Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum Dan Sesudah Sertifikasi International Organization For Standardization (ISO) 9001 Pada PT. Inalum

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 REGULER MEDAN

ANALISIS PERBEDAAN RASIO PROFITABILITAS

SEBELUM DAN SESUDAH SERTIFIKASI

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR

STANDARDIZATION (ISO) 9001

PADA PT. INALUM

DRAFT SKRIPSI

OLEH :

PUTRI S.R. TAMBUNAN 050502182

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Putri Sally Renesia Tambunan (2009), Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Sertifikasi International Organization for Standardization (ISO) 9001 Pada PT INALUM. Dibimbing oleh Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, dengan Ketua Departemen Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE., MSi, dan penguji: Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi dan Ibu Dr. Khaira Amalia F. SE., MBA., Ak.

Penelitian ini dilaksanakan pada PT INALUM, yaitu merupakan salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang peleburan aluminium yang menghasilkan produk tunggal yaitu aluminium ingot. Sebagian besar hasil produksinya di ekspor ke Jepang dan beberapa negara impor bahan baku aluminium. PT INALUM telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 sejak tahun 2003. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio profitabilitas yang terdiri dari Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Equity, Return On

Assets sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Deskriptif dan Metode Analisis Kuantitatif dengan menggunakan uji Mann Whitmney U-Test dengan bantuan program SPSS versi 13. Hasil analisis terhadap data penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Gross

Profit Margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM, tidak

terdapat perbedaan Net Profit margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM, tidak terdapat perbedaan Return On Equity sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM, terdapat perbedaan Return On

Assets sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

Kata kunci: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Equity, Return On Assets.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat serta kasih setia-NYA yang telah menyertai dan membimbing penulis dengan memberi kekuatan dan hikmat sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan pendidikan akhir studi jenjang S-1, Departemen Manajamen, Konsentrasi Keuangan, untuk mencapai gelar Sarjana Lengkap dalam ilmu ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan serta ketidaksempurnaan dari skripsi ini, disebabkan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis dengan hati yang terbuka bersedia menerima kritikan dan saran-saran dari pembaca sekalian, guna perbaikan yang lebih sempurna lagi dari skripsi ini.

Penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan selama penulisan skripsi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE., MSi, selaku Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajamen, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing. 4. Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi, selaku Dosen Penguji I.


(4)

6. Ibu Dr. Rismayani SE., MS, selaku Dosen Wali.

7. Seluruh staff pengajar Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis, serta seluruh staff pegawai administrasi di Fakultas Ekonomi USU. 8. Bapak Drs. Edward Tumanggor Ak., selaku Manajer Bagian Keuangan, serta

seluruh staff di PT INALUM Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara , yang telah mengizinkan penulis dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan.

9. Kedua Orang Tua ku, Ir. Markopolo Tambunan dan Drg. Elfi S.D. Pardede tercinta yang senantiasa mengiringi penulis dengan doa dan telah mencurahkan segala perhatian baik moril maupun materil hingga saat ini.

10.Saudara-saudaraku (Abangku David O.P. Tambunan, Amd., dan Adik-adikku Andreas P.M. Tambunan dan Kudus P.B. Tambunan).

11.Keluargaku yang sangat ku kasihi, Opung, seluruh Tulang dan Nantulang, Uda dan Inanguda, Uak Sianturi, Aju Vera, Kak Georgia, Bang Pantas, Bang Pontas, Bang Erick, Maria, Lidya, Timoti, Jonatan, Tiara, Kezia, Inggrid, Brenda, Uti serta seluruh keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12.Teman-teman seperjuanganku yang selalu mengisi hariku dengan rasa ’lemon

tea’, Fika, Ursula, Lidya dan Hanny.

13.Sahabatku Ririn, thanks for being my bestest friend ever. Untuk d8, Nova, Sita, Jessica, Ribka dan Titin, I do love you guys.


(5)

14.Teman-temanku stambuk 2005 yang telah banyak membantuku selama ini, Dinda Devanti, Tashia, Eteng Bocor, Cita, Tovariga, Rumiris, Rina, Togu, serta seluruh teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kesilapan yang pernah diperbuat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-NYA kepada kita semua, dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2009 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Kerangka Konseptual ... 6

E. Hipotesis ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Batasan Operasional... 8

2. Definisi Operasional ... 8

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

4. Jenis Data ... 9

5. Teknik Pengumpulan Data ... 10

6. Metode Analisis Data ... 10

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. ISO 9001 ... 14

C. Laporan Keuangan ... 21

D. Rasio Profitabilitas ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan ... 30

B. Ruang Lingkup PT INALUM ... 32

C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 36

D. Proses Sertifikasi ISO 9001 ... 42

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 48


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... xi LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. GPM PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan

Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 48

Tabel 4.2. NPM PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 50

Tabel 4.3. ROE PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 52

Tabel 4.4. ROA PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 54

Tabel 4.5. Pengolahan GPM Dengan SPSS 13 ... 57

Tabel 4.6. Pengolahan NPM Dengan SPSS 13 ... 58

Tabel 4.7. Pengolahan ROE Dengan SPSS 13 ... 59


(9)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1. Fluktuasi Tingkat Profi PT INALUM


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual ... 7 Gambar 4.1. Gross Profit Margin Lima Tahun Sebelum dan

Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 49 Gambar 4.2. Net Profit Margin Lima Tahun Sebelum dan

Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 51 Gambar 4.3. Return On Equity Lima Tahun Sebelum dan

Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 53 Gambar 4.4. Return On Assets Lima Tahun Sebelum dan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Neraca PT INALUM dari Tahun 1998 Sampai Dengan Tahun 2008 Lampiran 2. Laporan Laba Rugi PT INALUM dari Tahun 1998 Sampai Dengan

Tahun 2008

Lampiran 3. Pengolahan Gross Profit Margin Dengan SPSS 13 Lampiran 4. Pengolahan Net Profit Margin Dengan SPSS 13 Lampiran 5. Pengolahan Return On Equity Dengan SPSS 13 Lampiran 6. Pengolahan Return On Assets Dengan SPSS 13


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia bisnis saat ini telah dihadapkan pada persaingan global, dengan salah satu ciri yang menonjol adalah berkembangnya teknologi informasi yang sangat cepat. Hal ini menjadikan siapa saja pelaku bisnis dapat dengan mudah mengakses informasi bisnis tanpa dibatasi ruang dan waktu. Bagi konsumen, dapat dengan leluasa mendapatkan informasi pasar, memiliki banyak referensi produk, dan bisa menentukan pilihan produk berkualitas sesuai dengan yang mereka harapkan. Dengan demikian pada saat sekarang dan masa mendatang konsumen akan memegang peranan yang sangat strategis. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi perusahaan yang ingin bertahan dalam persaingan global selain harus bisa menghasilkan produk berkualitas yang bisa diterima konsumen.

Tantangan global yang dihadapi dunia tidak dapat dihindari baik dari sektor pemerintah maupun swasta, mau tidak mau semua pihak dituntut untuk mempersiapkan diri untuk mampu bertahan (survive) dalam menghadapi kondisi tersebut. Seiring dengan globalisasi ini, standarisasi manajemen telah menjadi isu utama lebih khusus lagi standarisasi tentang standarisasi sistem manajemen mutu. Untuk itu, suatu perusahaan perlu menyiapkan kerangka sistem mutu perusahaannya ke arah yang diinginkan sesuai dengan sasaran atau tujuan akhir yang ditetapkan oleh suatu perusahaan tersebut, dalam pengertian bahwa tujuan atau sasaran mutu dari suatu perusahaan mampu mencapai kesesuaian dengan keinginan yang diharapkan dari pelanggan atau mitra kerja perusahan tersebut.


(13)

Salah satu standar sistem manajemen mutu yang telah berkembang di berbagai negara adalah ISO 9001. Standar ini merupakan sarana atau sebagai alat untuk mencapai tujuan mutu dalam menerapkan Total Quality Control yang diharapkan mampu menjawab perkembangan globalisasi ini dimana tujuan akhirnya adalah mencapai efektivitas dan efisiensi suatu organisasi.

Menurut Chang (2003:376) salah satu kegunaan sertifikasi ISO 9001 adalah pengelolaan kualitas lebih baik, sehingga hasil penjualan dan profit meningkat. Menurut Nasution (2005:42) keuntungan yang didapatkan perusahaan karena meneyediakan barang atau jasa berkualitas baik berasal dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah dimana gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.

Tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang umumnya adalah untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan memperluas perusahaan. Profitabilitas bisa diperoleh jika perusahaan mampu bertindak efisien dan efektif.

Profitabilitas berkaitan dengan profit yang merupakan pengukuran pokok dari seberapa efisien perusahaan menyediakan produk terbaik yang sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Semakin tinggi kualitas maka dapat meningkatkan pangsa pasar dan harga sehingga pendapatan meningkat. Sedangkan semakin rendah ketidaksesuaian berarti dapat menurunkan cycle time dan garansi sehingga biaya menurun dan akan berdampak pada peningkatan profit yang dalam jangka panjang akan meningkatkan profitabilitas perusahaan (Ahmar dan Pujiati, 2003:274).


(14)

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap nominal penjualan yang dihasilkan. Rasio profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan dimana rasio ini dibedakan atas rasio laba investasi dan rasio atas penjualan.

Rasio laba investasi adalah rasio yang menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atas harta yang diinvestasikan perusahaan yang bersangkutan yang terdiri dari Return On Equity dan Return On Assets. Sedangkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atas penjualan terdiri dari Gross Profit Margin dan Net Profit Margin. Hasil formulasi ini merupakan ukuran yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan biaya secara terinci dan untuk mencapai profitabilitas yang memuaskan. Rasio ini mengukur efisiensi pengendalaian harga pokok atau biaya produksi dan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Agnes, 2001)

Berdasarkan pemaparan sebelumnya maka dapat dilihat bahwa aspek finansial adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001. Penerapan ISO 9001 sebaiknya menjadi stimulus untuk perbaikan proses operasi dan sistem kerja. Perolehan sertifikat ISO 9001 seyogyanya diikuti dengan efisiensi biaya karena dengan terdokumentasinya setiap aktivitas organisasi maka setiap proses operasi adalah proses yang bernilai tambah sekaligus mereduksi proses tak bernilai tambah yang tidak efisien dan tidak efektif.


(15)

Perolehan sertifikasi ISO 9001 juga terbukti secara empiris mampu menciptakan keunggulan pemasaran bagi perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor (Chang, 2003:376). PT INALUM merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berorientasi ekspor. PT INALUM merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam bidang peleburan aluminium yang menghasilkan produk tunggal yaitu aluminium ingot yang sebagian besar hasil produksinya diekspor ke Jepang dan beberapa Negara impor bahan baku aluminium. PT INALUM telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 sejak tahun 2003.

Van Horne dan Wachowicz (2005:222) mengemukakan bahwa penilaian kinerja perusahaan dalam perspektif keuangan mencakup tingkat profitabilitas dalam gross profit margin, net profit margin, return on equity dan return on

assets. Oleh karena itu, untuk melakukan pehitungan tersebut diperlukan laporan

keuangan dari perusahaan yang akan diteliti dalam hal ini PT INALUM. Berikut adalah informasi dan gambaran tingkat profit pada PT INALUM berdasarkan laporan keuangan tahunan selama periode 1998 sampai dengan 2008.

-$300.000.000,00 -$225.000.000,00 -$150.000.000,00 -$75.000.000,00 $0,00 $75.000.000,00 $150.000.000,00 $225.000.000,00 $300.000.000,00

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Net Profit

Diagram 1.1 : Fluktuasi Tingkat Profit pada PT INALUM periode 1998 sampai dengan 2008


(16)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis, ditemukan adanya perubahan atau fluktuasi tingkat profit pada PT INALUM. Melihat bahwa perolehan dan penerapan sertifikasi ISO dapat memicu terjadinya proses

improvement dalam sistem kerja dan sistem operasi yang pada akhirnya akan

meningkatkan profit perusahaan, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami bahasan mengenai rasio profitabilitas perusahaan sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001. Oleh karena itu penulis memilih judul : “Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Sertifikasi International Organization for Standardization (ISO) 9001 Pada PT INALUM”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah terdapat perbedaan rasio profitabilitas yang terdiri dari Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Equity, Return On Assets sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT

INALUM?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitaian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan rasio profitabilitas sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.


(17)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi bagi perusahaan dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan laba perusahaan.

b. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

c. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang rasio profitabilitas sebelum dan sesudah penggunaan ISO 9001 pada PT INALUM.

D. Kerangka Konseptual

Perusahaan yang menghasilkan barang-barang berkualitas pada akhirnya akan bekerja lebih baik pada tolak ukur efektivitas tradisional seperti profitabilitas daripada perusahaan-perusahaan yang berupaya untuk menjaga harga tetap rendah dengan kompromi. Peningkatan efektivitas dicapai melalui orientasi operasi dan konsumen. Orientasi operasi menghasilkan peningkatan revenue melalui pengurangan biaya melalui efisiensi proses, sementara orientasi konsumen menghasilkan peningkatan revenue dan mengurangi biaya melalui keunggulan pasar dan efisiensi desain produk (Ahmar dan Pujiati, 2003:272).


(18)

ISO 9001 sebagai standar sistem kualitas berkaitan tentang kualitas yang diatur oleh sebuah perusahaan. Standar ISO 9001 menggambarkan elemen-elemen sistem kualitas apa yang harus dimiliki. Standar ini dimaksud untuk mendorong perusahaan dalam merancang dan menerapkan sistem kualitas yang sesuai dengan produk, proses dan praktik tertentu pada suatu perusahaan.

Menurut Nasution (2005:42) keuntungan yang didapatkan perusahaan karena menyediakan barang atau jasa berkualitas baik berasal dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah dimana gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan. Adanya jaminan kualitas dengan dimilikinya sertifikat ISO 9001 tersebut diduga mampu membedakan kinerja perusaaan dibandingkan sebelum sertifikat ISO 9001 tersebut dimiliki (Ahmar dan Pujiati, 2003:277).

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

Sumber : Ahmar dan Pujiati, 2003 (03/03/2009, diolah) Rasio Profitabilitas

Sebelum Sertifikasi ISO 9001 a. Gross Profit Margin

b. Net Profit Margin c. Return On Equity d. Return On Assets

Rasio Profitabilitas Sesudah Sertifikasi

ISO 9001 a. Gross Profit Margin

b. Net Profit Margin c. Return On Equity d. Return On Assets


(19)

E. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka hipotesis yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut :

“Terdapat perbedaan rasio profitabilitas yang terdiri dari Gross Profit Margin, Net

Profit Margin, Return On Equity, Return On Assets sebelum dan sesudah

sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM”.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

a. Batasan penelitian yang penulis tetapkan yaitu terbatas pada perbedaan rasio profitabilitas dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 pada PT INALUM.

b. Laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan laba-rugi PT INALUM. Neraca dan laporan laba-rugi yang digunakan adalah 5 tahun sebelum sertifikasi ISO 9001 (tahun 1998 sampai dengan tahun 2002) dan 5 tahun sesudah sertifikasi ISO 9001 (tahun 2004 sampai dengan tahun 2008). Tahun 2003 tidak diikutsertakan karena tahun 2003 dijadikan titik

central dimana pada tahun 2003 tersebut PT INALUM mendapatkan

sertifikasi ISO 9001.

2. Definisi Operasional

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap penjualan yang dihasilkan.


(20)

Rasio-rasio yang sering digunakan untuk menghitung profitabilitas adalah sebagai berikut (Brigham, 2006:107):

×100% Sales Sold Good of st Sales - Co =

it Margin Gross Prof a.

Rumus Gross Profit Margin ini digunakan untuk mengetahui presentase dari laba kegiatan usaha yang murni dari perusahaan yang bersangkutan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya personil, biaya kantor dan biaya overhead lainnya.

×100% Sales Net Profit = Margin Net Profit b.

Rumus Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokok bagi perusahaan yang bersangkutan.

×100% ital Equity Cap Profit Net = ROE) n Equity (

. Return O c

Rumus Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola equity capital yang tersedia untuk mendapatkan net

income.

×100% ts

Total Asse Net Profit ts =

Total Asse Return On

d.

Rumus Return On Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan efisiensi secara menyeluruh.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT INALUM yang berada di Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2008 hingga Januari 2009.


(21)

4. Jenis Data

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :

a. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung ditempat penelitian dengan melakukan wawancara kepada pihak yang berwenang yaitu kepala bagian keuangan pada PT INALUM.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Gambaran umum perusahaan

2. Proses sertifikasi ISO 9001

3. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi

b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi dokumen dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, dan situs internet untuk mendukung penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Dokumentasi

Informasi dikumpulkan dari laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba-rugi PT INALUM dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 serta data yang relevan dengan penelitian, baik dari pihak perusahaan maupun yang berasal dari buku-buku literatur.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Data dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan pihak


(22)

yang berwenang yaitu kepala bagian keuangan pada PT INALUM untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

6. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif yaitu metode yang mengumpulkan, merumuskan dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh untuk menunjang analisis kuantitatif yang akan dilakukan.

b. Metode Analisis Kuantitatif

Metode analisis kuantitatif dalam hal ini untuk hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal menggunakan metode

Mann Whitney U-test (Sugiyono, 2005:148). Dalam menguji hipotesis dengan

metode Mann Whitney U-Test, peneliti menggunakan program SPSS (Statistical

Package for the Social Science) 13 for windows.

Dalam pengujian ini menggunakan hipotesis :

1. Ho : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 = µ sesudah sertifikasi ISO 9001 Artinya, tidak terdapat perbedaan Gross Profit Margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

Ha : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 ≠ µ sesudah sertifikasi ISO 9001 Artinya, terdapat perbedaan Gross Profit Margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.


(23)

Artinya, tidak terdapat perbedaan Net Profit Margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

Ha : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 ≠ µ sesudah sertifikasi ISO 9001 Artinya, terdapat perbedaan Net Profit Margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

3. Ho : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 = µ sesudah sertifikasi ISO 9001 Artinya, tidak terdapat perbedaan Return On Equity sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

Ha : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 ≠ µ sesudah sertifikasi ISO 9001 Artinya, terdapat perbedaan Return On Equity sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

4. Ho : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 = µ sesudah sertifikasi ISO 9001 Artinya, tidak terdapat perbedaan Return On Assets sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

Ha : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 ≠ µ sesudah sertifikasi ISO 9001 Artinya, terdapat perbedaan Return On Assets sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.

