Latar Belakang Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi, baik organisasi sektor swasta maupun organisasi sektor publik. Menurut Hansen dan Mowen 2004:1. Setiap entitas pencari laba ataupun nirlaba bisa mendapatkan manfaat dari perencanaan dan pengendalian yang diberikan oleh anggaran. Perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang saling berhubungan. Perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya telah terjadi membandingkan dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Dengan anggaran, manajemen mengarahkan jalannya kondisi perusahaan. Tanpa anggaran, dalam angka pendek perusahaan akan berjalan tanpa arah, dengan pengorbanan sumber daya yang tidak terkendali. Sebelum anggaran disiapkan, organisasi seharusnya mengembangkan suatu rencana strategis. Rencana strategis mengidentifikasi strategi-strategi untuk aktivitas dan operasi di masa depan, umumnya mencakup setidaknya untuk lima tahun ke depan. Organisasi dapat menerjemahkan strategi umum ke dalam tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan-tujuan ini membentuk dasar anggaran. Hubungan erat antara anggaran dan rencana strategis membantu manajemen untuk memastikan bahwa semua perhatian tidak terfokus pada operasional jangka pendek. 2 Dalam penyusunan anggaran diperlukan komunikasi antara atasan dan bawahan untuk saling memberikan informasi terutama yang bersifat informasi lokal karena bawahan lebih mengetahui kondisi langsung pada bagiannya. Partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan kinerja karena dengan adanya komunikasi antara atasan dan bawahan dapat memungkinkan bawahan untuk memilih. Tindakan memilih tersebut dapat membangun komitmen sebagai tanggung jawab atas apa yang telah dipilih dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja. Anggaran juga memberikan standar yang dapat mengendalikan penggunaan berbagai sumber daya organisasi dan memotivasi karyawan. Selain itu, anggaran dapat membantu komunikasi dan koordinasi. Anggaran secara formal mengkomunikasikan rencana organisasi pada tiap pegawai. Jadi, semua pegawai dapat menyadari peranannya dalam pencapaian tujuan tersebut. Oleh karena anggaran untuk berbagai area dan aktivitas organisasi harus bekerja bersama untuk mencapai tujuan organisasi, maka dibutuhkan adanya koordinasi. Peranan komunikasi dan koordinasi menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya ukuran organisasi. Kinerja manajerial adalah kemampuan manajer saat menjalankan fungsi manajemen. Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor kunci untuk mengembangkan organisasi agar lebih efektif dan efisien. Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja suatu organisasi dengan melakukan pengendalian dalam hal pengarahan dan pengendalian individu yang terlibat dalam organisasi. Partisipasi dalam penyusunan anggaran terjadi apabila adanya 3 keterlibatan dan tingkat pengaruh yang dirasakan oleh individu. Untuk itu, saat anggaran berikutnya dibuat, partisipasi mereka tentu sangat diperlukan agar dapat menghasilkan anggaran yang tepat dan menimbulkan rasa tanggung jawab di setiap individu. Dalam sistem penggangaran top-down, dimana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasanpemegang kuasa anggaran sehingga bawahanpelaksana anggaran hanya melakukan apa yang telah ditetapkan oleh anggaran tersebut. Penerapan sistem ini mengakibatkan kinerja bawahanpelaksana anggaran menjadi tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut namun sumber daya yang diberikan tidak mencukupi overloaded. Atasanpemegang kuasa anggaran kurang mengetahui potensi dan hambatan yang dimiliki oleh bawahanpelaksana anggara sehingga memberikan target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuannya bawahanpelaksana anggaran. Oleh karena itu, entitas mulai menerapkan sistem penganggaran yang dapat menanggulangi masalah di atas yakni sistem penganggaran partisipatif participative budgeting. Melalui sistem ini, bawahanpelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut subbagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara atasanpemegang kuasa anggaran dan bawahanpelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut Omposunggu dan Bawono, 2007. Masalah yang berkaitan dengan hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial aparat pemerintah merupakan masalah yang banyak diperdebatkan, bukti-bukti empiris memberikan hasil yang bervariasi dan 4 tidak konsisten. Dalam beberapa kasus pada organisasi pemerintah menunjukkan hasil penelitian terhadap pengaruh positif dan signifikan mengenai aparat pemerintah daerah. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bass dan Leavith 2003, Brownell dan McInnes 2008, dan Indriantoro 2003 dalam Riyadi 2010 menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Sementara hasil penelitian Milani 2005 dan Riyanto 2010 dalam Riyadi 2010 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Dinas Pertanian provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jl. A.H. Nasution No 6 Medan, Sumatera Utara merupakan institut pemerintah yang bergerak dalam bidang perkebunan, perikanan, pertumbuhan, peternakan dan lainnya yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong pemerintah untuk senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya, dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik. Dinas pertanian menghasilkan berbagai macam hasil pertanian yang berasal dari Sumatera Utara, dimana hasil itu untuk kemudian diharapkan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia serta menambah devisa negara. Dimana seperti yang kita ketahui bahwa Sumatera Utara sangatlah luas dan untuk mencakup semua wilayah yang ada diperlukan anggaran. Anggaran disini bukan hanya terpaku akan transportasi, akomodasi, namun juga tentang bagaimana produksi dan hasil pengolahannya yang sangat bergantung pada pasokan bahan baku, ketersedian listrik, bahan bakar dan lain sebagainya. Dimana SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai pengguna 5 anggaran diharapkan mampu meningkatkan kinerja mereka dan bertanggung jawab. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kinerja aparat pemerintah daerah adalah dengan tidak optimalnya kinerja keuangan satuan kerja perangkat daerah SKPD dijajaran Dinas Pertanian Sumatera Utara. Salah satu indikator tidak maksimalnya pemerataan hasil daerah ini bisa dilihat dari serapan anggaran yang belum memuaskan. APBD tiap tahun yang selalu meningkat dimana pada tahun 2014 proyeksi Sisa Lebih Penggunaan Anggaran silpa Anggaran Pendapatan Belanja daerah APBD 2014 mencapai 38 milyar. Adapun data Anggaran dan grafik kinerja para pegawai selama tahun 2014 Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Data Anggaran Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 Bulan 2014 Anggaran Sisa Keterangan Januari 3.207.144.000 1.963.000 Belum Tercapai Februari 3.129.068.000 5.518.500 Belum Tercapai Maret 3.124.338.000 1.930.000 Belum Tercapai April 3.128.536.000 9.230.000 Belum Tercapai Mei 3.354.000.000 7.540.000 Belum Tercapai Juni 3.125.678.000 5.000.000 Belum Tercapai Juli 3.200.100.000 3.930.000 Belum Tercapai Agustus 3.207.144.000 5.158.200 Belum Tercapai September 3.300.560.000 5.000.500 Belum Tercapai Oktober 3.400.768.000 4.300.000 Belum Tercapai November 3.300.005.000 2.567.000 Belum Tercapai 6 Desember 3.410.002.000 4.420.000 Belum Tercapai Total 38.887.343.000 56.557.200 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2014 Berdasarkan data Tabel 1.1 yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan terjadinya sisa anggaran yang tidak sesuai dengan realisasi, yang diindikasikan bahwa dalam penyusunan anggarankurang melibatkan bawahan. Karena bawahan juga bagian partisipasi dalam penyusunan anggaran sehingga bawahan diharapkan bekerja dengan optimal. Sebagaimana kita ketahui bahwa bawahan yang mengerti lapangan dan mengetahui apa saja yang diperlukan. Sehingga ketika sisa anggaran digunakan kembali untuk anggaran selanjutnya maka yang terjadi adalah laju yang statis atau tetap. Untuk itu demi menunjang kinerja yang optimal seharusnya sisa anggaran digunakan sesuai dengan kebutuhan tanpa pengurangan, upayakan sisa anggaran terpakai untuk tujuan Dinas Pertanian Sumatera Utara.Grafik partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dapat dilihat dari Gambar 1.1 berikut: Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2014 50 100 150 200 250 300 350 400 Jan u ar i F e b ru a ri M a re t A p ri l M e i Ju n i Ju li A g u st u s S e p te m b e r O k to b e r N o p e m b e r D e se m b e r 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Anggaran Kinerja Manajerial 7 Gambar 1.1 Grafik Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada tahun 2014 Berdasarkan Gambar 1.1 dapat kita ketahui bahwa tingginya anggaran belum menentukan keseriusan para pegawai dalam bekerja. Disini diindikasikan bahwa adanya ketidak ikutan bawahan dalam menyusun anggaran. Dapat meningkatkan kinerja karena partisipasi memungkinkan bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan kepada atasannya. Dalam penyusunan anggaran diperlukan komunikasi antara atasan dan bawahan untuk saling memberikan informasi disamping dapat memberikan kesempatan memasukkan informasi lokal karena bawahan lebih mengetahui kondisi langsung pada bagiannya. Partisipasi dapat memungkinkan bawahan untuk memilih. Tindakan memilih tersebut dapat membangun komitmen dan dianggap sebagai tanggung jawab atas apa yang telah dipilih Greenberg dan Folger, 1983 dalam Arief Wasisto dan Mahfud Sholihin, 2004:9. Memperhatikan betapa pentingnya partisipasi dalam penyusunan anggaran,dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja manajerial maka peneliti mengambil judul : “Pengaruh Partisipasi Penanggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah