Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum PTPN III Persero Medan
a. Sejarah Singkat berdirinya Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara III Persero merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara BUMN yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Langkah awal perusahaan dimulai sejak diambil alih dari perusahaan asing RCMA dan CMO pada tahun 1958 menjadi
Perusahaan Perkebunan Negara Baru Cabang Sumatera Utara PPN Baru. Setelah mengalami reorganisasi lagi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara
Perkebunan PNP dan pada tahun 1974 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi PT Perkebunan Persero atau sering disingkat dengan PTP. Kemudian pada tahun 1994
terjadi lagi perubahan yaitu penggabungan manajemen 3 BUMN Perkebunan yaitu PTP III, PTP IV, dan PTP V disatukan pengelolaannya dibawah Direksi PT
Perkebunan III Persero. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, tentang peleburan perusahaan
perseroan PT Perkebunan III, IV dan V menjadi PT Perkebunan Nusantara III Persero atau sering disingkat dengan PTPN-III dengan akte pendirian nomor 36
tanggal 11 Maret 1996 yang dibuat oleh Notaris Harun Kamil SH berkedudukan di
Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010.
Jakarta. PT Perkebunan Nusantara III berkantor pusat di Jl. Sei Batanghari no. 2 Medan dan memiliki unit usaha yang terletak di Propinsi Sumatera Utara yang
dipimpin oleh Ir. H. Amri Siregar. PTPN III Persero memiliki 50 unit kerja yang terdiri dari 34 unit kerja kebun, 11 unit kerja PKS dan 5 unit kerja Rumah Sakit.
Seluruh unit kerja terletak di 6 Daerah KabupatenKota dalam satu Propinsi Sumatera Utara.
b. Aktivitas Perusahaan PT Perkebunan Nusantara III Persero yang bergerak dalam bidang perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet dengan lahan seluas 161.683,68 Ha yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara. Dalam pengelolaan organisasi dibagi menjadi 16 bagian, 8 Distrik
Manager, 34 Unit Kebun, 11 Unit PKS dan 5 Unit Rumah Sakit serta didukung oleh karyawan sendiri sebanyak 28.469 orang. PTPN III Persero mengelola dua jenis
komoditi perkebunan berupa kelapa sawit dan karet yang dilengkapi dengan sarana pengolahan dan industri hilir kelapa sawit.
1 Kelapa Sawit Produk kelapa sawit merupakan produk utama dan andalan PT Perkebunan
Nusantara III yang mempunyai daya tarik pasar paling tinggi. Luas areal konsensi pada tahun 2006 seluruhnya mencapai 132.602,16 Ha. Disamping itu perusahaan ini
mengelola kebun plasma atau perkebunan inti rakyat PIR yang luasnya mencapai 19.553,94 Ha. Total luas keseluruhan mencapai 152.156,10 Ha. Perusahaan ini
memiliki pabrik kelapa sawit yang mengolah tandan buah segar TBS kelapa sawit
Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010.
menjadi minyak sawit mentah atau CPO crude Palm oil dan inti sawit atau kernel palm. Pada produk ini perusahaan tetap mempertahankan pasar yang ada serta
sekaligus menerapkan strategi pasar untuk memanfaatkan peluang yang ada serta memperoleh harga terbaik.
2 Karet Perusahaan ini juga memiliki pabrik karet yang mengolah lateks kebun dan cup
lump menjadi lateks pekat, karet remah crumb rubber dan karet asap lembaran atau RSS Ribbed Smoke Sheet. Seluruh komoditi karet ini dipasarkan di dalam dan luar
negeri. Untuk produk karet ini perusahaan tetap mempertahankan pasar yang ada dan terus melakukan peningkatan produktivitas dan mutu produk.
c. Struktur Organisasi Perusahaan Semakin berkembang suatu perusahaan, maka semakin banyak pula kegiatan-
kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Organisasi sebagai alat pengendali manajemen merupakan suatu struktur yang dibuat
untuk menetapkan peran dan tugas setiap individu di dalam perusahaan demikian sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya dengan efisien dan ekonomis.
Tanggung jawab harus dibagi dengan sesuai bidang sehingga tidak ada orang yang mengendalikan seluruh tahapan transaksi. Manajer harus memiliki wewenang
untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.
Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010.
Tanggung jawab setiap individu harus jelas dirumuskan sehingga tidak ada yang tanggung jawabnya berlebihan atau berkurang. Atasan yang mendelegasikan tugas
tanggung jawab dan wewenangnya kepada anak buahnya harus memiliki sistem tindak lanjut yang efektif untuk memastikan bahwa tugas-tugas dilaksanakan
semestinya. Individu yang diserahi tugas tanggung jawab harus melaksanakannya dengan baik tanpa perlu diawasi secara ketat. Tetapi individu tersebut juga harus
mengeceknya dengan atasannya jika ada hal-hal khusus atau tidak biasa. Setiap orang diminta untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada atasannya dengan cara
bagaimana pekerjaan dibebankan kepadanya. Organisasi harus fleksibel untuk memungkinkan perubahan-perubahan struktur
pada saat rencana, kebijakan, maupun tujuan aktivitas atau operasional berubah. Struktur organisasi harus sesederhana mungkin. Bagan dan manual organisasi harus
disiapkan sehingga dapat membantu bila ada perubahan-perubahan rencana dan pengendalian disamping juga menyajikan pemahaman yang lebih baik mengenai
organisasi, mata rantai wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan. Demikian pula halnya dengan PT Perkebunan Nusantara III persero Medan,
sesuai surat Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia nomor: KEP- 132MBU2006 tanggal 27 Desember 2006 Tentang pemberhentian dan
pengangkatan anggota-anggota Direksi Perusahaan PT Perkebunan Nusantara III persero dan surat persetujuan perubahan struktur organisasi PT Perkebunan
Nusantara III persero dari Dewan Komisaris dengan surat nomor: KOM3.08S-
Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010.
12III2007 tanggal 23 Maret 2007 Tentang perubahan struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III persero, maka bentuk struktur organisasi perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III persero dapat dilihat pada lampiran.
2. Departemen Audit Internal Perusahaan a. Gambaran Umum SPI
Departemen audit internal PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan yang selanjutnya akan dibahas dalam bab ini disebut dengan Satuan Pengawasan Intern
SPI. Setiap Badan Usaha Milik Negara BUMN membentuk Satuan Pengawasan Internal SPI yang merupakan aparat pengawasan intern perusahaan yang
bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Pembentukan organ pendukung Direksi ini untuk memastikan bahwa sistem pengendalian internal telah andal. Keberadaan
SPI ini adalah untuk membantu Direksi BUMN dalam upaya mencapai kinerja perusahaan yang optimal.
Satuan Pengawasan Intern SPI adalah aparat pengawasan intern yang berperan tidak saja membantu manajemen dalam menjalankan fungsi pengawasan tetapi juga
merupakan mitra strategis bagi manajemen dalam rangka penerapan sistem pengendalian intern internal control system, manajemen resiko risk management
dan penerapan Good Corporate Governance GCG.
b. Landasan Pembentukan SPI
Pembentukan Satuan Pengawasan Intern SPI didasarkan pada:
Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010.
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN bahwa: a. Pada setiap BUMN membentuk Satuan Pengawasan Intern yang merupakan
aparat pengawas internal perusahaan yang dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama.
b. Atas permintaan tertulis KomisarisDewan pengawas, Direksi memberikan keterangan hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Satuan
Pengawasan Intern. c. Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang
diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Intern.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 pasal 45, bahwa pada setiap BUMN dibentuk Satuan Pengawasan Intern yang merupakan aparatur pengawasan
internal perusahaan. Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang perusahaan perseroan,
bahwa: a. Pada setiap perseroan dibentuk Satuan Pengawasan Intern.
b. Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama.
Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010.
c. Satuan Pengawasan Intern bertugas membantu Direktur Utama dalam melaksanakan audit keuangan dan operasional serta menilai pengendalian,
pengelolaan, pelaksanaannya dan memberikan saran-saran perbaikan. d. Direktur Utama memberikan keterangan mengenai hasil audit atau hasil
pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Intern kepada Komisaris, atas permintaan tertulis dari Komisaris.
e. Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas segala yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil audit
yang dibuat oleh Bagian Satuan Pengawasan Intern. 4. Hal ini ditegaskan lagi melalui SK Menteri BUMN Nomor : KEP-117M-
MBU2002 tanggal 1 Agustus 2002, pasal 22 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “ Direksi harus menetapkan suatu sistem pengendalian internal yang efektif untuk
mengamankan investasi dan aset BUMN.“
c. Visi dan Misi SPI PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan