Penerima 16 QAM Dengan Konstelasi Rectangular Sistem 16 QAM Circular

Adhi Pradana : Analisis Kinerja Discrete Multitone DMT Pada Teknologi Asymmetric Suscriber Digital Line ADSL, 2008. USU Repository © 2009 Dalam 16 QAM gray code 2 dimensi 2D, data pada kanal Q dan I dikodekan secara Gray dan kemudian dimapping ditempatkan pada konstelasi sinyal 16 QAM rectangular. Pasangan 2 bit input, dikodekan secara gray. Hasil pengkodean kanal Q dan I, bentuk konstelasi sinyal seperti pada Gambar 3.6. Di sini terlihat bahwa dua titik terdekat hanya dibedakan oleh satu bit berbeda. Jika penerima membuat kesalahan dalam menterjemahkan informasi maka hanya akan terjadi kesalahan satu bit. Gambar 3.6 16 QAM 2D Gray code Jika ada sederetan input: 0010, 1000, 1111, dan 0101. Setelah proses gray coding output pasangan 2 bit pada modulator kanal Q adalah 00, 11, 10, dan 01. Output kanal Q dalam hal ini adalah: -3sin2 πfct, +1sin2πfct, +3sin2πfct, dan -1sin2 πfct. Disisi lain output pasangan 2 bit pada kanal I adalah 11, 00, 10, dan 01. Output kanal I dalam hal ini adalah +1cos2 πfct, -3cos2πfct, +3cos2πfct, dan -1cos2 πfct. Dengan menggunakan persamaan 3.1, output pada pemancar sebagai 10 exp2 πfct + 247.5º, 10 exp2πfct + 157.5º, 18 exp2πfct+ 45º, and 2 exp2 πfct + 225º.

3.3.2. Penerima 16 QAM Dengan Konstelasi Rectangular

Adhi Pradana : Analisis Kinerja Discrete Multitone DMT Pada Teknologi Asymmetric Suscriber Digital Line ADSL, 2008. USU Repository © 2009 Penerima pada 16 QAM mirip dengan penerima pada sistem QPSK, tetapi dalam sistem ini masing-masing kanal tersusun dari 2 bit informasi. Secara umum blok diagram pada penerima 16 QAM dapat digambarkan seperti Gambar 3.7. Seperti pada bagian pemancar, perbedaan pembentukan kontelasi pada bagian penerima ditentukan pada proses demapping. Pada bagian ini diasumsi bahwa carrier lokal yang dibangkitkan oleh penerima dapat bekerja dengan sempurna sehingga memiliki frekuensi dan fase yang sama dengan sinyal termodulasi yang berasal dari pemancar. Gambar 3.7 Penerima 16 QAM Setelah proses filter dengan menggunakan LPF, sinyal PAM pada masing- masing kanal dideteksi didasarkan pada level sinyalnya. Proses berikutnya adalah demapping, langkah ini tergantung pada sistem mapping yang digunakan oleh bagian pemancar. Jika sistem mapping pada bagian pemancar menggunakan natural binary code, proses demapping pada penerima juga harus menggunakan natural binary decode, demikian halnya jika pemancar menggunakan 2D gray code pada sistem mapping.

