 ayat 1 UUPM dikatakan
bahwa PTSP bertujuan untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.
98
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Jika dilihat dari tataran normatif, tentu hal ini begitu menggembirakan bagi calon- calon penanam modal. Disebut demikian, karena segala sesuatu yang menjadi
kebutuhan penanam modal dapat dijelaskan secara kompheransif oleh petugas yang telah diberi kewenangan untuk itu.
99
Dalam Pasal 3 Perpres 272009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, disebutkan juga bahwa PTSP juga bertujuan untuk
membangun penanaman modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas dan informasi mengenai penanaman modal dengan cara mempercepat,
menyederhanakan pelayanan dan meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan non-perizinan.
100
Dari uraian di atas, maka tampaklah bahwa dalam menjalankan kegiatan penanaman modal adalah merupakan sesuatu hal yang cukup menjanjikan.
Disebut demikian karena segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan penanaman modal cukup diurus dalam satu tempat atau satu pintu.
101
Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah dengan adanya program PTSP ini merupakan sebuah angin segar dalam kegiatan penanaman
modal, secara khusus. bagi para investor. Peraturan tentang PTSP ini cukup banyak mengatur mengenai pemberian jaminan kepastian berusaha kepada para
investor dengan berbagai pelayanan yang sudah memudahkan. Sehingga dengan
99
UU 252007 tentang Penanaman Modal.
100
Perpres 272009 tentang PTSP di Bidang Penanaman Modal
101
Sentosa Sembiring, Op. Cit., hlm. 148.
Universitas Sumatera Utara
adanya jaminan tersebut, maka kondisi kegiatan penanaman modal di Indonesia akan semakin berjalan dengan baik dan kondusif.
Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dinyatakan
bahwa :
102
3. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP
Tujuan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah: a. meningkatkan kualitas layanan publik;
b. memberiikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik.
Melalui PTSP ini, investor akan lebih dipermudah saat mengurus perizinan usaha. Sebab PTSP mengintegrasikan titik penerimaan permohonan 19 perizinan
dan non perizinan pada satu tempat. Dengan begitu, selain dapat memperoleh informasi mengenai prosedur, waktu, dan biaya para investor juga dapat
mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan dan non perizinan hanya dalam satu langkah.
103
102
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
103
Rmol, PTSP, dikutip dari http:www.rmol.Pengurusan-Izin-Pelayanan-Terpadu-Satu-
Pintu-PTSP.com . Diunggah terakhir pada tanggal 27 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dilakukan juga sebagai tindak lanjut UU Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007, Perpres 272009 dan ditindaklanjuti PerKa BKPM Nomor 12
Tahun 2009, Badan Penanaman Modal dan Promosi BPMP DKI Jakarta telah melayani pemrosesan investasi dan pengurussan lembaga bisnis dengan Sistem
Pelayanan Terpadu satu Pintu PTSP berbasis Teknologi Informasi.
104
Langkah tersebut merupakan pelayanan yang efisien khususnya terhadap pelayanan perizinan, yang selama ini diakui sebagai proses yang berbelit dan
panjang. Usaha ini merupakan solusi yang prima bagi masyarakat dan pemegang keputusan lainnya karena memilikikeunggulan yaitu cepat, mudah, transparan,
bebas dari biaya tidak resmi, dan memiliki kepastian hukum serta pelayanannya yang profesional.
105
B. Mekanisme Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP