Putri S. R. Tambunan : Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum Dan Sesudah Sertifikasi International Organization For Standardization ISO 9001 Pada PT. Inalum, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Ringkas Perusahaan
Pada tahun 1908 timbul gagasan untuk memanfaatkan Danau Toba sebagai salah satu pengolahan tenaga air karena Danau Toba merupakan danau terbesar di
Indonesia yang memiliki letak tinggi dan ruang akumulasi yang besar, maka ideal sekali kemungkinan pengolahan tenaga air. Selanjutnya pada tahun 1919
pemerintah Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan mengenai proyek ini. Pada tahun 1939 perusahaan Belanda “Maatschappij Tot Axplitatie Van de
Waterkracht in de Asahan Rivier MEWA” memulai pembangunan PLTA Sigura- gura, tetapi dengan pecahnya Perang Dunia II usaha tersebut tidak dapat
diteruskan. Usaha untuk mendayagunakan sungai Asahan, satu-satunya sungai yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka sudah dilakukan berulang-
ulang selama dan sesudah pendudukan Jepang. Pada tahun 1962 pemerintah Indonesia dan Rusia USSR menandatangani
suatu perjanjian kerjasama untuk mengadakan studi kelayakan tentang pembangunan proyek Asahan. Tetapi kondisi politik dan situasi ekonomi yang
kurang menguntungkan di tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal. Pada tahun 1968, Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang
menyerahkan laporan kelayakan intern tentang proyek aluminium Asahan di Sumatera Utara dan disusul dengan laporan mengenai “Power Development
Project”, serta tahun 1970 dilanjutkan penandatanganan perjanjian antara Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik PUTL dengan Nippon Koei
Putri S. R. Tambunan : Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum Dan Sesudah Sertifikasi International Organization For Standardization ISO 9001 Pada PT. Inalum, 2009.
USU Repository © 2009
untuk engineering service tentang perencanaan dan penyelidikan secara terperinci untuk proyel PLTA Nomor 2 dari Pengembangan Pembangunan Asahan, laporan
akhir diserahkan pada tahun 1972. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA Asahan layak dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pengguna
utama dari listrik yang dihasilkan. Bersamaan dengan penelitian Nippon Koei, kelompok peleburan aluminium Jepang yang bekerjasama dengan Tokyo Electric
Power Company mengadakan studi mereka sendiri tentang kemungkinan pembangunan sebuah pabrik peleburan aluminium yang menggunakan tenaga
listrik dari stasiun pembangkit listrik tenaga air Asahan. Pada tahun 1972, pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu
pelelangan untuk membangun pabrik peleburan aluminium dan PLTA sebagai suatu paket penanaman modal asing. Perusahaan-perusahaan aluminium dari
Jepang, USA, Kanada, Jerman Barat, Perancis, Itali, Swiss, Belanda dan Australia diundang untuk ikut tender. Pada tahun 1973 ketika tender tersebut ditutup, tidak
satupun di antara mereka yang menyerahkan penawarannya karena proyek ini membutuhkan suatu investasi yang sangat besar. Mereka menemui kesulitan
dalam mengumpulkan dana. Setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang, kelompok perusahaan Jepang yang terdiri dari 12 perusahaan yang
dipimpin oleh Sumitomo Chemical akhirnya mencapai suatu kesepakatan dengan pemerintah Indonesia untuk membangun proyek raksasa ini.
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, ditandatanganilah “Perjanjian Induk” antara Pemerintah Republik Indonesia dan para penanam modal jepang tersebut
untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan aluminium Asahan. Ke duabelas perusahaan penanam modal Jepang ini membentuk sebuah wadah perusahaan
Putri S. R. Tambunan : Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum Dan Sesudah Sertifikasi International Organization For Standardization ISO 9001 Pada PT. Inalum, 2009.
USU Repository © 2009
permodalan di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium co., Ltd., pada bulan November 1975.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Proyek Asahan ini, maka pada tanggal 6 Januari 1976 di Jakarta didirikanlah PT
Indonesia Asahan Aluminium PT INALUM, suatu perusahaan patungan antara pemerintah Republik Indonesia dan Nippon Asahan Auminium co., Ltd. Untuk
menyelenggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangnan proyek ini, pemerintah RI mengeluarkan KEPRES No. 51976
tentang Pembentukan Badan Pembina Proyek Asahan dan Otorita Pengembangan Proyek Asahan.
Pada tanggal 20 Januari 1982, Presiden Soeharto yang datang bersama pejabat tinggi pemerintahan, meresmikan operasi tahap pertama pabrik peleburan
aluminium PT INALUM di Kuala Tanjung dan menyebut proyek ini sebagai “impian yang menjadi kenyataan”. Pada tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan
ekspor perdana produksi PT INALUM ke Jepang dan Indonesia pun menjadi salah satu pengekspor aluminium batangan di dunia.
B. Ruang Lingkup PT INALUM