3.3.3 Sistem 16 QAM Circular

Pada sistem 16 QAM Circular, semua titik pada konstelasi diorientasikan ke titik asal 0,0. Titik-titik tersebut harus memiliki nilai energi bervariasi, sebab Adhi Pradana : Analisis Kinerja Discrete Multitone DMT Pada Teknologi Asymmetric Suscriber Digital Line ADSL, 2008. USU Repository © 2009 sulit untuk menempatkan 16 titik pada satu lingkaran energi yang sama. Dalam hal ini perbedaan fase minimum antar titik - titik terdekat yang memiliki nilai energi sama sebesar π8 radian. Blok diagram unntuk membangkitkan sinyal 16 QAM dengan konstelasi Circular dapat diberikan pada Gambar 3.8 berikut. Gambar 3.8 Modulator 16 QAM Circular Input data dalam hal ini dipecah menjadi 4 kanal Q, I, C1, dan C2. Masing- masing memiliki bit rate ¼ nilai bit rate input. Empat bit data satu simbol secara serial dimasukkan ke splitter pemecah, selanjutnya dikeluarkan, selanjutnya dikeluarkan secara simultan serempak. Bit-bit I, C1, dan C2 memasuki 2-to-4 level converter kanal in-phase. Bit-bit Q, C1’, dan C2 memasuki 2-to-4 level converter kanal quadrature. Dalam realisasinya 2-to-4 level converter merupakan DAC. Dengan 3 bit input akan menghasilkan 8 kombinasi sinyal. Bit I dan Q menentukan polaritas sinyal logika 1 = positif dan logika 0 = negatif. Bit-bit pada C1 da C1’ menentukan magnitudo sinyal logika 1 =1.307 dan logika 0 = 0.54. Bit C2 menentukan faktor pengali magnitudo sinyal logika 1 = 2x dan logika 0 = 1x. Tabel 5.3. menunjukkan tabel kebenaran dari sinyal 8 level PAM yang bersesuaian dengan kondisi ouput pada 2-to-4 level converter. Adhi Pradana : Analisis Kinerja Discrete Multitone DMT Pada Teknologi Asymmetric Suscriber Digital Line ADSL, 2008. USU Repository © 2009 Tabel 3.2 Tabel kebenaran sinyal 8 PAM Sinyal PAM memodulasi carrier in-phase dan quadrature dalam faktor pengali modulator. Karena bit-bit C1 dan C1’ tidak mungkin memiliki logic gate sama, output dari kanal in-phase dan quadrature tidak memiliki magnitudo sama walaupun mungkin memiliki polaritas sama. Linear summer mengkombinasikan output dari faktor pengali modulator kanal in-phase dan quadrature untuk menghasilkan 16 kombinasi yang mungkin. Bit input in-phase I=0, C1=0 dan C2=0, pada product modulator output = -0.541 sin ωct. Bit input quadrature Q=1, C1’=1, dan C2=0 pada product modulator outputnya = -1,307 cos ωct. Kombinasi pada linear summer memberikan : Output linear summer = -0.541sin ωct -1,307 cos ωct = 1.415 sin ωct + tan-1-0.541-1,307 = 1.415 sin ωct -112.5 3.3 Disesuaikan dengan bentuk dasar pada sinyal 16 QAM, maka bentuk ini menjadi : Output linear summer = 1.415 cos ωct -112.5- π2 radian 3.4 Adhi Pradana : Analisis Kinerja Discrete Multitone DMT Pada Teknologi Asymmetric Suscriber Digital Line ADSL, 2008. USU Repository © 2009 Secara keseluruhan kombinasi dari kanal in-phase dan quadrature pada linear summer memberi hasil seperti pada Tabel 3.2 dan konstelasi sinyal circular yang dihasilkan pada pemancar seperti pada Gambar 3.9. Gambar 3.9 Diagram konstelasi sinyal circular 16 QAM Blok diagram penerima sistem 16 QAM Circular dapat diberikan seperti pada Gambar 3.10 berikut ini. Kerja bagian penerima merupakan kebalikan bagian pemancar. Dari sinyal 16 QAM di-split untuk dilakukan proses pembentukan ulang carrier, dan selanjutnya hasilnya ini digunakan untuk product detector dan setelah proses LPF dan ADC dihasilkan sederetan bit dalam bentuk paralel. Diujung proses merupakan konversi dari paralel ke serial untuk merecover data yang dihasilkan. Adhi Pradana : Analisis Kinerja Discrete Multitone DMT Pada Teknologi Asymmetric Suscriber Digital Line ADSL, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 3.10 Penerima 16 QAM Circular

3.4 Transformasi Fourier Diskrit

Yang membuat DMT berbeda dengan yang lain bahwa pada transformasinya yaitu waktu diskrit yang sama baiknya dengan frekuensi diskrit. Akibatnya, sifat-sifat segala sistem komunikasi pada transmitter masukan dan keluaran, diimplementasikan dengan menggunakan transformasi fourier diskrit Discrete Fourier Transform DFT. DFT adalah salah satu dari bentuk transformasi Fourier yang digunakan sebagai ganti integral, digunakan untuk penjumlahan. DFT juga sering disebut Finite Fourier Transform transformasi Fourier berhingga, yang diterapkan untuk pemrosesan sinyal digital. Untuk urutan bilangan yang diformulasikan oleh DFT menjadi 5 : ∑ − = − − = = 1 2 1 , , N n kn N i n k N k e X  π χ 3.5 Dimana : e = logaritma natural i = unit imajiner Sedangkan untuk IDFT adalah :

Dokumen yang terkait

Analisis Jaringan Lokal Akses Tembaga Pada Performansi DSLAM Berbasis Teknologi ADSL

4 62 70

Analisis Kinerja Modulasi Discrete Multitone (DMT) Pada Jaringan Very High Data Rate Digital Subscriber Line (VDSL)

7 115 80

Implementasi Jaringan Asymmetric Digital Subscriber Line Di Telkom Risti Bandung

0 3 1

Audit Permintaan Layanan, Insiden dan Problem Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) pada PT Centrin Online Menggunakan Framework Cobit 5.

0 2 18

Pemanfaatan Teknologi ADSL (Asymmetric Digital Subscribe Line) Pada Jaringan Komunikasi

0 0 15

Simulasi Modulasi Discrete Multitone pada Asymmetric Digital Subscriber Line - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

VISUALISASI SISTEM ADSL (ASYMMETRIC DIGITAL SUBSCRIBER LINE) dengan MENGGUNAKAN MODULASI QAM (QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION ) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 11

Analisis Mekanisme Active Queue Management (AQM) Berbasis Controlled Delay (CoDel) terhadap Bufferbloat pada Koneksi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) Mechanism Analysis of Active Queue Management (AQM) Based on Controlled Delay (CoDel) against Bu

0 0 8

Visualisasi sistem Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) dengan menggunakan modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 18

Visualisasi sistem Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) dengan menggunakan modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 8