Analisis Jaringan Lokal Akses Tembaga Pada Performansi DSLAM Berbasis Teknologi ADSL

(1)

ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA

PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL

SKRIPSI

LAOSMARIA JULIASTRY NABABAN

060801024

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA

PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

LAOSMARIA JULIASTRY NABABAN

060801024

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Analisis Jaringan Lokal Akses Tembaga Pada Performansi

DSLAM Berbasis Teknologi ADSL

Kategori : Skripsi

Nama : Laosmaria Juliastry Nababan

NIM : 060801024

Program Study : Sarjana (S1) FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Diluluskan di

Medan,

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA Pembimbing

Ketua


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA

PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

Laosmaria Juliastry Nababan


(5)

PENGHARGAAN

Penulis memanjatkan segala Puji dan Syukur kepada Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dalam waktu yang ditetapkan.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Takdir Tamba, M.Eng.Sc, sebagai dosen pembimbing sekaligus dosen wali yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan memberi saran-saran untuk membimbing dan juga pembimbing lapangan ASMAN MAINTENANCE AND DATA MANAGEMENT TELKOM Bapak Aspon Yunel dan Bapak Pahruddin Siregar yang juga telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tidak lupa juga ucapan terimakasih kepada Staff / karyawan di ASMAN MAINTENANCE AND DATA MANAGEMENT TELKOM yang sudah banyak membantu Ibu Rumindu Situmorang, Bapak Syamsul, Bapak Sugiharto, Bang Budiman dan Bang Rifai Hasibuan. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Fisika, Bapak Dr. Marhaposan Situmorang dan Ibu Dra. Justinon, M.Si, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika da Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan semua dosen Departemen Fisika FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU, kak Tini, kak Yuspa, dan Bang Jul. Rekan-rekan Fisika angkatan ’06, Erini Afza, Kiki Valery, Masro Damaiyanti, Elisda, Elfrida, Leothamrin dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Tidak terlupakan kepada yang teristimewa kedua orangtua saya yang saya cintai dan saya banggakan Bapak M.Nababan dan Ibu M.Simatupang yang senantiasa memberikan semangat berupa dukungan lewat doa, tenaga, motivasi dan juga materi selama perkuliahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan disebabkan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Namun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.


(6)

ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA

PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL

ABSTRAK

Pembahasan dalam kajian ini lebih difokuskan pada analisa dan perhitungan jaringan akses kabel tembaga dalam menyalurkan layanan data menggunakan performansi DSLAM berbasis parameter - parameter elektris transmisi kabel tembaga yang dipersyaratkan di PT. TELKOM.

Metodologi dari penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran jaringan lokal kabel primer dan sekunder dengan menggunakan aplikasi BAMS untuk mengukur kualitas sambungan dan mengukur keluaran daya pada kabel tembaga dan kemudian dilakukan perhitungan secara teori dan praktek lalu dibandingkan dan dianalisa.

Dari hasil analisis dan perhitungan maka akan di dapatkan nilai yang standart untuk tiap-tiap parameter elektris transmisi kabel tembaga dari transmitter ke receiver pada DSLAM berbasis teknologi ADSL.


(7)

ANALYSIS OF THE COPPER ACCESS LOCAL NETWORK

AT DSLAM PERFORMANCY IN ADSL TECHNOLOGY BASIS

ABSTRACT

The discussion of this study is more focused at an analysis and counting of the copper cable access network in distribute data service using DSLAM performancy as a basis parameters of electric copper cable which are qualified in PT.TELKOM.

Methodology of this analysis is doing the measure of secunder and primer cables local network using BAMS application to measure the quality of the connection and to measure the power out at the copper cable and then doing the counting by theory and practice, compared and analized.

From the result of analysis and counting, so will found the standard mark for each parameter of the copper cable transmission from the transmitter to the receiver at DSLAM as a basis ADSL technology.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Singkatan x

Bab 1 Pendahuluan

1.1Latar Belakang 1

1.2Tujuan Penelitian 2

1.3Batasan Masalah 2

1.4Manfaat Penelitian 3

1.5Lokasi Penelitian 3

1.6Sistematika Penulisan 3

Bab 2 Landasan Teori

2.1 Sistem Komunikasi 5

2.2 Jaringan Switching 6

2.2.1 Circuit Switching 6

2.2.2 Packet Switching 7

2.3 Multiplexing 9

2.3.1 FDM (Frequency Division Multiplexing) 10

2.3.2 Karakteristik FDM 11

2.3.3 Sistem Carrier FDM 13

2.3.4 TDM (Time Division Multiplexing) 14


(9)

2.4 Jaringan Lokal Akses 16

2.5 Jaringan Lokal Akses Tembaga 17

2.5.1 Jaringan Kabel Primer 18

2.5.2 Jaringan Kabel Sekunder 19

2.6 Parameter - parameter Elektris Kabel Tembaga 19

2.6.1 Kontinuitas 19

2.6.2 Tahanan Isolasi 20

2.6.3 Redaman Saluran 21

2.6.4 Tahanan Loop 23

2.6.5 Grounding 23

2.6.6 BER 24

2.7 Teknologi ADSL 24

2.8 Transmisi Data ADSL 25

2.9 Teknik Modulasi ADSL 27

Bab 3 Link Transmisi Kabel Tembaga Berbasis Teknologi ADSL

3.1 Konfigurasi Jaringan Kabel Tembaga pada teknologi ADSL 28

3.2 Komponen – komponen dalam DSLAM 29

3.2.1. Backbone Interface 29

3.2.2. ATU – C Module 29

3.2.3. POTS Splitter 29

3.2.4. Modem ADSL 29

3.3 Konfigurasi Umum Jaringan Pelanggan ADSL 34

3.4 Konfigurasi ADSL Antar Sentral 35

3.5 BAMS 35

3.6 Riser Bond Dynatel 965 DSP 35

3.7 Fitur Dynatel 965 DSP Subscriber Loop Analyzer 36

Bab 4 Hasil Pengukuran dan Analisa Data

4.1 Pengukuran Parameter – parameter Elektrik Jarlokat 38

4.2 Perhitungan Tahanan Loop (Rloop) 39

4.3 Analisa Tahanan Loop (Rloop) 41


(10)

4.5 Analisa Redaman 43

4.6 Perhitungan Bit Error Rate 44

4.7 Analisa Bit Error Rate 44

4.8 Data Hasil Pengukuran Speedy pelanggan dengan system BAMS 45

4.9 Analisa Jaringan Transport 46

4.9.1. Jaringan Broadcast 46

4.9.2. Jaringan Unicast 47

4.10 Analisa Jaringan Akses 47

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 48

5.2 Saran 49

Daftar Pustaka


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pengelompokan Tingkatan Channel Voice 14

Tabel 2.2 Klasifikasi Kabel Tembaga Terpilin (UTP) 17

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran 38

Tabel 4.2 Harga Tahanan Loop 40

Tabel 4.3 Standarisasi Harga Tahanan Loop 43

Tabel 4.4 Redaman Hasil Pengukuran 42

Tabel 4.5 Standart Redaman Saluran 43

Tabel 4.6 Standarisasi BER 44


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Blok Diagram Dasar Komunikasi 5

Gambar 2.2 Routing 7

Gambar 2.3 Perbedaan antara Circuit Switching dengan Packet Switching 8

Gambar 2.4 Sistem Frequency Division Multiplexing 10

Gambar 2.5 FDM dari tiga sinyal band suara 12

Gambar 2.6 Sistem Time Division Multiplexing 15

Gambar 2.7 Pengukuran Menggunakan Multimeter 20

Gambar 2.8 Skema kabel terpotong 21

Gambar 2.9 Tahanan isolasi antar urat kabel 21

Gambar 2.10 Model pengukuran tahanan isolasi dengan Insulation Tester 21

Gambar 2.11 Spektrum Frekuensi ADSL 25

Gambar 3.1 Struktur Modem ADSL 30

Gambar 3.2 Diagram Blok Link Transmisi DSLAM 33

Gambar 3.3 Konfigurasi Umum Jaringan Pelanggan ADSL 34

Gambar 4.1 Grafik Panjang Saluran – vs – Tahanan Loop 40


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ADSL : Asymmetric Digital Subscriber Line

ADC : Analog to Digital Converter

BAMS : Broadband Access Measurement System

BER : Bit Error Rate

CAP : Carrier Amplitude and Phase

CO : Central Office

DAC : Digital to Analog Converter

DC : Direct Current

DMT : Discrete Multi Tone

DP : Distribution Point

DSLAM : Digital Subscriber Line Access Multiplexer

FDM : Frequency Division Multiplexing

FEXT : Far End Cross Talk

ISP : Internet Service Provider

ITU : International Telecommunication Union

JARLOKAF : Jaringan Lokal Akses Fiber

JARLOKAR : Jaringan Lokal Akses Radio

JARLOKAT : Jaringan Lokal Akses Tembaga

KTB : Kotak Terminal Batas

LE : Local Exchange

MDF : Main Distribution Frame

NEXT : Near End Cross Talk

POTS : Plain Old Telephony Service


(14)

PSTN : Public Service Telephone Network

RK : Rumah Kabel

RT : Remote Terminal

S / N : Signal to Noise Ratio

UTP : Unshielded Twisted Pair


(15)

ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA

PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL

ABSTRAK

Pembahasan dalam kajian ini lebih difokuskan pada analisa dan perhitungan jaringan akses kabel tembaga dalam menyalurkan layanan data menggunakan performansi DSLAM berbasis parameter - parameter elektris transmisi kabel tembaga yang dipersyaratkan di PT. TELKOM.

Metodologi dari penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran jaringan lokal kabel primer dan sekunder dengan menggunakan aplikasi BAMS untuk mengukur kualitas sambungan dan mengukur keluaran daya pada kabel tembaga dan kemudian dilakukan perhitungan secara teori dan praktek lalu dibandingkan dan dianalisa.

Dari hasil analisis dan perhitungan maka akan di dapatkan nilai yang standart untuk tiap-tiap parameter elektris transmisi kabel tembaga dari transmitter ke receiver pada DSLAM berbasis teknologi ADSL.


(16)

ANALYSIS OF THE COPPER ACCESS LOCAL NETWORK

AT DSLAM PERFORMANCY IN ADSL TECHNOLOGY BASIS

ABSTRACT

The discussion of this study is more focused at an analysis and counting of the copper cable access network in distribute data service using DSLAM performancy as a basis parameters of electric copper cable which are qualified in PT.TELKOM.

Methodology of this analysis is doing the measure of secunder and primer cables local network using BAMS application to measure the quality of the connection and to measure the power out at the copper cable and then doing the counting by theory and practice, compared and analized.

From the result of analysis and counting, so will found the standard mark for each parameter of the copper cable transmission from the transmitter to the receiver at DSLAM as a basis ADSL technology.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan informasi dan komunikasi dewasa ini sangat penting seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih dengan perkembangannya yang semakin cepat, teknologi informasi yang berkembang sangat pesat pada saat ini salah satunya dalam bidang jaringan. Disamping itu kebutuhan akan layanan multimedia mengharuskan pengembangan transportasi data digital dan kapasitas yang besar. Kemudian muncul pemikiran untuk tetap menggunakan infrastruktur yang ada guna membangun sambungan kecepatan tinggi, ini didasari dengan mahalnya investasi baru dan besarnya permintaan kebutuhan akan akses yang cepat.

Salah satu solusinya adalah dengan teknologi ADSL yang merupakan teknologi baru, dengan memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada yaitu jaringan telepon yang menggunakan saluran sepasang kawat tembaga (Public Service Telephone Network, PSTN). Masalahnya, jaringan tersebut telah dirancang untuk keperluan penyaluran sinyal suara dengan bandwidth terbatas. Dengan perkembangan teknologi digital, jaringan PSTN dapat dioptimalkan untuk penggunaan transmisi data digital kecepatan tinggi.

