Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi Pada Pt. Perkebunan Sumatera Utara)

(1)

ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA

BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)

TESIS

OLEH

DARWIN NASUTION

107005036/HK

[

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA

BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

DARWIN NASUTION

107005036/HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA

PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE

GOVERNANCE) PADA BADAN USAHA MILIK

DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)

Nama Mahasiswa : Darwin Nasution Nomor Pokok : 107005036 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

K e t u a

)

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (

A n g g o t a A n g g o t a

Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum)

Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Hukum,

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)


(4)

Telah Diuji Pada Tanggal 10 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

2. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

3. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum 4. Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum


(5)

ABSTRAK

Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG)

merupakan suatu sistem tata kelola di perusahaan yang memberikan perlindungan yang efektif pada pemegang saham dan para pemangku kepentingan yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga perusahan mampu meyakinkan pemegang saham dan pemangku kepentingan akan kesinambungan perusahaan.

Penerapan GCG juga membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus dan lebih jelas dalam pembagian tugas, tanggung jawab dan pengawasan jalannya oprasional perusahaan, ada lima komponen utama yang perlu dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban, kemandirian dan kewajaran.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu kontributor pendapatan asli daerah yang dimiliki oleh provinsi maupun kabupaten/kota dalam membiayai pembangunan daerah, sehingga menjadi penting bagi pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan usaha dan oprasional BUMD. Sebagai formulasi jaminan keberlangsungan usaha tersebut pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi bagian yang sangat strategis untuk di implementasikan dalam oprasional BUMD. Termasuk upaya untuk mengikuti laju gerak dunia usaha dan kemampuan untuk mengikuti momentum bisnis yang tidak membedakan-bedakan status perusahaan, BUMD, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta nasional maupun swasta asing, yang merupakan kompetiter dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sehingga semakin jelas bahwa perusahan dengan tata kelola yang baik dapat bersaing dengan para kompetiternya.

Sebagai salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara, PT. Perkebunan Sumatera Utara dengan core bisnis perkebunan diharapkan

untuk dapat bersaing dengan perusahaan dengan core bisnis sejenis, sehingga dalam operasionalnya pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada PT. Perkebunan Sumatera Utara merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari untuk mencapai tujuan perusahaan salah satu sebagai kontributor bagi pemenuhan biaya pembangunan Provinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci : Badan Usaha Milik Daerah, Good Corporate Governance,


(6)

ABSTRACT

Good Corporate Governance (GCG) is a governance system in a company which gives effective protection to stockholders and stakeholders so that the company can convince them of its sustainability.

The application of GCG can also help the management of the company be more focused and clearer on job description, responsibility, and control for the company’s operational system. Five principal components are needed in the implementation of good corporate governance – openness in information, accountability, responsibility, independency, and fairness.

BUMD (Regional Government-Owned Enterprise) is one of the contributors of the regional budget owned by the provincial and regional governments in funding regional development so that it is needed by local government to ensure the sustainability of the business and the operational system of BUMD. As the formulation of the insurance of the BUMD business sustainability, the principle of good corporate governance of BUMD should be strategically implemented. Besides that, it is also necessary to follow the business steps and to be capable of following the business momentum which does not distinguish the business status, BUMD, BUMN (State-Owned Enterprise), national private and foreign companies as business competitors, from one to another. It is obvious that good corporate governance is able to compete with other business competitors.

As one of the BUMDs owned by the government of North Sumatera, PT Perkebunan Sumatera Utara, with its core plantation business, is expected to be able to compete with the same core businesses so that in its operational system it can implement the principles of good corporative governance. This is the only alternative for PT Perkebunan Sumatera Utara in order to achieve its target as one of the contributors in funding the development of North Sumatera Province.

