Proses Transmisi di Kanal Analisis Receiver

Tabel 4.1 Nilai SNR pada masing- masing subcarrier S SNR S SNR S SNR S SNR 0,2173 43,6498 -0,0117 -2,35803 0,2043 41,03468 0,1339 26,89047 -0,2072 -41,6191 0,0095 1,900088 -0,1746 -35,0712 0,0381 7,642533 -0,0596 -11,9789 -0,1159 -23,2811 0,0594 11,92074 0,1731 34,77202 0,2316 46,5160 -0,097 -19,4909 -0,1119 -22,4857 0,2041 40,99049 0,0351 7,0480 0,0982 19,71794 -0,048 -9,64304 -0,1832 -36,8006 -0,0539 -10,8180 -0,101 -20,2883 -0,092 -18,4746 -0,2141 -42,9950 -0,1087 -21,8309 0,2173 43,64981 -0,2477 -49,755 0,2043 41,03468 -0,0909 -18,2537 -0,2072 -41,6191 0,0914 18,36016 -0,1746 -35,0712 -0,0923 -18,5429 -0,0596 -11,9789 0,0793 15,9278 0,0594 11,92074 -0,1192 -23,9358 0,2316 46,51601 0,1191 23,91781 -0,1119 -22,4857 0,056 11,2458 0,0351 7,048002 0,0719 14,43545 -0,048 -9,64304 0,0664 13,3307 -0,0539 -10,8180 0,0946 18,99687 -0,092 -18,4746 -0,0533 -10,7136 -0,1087 -21,8309 -0,1289 -25,8861 -0,2477 -49,7558 0,097 19,4909 -0,0909 -18,2537 -0,0484 -9,71937 0,0914 18,36016 -0,0173 -3,4667 -0,0923 -18,5429 0,014 2,805944 0,0793 15,9278 -0,0293 -5,8850 -0,1192 -23,9358 -0,061 -12,2622 0,1191 23,91781 -0,0481 -9,6550 0,056 11,24587 -0,0351 -7,03996 0,0719 14,43545 0,0304 6,1120 0,0664 13,33075 -0,2049 -41,1491 0,0946 18,99687 0,1039 20,8668 -0,0533 -10,7136 0,0732 14,69656 0,1713 34,4044 0,097 19,49097 0,2446 49,12712 -0,0273 -5,4913 -0,0173 -3,46675 -0,0845 -16,9742 0,0539 10,8180 -0,0293 -5,88505 -0,079 -15,8635 -0,0607 -12,1939 0,1731 34,77202 -0,0983 -19,7460 0,096 19,2881 0,2041 40,99049 0,0954 19,16558 0,0846 16,9863 -0,1832 -36,8006 0,0167 3,358296 -0,0576 -11,5692 -0,2141 -42,9950 0,0987 19,81836

4.4 Proses Transmisi di Kanal

Proses transmisi yang terjadi di kanal berdasarkan hasil data masukan yang telah diolah di transmitter. Parameter yang dimiliki yaitu panjang kanal L dan faktor noise n. Selain itu untuk menentukan besarnya nilai kanal, maka harus dicari besar kanal secara acak. s=absrandnL,1 random channel s=s.sums; Sebagai asumsi nilai acak dari kanal ini yang didapat adalah s = Columns 1 through 7 0.1804 0.0049 0.0840 0.0511 0.0422 0.1406 0.0491 Columns 8 through 14 0.0535 0.0316 0.0839 0.0016 0.0040 0.0000 0.0264 Columns 15 through 16 0.0910 0.1557 Nilai kanal acak ini dikonvolusikan dengan data hasil dari IFFT. Kemudian secara acak juga dicari besarnya nilai AWGN yang diberikan dikalikan dengan faktor noise. aN = randnlengthconve,s,1noise; Dengan asumsi juga didapat besar nilai AWGN. Untuk mencari besarnya kanal, dicari hubungan vektor antara nilai data hasil transmisi, nilai kanal acak, noise AWGN dan juga nilai noise TD. f=channele,s,aN,sN Dari proses ini akan didapat nilai transmisi data pada kanal.

4.5 Analisis Receiver

Inti dari proses penerimaan data merupakan kebalikan dari proses yang terjadi pada transmitter. Hanya saja, nilai yang diterima sudah tereduksi oleh kanal dan juga gangguan yang diakibatkan oleh noise AWGN. Nilai data dari kanal akan diparalelkan oleh SP converter sehingga data tersebut berbentuk matriks. Data yang berupa matriks ini dialirkan menuju blok cyclic remover, yang memisahkan data dengan data siklis. Data tersebut dipisah, sehingga data yang berada di receiver akan berjumlah 32 sampel lagi. Data sekarang diolah oleh transformasi fourier menjadi bentuk bilangan kompleks, dan nilai yang didapat tersebut diubah dekonstelasi sesuai dengan Gambar 4.7. -1.5 -1 -0.5 0.5 1 1.5 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 1.5 R ec ei v ed C ons tel lat ion P oi nt s Gambar 4.7 Sinyal Konstelasi pada Receiver Sinyal hasil dekonstelasi akan kembali seperti bentuk sinyal konstelasi awal. Hanya saja sudah mengalami gangguan pada titik – titik sinyal tersebut akibat pengaruh dari kanal. Sinyal dekonstelasi akan dipetakan ulang menjadi bit – bit, sesuai dengan Tabel 3.4. Sekarang sudah terbentuk kode – kode bit dari data yang telah diproses. Selanjutnya bit – bit tersebut dialirkan menuju blok PS converter, yang fungsinya menyatukan semua bit – bit yang terpisah menjadi deretan bit. Oleh blok DA converter bit – bit tersebut akan diolah menjadi data – data sampling, setelah data tersebut di-dekoding dan dekuantisasi. Hasil sampel sinyal chirp yang diterima oleh receiver ditunjukkan pada Gambar 4.8. 5 10 15 20 25 30 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Gambar 4.8 Sampel sinyal chirp di receiver

4.6 Hasil Analisa

Dokumen yang terkait

Analisis Jaringan Lokal Akses Tembaga Pada Performansi DSLAM Berbasis Teknologi ADSL

4 62 70

Analisis Kinerja Modulasi Discrete Multitone (DMT) Pada Jaringan Very High Data Rate Digital Subscriber Line (VDSL)

7 115 80

Implementasi Jaringan Asymmetric Digital Subscriber Line Di Telkom Risti Bandung

0 3 1

Audit Permintaan Layanan, Insiden dan Problem Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) pada PT Centrin Online Menggunakan Framework Cobit 5.

0 2 18

Pemanfaatan Teknologi ADSL (Asymmetric Digital Subscribe Line) Pada Jaringan Komunikasi

0 0 15

Simulasi Modulasi Discrete Multitone pada Asymmetric Digital Subscriber Line - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

VISUALISASI SISTEM ADSL (ASYMMETRIC DIGITAL SUBSCRIBER LINE) dengan MENGGUNAKAN MODULASI QAM (QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION ) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 11

Analisis Mekanisme Active Queue Management (AQM) Berbasis Controlled Delay (CoDel) terhadap Bufferbloat pada Koneksi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) Mechanism Analysis of Active Queue Management (AQM) Based on Controlled Delay (CoDel) against Bu

0 0 8

Visualisasi sistem Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) dengan menggunakan modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 18

Visualisasi sistem Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) dengan menggunakan modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 8