Teknologi ADSL yang digunakan oleh PT. TELKOM pada layanan speedy adalah ADSL 2/2+, teknologi ini mampu mengirimkankan data dengan kecepatan bit yang tinggi, berkisar 24 Mbps untuk arah downstream (sentral – pelanggan), dan 1 Mbps untuk arah upstream (pelanggan – sentral).

Di PT. TELKOM terdapat ADSL Multiplexer yang disebut juga dengan DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer) untuk menerima sambungan dari pelanggan. DSLAM juga berfungsi menggabungkan dan memisahkan sinyal data


(18)

dengan saluran telepon yang dipakai untuk mentransmisikan data, peralatan ini terletak di ujung sentral telepon terdekat. Berfungsi juga sebagai multiplexer.

Pada perangkat DSLAM biasanya sudah terpasang splitter yang berfungsi memisahkan sinyal suara dan sinyal data, dimana sinyal suara akan menuju perangkat sentral telepon dan sinyal data akan diarahkan menuju ISP (Internet Service Provider).

Untuk pemasangan (instalasi) jaringan kabel tembaga terdapat beberapa tahap yang akan dilakukan agar pengiriman sinyal informasi dapat dilakukan dengan baik. Tahap ini menyangkut perentangan kabel, penyambungan kabel sampai pada pemasangan ke perangkat ,yang semuanya itu memiliki loss yang besar. Karena banyaknya loss yang timbul mulai dari tahap pemasangan sampai dengan selesai, maka diperlukan perhitungan dan analisa terlebih dahulu. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisa Jaringan Lokal Akses Tembaga

Pada Performansi DSLAM berbasis teknologi ADSL di PT. TELKOM Medan.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prinsip kerja pada DSLAM.

2. Untuk mengetahui parameter – parameter elektris jarlokat pada performansi DSLAM serta menganalisis pengaruh yang ditimbulkan oleh tiap parameter elektris jarlokat terhadap respon keluaran pada transmisi data ADSL.

1.3. Batasan Masalah

1. Pembahasan dikhususkan pada performansi DSLAM.

2. Hanya menganalisa parameter – parameter elektris jaringan kabel tembaga pada DSLAM.

3. Tidak membahas lebih rinci mengenai perangkat – perangkat yang digunakan.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui bahwa DSLAM adalah tempat sentral dari semua modem ADSL yang digunakan dan juga sebagai perantara antara pelanggan Speedy dengan ISP (Internet Service Provider).

2. Dapat mengetahui proses link transmisi kabel tembaga pada DSLAM.

3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kabel tembaga, switching, multiplexing dan DSLAM.

1.5. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian di PT. TELKOM Medan

Jl. Gaharu No.1 Medan

1.6. Sistematika Penulisan

Penyusunan Tugas Akhir ini dibuat berurutan sesuai dengan penulisan sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

menjelaskan secara singkat tentang latar belakang penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan.

Bab 2 Landasan Teori

yang menjadi acuan untuk proses pengambilan data, analisa data serta pembahasan.

Bab 3 Sistem Performansi DSLAM

membahas tentang prosedur penelitian yaitu peralatan, bahan, diagram alir dan cara kerja.


(20)

Bab 4 Analisa Data

berupa pengolahan analisa data yang berisi tentang pengolahan hasil pengamatan dan analisa data penelitian.

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran

Merupakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Komunikasi

Komunikasi merupakan proses pemindahan / penyaluran informasi dari suatu titik dalam ruang pada waktu tertentu (titik sumber) ke titik lain yang merupakan tujuan atau pemakai. Sumber informasi dapat berupa manusia, alat musik, mesin dan segala yang berubah menurut fungsi waktu. Tujuan komunikasi adalah menyediakan replika message pada tempat tujuan. Message sendiri merupakan salah satu bentuk manifestasi dari informasi. Fungsi dasar sistem komunikasi adalah untuk transmisi/pengiriman informasi.

Input Input Sinyal Sinyal Output

Output

Informasi data transmisi diterima Data

Informasi

Media Transmitter

Transmitter Receiver Output

Device Input

Device

Gambar 2.1 Blok Diagram Dasar Komunikasi

Adapun elemen sistem komunikasi menurut fungsinya dibedakan menjadi :

- Transducer, mengubah message menjadi sinyal listrik atau sebaliknya.

- Transmitter (Tx), mengkopel message dalam bentuk sinyal yang ditransmisikan ke

kanal transmisi.

- Media / kanal transmisi, sebagai penyambung listrik antara Tx – Rx, sekaligus sebagai perantara sumber dan tempat tujuan.

- Receiver (Rx), mengambil sebagian kecil sinyal dari kanal transmisi, memproses


(22)

2.2. Jaringan Switching

Komunikasi voice ataupun data tidak terlepas dari teknik switching. Untuk transmisi data keluar wilayah lokal, komunikasi umumnya dicapai dengan memancarkan data dari sumber ke tujuan melalui jaringan simpul penyambungan penengah. Perkembangan pemakaian komputer menyebabkan sistem komunikasi bergeser ke sistem digital. Maka ditemukanlah time switch yang menggunakan elektronika digital. Sistem pengontrolannya tetap menggunakan komputer (Stored

Program Controlled). Selain itu, komunikasi juga tidak dibatasi untuk suara yang

didigitalisasi, tetapi juga komunikasi data dan gambar (multimedia) sehingga perkembangan sentral digital tidak hanya melayani sistem circuit switching, tetapi juga packet switching.

2.2.1 Circuit Switching

Circuit Switching telah menjadi teknologi dominan baik untuk komunikasi

suara dan data. Komunikasi melalui circuit switching secara tidak langsung menyatakan ada jalur komunikasi terdedikasi antara dua stasiun. Jalur tersebut adalah runtutan tautan – tautan terhubung antar simpul jaringan. Contoh paling umum dari

circuit switching adalah jaringan telepon. Circuit Switching melibatkan tiga fase : Circuit Establishment, Signal Transfer (mungkin analog voice, digitized voice, binary data), dan Circuit disconnect.

Circuit Switching dapat menjadi kurang efisien. Kapasitas kanal didedikasikan

selama durasi sebuah switching, bahkan bila tidak ada data yang berpindah. Walaupun pada awalnya dirancang dan diimplementasikan untuk melayani para pelanggan telepon analog, jaringan ini menangani cukup banyak lalu lintas data melalui modem dan sedang dalam usaha perubahan ke jaringan digital.

Contoh umum terakhir aplikasi circuit switching adalah data switch. Data switch serupa dengan PBX tetapi dirancang untuk saling menghubungkan perangkat – perangkat pengolah data digital, seperti terminal dan komputer.


(23)

Gambar 2.2 Routing

Pelanggan terhubung langsung ke sentral ujung, yang menyambungkan lalu lintas antar pelanggan dan antara pelanggan dengan exchange lain. Exchange lain itu bertanggung jawab merutekan dan menyambungkan lalu lintas antar sentral ujung. Untuk menghubungkan dua pelanggan yang terhubung pada sentral ujung yang sama, sebuah sirkuit dibentuk di antara keduanya dengan cara yang sama. Bila dua pelanggan berhubungan dengan sentral ujung yang berbeda, sirkuit diantara keduanya terdiri dari serangkaian sirkuit melalui satu atau lebih sentral penengah.

Dalam gambar 2.2, sambungan dibentuk antara jalur a dan b cukup dengan membentuk sambungan melalui sentral ujung. Sambungan antara c dan d lebih rumit. Pada sentral ujung c, sebuah sambungan dibentuk antara jalur c dan satu kanal pada trunk TDM ke sambungan menengah. Pada sambungan menengah, kanal tersebut disambungkan ke sebuah kanal pada sebuah trunk TDM ke sentral ujung d. Pada sentral ujung itu, kanal tadi disambungkan ke jalur d.

2.2.2 Packet Switching

Dalam Packet Switching, data yang ditransmisikan dibagi-bagi ke dalam paket-paket kecil. Jika source mempunyai message yang lebih panjang untuk dikirim,

message itu akan dipecah ke dalam barisan-barisan paket. Tiap paket berisi data dari

user dan info control.

Sentral ujung

Exchange penengah

Sentral ujung

Trunk

Trunk a

b c


(24)

Data dipancarkan dalam blok – blok yang disebut paket. Batas atas yang umum untuk panjang paket adalah 1000 oktet (byte). Bila sebuah sumber mempunyai pesan panjang yang hendak dikirim, pesan tersebut dipecah menjadi serentetan paket. Tiap paket berisi sebagian data (atau semua data bila pesan pendek) yang ingin dipancarkan suatu stasiun, ditambah header paket yang berisi informasi kendali. Informasi kendali ini, setidaknya berisi informasi yang diperlukan jaringan untuk merutekan paket melalui jaringan dan mengantarkannya ke tujuan yang sesuai.

Perbandingan antara Circuit Switching dengan Packet Switching :

Propagation delay Call Request Signal Call Accept Signal Time MESSAGE Acknowledgment Signal line PKT 1 PKT 2 PKT 3 nodes Circuit Switching

1 2 3 4

Virtual Circuit Packet Switching Datagram Packet Switching Processing Delay line line

1 2 3 4 1 2 3 4

PKT 1 PKT 2 PKT 3 PKT 1 PKT 2 PKT 3 Call Request Signal Call Accept Signal Acknowledgment Signal PKT 1 PKT 2 PKT 3 PKT 1 PKT 2 PKT 3 PKT 1 PKT 2 PKT 3

Gambar 2.3 Perbedaan antara Circuit Switching dengan Packet Switching

Pada Gambar 2.3 dimisalkan ada 4 node, node 1 sebagai source address dan node 4 sebagai destination address. Untuk circuit switching ada sejumlah delay sebelum message dikirim, yaitu untuk call request, lalu jika destination station tidak sibuk, sinyal accepted dikirim dari destination address. Proses ini tidak berlangsung setelah koneksi telah disetup. Virtual circuit switching hampir sama dengan circuit


(25)

switching. Berbeda dengan circuit switching, call acceptance akan memakan waktu

(delay) walaupun koneksi telah established. Hal itu karena paket itu mengalami antrian dan harus menunggu untuk retransmisi. Sekali virtual circuit established,

message akan dikirim dalam bentuk paket-paket. Maka virtual circuit tidak akan lebih

cepat dari circuit switching.

Datagram packet switching tidak membutuhkan call setup. Jadi untuk message

pendek akan lebih cepat dari virtual circuit packet switching dan mungkin juga circuit

switching. Selama tiap datagram diroute secara bebas, proses untuk tiap datagram di

tiap node mungkin lebih panjang dari paket-paket virtual circuit. Jadi untuk message yang panjang-panjang, teknik virtual circuit mungkin diutamakan.

2.3 Multiplexing

Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu atau banyak

informasi melalui satu saluran. Istilah ini adalah istilah dalam dunia telekomunikasi. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar dan penerima (transceiver), atau kabel optik. Contoh aplikasi dari teknik

multiplexing ini adalah pada jaringan transmisi jarak jauh, baik yang menggunakan

kabel maupun yang menggunakan media udara (wireless atau radio). Sebagai contoh, satu helai kabel tembaga bisa dipakai untuk menyalurkan ribuan percakapan telepon. Idenya adalah bagaimana menggabungkan ribuan informasi percakapan (voice) yang berasal dari ribuan pelanggan telepon tanpa saling bercampur satu sama lain.

Agar penggunaan saluran telekomunikasi menjadi lebih efesien lagi dipergunakan beberapa bentuk multiplexing. Multiplexing memungkinkan beberapa sumber transmisi membagi kapasitas transmisi menjadi lebih besar. Teknik

multiplexing yang dipakai DSLAM tipe ZXDSL 9210 adalah teknologi FDM


(26)

2.3.1 FDM (Frequency Division Multiplexing)

Multiplexing dengan cara menata tiap informasi (suara percakapan 1

pelanggan) sedemikian rupa sehingga menempati satu alokasi frekuensi selebar sekitar 4 kHz. Teknik ini dinamakan Frequency Division Multiplexing (FDM). Data yang dikirimkan akan dicampurkan berdasarkan frekuensi. Banyak digunakan pada pengiriman sinyal analog. Data tiap kanal dimodulasikan dengan FSK untuk voice grade channel. Contoh FDM (Frequency Division Multiplexing) adalah pada penggunaan radio dan TV. Teknologi ini digunakan di Indonesia hingga tahun 90-an pada jaringan telepon analog dan sistem satelit analog sebelum digantikan dengan teknologi digital.

Pada tahun 2000-an ini, ide dasar FDM digunakan dalam teknologi saluran pelanggan digital yang dikenal dengan modem ADSL (Asymetric Digital Subscriber

Loop). Frequency Division Multiplexing bisa dipergunakan bersama – sama dengan

sinyal analog. Sejumlah sinyal secara simultan dibawa menuju media yang sama dengan cara mengalokasikan band frekuensi yang berlainan ke masing – masing sinyal. Diperlukan peralatan modulasi untuk memindahkan setiap sinyal ke band frekuensi yang diperlukan, sedangkan peralatan multiplexing diperlukan untuk mengkombinasikan sinyal – sinyal yang dimodulasikan.

FDM memberikan frekuensi pembawa diskrit kepada setiap aliran data dan kemudian menggabungkan beberapa frekuensi pembawa yang termodulasi untuk transmisi. Sebagai contoh, transmitter televisi menggunakan FDM untuk memancarkan beberapa kanal sekaligus.

2.3.2 Karakteristik FDM

Digunakan ketika bandwidth dari medium melebihi bandwidth sinyal yang diperlukan untuk transmisi. Tiap sinyal dimodulasikan ke dalam frekuensi carrier yang berbeda dan frekuensi carrier tersebut terpisah dimana bandwidth dari sinyal – sinyal tidak overlap. Enam sumber sinyal dimasukkan ke dalam suatu multiplexer, yang memodulasi tiap sinyal ke dalam frekuensi yang berbeda ( f1 , …… f6). Tiap


(27)

sinyal modulasi memerlukan bandwidth center tertentu disekitar frekuensi carriernya, dinyatakan sebagai suatu saluran (channel). Sinyal input baik analog maupun digital akan ditransmisikan melalui medium dengan sinyal analog.

Gambar 2.4 memperlihatkan sistem FDM secara umum. Sejumlah sinyal digital atau atau analog [mi(t), i = 1 , N ] di-multiplex ke dalam medium transmisi yang sama. Tiap sinyal mi(t) dimodulasi dalam carrier fsci, karena digunakan multiple carrier maka masing – masing dinyatakan sebagai sub carrier. Modulasi apapun dapat dipakai tetapi untuk ADSL 2/2+ system modulasi yang dipakai adalah DMT (Discrete Multitone). Kemudian sinyal termodulasi dijumlah untuk menghasilkan sinyal gabungan mc(t). Gambar 2.4b menunjukkan hasilnya.

Gambar 2.4 Sistem Frequency Division Multiplexing

Sinyal gabungan tersebut mempunyai total bandwidth B, dimana :

B > (2.1)

Sinyal analog ini ditransmisikan melalui medium yang sesuai. Pada akhir penerimaan, sinyal gabungan tersebut lewat melalui N bandpass filter, dimana tiap filter berpusat pada fsci dan mempunyai bandwidth Bsci , untuk 1 < i < N. Dari sini, sinyal diuraikan menjadi bagian – bagian komponennya. Tiap komponen kemudian


(28)

dimodulasi untuk membentuk sinyal asalnya. Contoh sederhananya yaitu transmisi tiga sinyal voice (suara) secara simultan melalui suatu medium.

Gambar 2.5 FDM dari tiga sinyal band suara

Gambar 2.5(a) menggambarkan spektrum sinyal suara (voice), lebar pita sinyal suara umumnya berada pada 4 kHz dengan spektrum efektif sebesar 300Hz sampai 3400 Hz. Bila sinyal semacam itu digunakan untuk dimodulasi dengan pembawa frekuensi sebesar 64 kHz, maka akan terjadi spektrum seperti gambar 2.5(b). Sinyal yang dimodulasi memiliki lebar pita sebesar 8 kHz, berkisar 60 – 68 kHz. Ketiga sinyal suara tersebut akan dipergunakan untuk memodulasi pembawa frekuensi di frekuensi 64, 68 dan 72 kHz pada side band yang rendah seperti gambar 2.5(c). Sinyal suara ini ditransmisikan melalui modem dan sudah cukup memakai bandwidth 4 kHz. Tetapi problemnya jika melalui jarak yang jauh maka akan timbul intermodulasi noise dan efek nonlinear dari amplifier pada salah satu channel yang akan menghasilkan komponen – komponen frekuensi pada channel – channel yang lain.


(29)

2.3.3 Sistem Carrier FDM

Tiga level pertama dari defenisi hierarki AT&T, dimana 12 channel voice dikombinasikan untuk menghasilkan suatu group sinyal dengan bandwidth 12 x 4 kHz = 48 kHz dalam range 60 – 108 kHz. Kemudian dibentuk blok dasar berikutnya 60 channel supergroup, yang dibentuk oleh FDM lima group sinyal. Sinyal yang dihasilkan antara 312 kHz sampai 552 kHz.

Variasi lainnya, yaitu dengan kombinasi 60 channel voice band langsung dalam suatu supergroup, dimana akan mengurangi biaya karena interface dengan group multiplex tidak diperlukan. Hierarki dari level berikutnya adalah master group dengan 10 supergroup input. Suara asal atau sinyal data mungkin dimodulasi berulangkali. Tiap tingkatan dapat mengubah data asal, hal ini misalnya jika modulator / multiplexer mengandung non linearitas atau menghasilkan noise. Pada level pertama hirarki ITU-T, 12 kanal voice digabungkan untuk menghasilkan sinyal group dengan bandwidth 48 kHz (range 60 – 108 kHz). Level berikutnya adalah supergroup yang terdiri dari 60 kanal atau 5 sinyal group.

Tabel 2.1 Pengelompokan tingkatan channel voice

Number of voice channel

Bandwidth Spektrum AT&T ITU-T TELKOM

12 48 kHz 60–108 kHz Group Group Group

60 240 kHz 312–552

kHz

Supergroup Supergroup Supergroup

300 1.232 MHz 812 – 2044

kHz

Mastergroup Mastergroup

600 2.52 MHz 564 – 3084

kHz

Mastergroup

900 3.872 MHz 8.516–

12.388 MHz

Supermaster group

Supermaster group


(30)

N x 600 Mastergroup multiplex

3,600 16.984

MHz

0.564– 17.548 MHz

Jumbogroup

10,800 57.442

MHz

3.124- 60.566 MHz

Jumbogroup multiplex

2.3.4 TDM ( Time Division Multiplexing)

Sistem multiplexing ini cara kerjanya adalah dengan membagi sinyal digital yang masuk menjadi kepingan yang lebih kecil. Kemudian masing-masing dari sinyal tersebut akan dikirimkan serentak dalam satu waktu. Sistem ini cepat serta efisien. Sistem ini dapat pula dipantau melalui komputer. Tiap pelanggan diberi jatah waktu (time slot) tertentu sedemikian rupa sehingga semua informasi percakapan bisa dikirim melalui satu saluran secara bersama-sama tanpa disadari oleh pelanggan bahwa mereka sebenarnya bergantian menggunakan saluran. Karena pergantiannya terjadi setiap 125 microsecond, berapapun jumlah pelanggan atau informasi yang ingin di-multiplex, setiap pelanggan akan mendapatkan giliran setiap 125 microsecond, hanya jatah waktunya semakin cepat. TDM biasanya digunakan untuk komunikasi point to point.

2.3.5 Karakteristik TDM

Pada TDM, penambahan peralatan pengiriman data lebih mudah dilakukan karena tidak akan mempengaruhi peralatan yang sudah ada sampai pada batas-batas sekaligus. TDM yang umum dikenal adalah PCM. Terdapat 4 metode untuk coding amplitude yaitu : PAM (Pulse Amplitudo Modulation), PPM (Pulse Position Modulation), PCM (Pulse Code Modulation), dan PDM (Pulse Duration Modulation). Yang paling umum digunakan adalah PCM.


(31)

Gambar 2.6 Sistem TDM ( Time Division Multiplexing )

2.4. Jaringan Lokal Akses

Jaringan Lokal Akses adalah suatu jaringan transmisi pada telekomunikasi yang menghubungkan antara terminal pelanggan dengan sentral local dan menggunakan suatu media yang dapat berupa kabel tembaga, fiber optic, atau radio. Sementara media transmisi penghubung antar sentral biasa dikenal dengan istilah jaringan trunk atau jaringan backbone.

Berdasarkan jenis media transmisi, PT TELKOM membagi jaringan lokal akses ke dalam tiga kelompok besar yaitu :

1. Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)

Jaringan Lokal Akses Tembaga merupakan jaringan transmisi yang menghubungkan saluran pelanggan (subscriber loop) berupa pasangan kabel yang ditarik dari sentral hingga ke tempat pelanggan. Saluran pelanggan menyalurkan arus listrik searah (dc loop).


(32)

2. Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (JARLOKAF)

Jaringan Lokal Akses Fiber Optik merupakan jaringan transmisi yang menghubungkan sentral lokal kearah terminal pelanggan dengan menggunakan media transmisi fiber optik.

3. Jaringan Lokal Akses Radio (JARLOKAR)

Jaringan Lokal Akses Radio merupakan jaringan transmisi yang menghubungkan sentral lokal kearah terminal pelanggan dengan menggunakan media transmisi radio sebagai pengganti kabel seluruh atau sebagian koneksi antara pelanggan dengan sentral.

2.5 Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat)

Jaringan lokal akses tembaga yaitu suatu jaringan transmisi yang menghubungkan saluran pelanggan (subscriber loop) berupa pasangan kabel yang ditarik dari sentral hingga ke tempat pelanggan. Kabel tembaga yang digunakan untuk sistem jarlokat memiliki diameter yang berbeda-beda, dan yang digunakan oleh PT.Telkom umumnya yang berdiameter 0,4 mm, 0,6 mm, dan 0,8 mm. Keterbatasan lebar pita dari kanal suara terutama bukan dikarenakan oleh saluran pada sisi pelanggan, tetapi disebabkan oleh core network. Filter pada core network membatasi lebar pita pada kanal suara sekitar 4,4 KHz. Jika tanpa hambatan dari filter ini maka kabel tembaga (jaringan akses tembaga) mampu melewatkan frekuensi pada daerah MHz, meski akan mengalami redaman yang cukup besar. Redaman yang akan meningkat berbanding lurus dengan kenaikan frekuensi dan panjang saluran, merupakan faktor pembatas utama dalam peningkatan kecepatan transmisi data.

Tabel 2.2 Klasifikasi Kabel Tembaga Terpilin (UTP)

Tipe Kemampuan Transmisi

Category 1 Mampu mentransmisikan suara / voice saja, tidak termasuk data Category 2 Kecepatan transmisi data maksimal 4 Mbps

Category 3 Kecepatan transmisi data maksimal 10 Mbps Category 4 Kecepatan transmisi data maksimal 16 Mbps


(33)

Category 5 Kecepatan transmisi data maksimal 100 Mbps Category 5+ Kecepatan transmisi data maksimal 1000 Mbps

Category 6 Kecepatan transmisi data maksimal 1 Gbps Category 7 Kecepatan transmisi data maksimal 10 Gbps

Pemberian kategori 1/2/3/4/5/6 merupakan kategori spesifikasi untuk masing – masing kabel tembaga dan juga untuk jack ( konektor ). Masing – masing merupakan seri revisi atas kualitas kabel, kualitas pembungkusan kabel (isolator) dan juga untuk kualitas “belitan” (twist) masing – masing pasang kabel. Selain itu juga untuk menentukan besaran frekuensi yang bisa lewat pada sarana kabel tersebut, dan juga kualitas isolator sehingga bisa mengurangi efek induksi antar kabel (noise bisa ditekan sedemikian rupa).

2.5.1 Jaringan Kabel Primer

Jaringan Kabel Primer menggunakan kabel yang berkapasitas antara 200 pair sampai maksimum kapasitas kabel (dapat sampai 2400 pair), disesuaikan dengan kebutuhannya. Jaringan Kabel Primer ini di instalasikan dari Main Distribution Frame (MDF) sampai ke terminal rumah kabel (RK). MDF ini berupa susunan rak/frame yang digunakan sebagai titik awal interkoneksi jaringan kabel antar sentral dengan jaringan kabel di luar (outside plant). Susunan rak MDF terdiri atas sisi horizontal dan vertikal. Sisi horizontal sebagai interkoneksi kabel dari sentral, sementara sisi vertikal sebagai interkoneksi menuju ke jaringan luar. Kabel – kabel unit yang dialokasikan ke setiap RK di kelompokkan menurut diameter urat – uratnya mulai dari rute ujung kabel kearah sentral. Rumah kabel merupakan unit terminal kabel yang merupakan titik terminasi akhir dari kabel primer dan titik terminasi awal dari kabel sekunder.

Dengan demikian RK merupakan titik hubung yang fleksibel antara kabel primer dan kabel sekunder dalam jaringan kabel lokal. Kapasitas dari semua rumah kabel yang dikeluarkan oleh PT. Telkom sama. Untuk rumah kabel dengan satu pintu memiliki kapasitas 800 pair, 1200 pair, hingga 1600 pair sedangkan rumah kabel dengan dua pintu memiliki kapasitas 2400 pair. Disebabkan kapasitas yang besar, maka jaringan kabel primer ini ditanam di dalam tanah. Kapasitas rumah kabel yang


(34)

dipasang pada jaringan kabel telepon local ada beberapa macam sesuai dengan kebutuhan demand (permintaan) antara 10 sampai 20 tahun mendatang yaitu :

- RK kapasitas 2400 pasang

RK kapasitas 2400 pasang digunakan apabila estimasi jumlah demand dalam daerah pelayanan RK tersebut untuk waktu 10 sampai 20 tahun mendatang mencapai 800 sampai dengan 1000.

- RK kapasitas 1600 pasang

RK kapasitas 1600 pasang digunakan apabila estimasi jumlah demand dalam daerah pelayanan RK tersebut untuk waktu 10 sampai 20 tahun mendatang mencapai 600.

- RK kapasitas 800 pasang

RK kapasitas 800 pasang digunakan apabila estimasi jumlah demand dalam daerah pelayanan RK tersebut untuk waktu 10 sampai 20 tahun mendatang mencapai 300.

2.5.2 Jaringan Kabel Sekunder

Jaringan Kabel Sekunder menggunakan kabel yang kapasitasnya lebih kecil yaitu minimum 10 pair dan maksimum 200 pair. Jaringan kabel sekunder ini di instalasi dari terminal Rumah Kabel sampai pada Distribution Point (DP). Distribution Point adalah terminal kabel yang umumnya berkapasitas 10 atau 20 pair, dimana pada terminal masuk diterminasikan kabel sekunder. Sedangkan pada terminal keluarnya dihubungkan ke saluran pelanggan atau saluran distribusi ke rumah pelanggan.

Pada dasarnya, pemasangan jaringan sekunder ini dapat dilaksanakan dengan ditanam ke dalam tanah (dengan menggunakan kabel tanah), maupun dengan kabel udara yang ditambatkan pada tiang – tiang telepon. Pemilihan pemakaian kabel tanah atau kabel udara ditentukan berdasarkan kondisi / kebutuhan yang ada pada masing – masing wilayah.


(35)

2.6 Parameter – parameter Elektris Jaringan lokal kabel tembaga :

Parameter elektris Jaringan lokal akses tembaga meliputi:

2.6.1 Kontinuitas

Pengukuran kelurusan urat-urat kabel (urat a dan b) pada suatu pair kabel. Memastikan bahwa secara elektris urat-urat kabel dari ujung ke ujung lainnya tersambung baik, tidak terputus baik untuk kabel yang belum diinstalasi, dalam tahapan instalasi maupun sesudah instalasi.

Pengukuran kontinuitas dapat dilakukan dengan perangkat pair checker atau

multimeter dengan metode open dan short antar urat a dan b. Ada dua metode

pengukuran, yaitu:

a. Menggunakan Multimeter (AVO Meter)

Gambar 2.7 Pengukuran Menggunakan Multimeter

b. Menggunakan Pair Checker

Kontinuitas saluran dicek dengan mengirim nada berfrekuensi 550 ± 100 Hz yang dibangkitkan dan dipancarkan oleh alat ukur dan dipasangkan pada ujung kabel yang satu. Nada tersebut dapat didengar dengan headphone melalui alat penerima pada ujung kabel lainnya.

2.6.2 Tahanan Isolasi

Pengukuran nilai tahanan isolator kabel (pembungkus konduktor kabel)

terhadap kebocoran listrik yang terjadi antara urat yang diukur dengan urat lainnya maupun antara urat yang diukur dengan pentanahan (grounding). Transmisi sinyal


(36)

informasi yang melalui konduktor kabel secara umum tidak terpengaruh terhadap nilai tahanan isolasi.

Gambar 2.8 Skema kabel terpotong

Gambar 2.9 Tahanan isolasi antar urat kabel

Pengukuran tahanan isolasi dilakukan secara end to end jaringan. Satuan / unit

tahanan isolasi adalah Ohm (Ώ).

Gambar 2.10 Model pengukuran tahanan isolasi dengan Insulation Tester

2.6.3 Redaman Saluran

Impedansi karakteristik merupakan suatu nilai redaman yang pasti ada pada semua media transmisi, termasuk kabel tembaga. Sementara pada frekuensi kerja sistem, kabel tembaga menghasilkan redaman saluran yang besarnya berbeda-beda tergantung frekuensi kerjanya.


(37)

Redaman pada kabel tembaga disebabkan karena konduktivitas konduktor yang tidak sempurna dan juga disebabkan oleh resistansi dielektrik yang berhingga (idealnya tak terhingga). Redaman ini merupakan kerugian daya yang terjadi dalam saluran. Definisi redaman ialah nilai logaritma dari daya sumber dibagi dengan daya yang di dapat dari pengukuran. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kerugian daya yang terjadi dalam saluran.

Pengukuran kemampuan konduktor kabel jika dilalui sinyal informasi pada frekuensi sinyal tertentu. Dalam kalimat lain mengukur redaman saluran adalah mengukur besarnya redaman/loss sepanjang kabel. Berbeda pada pengukuran kontinuitas atau tahanan isolasi dimana kabel tidak dilewati sinyal informasi, maka pada pengukuran redaman saluran, kabel akan dilewatkan suatu sinyal informasi.

Pengukuran redaman kabel dapat menggunakan perangkat oscilator (generator sinyal) dengan level meter atau menggunakan alat ukur xDSL. Satuan/unit redaman saluran adalah Decibell (dB).

Redaman saluran = 10 log (Po / Pi) atau 20 log (Vo / Vi) dB (2.2)

Dimana :

Po = Daya yang dikirim saluran 1 Pi = Daya yang diterima saluran 2

Pengukuran kemampuan konduktor kabel jika dilalui sinyal informasi pada frekuensi sinyal tertentu. Dalam kalimat lain mengukur redaman saluran adalah mengukur besarnya redaman/loss sepanjang kabel. Berbeda pada pengukuran kontinuitas atau tahanan isolasi dimana kabel tidak dilewati sinyal informasi, maka pada pengukuran redaman saluran, kabel akan dilewatkan suatu sinyal informasi.

Pengukuran redaman kabel dapat menggunakan perangkat oscilator (generator sinyal) dengan level meter atau menggunakan alat ukur xDSL. Satuan/unit redaman saluran adalah Decibel (dB).


(38)

2.6.4 Tahanan Loop

Pengukuran tahanan loop adalah untuk mengetahui nilai resistansi/tahanan murni kabel. Pengukuran tahanan loop adalah murni nilai resistansi konduktor atau urat kabel. Pada pengukuran tahanan loop, kabel tidak dilewati suatu sinyal informasi. Tahanan loop kadang disebut juga dengan istilah tahanan DC (DC Resistance). Pengukuran tahanan loop dapat menggunakan perangkat multimeter. Satuan/unit tahanan loop adalah Ohm (Ω).

R = ρ . L . 1000 / A (2.3)

Keterangan:

R = tahanan loop (Ω)

ρ = konduktivitas kabel tembaga = 0,0175 Ω mm2 /m pada 200 oC L = panjang saluran (m)

A = luas penampang kabel ( mm2 )

2.6.5 Grounding

Semua perangkat aktif harus dihubungkan dengan grounding atau dikenal juga dengan istilah pentanahan, yang tujuannya adalah untuk membuang arus/tegangan petir dan arus/tegangan asing. Satuan/unit dari grounding adalah Ohm (Ω).

Parameter ini sebagai standar parameter sistem telekomunikasi dan juga berlaku untuk jaringan. Parameter ini untuk mengetahui nilai tahanan tanah dari jaringan dan kelengkapannya (misalnya RK, KTB, DP dan lain-lain) yang tujuannya adalah untuk membuang arus/tegangan petir dan arus/tegangan asing.

2.6.6 BER (Bit Error Rate)

BER ( Bit Error Rate ) digunakan untuk mengetahui berapa banyak terjadi kesalahan bit pada waktu pengiriman data melalui media transmisi dalam hal ini


(39)

jaringan kabel tembaga. Nilai standar BER yang direkomendasikan menurut CCITT ( Comite Consultatif International Telephonique et Telegraphique ) adalah 10-7.

2.7 Teknologi ADSL

Teknologi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) adalah suatu teknologi modem yang memiliki kecepatan pentransferan data 1.5 Mbps sampai 8 Mbps untuk mendukung implementasi layanan multimedia pada jaringan broadband dengan menggunakan satu pair kabel tembaga.. Disebut asymmetric karena rate (kecepatan transmisi) dari arah downstream (sentral ke pelanggan) lebih besar dari arah upstream (pelanggan ke sentral), atau dapat dikatakan bahwa kecepatan transmisi dari arah downstream berbeda dengan dari arah upstream.

Adanya perbedaan kecepatan transmisi antara sisi downstream dan upstream dikarenakan kebutuhan koneksi internet lebih banyak digunakan untuk mengambil data (download) dari jaringan utama dibandingkan dengan pengiriman informasi (upload). Perbedaan antara modem konvensional dengan modem ADSL pada dasarnya dikarenakan perbedaan penggunaan frekuensi untuk mengirimkan sinyal/data. Pada modem konvensional frekuensi yang digunakan di bawah 4 KHz, sedangkan pada modem ADSL digunakan frekuensi di atas 4 KHz.

Dengan membatasi frekuensi yang dibawa melalui kabel telepon, sistem telepon dapat mengemas sejumlah kabel dalam bentuk yang kecil tanpa harus berinteferensi satu sama lainnya. Data digital ADSL dapat menggunakan kapasitas jalur telepon dengan aman. ADSL adalah teknologi yang terpengaruh oleh jarak. Sejalan dengan bertambah jauhnya pelanggan dari sentral ADSL, kualitas sinyal menurun dan kecepatan juga turun. Batas terjauh untuk ADSL adalah 5,7 km.


(40)

Melalui teknologi ADSL ini akan membawa kedua sinyal analog serta digital pada satu kabel tembaga tersebut. Sinyal digital untuk komunikasi data, sementara sinyal analog untuk suara. Seperti halnya yang digunakan telepon sekarang yang disebut sebagai POTS (Plain Ordinary Telephone Service). Kemampuan untuk memisahkan sinyal suara dan data merupakan suatu keuntungan dari teknologi ADSL yang mempunyai lebar data yang lebih besar.

2.8 Transmisi Data ADSL

ADSL mentransmisikan data secara asimetrik, yaitu kapasitas transmisinya berbeda antara saat downstream (dari sentral ke pelanggan) yaitu sekitar 1,544 Mbps sampai 8,19 Mbps dan saat upstream (dari pelanggan ke sentral) yaitu sekitar 64 kbps sampai 1 Mbps untuk ADSL / ADSL 2 dengan batas terjauh sekitar 5,7 km. Kapasitas downstream lebih tinggi daripada kapasitas upstream. Ada beberapa alasan mengenai transmisi datanya yang asimetrik, antara lain karena kebutuhan kapasitas transmisinya, sifat saluran transmisi, dan sisi aplikasinya.

Dilihat dari kapasitas transmisinya ADSL dibedakan menjadi ADSL yang kapasitas transmisi untuk downstream yaitu 8 Mbps dan untuk upstream 1 Mbps, ada juga ADSL 2 yang kapasitas transmisi untuk downstream sebesar 12 Mbps dan upstream sebesar 1 Mbps, dan ADSL2+ yang menjadi standar baru yang disetujui oleh ITU-T dan dipakai di Telkom dengan kapasitas transmisi untuk downstream sebesar 24 Mbps dan upstream sebesar 1 Mbps.

Kebutuhan kapasitas yang tidak perlu sama dapat dilihat dari kebiasaan yang ada sampai saat ini, yaitu biasanya para pelanggan (misalnya pelanggan layanan internet) hanya memerlukan pengambilan data (download) dari penyedia informasi. Jika informasi yang diambil tersebut berupa informasi multimedia (atau apapun yang memiliki ukuran data yang relatif besar), seharusnya diperlukan saluran transportasi dengan kapasitas yang besar untuk keperluan download tersebut.

Di sisi lain, pelanggan jarang sekali melakukan pengiriman data ke jaringan (upload). Jika dilakukan, biasanya hanya berupa data – data kontrol atau permintaan


(41)

pelayanan ke penyedia informasi. Data kontrol ini tidak lebih dari sederetan karakter yang relatif pendek. Oleh karena itu, hanya diperlukan saluran transmisi dengan kapasitas yang terbatas. Ada kalanya pelanggan melakukan upload ke jaringan dengan mengirimkan data – data yang cukup besar. Akan tetapi, inipun relatif lebih jarang dilakukan dibandingkan dengan download. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan untuk download jauh lebih besar daripada keperluan upload. Jika dipaksakan untuk mempunyai rate yang sama, hal itu akan membuat bandwidth menjadi tidak efisien.

Dari sisi aplikasinya, dewasa ini hanya diperlukan aplikasi – aplikasi yang dapat menyediakan informasi satu arah, misalnya video-on-demand, home shopping,

Internet access, remote LAN access, dan multimedia access. Oleh karena itu, dari

semua penjelasan diatas, tampaknya akan lebih mudah untuk membangun sistem ADSL.

2.9 Teknik Modulasi ADSL

Ada dua standar modulasi ADSL yang dibedakan menurut sinyal carrier-nya. Pertama adalah CAP (Carrierless Amplitude Phase) dan kedua adalah DMT (Discrete

Multi Tone). Pada CAP, suara percakapan dibawa pada frekuensi (sinyal carrier) 0

sampai 4 kHz. Kanal upstream dibawa pada frekuensi 25 kHz sampai 160 kHz. Kanal downstream mulai dari 240 kHz dan seterusnya, maksimum sampai kurang lebih 1,5 Mhz. Pemisahan frekuensi dimaksudkan meminimalkan kemungkinan interferensi / pencampuran antar kanal.

DMT menggunakan wilayah frekuensi dari 30 KHz sampai 1 MHz sebagai carrier sinyal. Frekuensi carrier tadi dibagi-bagi lagi menjadi sub carrier 4 kHz untuk kemudian dimodulasikan. Dengan DMT juga memungkinkan proses inisialisasi jaringan untuk menentukan sampai pada tingkat kecepatan berapa jaringan tembaga dapat mentransmisikan data dengan aman. Sementara pada teknik konvensional, jika performansi kabel turun kualitasnya, maka sinyal yang dimodulasi / demodulasi oleh modem akan rusak.


(42)

Keuntungan sistem modulasi DMT ini adalah memiliki karakteristik saluran yang sangat baik dalam penyaluran data atau sinyal informasi, baik dari segi loss (hilangnya data) maupun noise. Hal ini disebabkan karena adanya pembagian pada frekuensi carrier menjadi sub carrier tadi. Teknik line coding dan DMT memberi keuntungan dimana sistem lebih tahan terhadap derau / noise atau interferensi. Disamping itu dengan menggunakan DMT, memungkinkan ADSL menjadi rate adaptive (kecepatan transmisi dapat berubah relative mengikuti performansi jaringan kabel tembaga yang digunakan sebagai media transmisinya).


(43)

BAB III

LINK TRANSMISI KABEL TEMBAGA BERBASIS TEKNOLOGI ADSL

3.1 Konfigurasi Jaringan Kabel Tembaga pada Teknologi ADSL

Penelitian yang dilakukan di PT. TELKOM Divre I bertujuan untuk menganalisis sistem performansi DSLAM dengan melakukan pengukuran jarak lokal akses tembaga sebagai media transmisi jaringan ADSL. Kabel tembaga yang digunakan adalah kabel tembaga yang berdiameter 0,6 mm. Pengukuran dilakukan dengan metode pengukuran end to end. Pengukuran dimulai dengan memperhatikan apakah perangkat pada DSLAM telah terhubung dengan kabel tembaga yang akan diukur, kemudian setelah perangkat terhubung dengan baik maka akan dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yaitu BAMS (Broadband Access Measurement System). Pengukuran dimulai dari DSLAM hingga ke pelanggan. Pengukuran parameter – parameter kabel tembaga yang dilakukan sangat berpengaruh pada kecepatan jaringan akses internet.

Jaringan ATM – ADSL merupakan perpaduan antara teknologi ATM dan ADSL. Sistem transport dalam ADSL menggunakan ATM. Pada sisi backbone, jaringan ATM menggunakan kecepatan 155,52 Mbps ( OC-3 / STM-1 ), sementara pada sisi jaringan akses, menggunakan kecepatan ADSL. Interface antara kecepatan jaringan ATM dengan kecepatan ADSL terdapat pada DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer).

Konfigurasi jaringan ATM – ADSL menurut system GDCNet ( Geneva

Diplomatic Communication Network ) ditunjukkan pada gambar 3.1. Dalam

konfigurasi tersebut terdapat dua penyedia jaringan yaitu : Network Service Provider (NSP) dan Network Access Provider (NAP). GDCNet backbone berperan sebagai NSP yang menyediakan layanan ( layanan multimedia, akses internet dan lain – lain ). SWISSCOM berperan sebagai NAP yang menyediakan jaringan akses ke pelanggan. Link antara Customer Premises dengan central office (NAP) menggunakan kecepatan


(44)

ADSL. Link antara NAP dengan NSP menggunakan kecepatan OC-3 / STM-1 (155,52 Mbps).

3.2 Komponen – komponen dalam DSLAM

Komponen – komponen yang terdapat dalam perangkat DSLAM antara lain :

3.2.1 Backbone Interface

Interface yang digunakan dalam backbone interface ini adalah OC-3 / STM-1. Pada backbone interface dibentuk routing cell berdasarkan pada VPI ( Virtual Path

Identifier ) dan VCI ( Virtual Channel Identifier ).

3.2.2 ATU – C Module

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa interface jaringan backbone yang digunakan adalah OC-3 / STM-1 dengan kecepatan 155,52 Mbps. Link ini selanjutnya dipecah dalam beberapa tributary disesuaikan dengan kecepatan yang bisa dicapai oleh perangkat ADSL. Sistem pembagian ini dilakukan melalui Line Interface Module yang jumlahnya tertentu dalam setiap rak DSLAM. LIM merupakan module yang berisi ATU – C Module dan POTS Splitter.

3.2.3 POTS Splitter

Splitter berfungsi sebagai filter antara sinyal suara (frekuensi rendah di bawah 4 kHz) dan sinyal data (frekuensi tinggi diatas 30 kHz). Splitter yang ada di user juga sama fungsinya. Bila sinyal suara yang masuk, maka akan dialirkan ke telepon oleh splitter sedangkan jika sinyal data yang masuk maka splitter akan mengalirkannya ke komputer melalui modem ADSL. Dengan demikian maka dimungkinkan untuk menggunakan jaringan fisik yang sama untuk dua kanal sekaligus. Untuk selanjutnya POTS Splitter dihubungkan ke sentral telepon.

3.2.4 Modem ADSL

Modem (Modulator – Demodulator) ADSL adalah sebuah perangkat yang berfungsi untuk memodulasi sinyal informasi pada jaringan ADSL. Modem dapat digunakan untuk menghubungkan PC (Personal Computer) ke berbagai layanan dan


(45)

sistem. Semua modem mempunyai metode dasar yang sama untuk memindahkan data melalui saluran telepon, yaitu mengubah sinyal digital PC ke dalam sinyal analog.

Perbedaan penggunaan frekuensi untuk mengirimkan sinyal / data antara modem konvensional dengan modem ADSL yaitu dimana frekuensi modem konvensional yang digunakan dibawah 4 Ghz, sedangkan modem ADSL digunakan frekuensi diatas 4 Ghz.

Gambar 3.1 Struktur Modem ADSL

Gambar 3.1 menunjukkan blok struktur modem ADSL yang menggunakan sistem modulasi DMT. Secara singkat prinsip kerja dari blok diagram di atas adalah sebagai berikut. Pertama-tama data input di –frame-kan, kemudian dijadikan kode (Coding) dengan menggunakan rangkaian pengkode. Untuk mencegah kesalahan pada kode-kode data, pada proses pengkodean ini disertakan juga kode tambahan lain yang bertujuan untuk melakukan pembetulan bila nantinya terjadi kesalahan data. Setelah itu dimodulasikan (encoder) dengan rangkaian modulator DMT (constellation

encoder). Lalu sinyal output (sinyal digital) tadi dianalisa dengan menggunakan

rangkaian IDFT (Inverse Discrete Fourier Transform). Setelah itu dikonverterkan dengan DAC (Digital to Analog Converter) yang sebelum dilewatkan ke rangkaian P/S (Paralel/Serial). Rangkaian (line) driver disini berfungsi meng-amplitude-kan sinyal-sinyal output analog dari rangkaian DAC. Setelah itu dengan melalui rangkaian

hybrid, output dari rangkaian driver dialirkan ke sambungan (line) telepon.

Frame Assembly.

Encoder IDFT P/S DAC Driver

IN DATA

Telephone

line Hybrid

LNA ADC S/P DFT Decoder Frame Assembly. Decoding Coding OUT DATA


(46)

Pada modem terdapat rangkaian pengirim dan penerima yang satu sama lain terpisah. Baik sinyal dari rangkaian pengirim maupun sinyal dari rangkaian penerima menggunakan sepasang saluran telepon yang sama. Rangkaian hybrid bertugas memisahkan sinyal pengirim yang dilewatkan di atas saluran telepon dan sinyal penerima dialirkan ke rangkaian penerima.

Prinsip kerja (proses) rangkaian penerima (gambar 3.1 bagian bawah) kebalikan rangkaian pengirim, seperti telah dijelaskan di atas. Sinyal input yang masuk dari saluran telepon diperkuat dengan rangkaian penguat LNA (Low Noise

Amplifier). Untuk proses selanjutnya adalah kebalikan dari rangkaian pengirim

(gambar 3.1 bagian atas).

Adapun teori setting dari modem ADSL adalah :

1. Sebelum melakukan setup pada modem ADSL melalui langkah pada lembar pertama yaitu mendaftar nomor layanan ADSL dan Telkom kemudian membuka line khusus untuk ADSL untul nomor telepon rumah.

2. Indikator modem ADSL umumnya memiliki 3 lampu indikator yaitu PPP, Power, DSL. Bila menggunakan modem jenis koneksi Ethernet dan USB maka akan ditambahkan 2 lampu indikator untuk indikator Ethernet dan USB. Kedua lampu menjadi petunjuk ketika port yang dihubungkan telah terhubung ke komputer. Misalnya bila menggunakan ethernet maka lampu ethernet akan menyala, demikian juga untuk USB ketika kabel USB terhubung ke modem dan komputer maka lampu akan menyala sebagai petunjuk adanya koneksi antara modem ADSL dengan PC.

3. Dari 3 lampu utama untuk indikator PPP, Power dan DSL yang terpenting adalah indikator DSL dan PPP. Lampu DSL dan PPP menunjukkan kesiapan modem untuk bekerja pada line DSL. Lampu ini seperti lampu petunjuk bahwa modem memang sudah terhubung dengan line DSL.

4. Pada awal kerja modem, lampu indikator akan menyala dan mengirim signal. Setelah beberapa saat maka lampu DSL akan menyala terus yang diartikan koneksi sudah terhubung dengan baik pada line telepon. Lampu PPP diartikan


(47)

koneksi sedang berlangsung atau terdapat arus data ketika seseorang melakukan koneksi ke Internet via modem.

Elemen – elemen utama dari transmisi DSLAM dengan media kabel tembaga dapat dilihat pada gambar di bawah ini :


(48)

(49)

3.3 Konfigurasi Umum Jaringan Pelanggan ADSL

Gambar 3.3 Konfigurasi Umum Jaringan Pelanggan ADSL

Konfigurasi Jaringan Pelanggan ADSL secara umum adalah sebagaimana diperlihatkan pada gambar 3.3. Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM) merupakan perangkat multiplexer pada penyelenggara jasa / sentral, sedangkan pada sisi pelanggan terdapat Customer Premises Equipment (CPE). Keduanya dihubungkan oleh line telepon, dimana di antara keduanya terdapat pots splitter (di sisi penyelenggara/ sentral) dan microfilter (di sisi pelanggan) yang berfungsi membagi frekuensi. Frekuensi rendah dialirkan ke line analog, sedangkan frekuensi tinggi adalah untuk service ADSL.

Banyak aplikasi akan mendapatkan manfaat dari keunggulan ADSL terutama dalam digital compressed video. Sebagai sinyal real time, sinyal video digital tidak dapat menggunakan prosedur error control pada level link atau network yang biasanya dipakai dalam sistem komunikasi data yang umum. Sedangkan modem ADSL mampu memberikan forward error correction yang secara dramatis mampu mengurangi error yang diakibatkan oleh impulse noise. Error yang berbasiskan symbol demi symbol juga akan banyak mengurangi kesalahan yang ditimbulkan oleh continuous noise yang terjadi pada saluran.


(50)

3.4 Konfigurasi ADSL Antar Sentral

Jaringan ADSL dibangun untuk memberikan pelayanan jasa – jasa komunikasi berpita lebar dengan memanfaatkan kabel tembaga pada jaringan akses. Sedangkan informasi dialirkan melalui jaringan IP yang dibangun di atas infrastruktur ATM-

frame relay. Perangkat ATU – R pada sisi pelanggan, terhubung ke DSLAM di sisi

sentral pada physical layer ATM. Sementara dalam sentral, untuk menghubungkan ke jaringan IP, maka DSLAM dihubungkan ke router dengan menggunakan interface ATM. Hubungan antar router pada jaringan IP menggunakan interface frame relay.

Di sentral, terdapat POTS splitter, perangkat yang memungkinkan membawa layanan telepon analog pada saluran yang sama sebagaimana layanan data digital. POTS splitter adalah suatu low pass filter yang memisahkan suara analog dari frekuensi ADSL.

3.5 BAMS ( Broadband Access Measurement System )

BAMS ( Broadband Access Measurement System ) merupakan tool berbasis WEB yang mampu digunakan untuk melakukan pengukuran jaringan akses broadband secara simultan dan multipair atau merupakan sistem pengukuran terpadu yang dilakukan dengan mengintegrasikan sistem pengukuran akses broadband dengan customer database Siska dan tools – tools aplikasi subscriber line test eksisting.

Melalui BAMS dapat diukur besaran elektris jaringan, parameter broadband sekaligus diketahui pula range kecepatan akses Broadband tersebut. BAMS dalam pengoperasiannya melakukan sinkronisasi data teknis dengan SISKA secara otomatis, sehingga data perubahan pelanggan / data teknis selalu up to date. Data tersebut meliputi lokasi datel, No. Telpon, RK, Primer, Sekunder, dan no DP. Dimana data panjang kabel primer dan kabel sekunder di input secara manual melalui BAMS.

3.6 Riser Bond Dynatel 965 DSP

Dynatel 965 DSP Subscriber Loop Tester adalah alat ukur Microprocessor Controlled Integrated yang dapat mengukur semua parameter elektris lengkap untuk


(51)

saluran POTS, ISDN, HDSL, ADSL, dan SDSL. Fungsinya adalah untuk mengetahui kerusakan dan verifikasi pada kabel twisted pair dan coaxial.

Dynatel 965 DSP Subscriber Loop Analyzer menjalankan pengukuran manual tergantung pilihan atau pengukuran otomatis dengan batas ambang ukur yang disetting oleh user untuk mengkategorikan dan memilih jenis gangguan. Dynatel 965 DSP Subscriber Loop Analyzer dirancang dengan bentuk yang tahan terhadap cuaca, mudah dibawa dan lebih kokoh.

3.7 Fitur Dynatel 965 DSP Subscriber Loop Analyzer

Tabel 3.1 Fitur dan Fungsi Dynatel 965 DSP

No Fitur Fungsi

1 Resistance Fault Locate

Mencari letak gangguan dengan system Wheatstone bridge

2 Open Fault Locate Mencari letak NC ( Not Connect ) / kabel putus 3 Load Coil Count Mengukur adanya load coil

4 Longitudinal Balance Mengukur Longitudinal Balance

5 Caller Identification Menganalisa sinyal untuk no. pemanggil 6 Split Fault Location Mencari percabangan

7 Voltage measurement Mengukur tegangan

8 Tone source Sebagai tone osilator 0 s/d 1200 kHz 9 Current measurement Mengukur arus

10 Ohm measurement Mengukur tahanan ohm

11 Ohm to distance convereter

Mengkonversi ohm ke jarak atau sebaliknya

12 Loss measurement Mengukur redaman 13 Noise measurement Mengukur noise

14 REG Detection Mendeteksi Range Extender Gain

15 Self Test dan Self

Calibration


(52)

16 Widebond Noise / loss for

ISDN/ADSL/HDSL

Redaman untuk ISDN/ADSL/HDSL

17 Line Prequalification test for basic rate ISDN service

Prekualifikasi untuk ISDN

18 TDR ( Echometer ) Sebagai echometer

19 Grafic TDR Display Tampilan grafik layar lebar

20 IP Port Infra red transfer data

21 Internal memory 100 data memory

22 Talkset / Microtest Bisa sebagai handset

23 High Insulation

display

Mengukur tahanan isolasi

24 Resistance difference and loop ressistance

Mengukur beda resistansi

25 On Board Operating

Instruction

Petunjuk Operasi di layar

26 Capacitance measurement


(53)

BAB IV

HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA DATA

4.1. Pengukuran Parameter – parameter elektrik Jarlokat

Pengukuran dengan menggunakan aplikasi BAMS ini untuk mengukur output daya jaringan kabel primer dan sekunder dari DSLAM sampai ke subscriber (pelanggan), metode pengukuran yang dilakukan adalah dengan metode end-to-end. Untuk mengetahui baik buruknya akses internet dapat terlihat dari kecepatan aksesnya yang dipengaruhi oleh parameter jaringan kabel apakah telah sesuai dengan standar kecepatan yang digunakan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan maka diperoleh hasil pengukuran sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran

Diameter kabel (mm)

Panjang Saluran (Km)

Rloop ( ohm ) Redaman

Saluran (dB)

BER

0,6

1 129,8 5,67 10-6

1,8 231,2 9,74 10-6

2,4 309,2 11,34 10-6

2,8 363,1 13,45 10-6

3,6 459,3 16,22 10-6

4 518,4 19,65 10-6

4,4 566,1 21,76 10-6

4,8 613,2 24,64 10-6

5,6 722,5 26,55 10-6

6 776,9 29,33 10-6

8 1012 32,54 10-6


(54)

4.2. Perhitungan Tahanan Loop ( Rloop )

Perhitungan tahanan loop adalah untuk mengetahui nilai resistansi/tahanan murni kabel. Pengukuran tahanan loop adalah murni nilai resistansi konduktor atau urat kabel. Pada pengukuran tahanan loop, kabel tidak dilewati suatu sinyal informasi. Tahanan loop kadang disebut juga dengan istilah tahanan DC (DC Resistance).

Pengukuran nilai tahanan dilakukan untuk dapat melihat pengaruhnya terhadap kecepatan jaringan akses internet, karena semakin besar nilai tahanan maka semakin lambat akses internet atau sebaliknya.

Untuk mengetahui harga tahanan loop hasil pengukuran dalam satuan ohm (Ώ) perlu dilakukan konversi hasil ukur tersebut dengan menggunakan persamaan:

( 4.1 )

Untuk l = 1 Km

R loop = 0.0175.1000.1000/0.6

= 29,166 Ω

Untuk l = 1,8 Km

Rloop = 0.0175.1800.1000/0.6


(55)

Untuk selanjutnya harga tahanan hasil ukur dalam satuan ohm diperlihatkan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Harga tahanan loop ( Rloop )

Panjang Saluran

( Km )

Rloop ( Ohm ) Hasil Pengukuran

Rloop (Ohm ) Hasil Perhitungan

Selisih

Rloop hasil ukur – Rloop hasil perhitungan

( dB )

1 129,8 29,2 100,6

1,8 231,2 52,5 178,7

2,4 309,2 70,0 239,2

2,8 363,1 81,6 281,5

3,6 459,3 105,0 354,3

4 518,4 116,7 401,7

4,4 566,1 128,3 437,8

4,8 613,2 140,0 473,2

5,6 722,5 163,3 559,2

6 776,9 175,0 601,9

8 1012 233,3 778,7

10 1198 291,6 906,4


(56)

4.3. Analisa Tahanan Loop

Dari hasil selisih perhitungan dan pengukuran tidak terdapat harga yang jauh sekali dan masih dalam batas toleransi, berdasarkan standarisasi yang telah ditetapkan oleh PT. TELKOM, maka harga tahanan loop yang baik untuk internet ( speedy ) adalah ≤ 1200 Ώ.

Tabel 4.3 Standarisasi harga tahanan loop

Diameter Kabel (mm)

Rloop pengukuran (Ohm/Km)

Rloop perhitungan (Ohm/Km)

Batas Rloop (Ohm)

0,6 129,8 - 1198 100,6 – 906,4

Besarnya tahanan loop mempengaruhi kecepatan akses internet. Semakin besar tahanan loop maka semakin lambat akses internet, begitu pula sebaliknya semakin kecil tahanan loop maka semakin cepat akses internet.

4.4. Perhitungan Redaman Saluran

Redaman pada kabel tembaga disebabkan karena konduktivitas konduktor yang tidak sempurna dan juga disebabkan oleh resistansi dielektrik yang berhingga (idealnya tak terhingga).

Redaman hasil pengukuran bila dikonversikan dalam decibel (dB) akan diperoleh hasil sebagai berikut :

(4.2)

Untuk l = 1 Km


(57)

Untuk l = 1,8 Km

Redaman = = 5,4 dB/Km

Selanjutnya redaman hasil perhitungan diperlihatkan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Redaman Hasil Pengukuran

Panjang Saluran (Km)

Redaman Hasil Pengukuran

(dB)

Redaman Hasil Perhitungan

(dB/Km)

Selisih

Redaman hasil ukur – redaman hasil perhitungan

( dB/Km )

1 5,67 5,67 0

1,8 9,74 5,4 4,34

2,4 11,34 4,725 6,62

2,8 13,45 4,8 8,65

3,6 16,22 4,5 11,72

4 19,65 4,912 14,75

4,4 21,76 4,945 16,82

4,8 24,64 5,133 19,51

5,6 26,55 4,741 21,81

6 29,33 4,888 24,44

8 32,54 4,067 28,47


(58)

Gambar4.2. Grafik Panjang Saluran – vs – Redaman Saluran

4.5. Analisa Redaman Saluran

Dari tabel diatas tampak jelas perbedaan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran, hal ini disebabkan karena pada pengukuran yang diukur adalah redaman saluran saja, sedangkan pada perhitungan merupakan redaman total yang terjadi pada saluran.

Tabel 4.5 Standar Redaman

Diameter Kabel (mm)

Redaman Saluran

Hasil Pengukuran

( dB )

Redaman Saluran

Hasil Perhitungan

( dB )

Batas Redaman Saluran

( dB )


(59)

Dari hasil selisih perhitungan dan pengukuran sangat jauh berbeda dengan nilai standarisasi yang telah ditetapkan oleh PT. TELKOM, maka harga redaman saluran kabel tembaga yang baik untuk internet ( speedy ) berbasis teknologi ADSL adalah ≤ 38 dB.

Besarnya redaman saluran mempengaruhi kecepatan akses internet. Semakin besar redaman saluran maka semakin lambat akses internet, begitu pula sebaliknya semakin kecil redaman saluran maka semakin cepat akses internet.

4.6 Perhitungan Bit Error Rate

Berdasarkan perhitungan yang diperoleh dari hasil pengukuran :

BER = Jumlah bit yang salah / jumlah bit

Dimana :

Jumlah bit = 106

Jumlah bit yang salah = 1

Maka diperoleh : BER = 1 / 106

BER = 10-6

4.7 Analisa Bit Error Rate

Bit Error Rate ( BER ) menggambarkan banyaknya kesalahan bit yang terjadi pada saat pengiriman data dilakukan. Untuk menentukan standart BER digunakan rekomendasi CCITT. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh harga 10-6 namun dalam rekomendasi CCITT dianjurkan untuk komunikasi data 10-7.

Tabel 4.6 Standarisasi BER

BER

Hasil Pengukuran Standart CCITT


(60)

4.8 Data Hasil Pengukuran Speedy Pelanggan dengan system BAMS

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Speedy Pelanggan dengan system BAMS

Nomor 111207108 CEK KUALITAS JARINGAN ID DSLAM di Radius 2.PUB----.06.31

Password **via

Status Pelang gan

Enable IP

Embasy 10.16.3.110

UPSTREAM

Line

Rate 320 kbps Tanggal

Daftar

2010-06-28 14:55:25

Paket INET L15H_mdn-2

IP

DSLAM Hidden SNR 11 dB

Tanggal Binding 2010-07-02 00:00:00 Profile Paket PROFILE_102 4.PRF Host ID/Inde x - Slot/Po rt

15/409 - 9/25 Attenua

tion 5 dB Simultane

ous-Use 1

IP

Statik

Status Error OK

Attaina ble Rate

1024 kbps Port

Binding

Medan-SE800/0 0/0/0:4096.1474 2.PUB----.06.31/0/0/9/0/25:8.81

Type

DSLAM 9210

Output

Power 19.3 dBm Nama DSLAM 2.PUB----.06.31 DOWNSTREAM Line

Rate 1248 kbps No

Telepon

061662419

7 EQN

PUB3----2060925 Profile

PROFILE_102

4.PRF SNR 46.5 dB

Datek PUB, TV08P007-766, RR, TS08-2, DP131-2

Alarm

Profile DEFVAL.PRF

Attenua

tion 11 dB

Nama ERVINA Admin

Status enable

Attaina ble Rate

8064 kbps Alamat KRAKATAU 9MM/14 MEDAN SUMUT Link

Status down

Output

Power 11.6 dBm

Data diatas merupakan salah satu hasil pengukuran BAMS dari pelanggan Telkom yang menggunakan modem ADSL 2/2+. Dari tabel diatas diperoleh bahwa kapasitas transmisi dari arah downstream (sentral ke pelanggan) lebih besar dari arah upstream (pelanggan ke sentral). Pada data upstream di atas diperoleh nilai attainable rate (kecepatan transmisi) yang dicapai : 1024 kbps sedangkan pada data downstream attainable rate (kecepatan transmisi) yang dicapai : 8064 kbps, ini disebabkan karena pada umumnya pelanggan yang menggunakan modem ADSL ini lebih cenderung mendownload data daripada mengupload data.


(61)

Berdasarkan dari teori ADSL diperoleh nilai kapasitas transmisi untuk downstream sebesar 12 Mbps dan upstream 1 Mbps, maka dapat disimpulkan bahwa nilai data ADSL yang diperoleh mendekati nilai data ADSL secara teori.

4.9 Analisa Jaringan Transport

Peranan jaringan transport adalah mengirimkan content dari lokasi-lokasi Headend ke Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM) sebagai batas masuk ke jaringan akses. Jaringan dapat mengirimkan 2 jenis trafik, yaitu broadcast dan unicast, yang berkaitan erat dengan layanan interaktif broadcast.

4.9.1 Jaringan Broadcast

Pada jaringan broadcast, aplikasi dapat mengirim sebuah paket copy dari setiap paket dan mengalamatkanya pada sebuah broadcast address. Kemudian trafik broadcast tersebut (paket-paket) ditransporkan sebagai IP multicast, ATM point to multipoint atau suatu gabungan dari keduanya. Trafik harus dikirimkan ke semua lokasi DSLAM pada jaringan, intinya berusaha menyamai suatu layanan Cable yang mengirim semua channel pada semua lokasi. Terlihat bahwa trafik baik IP atau ATM, menjadi pilihan untuk mengkonstruksi jaringan . Suatu solusi yang baik untuk sebuah jaringan overlay adalah menggunakan hubungan ATM point to multipoint pada sebuah lingkungan ATM switching. ATM adalah teknologi yang stabil dengan kemampuan mereplikasi data dengan bandwidth yang besar. Pendekatan ini akan bekerja pada hampir jenis jaringan transport. Seperti SONET dan SDH atau DWDM dan support terhadap native MPEG-over- ATM dan MPEG-over-IP encapsulation. Link yang membawa channel siaran dapat digunakan untuk mengirim data lainnya, seperti interaktif content. Pendekatan multicast overlay adalah peningkatan biaya dari multiple link transport optik dan intermediate ATM switch diperlukan untuk melengkapi rangkaian point to multipoint. Router IP multicast dapat digunakan untuk mendistribusikan channel siaran TV jika IP adalah layer jaringan yang dipilih untuk layanan tersebut. Jika sebuah jaringan IP eksis menyediakan kapasitas yang diminta dan kinerja untuk replica multicast, maka kemungkinan akan feasible untuk menambahnya dengan aliran siaran TV. Akhir dari pengiriman encapsulation adalah


(62)

ATM, jadi IP multicast stream harus dibungkus kedalam ATM virtual circuit pada akhir perjalanan.

4.9.2 Jaringan Unicast

Pada jaringan unicast, aplikasi dapat mengirim sebuah copy dari tiap paket ke setiap anggota dari multicast group. Teknik ini terbatas, bila jumlah anggota multicast-nya sangat besar maka diperlukan bandwidth ekstra karena informasi yang sama harus dikirim beberapa kali meskipun menggunakan shared links. Banyak arsitektur berbeda dapat dipilih guna membangun suatu jaringan unicast. Termasuk Existing Broadband Remote Access Server (BRAS), ATM switch/router (fungsi kombinasi) dan IP card dalam DSLAM terhubung ke router. Pilihan akhir akan tergantung pada performance, kapasitas dan persetujuan kebutuhan pelanggan dan harganya. Layanan unicast dan broadcast dapat dikirimkan melalui infrastruktur jaringan yang sama. Contohnya node-node ATM konsentrator yang mengumpulkan DSLAM support baik pada point to multipoint maupun pada point to point virtual circuit. Bidirectional, interaktif trafik melalui ATM point to point virtual circuit dapat dikumpulkan baik pada sebuah BRAS atau router, tergantung pada permintaan layanan. Peralatan routing ini, terletak dalam central office tertentu,yang dapat dihubungkan ke pusat data melalui medium transport optik yang sama yang mengirimkan trafik broadcast.

4.10 Analisa Jaringan Akses

Pada jaringan akses, DSLAM dipandang sebagai salah satu bentuk jaringan akses ATM yang menggabungkan teknologi ATM dan ADSL. Dalam konsepsi ADSL maka DSLAM merupakan perangkat ADSL di sisi sentral. Komponen - komponen dalam DSLAM secara umum terdiri dari Backbone interface dan Line Interface Module (LIM). LIM merupakan penggabungan modul ATUC dan POTS Splitter. Biasanya DSLAM berbentuk sistem rack yang mempunyai kapasitas line cukup besar.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa dan hasil pengukuran maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari data hasil pengukuran tahanan loop (Rloop) adalah 129,8 Ohm hingga 1198 Ohm, hal ini sudah memenuhi standarisasi tahanan loop untuk mengakses data pada jaringan ADSL, berdasarkan hasil perhitungan yaitu 0 – 1141,2 Ohm dan juga sudah memenuhi standart persyaratan elektris jaringan lokal kabel tembaga yaitu ≤ 1200 Ohm. Dari hasil pengukuran redaman kabel diperoleh nilai redaman sebesar 5,67 dB hingga 39,88 dB dan dari hasil perhitungan yaitu 0 hingga 35,89 dB. Dari hasil data ini juga telah memenuhi standart redaman kabel pada persyaratan elektris jarlokat untuk jaringan ADSL yaitu ≤ 38dB. Maka disimpulkan bahwa kecepatan jaringan internet sangat berpengaruh pada jarak kabel tembaga dari ISP (Internet Service Provider).

2. Pada data kecepatan jaringan ADSL yang digunakan oleh pelanggan maka data upstream diperoleh nilai attainable rate (kecepatan transmisi) : 1024 kbps sedangkan pada data downstream attainable rate (kecepatan transmisi) : 8064 kbps, ini disebabkan karena pada umumnya pelanggan yang menggunakan modem ADSL ini lebih cenderung mendownload data daripada mengupload data. Berdasarkan dari teori ADSL diperoleh nilai kapasitas transmisi untuk downstream sebesar 12 Mbps dan upstream 1 Mbps, maka dapat disimpulkan bahwa nilai data ADSL yang diperoleh mendekati nilai data ADSL secara teori.


(64)

3. Teknologi ADSL merupakan teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan efisiensi pada saluran transmisi khususnya kabel tembaga sehingga dapat digunakan untuk teknologi multimedia yang memerlukan bandwidth transmisi yang cukup besar sehingga dapat mengatasi masalah keterbatasan bandwidth pada aplikasi kabel tembaga eksisting dan merupakan pilihan telephony provider untuk bersaing dengan cable provider dalam memberikan layanan

video on demand. Pada jaringan broadcast pengiriman video stream dapat

menggunakan sistem IP Broadband multicasting yang ditumpangkan (overlay) pada ATM atau IP multicast yang ditumpangkan (overlay) pada router.

5.2 Saran

1. Untuk dapat memenuhi standart akses data yang baik dan efisien serta menghindari jaringan agar tidak mengalami gangguan kerusakan, maka diperlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari power lineman ( orang yang bertugas memasang jaringan ) pada saat melakukan pengukuran dan pemasangan jaringan kabel tembaga tersebut baik jaringan primer maupun jaringan sekunder, juga perlu diperhatikan proses pengetesan modem ADSL di sisi pelanggan.

2. Untuk menjamin kabel tembaga masih dapat dipergunakan dengan baik, maka perlu dilakukan pengecekan / pemeriksaan secara berkala dan juga perlu diperhatikan suhu ruangan di MDF yang berfungsi sebagai terminasi jaringan kabel primer.

3. Penerapan penggunaan kabel tembaga dengan diameter 0,6 mm yang sangat ideal untuk semua jarak lokal kabel tembaga mulai dari MDF sampai dengan kabel tembaga pada pelanggan.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Annabel & Dodd. 2002. The Essential Guide to Telecommunications (Panduan Pokok Untuk Telekomunikasi). Cetakan Pertama. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Direksi PT.Telkom. 2006. Basic Broadband Access Network. Angkatan VI. Divisi Pelatihan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk : Medan.

Direksi PT.Telkom. 2006. Pelatihan Teknologi Speedy. Angkatan II. Divisi Pelatihan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk : Medan.

Direksi PT.Telkom. 2004. Basic Knowledge x Digital Subscriber Line (xDSL). Edisi I. Divisi Pelatihan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk : Bandung.

Direksi PT.Telkom. 2009. Standard Operation Procedure , Aplikasi BAMS Nasional. Divisi Pelatihan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Bandung.

Flood.J.E. 1994. Telecommunicaton Switching, Traffic, and Network. First Edition. New Jersey USA. Prentice Hall.

Jogiyanto. 2003. ”Sistem Teknologi Informasi”. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Lee. C. Samuel. 1987. Teori Switching dan Desain Digital. Cetakan Pertama. Jakarta : Erlangga.

Onno,W,Purbo. 2006. ”ADSL dan Speedy”. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Roody Dennis, Coolen John. 1995. Electronic Communication. Fourth Edition. New Jersey. USA : Prentice Hall International.

Suhana Ir. Dr, Shoji Shigeki. 2004. Teknik Telekomunikasi. Jilid 8. Jakarta : Pradnya Paramita.

Zuhal Dr. Prof, Ir. Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektronika, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.


(66)

12 November 2010.

16 November 2010.


(67)

Lampiran Keputusan DIRJASA No : KR.22 / TK 000 / JAS-30 / 2005

Tanggal : 23 Juni 2005

STANDAR PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT

UNTUK LAYANAN SPEEDY

I. DEFENISI

a. Speedy adalah nama suatu produk TELKOM untuk layanan broadband akses yang mencakup internet kecepatan tinggi, data, video dan suara.

b. JARLOKAT (Jaringan Lokal Akses Tembaga) adalah salah satu alternatif media transmisi pada jaringan akses yang digunakan untuk layanan speedy. c. Kontinuitas adalah ketersambungan dan kelurusan urat kabel (a dan b)

sepanjang saluran jarlokat.

d. Tahanan isolasi adalah nilai resistansi (R) dari isolator kabel tembaga, dalam

satuan ohm (Ώ).

e. Tahanan loop (tahanan DC / tahanan jerat) adalah nilai resistansi (R) pair kabel

tembaga, dalam satuan ohm (Ώ).

f. Screen kabel adalah bagian dari konstruksi kabel tembaga yang berupa aluminium foil.

g. Resistance unbalance adalah nilai perbedaan tahanan penghantar antara urat a dan urat b, dalam satuan %.

h. Longitudinal balance adalah nilai keseimbangan sinyal sepanjang urat a dan urat b, dalam satuan dB.

i. Power influence (interferensi elektris) adalah sinyal induksi pada jarlokat akibat interferensi sinyal dari luar jaringan kabel tembaga, dalam satuan dB. Contoh penyebab power influence adalah frekuensi radio, induksi jala – jala PLN dan sebagainya.

j. Redaman saluran ( loss attenuation ) adalah besarnya daya sinyal yang hilang sepanjang saluran, dalam satuan dB. Redaman saluran bergantung pada panjang saluran dan frekuensi sinyal.

k. S / N ( Signal to Noise Ratio, SNR ) adalah perbandingan sinyal yang diterima dengan total noise di sisi penerima , dalam satuan dB.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Annabel & Dodd. 2002. The Essential Guide to Telecommunications (Panduan Pokok Untuk Telekomunikasi). Cetakan Pertama. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Direksi PT.Telkom. 2006. Basic Broadband Access Network. Angkatan VI. Divisi Pelatihan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk : Medan.

Direksi PT.Telkom. 2006. Pelatihan Teknologi Speedy. Angkatan II. Divisi Pelatihan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk : Medan.

Direksi PT.Telkom. 2004. Basic Knowledge x Digital Subscriber Line (xDSL). Edisi I. Divisi Pelatihan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk : Bandung.

Direksi PT.Telkom. 2009. Standard Operation Procedure , Aplikasi BAMS Nasional. Divisi Pelatihan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Bandung.

Flood.J.E. 1994. Telecommunicaton Switching, Traffic, and Network. First Edition. New Jersey USA. Prentice Hall.

Jogiyanto. 2003. ”Sistem Teknologi Informasi”. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Lee. C. Samuel. 1987. Teori Switching dan Desain Digital. Cetakan Pertama. Jakarta : Erlangga.

Onno,W,Purbo. 2006. ”ADSL dan Speedy”. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Roody Dennis, Coolen John. 1995. Electronic Communication. Fourth Edition. New Jersey. USA : Prentice Hall International.

Suhana Ir. Dr, Shoji Shigeki. 2004. Teknik Telekomunikasi. Jilid 8. Jakarta : Pradnya Paramita.

Zuhal Dr. Prof, Ir. Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektronika, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.


(2)

12 November 2010.

16 November 2010.


(3)

Lampiran Keputusan DIRJASA No : KR.22 / TK 000 / JAS-30 / 2005 Tanggal : 23 Juni 2005

STANDAR PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT UNTUK LAYANAN SPEEDY

I. DEFENISI

a. Speedy adalah nama suatu produk TELKOM untuk layanan broadband akses yang mencakup internet kecepatan tinggi, data, video dan suara.

b. JARLOKAT (Jaringan Lokal Akses Tembaga) adalah salah satu alternatif media transmisi pada jaringan akses yang digunakan untuk layanan speedy. c. Kontinuitas adalah ketersambungan dan kelurusan urat kabel (a dan b)

sepanjang saluran jarlokat.

d. Tahanan isolasi adalah nilai resistansi (R) dari isolator kabel tembaga, dalam satuan ohm (Ώ).

e. Tahanan loop (tahanan DC / tahanan jerat) adalah nilai resistansi (R) pair kabel tembaga, dalam satuan ohm (Ώ).

f. Screen kabel adalah bagian dari konstruksi kabel tembaga yang berupa aluminium foil.

g. Resistance unbalance adalah nilai perbedaan tahanan penghantar antara urat a dan urat b, dalam satuan %.

h. Longitudinal balance adalah nilai keseimbangan sinyal sepanjang urat a dan urat b, dalam satuan dB.

i. Power influence (interferensi elektris) adalah sinyal induksi pada jarlokat akibat interferensi sinyal dari luar jaringan kabel tembaga, dalam satuan dB. Contoh penyebab power influence adalah frekuensi radio, induksi jala – jala PLN dan sebagainya.

j. Redaman saluran ( loss attenuation ) adalah besarnya daya sinyal yang hilang sepanjang saluran, dalam satuan dB. Redaman saluran bergantung pada panjang saluran dan frekuensi sinyal.

k. S / N ( Signal to Noise Ratio, SNR ) adalah perbandingan sinyal yang diterima dengan total noise di sisi penerima , dalam satuan dB.


(4)

II. STANDAR PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT UNTUK LAYANAN SPEEDY

Jarlokat yang akan digunakan untuk layanan speedy harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Minimal memenuhi spesifikasi teknis layanan POTS

a. Kontinuitas : urat a dan b tersambung baik, tidak silang dengan pair lain

b. Tahanan isolasi : ≥ 10 MΏ, yang diukur pada tegangan ≤ 90 Vdc. c. Redaman kabel : ≤ 15 dB ( 1kHz)

d. Tahanan loop : ≤ 1200 Ώ

e. Screen kabel : tersambung dengan baik 2. Tidak boleh ada loading coil pada saluran.

3. Tidak boleh berupa saluran bridge tap atau jaringan paralel.

4. Tidak boleh ada tegangan asing ( AC dan DC) pada kondisi saluran. 5. Resistansi unbalance : ≤ 4 %

6. Longitudinal balance : ≥ 60 dB 7. Power influence : ≤ 80 dB

8. Memenuhi spesifikasi teknis kecepatan akses. a. ADSL kecepatan akses sampai dengan 512 kbps

1. Redaman kabel : ≤ 65 dB (300 KHz) 2. S / N : ≥ 25 dB

b. ADSL kecepatan akses sampai dengan 1,5 Mbps 1. Redaman kabel : ≤ 60 dB (300 KHz) 2. S / N : ≥ 30 dB

c. ADSL kecepatan akses sampai dengan 2 mbps 1. Redaman kabel : ≤ 35 dB (300 KHz) 2. S / N : ≥ 28,4 dB

d. G.SHDSL kecepatan akses sampai dengan 512 kbps 1. Redaman kabel : ≤ 53 dB (150 KHz) 2. S / N : ≥ 17,5 dB

e. ADSL kecepatan akses sampai dengan 2 Mbps 1. Redaman kabel : ≤ 38 dB (150 KHz) 2. S / N : ≥ 24 dB

9. Memenuhi aturan Quad pada bundel kabel.

a. Antar dua layanan Speedy Broadband Access direkomendasikan dipasang pada quad yang berbeda.

b. Layanan Speedy Broadband Access direkomendasikan dipasang pada quad yang berbeda dengan system non POTS (ISDN dan pairgain).


(5)

Lampiran

Gambar. Perangkat MDF


(6)

Gambar. Splitter