Keywords: Regional Government-Owned Enterprise, Good Corporate Governance, Regional Government


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, pertama dan paling utama penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmad dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini berjudul “Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang

Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi Pada Pt. Perkebunan Sumatera Utara), penulisan tesis ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan segala keterbatasan, Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Dalam penyelesaian tesis ini, mulai saat pengajuan judul sampai penyusunan tesis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini dan dengan kerendahan dan ketulusan hati, diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Syahril Pasaribu., DTMH., MSc, (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.

2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara atas yang arahan dan bimbingan selama mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Hukum.

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku pembimbing, atas segala arahan dan dorongan yang diberikan selama menuntut ilmu di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Komisi pembimbing yang


(8)

5. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum selaku komisi pembimbing yang selalu memberikan koreksi serta masukan yang sangat berarti nagi penulis.

6. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum dan Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum

atas segala saran dan perbaikan yang menjadi semangat buat penulis agar dapat memperbaiki tesis ini kearah yang jauh lebih baik.

7. Seluruh Guru Besar dan para staf pengajar yang telah memberikan ilmu dan

arahan selama penulis menimba ilmu

8. Teman seangkatan serta seluruh pegawai pada Program Studi Magister Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang senatiasa membatu Penulis selama perkuliahan sampai dengan proses penyelesaian Tesis ini.

Sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua, yang telah melahirkan dan membesarkan dengan penuh kasih sayang, pengorbanan dan segala doa yang tiada terputus dan tidak terbalaskan sampai kapanpun.

Ucapan terima kasi juga dipersembahkan kepada keluarga tercinta, istri dan anak-anak penulis yang memberikan dorang kepada penulis untuk menyeslesaikan pendidikan pasca sarjana. Terima kasih juga disampaikan kepada Dewan Komisaris, Direksi dan Pegawai PT. Perkebunan Sumatera Utara, rekan-rekan seangkatan di Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, segala yang telah diberikan kepada penulis akan memperoleh balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Darwin Nasution

Tempat/Tanggal Lahir : Dolok Masihul, 10 November 1961 ,

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Direktur Utama PT. Perkebunan Sumatera Utara

Alamat : Jalan Jermal 17 No.17 Medan Denai

Pendidikan : - SD Negeri Dolok Masihul Tamat Tahun 1972.

- SMP Alwasliyah Dolok Masihul Tamat Tahun 1975. - SMA Negeri Lubuk Pakam Tamat Tahun 1979. - Strata Satu (S1) Universitas STKIP Riama Tamat Tahun 1991.

- Strata Satu (S1) Universitas Amir Hamzah Tamat Tahun 2000.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 13

1. Kerangka Teori... 13

2. Kerangka Konsepsi ... 19

G. Metode Penelitian ... 20

BAB II : PENGATURAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) ... 24

A. Perkembangan Pengaturan BUMD ... 24

1. Dasar Hukum dan Bentuk BUMD ... 24

2. Perkembangan Pengaturan BUMD ... 28

3. Tujuan dan Manfaat BUMD ... 32

B. Tata Kelola BUMD Sesuai UU No. 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah ... 34

1. Modal dan Kekayaan BUMD ... 34

2. Rapat Pemegang Saham BUMD ... 37


(11)

4. Pengawas BUMD ... 41

5. Kedudukan Pegawai BUMD ... 42

6. Pembubaran BUMD ... 42

C. Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMD ... 43

1. Dasar Perubahan Bentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas 43 2. Akibat hukum Perubahan Bentuk Badan Hukum ... 45

a. Akibat hukum Terhadap Saham BUMD ... 45

b. Akibat Hukum Terhadap Tata Kelola ... 47

(1) Hak dan tanggung Jawab Pemegang Saham ... 49

(2) Tanggung Jawab Direksi ... 51

(3) Tanggung Jawab Dewan Komisaris ... 56

BAB III : PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK PADA BUMD ... 59

A. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GOOD Corporate Governance/GCG) ... 59

1. Pengertian dan latar belakang GCG ... 59

2. Tujuan dan manfaat GCG ... 62

3. Prinsip-prinsip GCG ... 65

B. Pengaturan GCG Di Indonesia ... 71

1. GCG Perusahaan Terbuka di Pasar Modal ... 71

2. GCG Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 74

C. Prinsip GCG Pada BUMD ... 78

1. Pelaksanaan GCG Pada BUMD ... 78


(12)

BAB IV : PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA

PT.PERKEBUNAN SUMATERA UTARA ... 83

A. Profil Perusahaan ... 83

1. Sejarah PT.Perkebunan Sumatera Utara ... 83

2. Maksud, Tujuan dan Kegiatan Usaha ... 85

3. Profil Bisnis Perusahaan ... 87

B. Penerapan Prinsip-Prinsip GCG Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 90

1. Peraturan Daerah Tentang Pendirian PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 91

2. Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 94

a. Transparansi ... 94

b. Akuntabilitas ... 98

c. Resposibilitas ... 108

d. Independensi ... 110

e. Kesetaraan Dan Kewajaran ... 113

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 118


(13)

ABSTRAK

Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG)

merupakan suatu sistem tata kelola di perusahaan yang memberikan perlindungan yang efektif pada pemegang saham dan para pemangku kepentingan yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga perusahan mampu meyakinkan pemegang saham dan pemangku kepentingan akan kesinambungan perusahaan.

Penerapan GCG juga membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus dan lebih jelas dalam pembagian tugas, tanggung jawab dan pengawasan jalannya oprasional perusahaan, ada lima komponen utama yang perlu dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban, kemandirian dan kewajaran.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu kontributor pendapatan asli daerah yang dimiliki oleh provinsi maupun kabupaten/kota dalam membiayai pembangunan daerah, sehingga menjadi penting bagi pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan usaha dan oprasional BUMD. Sebagai formulasi jaminan keberlangsungan usaha tersebut pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi bagian yang sangat strategis untuk di implementasikan dalam oprasional BUMD. Termasuk upaya untuk mengikuti laju gerak dunia usaha dan kemampuan untuk mengikuti momentum bisnis yang tidak membedakan-bedakan status perusahaan, BUMD, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta nasional maupun swasta asing, yang merupakan kompetiter dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sehingga semakin jelas bahwa perusahan dengan tata kelola yang baik dapat bersaing dengan para kompetiternya.

Sebagai salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara, PT. Perkebunan Sumatera Utara dengan core bisnis perkebunan diharapkan

untuk dapat bersaing dengan perusahaan dengan core bisnis sejenis, sehingga dalam operasionalnya pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada PT. Perkebunan Sumatera Utara merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari untuk mencapai tujuan perusahaan salah satu sebagai kontributor bagi pemenuhan biaya pembangunan Provinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci : Badan Usaha Milik Daerah, Good Corporate Governance,


(14)

ABSTRACT

Good Corporate Governance (GCG) is a governance system in a company which gives effective protection to stockholders and stakeholders so that the company can convince them of its sustainability.

The application of GCG can also help the management of the company be more focused and clearer on job description, responsibility, and control for the company’s operational system. Five principal components are needed in the implementation of good corporate governance – openness in information, accountability, responsibility, independency, and fairness.

BUMD (Regional Government-Owned Enterprise) is one of the contributors of the regional budget owned by the provincial and regional governments in funding regional development so that it is needed by local government to ensure the sustainability of the business and the operational system of BUMD. As the formulation of the insurance of the BUMD business sustainability, the principle of good corporate governance of BUMD should be strategically implemented. Besides that, it is also necessary to follow the business steps and to be capable of following the business momentum which does not distinguish the business status, BUMD, BUMN (State-Owned Enterprise), national private and foreign companies as business competitors, from one to another. It is obvious that good corporate governance is able to compete with other business competitors.

As one of the BUMDs owned by the government of North Sumatera, PT Perkebunan Sumatera Utara, with its core plantation business, is expected to be able to compete with the same core businesses so that in its operational system it can implement the principles of good corporative governance. This is the only alternative for PT Perkebunan Sumatera Utara in order to achieve its target as one of the contributors in funding the development of North Sumatera Province.