Kriteria pengujian hipotesis dengan Mann Whitney U-Test dengan derajat signifikansi (α) 5% adalah : (Sugiyono 2005:252)

Ho diterima jika : - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel atau Sig > 0,05


(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Hendrino (2004) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh ISO 9002 terhadap profitabilitas PT. Bhanda Ghara Reksa Cabang Utama Medan”. Penelitian menggunakan Paired Sample Test sebagai metode statistiknya yang menghasilkan kesimpulan bahwa ISO 9002 yang diterapkan PT. Bhanda Ghara Reksa Cabang Utama Medan belum membawa perubahan dalam hal kemampulabaan (profitabilitas) perusahaan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan dari rasio profitabilitas perusahaan sesudah penggunaan ISO 9002 tidak mengalami perubahan yang cukup berarti. Hail tersebut tidak sesuai dengan tujuan awal PT. Bhanda Ghara Reksa Cabang Utama Medan yang menginginkan adanya peningkatan image perusahaan yang pada akhirnya juga akan menghasilkan pendapatan yang cukup signifikan berubah.

Ahmar dan Pujiati (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Memperoleh Sertifikasi ISO Seri 9000 : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini diambil sample 38 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga variabel yaitu return on

total assets (ROA), gross profit margin dan sales growth. Dari penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gross profit margin antara satu tahun sebelum dan tiga tahun sesudah sertifikasi ISO seri 9000 pada perusahaan manufaktur publik di Bursa Efek Jakarta.


(25)

B. ISO 9001

Menurut Hadiwiardjo dan Sulistijarningsih (2000:94) manfaat-manfaat umum sistem manajemen mutu yang efektif adalah :

1. Pelanggan-pelanggan yang puas dan setia karena barang dan jasa yang lalu diproduksi sesuai dnegan kebutuhan-kebutuhan mereka.

2. Biaya-biaya operasional yang berkurang sebagai akibat pemborosan dihilangkan dan efisiensi ditingkatkan sebagai suatu hasil dari penghapusan ketidaksesuaian.

3. Daya saing dan profitabilitas diperbaiki karena biaya-biaya kegiatan operasional berkurang.

4. Semangat pegawai ditingkatkan karena mereka bekerja dengan efisien. Menurut Nasution (2005:299) Seri ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan atau perbaikan secara berkesinambungan. Menurut Chang (2003:378) Seri ISO 9000 merupakan sistem jaminan kualitas standar internasional dimana unsur kualitas produksinya telah memiliki serta mencapai prinsip jaminan kualitas dan mampu meningkatkan efisiensinya.

ISO 9000 diturunkan dari sejumlah standar nasional untuk memberikan pedoman pada industri bagaimana membuat suatu sistem untuk mengelola mutu produk di pabrik. Tujuannya adalah untuk menyebarkan pengembangan standar ini ke seluruh dunia untuk mengembangkan efisiensi, produktivitas, dan mutu.


(26)

Standar ISO seri 9000 terdiri dari beberapa model dan beberapa pedoman, masing-masing dapat diterapkan sesuai dengan lingkup masing-masing standar yang bersangkutan. ISO 9000 mencakup beberapa seri berikut :

ISO 9000 : Standar manajemen mutu dan jaminan mutu pedoman untuk pemilihan dan penggunaan.

ISO 9001 : Sistem mutu – Model jaminan mutu dalam desain / pengembangan, produksi, pemasangan, dan pelayanan.

ISO 9002 : Sistem Mutu – Model jaminan mutu dalam produksi dan pemasangan.

ISO 9003 : Sistem Mutu – Model jaminan mutu dalam penilikan dan pengujian akhir.

ISO 9004 : Unsur-unsur manajemen mutu dan sistem mutu – Pedoman.

Dari kelima standar tersebut diketahui bahwa jika ingin menerapkan sistem manajemen mutu di sebuah perusahaan, maka yang digunakan adalah pilihan dari ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003. Sedangkan ISO 9000 dan ISO 9004 bukanlah merupakan standar, namun hanya bersifat petunjuk yang memberikan pedoman.

Pemilihan di antara ketiga standar tersebut -ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003- oleh perusahaan disesuaikan dengan jenis perusahaannya. Jenis perusahaannya dikategorikan sebagai berikut : (Priyadi, 1996:29)

a. Perusahaan yang berpedoman pada ISO 9001

Perusahaan dengan jenis kegiatannya mulai dari desain/pengembangan desain, produksi, inspeksi/pengujian-pengujian produknya sampai dengan pelayanan purna jual.


(27)

b. Perusahaan yang berpedoman pada ISO 9002

Perusahaan dengan jenis kegiatannya mulai dari produksi, inspeksi/pengujian-pengujian produknya sampai dengan pelayanan purna jual.

c. Perusahaan yang berpedoman pada ISO 9003

Perusahaan dengan jenis kegiatannya hanya pada inspeksi dan pengujian-pengujian.

Prinsip dari Standar seri ISO 9000 melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan, dimana bagian-bagian tersebut harus bekerja secara efektif sesuai dengan elemen-elemen sistem mutu ISO 9000, yaitu : (Purnama, 2006:83)

1. Tanggung jawab manajemen. Organisasi harus menjabarkan dan

mengalokasikan pembagian tanggung jawab, khususnya untuk personal kunci.

2. Sistem Kualitas. Perlu adanya suatu sistem yang menjamin bahwa

barang yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan.

3. Tinjauan kontrak. Perlu adanya suatu sistem yang menjamin bahwa apa yang ditawarkan pemasok kepada pelanggan, dipahami dan disepakati spesifikasinya, termasuk waktu penyerahannya.

4. Pengendalian desain. Perlu adanya suatu sistem yang menjamin bahwa desain produk sesuai dengan apa yang direncanakan dan mengacu penerimaannya bagi pelanggan.

5. Pengendalian dokumen dan data. Perlu adanya suatu sistem yang

menjamin bahwa semua pihak yang terkait mempunyai dokumen yang relevan untuk melaksanakan pekerjaannya.


(28)

6. Pembelian. Organisasi harus mempunyai spesifikasi yang jelas menyangkut barang atau layanan yang dibutuhkan dari pemasok.

7. Pengendalian produk yang dipasok pelanggan. Barang yang dipasok oleh pelanggan harus dilindungi, disimpan, dan dipelihara sesuai ketentuan. 8. Identifikasi dan kemampuan penelusuran produk. Harus ada sistem yang

menjamin bahwa bahan-bahan yang digunakan teridentifikasi dan bisa dibedakan satu sama lain, sehingga penggunaannya bisa disesuaikan dengan keperluan.

9. Pengendalian proses. Harus dilakukan identifikasi dan perencanaan produksi, dan apabila memungkinkan proses pemasangan yang langsung mempengaruhi kualitas, serta harus menjamin bahwa proses-proses tersebut dilaksanakan dalam kondisi yang terkendali.

10.Inspeksi dan pengujian. Harus dilakukan pengujian dan inspeksi terhadap setiap tahapan krirtis produksi, untuk menjamin dan membuktikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan dan dijanjikan kepada pelanggan.

11.Pemasok harus mengendalikan, merawat peralatan inspeksi, pengukuran dan pengujian, baik yang dimiliki sendiri, dipinjam, disediakan oleh pembeli, untuk memperagakan kesesuaian produk dengan syarat yang ditentukan.

12.Inspeksi atau status pengujian. Status inspeksi dan pengujian produk harus diidentifikasi menggunakan tanda, label kartu, stempel yang sah, catatan, inspeksi atau sarana lainnya yang sesuai, untuk menunjukkan


(29)

kesesuain atau ketidaksesuaian produk berkaitan dengan inspeksi dan pengujian yang dilakukan.

13.Pengendalian terhadap produk yang tidak sesuai. Harus ada prosedur yang menjamin bahwa produk yang tidak sesuai dicegah dari pemakaian yang tidak sengaja.

14.Tindakan koreksi. Harus ada prosedur untuk menyelidiki, menganalisa, memprakarsai tindakan pencegahan, mengendalikan tindakan koreksi dan mencatat semua perubahan terhadap produk atau proses yang tidak sesuai.

15.Penanganan, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman. Harus ada

penetapan pemeliharaan prosedur penanganan, penyimpanan, pengemasan, pengawetan, dan penyerahan produk.

16.Pengendalian catatan kualitas. Harus ada penetapan dan pemeliharaan prosedur identifikasi, pengumpulan, pengindeksan, pengarsipan, penyimpanan, dan pemeliharaan.

17.Audit kualitas internal. Harus ada prosedur untuk pelaksanaan audit kualitas internal yang harus dilaksanakan secara berkala sesuai dengan kebutuhan.

18.Pelatihan. Harus ada prosedur dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sesuai dengan kebutuhan.

19.Pelayanan. Apabila pelayanan ditentukan dalam kontrak, harus ada prosedur pelaksanaannya agar pelayanan yang diberikan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.


(30)

20.Teknik-teknik statistik. Apabila ada kesesuaian, harus ditetapkan prosedur untuk menentukan teknik statistik yang memadai.

ISO 9001 berisi keseluruhan dari elemen sistem mutu tersebut. ISO 9001 ini mewakili persyaratan-persyaratan yang paling lengkap. ISO 9001 merupakan standar sistem manajemen. Standar ini berbicara tentang bagaimana suatu organisasi dapat menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, yang diberikan kepada konsumen dengan mutu yang konsisten. Standar seri ISO 9001 memberikan satu set standar jaminan mutu yang umum yang dapat diterapkan di semua situasi produksi, baik tanpa atau dengan perubahan yang diperlukan. Standar seri ISO 9001 memberikan pedoman tentang bagaimana memulai menstrukturkan dan menerapkan sistem manajemen mutu yang efektif (Gaspersz, 2005:1).

ISO 9002 menampung hampir seluruh sistem mutu yang ada. Adapun elemen yang tidak termasuk adalah “Pengendalian Desain”.

ISO 9003 berkaitan dengan unsur-unsur terkait dengan penilikan dan uji akhir, standar ini mempunyai persyaratan yang paling sedikit dari ketiga model yang ada. ISO 9003 meliputi 12 elemen. Elemen yang tidak termasuk adalah Pengkajian kontrak; Pengendalian dokumen dan data; Pembelian; Pengendalian produk yang dipasok konsumen; Identifikasi dan ketertelusuran produk; Penanganan, penyimpanan, pengemasan, perawatan, dan penyerahan; Audit mutu internal; Pelayanan.

Menurut Chang (2003:376) manfaat dengan adanya sertifikat ISO 9001 pada suatu perusahaan adalah :


(31)

a. Komoditas ekspor lebih mudah diterima oleh pasar di luar negeri, dan kompetitif di era globalisasi ini, maka produksi, kualitas mutu harus sesuai dengan standar, sehingga kemenangan dapat diraih.

b. Karena telah menerima sertifikat maka sistem kualitas intern pada masing-masing pabrik harus melaksanakan ketentuan paket tersebut, agar pabrik lebih disiplin, sehingga perusahaan menjasi sehat, efisien, kualitas produksi baik, biaya rendah dan dapat meraih profit yang rasional.

c. Membuka pintu menuju pasaran internasional.

d. Melaksanakan standar ISO 9001 akan mampu mengurangi pemborosan, kesalahan serta meluruskan dan koreksi kesalahan.

e. Meningkatkan hasil produksi, kemampuan bersaing dalam tenaga dan pelayanan ialah unsur kualitas yang perlu ditingkatkan.

f. Hasil produksi dari pabrik atau pengusaha yang sudah memiliki sertifikat jaminan mutu ISO 9001, berarti telah diakui secara internasional dalam program kendali mutu dan prestasi sosial pabrik atau pengusaha itu.

g. Menggunakan kualifikasi standar kualitas internasional memudahkan pula untuk mendapat kredit bank.

h. Bersenjatakan sertifikat ini lebih mudah menarik konsumen internasional, khususnya ke Amerika dan Eropa.

i. Dapat menghemat biaya dan waktu, untuk meningkatkan hasil produksi dan efisiensinya.

j. Pengelolaan kualitas lebih baik, sehingga hasil penjualannya meningkat dan profit.


(32)

C. Laporan Keuangan

Setiap perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang harus mampu mengontrol jalannya operasi perusahaan. Untuk itu diperlukan informasi tentang banyak hal, antara lain informasi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan. Tanpa laporan keuangan tidak dapat menilai efektivitas atau kinerja tim perusahaan. Selain itu, dari laporan keuangan tersebut kita mengetahui apakah perusahaan dalam kecenderungan perusahaan baik di masa lalu maupun di masa mendatang, apakah menuju arah yang lebih baik atau sebaliknya. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Oleh karena itu, pihak luar meneliti laporan keuangan sebagai bukti dari unjuk kerja masa lalu yang mungkin bermanfaat dalam membuat prakiraan mengenai unjuk kerja di masa akan datang.

Laporan keuangan pada hakikatnya merupakan catatan masa lalu (Kuswadi, 2004:19). Menurut Brigham (2006:44) laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka tersebut. Laporan tersebut penting untuk melihat seberapa efektif perusahaan telah dijalankan dan pemerintah membutuhkan informasi untuk digunakan dalam menilai pajak.

Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi


(33)

penjelasan yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Seluruh laporan keuangan harus diidentifikasi dengan nama perusahaan, jenis laporan, dan tanggal atau periode waktu laporan tersebut. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti hanya menjelaskan mengenai neraca dan laporan laba rugi karena unsur-unsur yang ada dineraca dan laporan laba rugi berkaitan dengan variabel yang diteliti.

1. Neraca

Menurut Kuswadi (2004:28) Neraca adalah laporan keuangan perusahaan yang menyajikan nilai atau infomasi mengenai aktiva (harta atau asset), kewajiban (utang atau liabilities), dan ekuitas (modal atau equity) pada waktu tertentu.

Berikut ini akan dijelaskan penggolongan unsur-unsur pokok neraca, yaitu :

a. Aktiva

Aktiva merupakan harta dari sebuah perusahaan (Purba, 2002:36). Aktiva secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu :

1. Aktiva lancar (current assets). Yang disebut dengan aktiva lancar adalah harta yang dalam satu masa perputaran kegiatan usaha pokok perusahaan yang normal (biasanya 1 tahun) diharapkan dapat dicairkan menjadi uang tunai, dijual atau dipakai habis. Kelompok ini mencakup kas dan aktiva yang secara normal dikonversi ke dalam kas dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi perusahaan. Siklus operasi adalah rentang waktu antara pembelian barang dagangan dan penjualan produk akhir.


(34)

Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut : (Kuswadi, 2004:91)

a. Diperkirakan akan direalisasi dan dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal persahaan.

b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.

c. Berupa kas yang penggunaannya tidak dibatasi.

2. Aktiva tetap (fixed assets). Aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai unsur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang, yaitu mempunyai unsur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan, misalnya tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan dan sebagainya.

Aktiva ini kecuali tanah akan berkurang nilainya oleh karena digunakan dalam kegiatan perusahaan. Penyusutan nilai aktiva dicatat oleh perusahaan sebagai beban penyusutan.

3. Aktiva tak berwujud (intangible assets). Aktiva tak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administrasi, misalnya hak paten, goodwill, trade mark, dan sebagainya.


(35)

b. Kewajiban

Kewajiban adalah jumlah utang perusahaan, yaitu utang yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (Waren, 2005:176).

Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan pembayaran kas, penyerahan aktiva lain, dan konversi kewajiban menjadi ekuitas.

Kewajiban perusahaan dapat dibedakan menjadi dua bagian utama, yaitu : 1. Kewajiban jangka pendek

Kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu yang singkat (biasanya satu tahun atau kurang) dan yang harus dibayar dengan menggunakan aktiva lancar disebut kewajiban jangka pendek (current liabilities) (Warren, 2005:176). Kewajiban jangka pendek yang paling lazim ditemukan adalah wesel bayar dan hutang usaha. Akun kewajiban jangka pendek lainnya adalah utang upah, utang bunga, utang pajak, dan pendapatan jasa diterima dimuka.

2. Kewajiban jangka panjang

Kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu yang lama atau kewajiban yang belum jatuh tempo pada periode akuntansi saat ini (Kuswadi, 2004:29).


(36)

Bila kewajiban jangka panjang menjadi jatuh tempo dan harus dibayar dalam satu tahun, maka jumlah tersebut diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Jika kewajiban tersebut diperbaharui (diperpanjang), maka hal itu tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

3. Ekuitas pemilik

Ekuitas terdiri dari modal saham, saldo laba atau laba ditahan (retained

earnings), merupakan hak residual atas aktiva perusahaan setelah

dikurangi semua kewajiban. Akun-akun kategori ekuitas mencakup : modal saham (stocks atau stockholder’s equity), laba tahun berjalan (current year’s earnings) dan laba ditahan (retained earnings).

Bila jumlah aktiva ternyata tidak sama dengan jumlah kewajiban ditambah ekuitas, berarti terdapat kesalahan dalam penyususnan neraca, atau dengan kata lain salah satu tanda bahwa suatu neraca benar adalah bahwa neraca tersebut harus memenuhi aturan persamaan dasar akuntansi tersebut.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah perbedaan antara total pendapatan dengan total beban/biaya dari sebuah aktivitas bisnis untuk periode waktu tertentu (Kuswadi, 2004:32). Pendapatan di sini adalah harga yang dibebankan kepada pemakai barang atau jasa yang dijual perusahaan kepada mereka, sedangkan beban/biaya adalah semua pengeluaran dalam rangka menjalankan usaha. Perbedaan antara pendapatan dan beban/biaya tersebut sama dengan laba atau rugi perusahaan.


(37)

Beberapa bagian dari laporan laba rugi akan dibicarakan berikut ini : a. Penjualan bersih

Jumlah yang dibebankan kepada pembeli karena penjualan barang dan jasa, baik secara kredit maupun tunai dilaporkan sebagai penjualan bruto (gross sales). Penjualan retur dan pengurangan harga serta potongan penjualan dilaporkan sebagai pengurang terhadap penjualan bruto. Hasil yang diperoleh adalah penjualan bersih (net sales).

b. Harga Pokok Penjualan

Laporan laba rugi perusahaan manufaktur tidak berbeda dengan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada harga pokok penjualan. Dalam perusahaan dagang, harga pokok penjualan dihitung sebagai persediaan awal ditambah pembelian barang dagang dikurangi persediaan akhir.

c. Laba Bruto

Selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan disebut laba bruto (gross profit) atau margin kotor (gross margin). Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan beban-beban usaha.

d. Beban Usaha

Seringkali beban usaha dikelompokkan lagi menjadi beban penjualan (selling expense) dan beban administrasi dan umum (general and

administrative expense). Beban penjualan adalah semua beban yang terjadi

dalam hubungannya dengan kegiatan menjual dan memasarkan barang, seperti kegiatan promosi, penjualan, dan pengangkutan barang-barang yang dijual. Contoh beban ini adalah beban iklan dan promosi. Beban


(38)

administrasi dan umum adalah beban yang bersifat umum dalam perusahaan, misalnya gaji, air dan telepon, pemeliharaan, dan lain-lain. e. Laba Usaha

Selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha (income from

operation) atau laba operasi (operating income).

f. Pendapatan lain-lain

Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan utama perusahaan dikelompokkan ke dalam pendapatan lain-lain (other income) atau pendapatan non-usaha (non-operating income), misalnya keuntungan dari penjualan aktiva tetap dan pendapatan sewa.

g. Beban lain-lain

Beban-beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dan pasti dengan kegiatan utama perusahaan dikelompokkan ke dalam beban lain-lain (other expense) atau beban non-usaha (non-operating expense), misalnya adalah beban bunga, kerugian dari penjualan aktiva tetap.

h. Laba Bersih

Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net profit). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss).

D. Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif


(39)

pengelolaan perusahaan oleh manajemen (Syahyunan, 2004:83). Rasio profitabilitas menggambarkan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan yang akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.

Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Pemilik perusahaan, dan terutama sekali dari pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari benar betapa pentingnya arti dari profit terhadap kelangsungan dan masa depan perusahaan.

Menurut Brigham (2006:107), rasio-rasio yang sering digunakan untuk menghitung profitabilitas adalah sebagai berikut :

×100% Sales Sold Good of ost Sales - = it Margin

Gross Prof C a.

Rumus Gross Profit Margin digunakan untuk mengetahui persentase dari laba kegiatan usaha yang murni dari perusahaan yang bersangkutan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya personil, biaya kantor dan biaya overhead lainnya.

×100% Sales Net Profit = Margin Net Profit b.

Rumus Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokok bagi perusahaan yang bersangkutan.

×100% ital Equity Cap Net Profit = ROE) n Equity (

. Return O c


(40)

Rumus Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola equity capital yang tersedia untuk mendapatkan net

income.

×100% ts

Total Asse Net Profit ts =

Total Asse Return On

d.

Rumus Return On Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan efisiensi secara menyeluruh.


(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Ringkas Perusahaan

Pada tahun 1908 timbul gagasan untuk memanfaatkan Danau Toba sebagai salah satu pengolahan tenaga air karena Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia yang memiliki letak tinggi dan ruang akumulasi yang besar, maka ideal sekali kemungkinan pengolahan tenaga air. Selanjutnya pada tahun 1919 pemerintah Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan mengenai proyek ini. Pada tahun 1939 perusahaan Belanda “Maatschappij Tot Axplitatie Van de

Waterkracht in de Asahan Rivier (MEWA)” memulai pembangunan PLTA

Sigura-gura, tetapi dengan pecahnya Perang Dunia II usaha tersebut tidak dapat diteruskan. Usaha untuk mendayagunakan sungai Asahan, satu-satunya sungai yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka sudah dilakukan berulang-ulang selama dan sesudah pendudukan Jepang.

Pada tahun 1962 pemerintah Indonesia dan Rusia (USSR) menandatangani suatu perjanjian kerjasama untuk mengadakan studi kelayakan tentang pembangunan proyek Asahan. Tetapi kondisi politik dan situasi ekonomi yang kurang menguntungkan di tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal.

Pada tahun 1968, Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang menyerahkan laporan kelayakan intern tentang proyek aluminium Asahan di Sumatera Utara dan disusul dengan laporan mengenai “Power Development

Project”, serta tahun 1970 dilanjutkan penandatanganan perjanjian antara


(42)

untuk engineering service tentang perencanaan dan penyelidikan secara terperinci untuk proyel PLTA Nomor 2 dari Pengembangan Pembangunan Asahan, laporan akhir diserahkan pada tahun 1972. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA Asahan layak dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pengguna utama dari listrik yang dihasilkan. Bersamaan dengan penelitian Nippon Koei, kelompok peleburan aluminium Jepang yang bekerjasama dengan Tokyo Electric

Power Company mengadakan studi mereka sendiri tentang kemungkinan

pembangunan sebuah pabrik peleburan aluminium yang menggunakan tenaga listrik dari stasiun pembangkit listrik tenaga air Asahan.

Pada tahun 1972, pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu pelelangan untuk membangun pabrik peleburan aluminium dan PLTA sebagai suatu paket penanaman modal asing. Perusahaan-perusahaan aluminium dari Jepang, USA, Kanada, Jerman Barat, Perancis, Itali, Swiss, Belanda dan Australia diundang untuk ikut tender. Pada tahun 1973 ketika tender tersebut ditutup, tidak satupun di antara mereka yang menyerahkan penawarannya karena proyek ini membutuhkan suatu investasi yang sangat besar. Mereka menemui kesulitan dalam mengumpulkan dana. Setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang, kelompok perusahaan Jepang yang terdiri dari 12 perusahaan yang dipimpin oleh Sumitomo Chemical akhirnya mencapai suatu kesepakatan dengan pemerintah Indonesia untuk membangun proyek raksasa ini.

Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, ditandatanganilah “Perjanjian Induk” antara Pemerintah Republik Indonesia dan para penanam modal jepang tersebut untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan aluminium Asahan. Ke duabelas perusahaan penanam modal Jepang ini membentuk sebuah wadah perusahaan


(43)

permodalan di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium co., Ltd., pada bulan November 1975.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Proyek Asahan ini, maka pada tanggal 6 Januari 1976 di Jakarta didirikanlah PT Indonesia Asahan Aluminium (PT INALUM), suatu perusahaan patungan antara pemerintah Republik Indonesia dan Nippon Asahan Auminium co., Ltd. Untuk menyelenggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangnan proyek ini, pemerintah RI mengeluarkan KEPRES No. 5/1976 tentang Pembentukan Badan Pembina Proyek Asahan dan Otorita Pengembangan Proyek Asahan.

Pada tanggal 20 Januari 1982, Presiden Soeharto yang datang bersama pejabat tinggi pemerintahan, meresmikan operasi tahap pertama pabrik peleburan aluminium PT INALUM di Kuala Tanjung dan menyebut proyek ini sebagai “impian yang menjadi kenyataan”. Pada tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan ekspor perdana produksi PT INALUM ke Jepang dan Indonesia pun menjadi salah satu pengekspor aluminium batangan di dunia.

B. Ruang Lingkup PT INALUM

PT INALUM terdiri dari PLTA Sungai Asahan di Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir dan Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Asahan (kini Kabupaten Batubara) beserta seluruh prasarana yang diperlukan untuk kedua proyek seperti : Pelabuhan, jalan-jalan, perumahan karyawan, sekolah dan lain-lain, dengan investasi yang keseluruhannya berjumlah ± 411 milyar yen (US $ 920.476.000).


(44)

Adapun pembagian dari ruang lingkup PT INALUM yaitu : 1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Sungai Asahan dengan panjang 150 km memiliki potensi debit pada musim kemarau 60 m3/detik dan pada musim hujan lebih dari 100 m3/detik. PLTA di Siguragura dan Tangga masing-masing digerakkan oleh potensi air terjun ini, dengan kapasitas total :

Kapasitas terpasang : 603 MW

Output tetap : 426 MW

Output puncak : 513 MW

Adapun PLTA di Siguragura ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: a. Bendungan Pengatur

Terletak di Siruar ± 14.5 km dari Danau Toba yang berfungsi mengatur kestabilan air ke luar dari Danau Toba ke Sungai Asahan untuk mensuplai air ke stasiun pembangkit listrik secara konstan.

b. Bendungan Penadah Air Siguragura

Terletak di Simorea, berfungsi sebagai sumber air yang stabil untuk stasiun pembangkit listrik Siguragura.

c. Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura

Stasiun pembangkit listrik ini berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator maisng-masing berkapasitas 71.5 MW dan merupakan PLTA bawah tanah pertama di Indonesia.


(45)

Bendungan Penadah Air Tangga digunakan untuk membendung air yang telah dipakai PLTA Siguragura untuk dimanfaatkan kembali pada PLTA Tangga. Bendungan ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia.

e. Stasiun Pembangkit Listrik Tangga

Air disalurkan melalui sebuah terowongan di bawah tanah dengan panjang 3.150 m yang terpasang 4 unit generator masing-masing berkapasitas 79.2 MW dan berada di atas permukaan tanah.

f. Jaringan Transmisi

Tenaga listrik yang dihasilkan stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga disalurkan melalui jaringan transmisi sepanjang 120 km dengan jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 KV di Kuala Tanjung. Melalui gardu induk Kuala Tanjung, tegangannya diturunkan menjadi 33 KV untuk didistribusikan ke tiga gedung tungku reduksi dan gedung penunjang lainnya, masing-masing gedung tungku reduksi mempunyai dua unit penyarah silikon dengan DC 37 KA dan 800 V. Sesuai dengan Perjanjian Induk, kelebihan tenaga listrik dengan batasan maksimal 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui PLN. Kelebihan tenaga listrik tegangan 275 KV ini disalurkan melalui gardu induk Kuala Tanjung ke gardu induk PLN untuk didistribusikan ke masyarakat melalui jaringan transmisi 150 KV.

2. Peleburan Aluminium

Pabrik peleburan aluminium merupakan bagian utama dari PT INALUM dibangun di atas areal seluas 200 Ha berlokasi di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Asahan (kini Kabupaten Batubara), Propinsi Sumatera Utara.


(46)

a. Bagian Tungku Reduksi

Unit Tungku Reduksi terdiri dari 3 gedung, masing-masing berukuran panjang ±640 meter dan lebar ±50 meter. Dalam masing-masing gedung dipasang 170 tungku tipe anoda panggang 175.000 amp dengan kapasitas produksi 75.000 ton aluminium setiap tahun, dengan lisensi dari Sumitomo Aluminium Smelting Co., Ltd. Tungku terpasang dengan kapasitas produksi keseluruhan 225.000 ton aluminium setiap tahun.

b. Gedung Karbon

Gedung karbon yang memproduksi blok-blok karbon anoda yang akan digunakan pada tungku-tungku reduksi terdiri dari tiga bagian, yaitu : Bagian Karbon Mentah, Bagian pemanggang anoda dan Bagian penangkaian. Di bagian Karbon mentah, bahan baku kokas dan pitch keras diaduk dan dibentuk menjadi balok-balok anoda mentah kemudian dibawa ke bagian pemanggang anoda dengan 106 tungku panggang tipe Riedhammer yang tertutup bertujuan untuk memanggang anoda sampai temperatur 2500C. Balok-balok anoda panggang kemudian dipindahkan ke bagian penangkaian untuk diberi tangkai yang berfungsi sebagai lintasan arus pada tungku reduksi. Puntung balok anoda dari tungku reduksi kemudian diolah dan digunakan kembali untuk memproduksi balok karbon mentah.

c. Bagian Penuangan

Aluminium cair dari tungku reduksi diangkut ke bagian penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, dibentuk menjadi aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (± 22.7 kg) dan merupakan produk akhir PT INALUM yang dipasarkan ke dalam dan ke


(47)

luar negeri. Disini terdapat 10 buah tungku penampungan yang masing-masing berkapasitas 30 ton dan 7 unit mesin pencetak ingot.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM atau disingkat PT INALUM berbentuk Perseroan Terbatas. PT INALUM berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta serta didirikan pada tanggal 6 Januari 1976. Jangka waktu dan berdirinya perseroan ini memperoleh status badan hukum sejak tanggal 10 Januari 1976 dan didirikan untuk jangka waktu 75 tahun sejak tanggal tersebut.

Adapun struktur organisasinya sebagai berikut :

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS adalah organisasi perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dimana RUPS terdiri dari :

1. Rapat Tahunan yang diadakan selambat-lambatnya pada akhir bulan September setiap tahun kalender.

2. Rapat Umum Luar Biasa yang diadakan setiap saat jika dianggap perlu oleh direksi / pemegang saham.

Hak dan wewenang dari RUPS adalah mengangkat dan memberhentikan Komisaris dan Direksi.

b. Komisaris 1. Keanggotaan

a. Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya dua orang anggota, salah seorang di antaranya bertindak sebagai Presiden Komisaris.


(48)

b. Para anggota Komisaris dan Presiden Komisaris diangkat oleh RUPS dari calon-calon yang diusulkan oleh para Pemegang Saham pihak asing dan Pemegang Saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya satu orang anggota Komisaris harus dicalonkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia.

c. Anggota Komisaris dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan para anggota Komisaris sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

2. Tugas dan Wewenang Komisaris

a. Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam

menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi. b. Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang

dipertanyakan.

c. Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara waktu seorang atau lebih anggota Direksi berdasarkan keputusan yang disetujui oleh lebih dari satu per dua jumlah anggota Komisaris jikalau mereka bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau undang-undang dan peraturan yang berlaku.


(49)

c. Direksi

1. Keanggotaan

a. Direksi terdiri dari sekurang-kurangnya enam orang anggota, di antaranya sebagai Presiden Direktur.

b. Para anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

c. Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh para Pemegang Saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya satu anggota Direksi harus dari calon yang diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia. d. Tidak kurang dari dua orang anggota Direksi termasuk seorang

anggota yang dicalonkan oleh Pemegang Saham Indonesia harus berkebangsaan Indonesia.

2. Masa Jabatan

a. Para Anggota Direksi dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan para anggota Direksi sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

b. Dalam hal terdapat penambahan anggota Direksi, maka masa


(50)

berakhirnya masa jabatan anggota Direksi lainnya yang telah ada, kecuali Rapat Umum Pemegang Saham menetapkan lain.

3. Tugas dan Wewenang

a. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.

b. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris.

c. Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri, berhak pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasa yang diatur dalam surat kuasa.

d. Direksi berhak mewakili perseroan di dalam atau di luar

pengadilan serta melakukan segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan serta mengikat perseroan dengan pihak lain dan/atau pihak lain dengan perseroan, dengan pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

d. Presiden Direktur

Presiden Direktur adalah salah seorang Direksi yang oleh karena jabatannya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili perseroan.


(51)

e. Direktur

Direktur adalah anggota Direksi yang oleh karena jabatannya melaksanakan tugas untuk kepentingan perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas / fungsi masing-masing tersebut dibawah ini :

1. Umum dan Sumber Daya Manusia

2. Perencanaan dan Keuangan 3. Bisnis

4. Produksi

5. Pembangkit Listrik 6. Koordinasi Keuangan f. Divisi

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk membantu Direktur dalam menuangkan ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup atau fungsi Direktur masing-masing. Divisi dikepalai oleh seorang General Manager.

g. Departemen

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan atau digariskan oleh Divisi masing-masing. Departemen dikepalai oleh seorang Manager.

h. Seksi

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan yang telah ditentukan atau digariskan oleh Departemen masing-masing. Seksi dikepalai oleh Manager.


(52)

i. Auditor Internal

Auditor Internal merupakan unit organisasi yang berdiri sendiri yang bertanggung jawab atas pemeriksaan dan penilaian kegiatan perusahaan dan melaporkan hasil pemeriksaan dan penilaian tersebut kepada Presiden Direktur. Auditor Internal dibawah pengawasan Presiden Direktur bertanggung jawab atas tugas yang mereka emban dengan cara memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, pemberian nasihat dan informasi.

j. Wakil Manajemen untuk ISO 9001 dan ISO 14001 (MR)

Wakil manajemen untuk Sistem Mutu (ISO 9001) dan Sistem Lingkungan (ISO 14001) diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden Direktur.

Tugas dan tanggung jawab Wakil Manajemen antara lain :

1. Memberikan arahan dan petunjuk kepada seluruh tingkatan manajemen mengenai implementasi Sistem Mutu dan Sistem Lingkungan perusahaan.

2. Sebagai penghubung antar perusahaan dengan Badan Sertifikasi

Sistem Mutu (ISO 9001) dan Sistem Lingkungan (ISO 14001).

3. Memberikan saran kepada Presiden Direktur untuk melakukan tinjauan manajemen mengenai implementasi Sistem Mutu dan Sistem Lingkungan, tindakan pencegahan serta koreksi sesuai dengan Prosedur Mutu dan Lingkungan.

4. Bertanggung jawab atas fungsi Jaminan Mutu dan Kualitas

Lingkungan dengan memberikan masukan-masukan kepada Presiden Direktur dan/atau Direktur terkait.


(53)

D. Proses Sertifikasi ISO 9001

PT INALUM mendapatkan sertifikasi ISO 9001 pada tanggal 9 Oktober 2003. Latar belakang perusahaan menerapkan standar mutu ini adalah agar perusahaan dapat lebih bersaing lagi dengan para pesaingnya dalam pasar internasional, mempermudah untuk menciptakan kerja sama dengan pihak luar perusahaan, menciptakan sistem kualitas perusahaan sehingga kinerja perusahaan dapat lebih baik lagi dan juga untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan terhadap kualitas yang diberikan.

Secara garis besar tahapan penerapan ISO 9001 terdiri dari 7 (tujuh) tahap, yaitu :

1. Keputusan dan Komitmen Manajemen

Keputusan dan komitmen manajemen diperlukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan dari penerapan ISO 9001 mendapat dukungan dan keterlibatan manajemen. Hal ini bisa diwujudkan dalam bentuk surat keputusan atau surat sejenis untuk mengorganisasikan proyek penerapan dan sertifikasi ISO 9001. 2. Pelatihan ISO 9001 dan pemasyarakatannya

Mengingat sistem manajemen mutu menghendaki keterlibatan seluruh karyawan dari suatu unit kerja (organisasi) maka diperlukan pelatihan selama 2 minggu tentang ISO 9001 secara lengkap pada setiap personel yang bertanggung jawab atas pemastian mutu perusahaan, termasuk unutk manajemen puncak.

Adapun materi pelatihan ini mencakup :

a. Introduction to ISO 9001

b. Sistem Design and Development


(54)

d. External Quality Audit (lead assessor/auditor)

Hasil dari pelatihan ini harus disebarluaskan dan dimasyarakatkan kepada para karyawan lain.

3. Pembentukan tim pelaksana ISO 9001

Untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan ISO 9001, perlu dibentuk “Tim Pelaksana ISO 9001” pada unit kerja yang akan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 tersebut. Agar efektif dan sukses pelaksanaannya, maka diperlukan 8 hal sebagai berikut :

a. Kepemimpinan (ketua yang proaktif) b. Komitmen seluruh anggota tim

c. Terlatih dalam teknik pemecahan masalah (problem solving techniques) d. Rapat-rapat yang terencana dan tercatat

e. Kegiatan tim diakui sebagai kegiatan resmi perusahaan f. Adanya pengakuan dan penghargaan dari manajemen g. Kegiatan-kegiatan tim dapat dilihat oleh pemimpin h. Anggota tim dapat menikmati keberadaannya dalam tim 4. Menyiapkan dokumentasi sistem mutu

Pada penerapan sistem mutu harus dilakukan persiapan dokumentasi yang mencakup :

a. Introductiory visit (jika perlu)

Seringkali diperlukan introductiory visit selama 1 hari yang berfungsi untuk menyesuaikan diri dengan lingkup penilaian atas jenis operasi dan proses yang terlibat (teknologi yang terlibat), struktur teknologi dan informasi lainnya


(55)

yang diperlukan sehingga dapat dikaji secara efektif dokumentasi organisasi dan prosesnya.

b. Diagnostik

Berfungsi untuk menentukan status awal. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh konsultan yang berpengalaman selama 2 atau 3 hari.

c. Penyusunan sistem dokumentasi mutu

Berdasarkan hasil introductiory visit (jika ada) dan diagnostik, maka disusun sistem dokumentasi mutu yang mencakup :

1. Pedoman Mutu (Quality Manual)

2. Prosedur Sistem Mutu (Quality Sistem Procedures) 3. Instruksi Kerja Formulir

4. Dokumen pendukung lainnya 5. Uji coba sistem mutu

Uji coba sistem mutu berfungsi untuk mengimplementasikan (sebagian uji coba) sistem dokumentasi yang telah disusun dan untuk melakukan penyesuaian serta perbaikan atas penerapan sistem mutu tersebut.

6. Audit mutu internal

Audit mutu internal berfungsi untuk memastikan bahwa sistem yang dikembangkan dilaksanakan sepenuhnya dan memastikan keefektifan sistem tersebut agar dapat diidentifikasi peluang perbaikannya.

7. Sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001

Pada perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan standar ISO 9001 dan ingin memperoleh sertifikat ISO 9001, terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut. Biasanya tidak semua badan sertifikasi


(56)

menawarkan tahap yang sama dalam proses sertifikasi standar ini. Beberapa badan sertifikasi kadang memiliki paket-paket tambahan yang ditawarkan kepada perusahaan yang akan disertifikasi. Namun secara garis besar proses sertifikasi dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Pemilihan badan sertifikasi

Sebelum memilih badan sertifikasi, maka hendaknya perusahaan melakukan penelitian terhadap badan sertifikasi tersebut terlebih dahulu. Apakah memiliki pengalaman yang cukup, serta biaya yang diperlukan.

b. Pengajuan permohonan sertifikasi 1. Nama organisasi

2. Nama manajemen senior, wakil manajemen dan manajemen senior

lainnya

3. Uraian (deskripsi) produk atau service yang dicakup dalam sistem mutu

4. Persyaratan-persyaratan, ketentuan dan standar yang relevan terhadap produk atau service.

5. Standar sistem mutu yang dipilih

6. Rincian lokasi yang tercakup dalam sertifikasi c. Penilaian awal (pre-assessment)

1. Desk Review of Documentation

Untuk kepentingan Audit Mutu sebagai basis perencanaan audit, seringkali diperlukan Desk Review of Documentation yaitu Dokumen Pedoman Mutu (ada kalanya disertai pula dengan beberapa Prosedur Sistem Mutu) yang dikirimkan oleh pihak Audit kepada Lead Auditor untuk dikaji oleh Tim Audit di kantor


(57)

Auditor yang bersangkutan, apakah dokumentasi mutu (Pedoman Mutu dan sebaian Prosedur Sistem Mutu) sudah sesuai dengan persyaratan sistem mutu ISO yang dipilih. Dari segi Desk Review of Documentation dapat pula disebut

Adequacy Audit atau Sistem Audit atau Internal Audit.

2. Pre-Audit Visit / Pre-Assessment

Berdasarkan Desk Review of Documentation biasanya dilaksanakan

Pre-Audit Visit yaitu kunjungan yang berfungsi untuk menyesuaikan diri dengan ruang

lingkup audit, jenis operasi dan proses yang terlibat serta memperoleh informasi yang akan membantu menyiapkan kegiatan audit.

d. Penilaian (Assessment)

Tujuannya untuk menetapkan bahwa organisasi sudah menerapkan sistem manajemen mutu yang memenuhi persyaratan atas standar sistem mutu yang dipilih. Ini mencakup Adequacy Audit atau Sistem Audit dan compliance audit, yang dapat dilaksanakan selama 2-4 hari.

e. Sertifikasi dan pemeliharaan

Sertifikasi biasanya dapat dikeluarkan oleh badan sertifikasi dalam waktu satu bulan setelah lulus dalam penilaian. Setelah mendapat sertifikasi, sistem mutu harus senantiasa dipelihara.

f. Pemeriksaan mendalam

Pemeriksaan mendalam dilaksanakan oleh pihak badan sertifikasi, biasanya setiap 6 bulan, untuk memastikan bahwa sistem mutu yang diterapkan terus-menerus memenuhi persyaratan yang diperlukan. Jika tidak memenuhi persyaratan, sertifikat bisa dicabut kembali.


(58)

g. Penilaian ulang (Re-assessment)

Pelaksanaannya bisa dilakukan setiap 3 tahun sekali.

Setelah PT INALUM melalui proses yang panjang maka akhirnya PT INALUM berhasil melengkapi dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam Sertifikasi ISO 9001. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga konsistensi pelaksanaan ISO 9001 pada PT INALUM adalah melalui pelaksanaan audit mutu internal secara rutin yang dilaksanakan per triwulan oleh bagian audit mutu tersebut. Pelaksanaan audit mutu ini berguna untuk mengendalikan pelaksanaan dan pendokumentasian sehingga terlaksana dengan baik.


(59)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

1. Gross Profit Margin (GPM)

Tabel 4.1

Gross Profit Margin PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001

TAHUN SALES

(dalam US$)

COST OF GOODS OF

SOLD (dalam US$)

PERSENTASE GROSS PROFIT

MARGIN

1998 324,505,228.48 215,481,567.47 33.59 %

1999 145,306,383.18 181,969,132.34 -25.23 %

2000 178,026,028.73 185,862,293.81 -4.40 %

2001 300,185,002.41 244,012,714.88 18.71 %

2002 244,378,088 204,244,608 16.42 %

2003 273,644,397 256,941,402 6.10 %

2004 322,240,547 254,272,315 21.09 %

2005 429,787,356 280,946,870 34.63 %

2006 503,303,878 313,403,091 37.73 %

2007 648,822,682 397,636,694 38.71 %

2008 649,721,999 426,117,845 34.41 %

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa GPM tahun 1999 mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 58.82 % (33.59 % menjadi -25.23 %) dibandingkan GPM tahun 1998. Hal ini disebabkan nilai sales di tahun 1999 mengalami penurunan dari tahun 1998 dan nilai sales tahun 1999 lebih kecil dibandingkan dengan nilai cost of goods sold. GPM tahun 2000 mengalami


(60)

peningkatan, hal ini disebabkan nilai sales di tahun 2000 mengalami peningkatan dari tahun 1999. Walaupun demikian nilai sales nya masih lebih kecil dibandingkan dengan nilai cost of goods sold, sehingga persentasenya masih menunjukkan nilai yang negatif (-4.40 %). Tahun 2001 terjadi kenaikan GPM sebesar 23.11 % (-4.40 % menjadi 18.71 %). Hal ini disebabkan nilai sales di tahun 2001 mengalami peningkatan dari tahun 2000 dan nilai sales tahun 2001 lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of goods sold nya. GPM harus kembali mengalami penurunan pada tahun 2002 dan 2003, akan tetapi penurunan tersebut tidak sampai ke level yang negatif dan nilai sales di tahun 2002 dan 2003 masih lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of goods sold masing-masing tahun.

Tahun 2004 yaitu setahun sesudah sertifikasi ISO 9001 menunjukkan dampak yang positif, dimana terjadi kenaikan GPM sebesar 14.99 % dibandingkan dari tahun 2003 (6.10 % menjadi 21.09 %). Hal ini disebabkan nilai

sales di tahun 2004 mengalami peningkatan dari tahun 2003 dan nilai sales tahun

2004 lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of goods sold. GPM PT INALUM terus mengalami peningkatan di tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008.

-120% -100% -80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Persentase

Gambar 4.1 : GPM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001


(61)

Berdasarkan Tabel dan Gambar 4.1 diketahui bahwa terdapat perbedaan

Gross Profit Margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM

yaitu Gross Profit Margin lima tahun sebelum setifikasi ISO 9001 cenderung bernilai negatif sedangkan Gross Profit Margin lima tahun sesudah sertifikasi ISO 9001 cenderung bernilai positif.

2. Net Profit Margin (NPM)

Tabel 4.2

Net Profit Margin PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001

TAHUN SALES

(dalam US$)

NET INCOME (dalam US$)

PERSENTASE NET PROFIT

MARGIN

1998 324,505,228.48 114,316,003.10 35.22 %

1999 145,306,383.18 (176,693,993.34) -121.60 %

2000 178,026,028.73 (250,311,713.98) -140.60 %

2001 300,185,002.41 139,671,799.24 46.52 %

2002 244,378,088 46,023,643 18.83 %

2003 273,644,397 (130,791,146) -47.79 %

2004 322,240,547 (111,071,966) -34.46 %

2005 429,787,356 114,949,923 26.74 %

2006 503,303,878 157,340,920 31.26 %

2007 648,822,682 135,588,421 20.89 %

2008 649,721,999 123,852,611 19.06 %

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa NPM tahun 1999 dan tahun 2000 mengalami penurunan yang cukup drastis masing-masing sebesar 156.82 % ditahun 1999 jika dibandingkan dengan NPM tahun 1998 (35.22 % menjadi -121.60 %) dan sebesar 19 % ditahun 2000 jika dibandingkan NPM tahun 1999. Hal ini disebabkan net income nya yang berada di level negatif atau PT INALUM


(62)

mengalami kerugian di tahun 1999 dan 2000. Tahun 2001 NPM mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 187.18 % (-140.60 % menjadi 46.52 %). Tahun 2001 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan net income dibandingkan dengan tahun sebelumnya ke level yang positif, artinya PT INALUM mendapatkan laba pada tahun tersebut. NPM harus kembali mengalami penurunan pada tahun 2002 dan 2003.

Tahun 2004 yaitu setahun sesudah sertifikasi ISO 9001 belum membawa dampak positif, dimana persentase NPM masih berada di level negatif. Hal ini disebabkan net income berada di level negatif atau PT INALUM mengalami kerugian di tahun 2004. Tahun 2005 dan 2006 NPM mengalami kenaikan walaupun harus mengalami penurunan kembali di tahun 2007 dan 2008, akan tetapi penurunan yang terjadi tidak sampai ke level yang negatif seperti yang terjadi pada tahun dimana PT INALUM belum mendapat sertifikasi ISO 9001.

-150% -130% -110% -90% -70% -50% -30% -10% 10% 30% 50% 70% 90% 110%

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Persentase

Gambar 4.2 : NPM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001


(63)

Berdasarkan Tabel dan Gambar 4.2 diketahui bahwa terdapat perbedaan

Net Profit Margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM

yaitu Net Profit Margin lima tahun sebelum setifikasi ISO 9001 cenderung bernilai negatif sedangkan Net Profit Margin lima tahun sesudah sertifikasi ISO 9001 cenderung bernilai positif walaupun terjadi penurunan akan tetapi penurunan

Net Profit Margin tersebut tidak sampai ke level yang negatif.

3. Return On Equity (ROE)

Tabel 4.3

Return On Equity PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001

TAHUN NET INCOME

(dalam US$)

EQUITY CAPITAL (dalam US$)

PERSENTASE RETURN ON

EQUITY

1998 114,316,003.10 468,596,793.37 24.39 %

1999 (176,693,993.34) 294,452,005.98 -60.00 %

2000 (250,311,713.98) 200,304,438.57 -124.96 %

2001 139,671,799.24 339,976,237.81 41.08 %

2002 46,023,643 387,320,843 11.88 %

2003 (130,791,146) 256,529,697 -50.98 %

2004 (111,071,966) 144,583,789 -76.82 %

2005 114,949,923 255,954,547 44.91 %

2006 157,340,920 364,190,907 43.20 %

2007 135,588,421 552,454,628 24.54 %

2008 123,852,611 589,594,164 21.00 %

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari tahun 1999 hingga tahun 2000, ROE mengalami penurunan yang cukup drastis. Tahun 1999 ROE mengalami penurunan sebesar 84.39 % (24.39 % menjadi -60.00 %) dibandingkan dengan tahun 1998 dan tahun 2000 kembali mengalami penurunan sebesar


(1)

Putri S. R. Tambunan : Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum Dan Sesudah Sertifikasi International Organization For Standardization (ISO) 9001 Pada PT. Inalum, 2009. USU Repository © 2009

Lampiran 1

NERACA PT INALUM DARI TAHUN 1998 S/D TAHUN 2008

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Total

Currents Assets

507,318,988.15 484,278,808.20 505,444,520.96 449,064,176.59 430,303,970 375,593,162 339,803,974 386,213,995 476,660,670 503,590,546 512,822,655

Property, Plant, and Equipment

1,234,037,982.63 1,165,557,342.91 1,219,349,471 1,094,393,597 966,284,366 904,231,396 842,053,421 780,010,639 718,753,354 656,339,364 620,050,297

Total Other Assets

7,800,948.24 7,147,375.62 6,579,384.68 6,035,866.12 31,250,770 33,276,717 35,802,376 37,124,488 39,926,918 44,179,372 49,490,565

Total

Assets 1,749,157,919.02 1,656,983,526.73 1,731,373,378.04 1,549,493,639.95 1,427,839,106 1,313,101,275 1,217,659,771 1,203,349,122 1,235,340,942 1,204,109,282 1,182,363,517 Total

Current Liabilities

46,935,228.61 38,361,076.96 145,55,204.22 117,856,312.60 119,333,514 138,814,100 146,520,997 157,095,118 221,444,555 118,670,330 254,335,009

Long Term

Debts 1,233,625,897.04 1,324,170,443.79 1,385,713,735.25 1,091,661,089 921,184,749 917,757,478 926,554,985 790,299,457 649,705,480 532,984,324 338,434,344 Total

Equity 468,596,793.37 294,452,005.98 200,304,438.57 339,976,237.81 387,320,843 256,529,697 144,583,789 255,954,547 364,190,907 552,454,628 589,594,164 Total

Liabilities and Equity

1,749,157,919.02 1,656,983,526.73 1,731,373,378.04 1,549,493,639.95 1,427,839,106 1,313,101,275 1,217,659,771 1,203,349,122 1,235,340,942 1,204,109,282 1,182,363,517


(2)

Lampiran 2

LAPORAN LABA RUGI PT INALUM DARI TAHUN 1998 S/D TAHUN 2008

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Net Sales

324,505,228.48

145,306,383.18

178,026,028.73

300,185,002.41

244,378,088

273,644,397

322,240,547

429,787,356 503,303,878 648,822,682 649,721,999

Cost of

Goods

Sold

215,481,567.47

181,969,132.34

185,862,293.81

244,012,714.88

204,244,608

256,941,402

254,272,315

280,946,870 313,403,091 397,636,694 426,117,845

Gross

profit

109,023,661.01

36,662,749.16

7,836,265.08

56,172,287.53

42,484,720.95

16,702,995

68,742,783

148,840,486 189,900,787 251,185,988 223,604,154

Operating

Expense

15,535,508.19

6,020,679.85

7,326,304.54

10,494,247.31

9,671,693.29

15,118,764

13,747,498

19,040,111

21,475,894

19,408,977

20,811,003

Operating

Income

(before

tax)

93,488,152.82

42,683,429.01

15,162,569.62

45,678,040.22

32,813,027.66

2,955,497

53,624,019

129,900,375 168,424,893 231,777,011 202,793,151

Net

Income

(ater tax)


(3)

Putri S. R. Tambunan : Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum Dan Sesudah Sertifikasi International Organization For Standardization (ISO) 9001 Pada PT. Inalum, 2009.

USU Repository © 2009

Lampiran 3

Pengolahan Gross Profit Margin (GPM) Dengan SPSS 13

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

5

3.20

16.00

5

7.80

39.00

10

TAHUN

SEBELUM

SESUDAH

Total

GPM

N

Mean Rank

Sum of Ranks

Te st St atist ics

b

1.0 00

16 .000

-2.402

.01 6

.01 6

a

Ma nn-Whitn ey U

Wi lcoxo n W

Z

As ymp. Sig. (2-ta iled)

Exact Sig. [2 *(1-tailed

Sig .)]

GPM

No t cor recte d for ties.

a.

Gr oupin g Va riab le: TAHUN

b.


(4)

Lampiran 4

Pengolahan Net Profit Margin (NPM) Dengan SPSS 13

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

5

5.20

26.00

5

5.80

29.00

10

TAHUN

SEBELUM

SESUDAH

Total

NPM

N

Mean Rank

Sum of Ranks

Te st St atist ics

b

11 .000

26 .000

-.3 13

.75 4

.84 1

a

Ma nn-Whitn ey U

Wi lcoxo n W

Z

As ymp. Sig. (2-ta iled)

Exact Sig. [2 *(1-tailed

Sig .)]

NPM

No t cor recte d for ties.

a.

Gr oupin g Va riab le: TAHUN

b.


(5)

Putri S. R. Tambunan : Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum Dan Sesudah Sertifikasi International Organization For Standardization (ISO) 9001 Pada PT. Inalum, 2009.

USU Repository © 2009

Lampiran 5

Pengolahan Return On Equity (ROE) Dengan SPSS 13

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

5

4.40

22.00

5

6.60

33.00

10

TAHUN

SEBELUM

SESUDAH

Total

ROE

N

Mean Rank

Sum of Ranks

Te st St atist ics

b

7.0 00

22 .000

-1.149

.25 1

.31 0

a

Ma nn-Whitn ey U

Wi lcoxo n W

Z

As ymp. Sig. (2-ta iled)

Exact Sig. [2 *(1-tailed

Sig .)]

ROE

No t cor recte d for ties.

a.

Gr oupin g Va riab le: TAHUN

b.


(6)

Lampiran 6

Pengolahan Return On Assets (ROA) Dengan SPSS 13

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

5

3.60

18.00

5

7.40

37.00

10

TAHUN

SEBELUM

SESUDAH

Total

ROA

N

Mean Rank

Sum of Ranks

Te st St atist ics

b

3.0 00

18 .000

-1.984

.04 7

.05 6

a

Ma nn-Whitn ey U

Wi lcoxo n W

Z

As ymp. Sig. (2-ta iled)

Exact Sig. [2 *(1-tailed

Sig .)]

ROA

No t cor recte d for ties.

a.

Gr oupin g Va riab le: TAHUN

b.


Dokumen yang terkait

Analisis Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2000 pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

1 34 77

Analisis Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2000 pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta

1 31 116

Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Organization For Standardization (Iso 9001:2008) Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture Medan

1 46 132

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERIMAAN SERTIFIKASI ISO 9001 PADA PT (PERSERO) ASURANSI KERUGIAN JASA RAHARJA

0 3 1

Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Organization For Standardization (Iso 9001:2008) Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture Medan

1 7 132

Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Organization For Standardization (Iso 9001:2008) Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture Medan

0 0 12

Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Organization For Standardization (Iso 9001:2008) Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture Medan

0 0 2

Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Organization For Standardization (Iso 9001:2008) Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture Medan

0 0 16

Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Organization For Standardization (Iso 9001:2008) Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture Medan

0 1 3

IMPLEMENTASI THE INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION (ISO) POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA Indarto AS

0 0 6