Keywords: Regional Government-Owned Enterprise, Good Corporate Governance, Regional Government


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan mengenai isu sistem Corporate Governance semakin penting

dalam kegiatan usaha sekarang ini, apa lagi bila hal itu dikaitkan dengan hukum perusahaan maka konsep tersebut menjadi isu yang fundamental.1

corporate governance arrangements influence the ability of firms to create new wealth through their effect on the risk, rewards, prerogatives, and claims of stakeholders in addition to stakeholders, and thehefore on the incentives and motivations facing these other stakeholders. Governance systems, broadly defined , set the ground rules that determine who has what control rights under what circumstances, who receives what share of the wealth created, and who bears what associated risks. Governance system thus help determine how priorites are set, how decesion are made about spending resources on building organizational capabilities, and how management and employees are evaluated and compensated. In industries and firms where human capital is critical, these factors are likely to affect wealth-creating behavior substantially afirm’s employees are much more likely to be motivated to find new ways to innovate or to cut costs, for example, if they have confidence that they will share in the wealth created by these activites-that it will not be expropriated from them by other participants in the enterprise-and if they believe that management will listen to them and devote resources to their ideas”

Karena Margaret M. Blair menegaskan sebagai berikut :

2

Corporate Governance dapat pula dipahami sebagai perangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus atau pengelola

1

Alessio M. Pacces (ed), The Law and Economies of Corporate Governance Changing Prespectives, (Northampton:Edward Elgar,2010),hlm.12

2

Margaret M. Blair. Ownership And Control rethingking Corporate Governance For The Twenty-First Century, (Whashington,D.C:The Brookings Institution,1995),hlm. 273


(16)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan interen maupun eksteren lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, dengan kata lain sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan. Sehinga pada akhirnya Good Corporate Governance bertujuan untuk

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. 3

Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa struktur tata kelola perusahaan menetapkan pembagian hak dan tanggung jawab diantara semua pihak dalam perusahaan, seperti pemegang saham, Dewan Komisaris, Direksi, karyawan dan pihak-pihak stakeholder lainnya, sehingga kata kunci yang dapat dipergunakan

untuk memaknai Good Corporate Governance adalah penetapan hak dan tanggung

jawab. Penegasan pembagian tanggung jawab pada konteks ini adalah untuk semua pihak yang selalu dihubungkan dengan penetapan tujuan, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan pengawasan yang terpadu sesuai tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis, dirumuskan sebagai perangkat aturan yang mengarah dan mengontrol semua pihak dalam sebuah korporasi untuk mencapai tujuannya.4

Bertolak dari pemahaman diatas, Good Corporate Governance selalu

berujung pada dua hal, yakni pembagian dan pelaksanaan tugas. Pembagian tugas tentu saja harus didasarkan pada kriteria yang memadai, kriteria yang selalu didasari

3

Pramono Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: PT. Citra Adity Bakti, 2006), hlm 78

4

Yosephus L. Sinour, Etika Bisnis , (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), hlm 210.


(17)

pada kompetensi individu, pengalaman, kemauan untuk mengubah dan pengembangkan diri serta kesiapan untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan.

Sementara itu, satu-satunya kriteria dalam pelasksanaan tugas hanyalah tanggung jawab. Semua pihak wajib melaksanakan tugas-tugas yang telah dipercayakan secara bertanggung jawab dan selalu siap untuk mempertanggung

jawabkan. Hal itu menjadi tuntutan dari prinsip Good Corporate Governance,

sekaligus menjadi sesuatu yang mendesak dan tidak dapat ditawar-tawar, sebab ketika perusahaan berada dalam posisi sulit yang disebabkan karena kinerja semua

pihak buruk atau karena secara keseluruhan perusahan gagal menerapkan Good

Corporate Governance. Dengan perkataan lain tidak berjalannya Good Corporate Governance dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain kegagalan perusahaan menunaikan kewajibannya, penyimpangan pemakaian dana, pengalihan saham, yang terjadi karena semua pihak tidak menjalankan peran dan tugas-tugasnya secara bertanggung jawab. Kegagalan semua pihak dalam menjalankan tugasnya masing-masing merupakan awal dari keruntuhan korporasi tersebut. Kondisi pengelolaan perusahaan yang demikian dapat membuat perusahaan menjadi tidak efisien dan mungkin perusahaan akan menjadi rugi bahkan dapat berada dalam kondisi pailit.

Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance disadari

berbagai pihak. Misalnya kewajiban penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan tata Kelola


(18)

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki

karakteristik yang hampir tidak berbeda dengan BUMN, belum mempunyai regulasi pedoman penerpan prinsip-prinsip Good Corporate Governance padahal secara legal, BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara (berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara), tidak dapat dipungkiri ditingkat operasional secara umum, kinerja BUMD jauh ketinggalan dibanding BUMN.

Salah satu penyebab, karena stakeholders BUMD terlihat kurang responsif

dalam mengikuti dinamika yang ada, khususnya dinamika pengelolaan (governance) di BUMD. Padahal, jika dicermati, banyak hal yang berlaku di BUMN dapat

menjadi role model atau benchmark bagi pengelolaan BUMD, khususnya berkenaan

dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Dari aspek governance, misalnya, institusi BUMD masih diperlakukan sama dengan institusi pemerintah. Padahal, BUMD bukanlah institusi pemerintah.

Implikasinya, berbagai kewajiban yang melekat pada pemerintah, melekat pula pada BUMD. Sebagai contoh, di beberapa BUMD masih harus mengikuti ketentuan pengadaan barang yang diberlakukan di pemerintahan, yang semestinya tidak perlu karena BUMD adalah perusahaan yang senantiasa terikat pada momentum bisnis yang mengharapkan respon yang cepat dari manejemen BUMD tersebut.

BUMD juga masih harus menjalani pemeriksaan atas laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena alasan keuangan negara. Padahal sebagai


(19)

suatu perusahaan Perseroan Terbatas (PT), BUMD juga diperiksa Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang independen. Tidak adanya equal treatment bagi BUMD yang

dituntut harus memiliki laba, menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing secara seimbang dengan perusahaan-perusahaan lain seperti BUMN dan swasta yang lebih lentur dalam menjalankan gerak bisnis yang senantiasa dipengaruhi oleh

kepentingan pasar global.

Dari sudut permodalan BUMD juga menghadapi kendala legalistik dimana pemenuhan modal Pemerintah Daerah harus mengikuti mekanisme Peraturan Daerah yang dirumuskan bersama sama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Daerah masing-masing, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 tentang 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Sebagai salah satu perusahan, sudah seharusnya Good Corporate

Governance juga wajib diterapkan dalam pengelolaan BUMD, jika nilai BUMD tersebut lebih optimal, memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. Namun sampai dengan saat sekarang ini tidak ada peraturan

perundang-undangan yang dengan tegas mewajibkan BUMD baik yang berbentuk Perusahaan Daerah (PD) maupun yang sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT) untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan BUMD.

Perintah untuk melaksanakan Good Corporate Governance saat ini baru terbatas pada perusahan terbuka dan perusahaan publik berdasarkan peraturan dibidang pasar modal, perusahaan penanaman modal berdasarkan Undang-undang


(20)

Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sedang untuk Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) perintah untuk menjalankan Good Corporate Governance

berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

117/MBU/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN yang terakhir dirubah dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Pelaksanaan

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN

serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance Bagi Bank Umum.

Tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaksanaan

Good Corporate Governance pada BUMD ini mengakibatkan kebanyakan BUMD dikelola dengan tradisonal, berbeda dengan BUMD yang bergerak dalam usaha

sektor perbankan yang dalam pengololanannya wajib menerapkan Good Corporate

Governance sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sektor perbankan misalnya, didasari dengan adanya perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha bank yang mengakibatkan peningkatan eksposur risiko bank. Sehingga pelaksanaan Good corporate governance pada industri perbankan menjadi lebih, mengingat risiko dan


(21)

tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan akan semakin meningkat. Dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika (code of conduct) yang berlaku secara umum pada industri perbankan, bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip

Good Corporate Governance. 5

BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, kemudian pemerintah mencabut Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tersebut dengan Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Lahirnya Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tersebut merupakan kebijakan pemerintah melakukan peninjauan kembali beberapa perundang-undangan, sebagaimana yang ditentukan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIX/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

Nomor. XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968 6

5

Penjelasan umum Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan

Good Corporate Governance Bagi Bank Umum

. Hasilnya

direkomendasikanlah pencabutan beberapa peraturan perundang-undangan, termasuk di antaranya Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah.

6

Konsideran Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Beberapa Undang Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang.


(22)

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, maka Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tetang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan disahkannya undang-undang penggantinya. Namun sampai saat ini belum ada undang-undang penggantinya, sedangkan dari sudut materi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang. Semangat demokratisasi ekonomi belum menjadi paradigma pembangunan

ekonominya, sehingga dalam implementasinya undang-undang tersebut sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi penyelenggaraan BUMD serta tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang menyangkut berbagi aspek antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak dapat mengemban fungsi dan

peranya dalam mendukung fungsi perusahaan sebagai kontributor PAD.7

Sejalan dengan upaya pemberdayaan daerah, pemerintah pusat juga melakukan penyerahan berbagai sumber-sumber pembiayaan untuk dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan otonomi daerah tersebut. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah merinci sumber-sumber pembiayaan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pada dasarnya menurut ketentuan yang ada tersebut, sumber-sumber keuangan Pemerintah Daerah yang terdiri atas:

7

Sulistiono Kertawacana “Urgensi Pengubahan UU BUMD diakses tanggal 19 Oktober 2011.


(23)

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Dana Perimbangan, yang terdiri atas: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana

Alokasi Khusus (DAK) dan Bagi Hasil (Pajak). 3. Pinjaman daerah.

Isyarat bahwa PAD harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa PAD merupakan tolak ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah, sehingga PAD mencerminkan kemandirian suatu daerah. Oleh karena PAD merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, merupakan modal bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun porsi PAD terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan suatu Pemda. Otonomi daerah telah memberikan nuansa baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, antara lain : Pertama, berusaha menarik investor untuk menanamkan investasinya. Kedua, menyusun Peraturan Daerah sebagai dasar legitimasi untuk menarik berbagai pungutan (retribusi) sehingga

PAD meningkat. Ketiga, membentuk BUMD. Semangat otonomi daerah memberikan

ruang kepada Pemerintah Daerah untuk mendirikan BUMD yang disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah tersebut.

Salah satu BUMD yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Sumatera Utara adalah PT. Perkebunan Sumatera Utara, juga mengemban fungsi sebagai kontributor PAD bagi provinsi Sumatera Utara, PT. Perkebunan Sumatera


(24)

Utara didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Pada mulanya BUMD tersebut berbentuk Perusahaan Daerah, berubah menjadi Perseroan sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 tahun 2004 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusaha Daerah Perkebunan menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan Sumatera Utara.

Sebagai perusahaan yang berorientasi pada pencapaiaan keuntungan, PT. Perkebunan Sumatera Utara harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki core bisnis yang sama, baik dengan perusahaan perkebunan BUMN maupun perusahan perkebunan swasta dalam negeri maupun swasta asing. Sehingga dalam perjalannya PT. Perkebunan Sumatera Utara harus dapat menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, meski penerapan Good Corporate Governance pada BUMD belum diatur didalam ketentuan khusus tentang BUMD.

Atas pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan Sumatera Utara karena secara substansi pasar tidak pernah membedakan perusahaan BUMD, BUMN, Swasta Nasional maupun Swasta Asing. Namun dalam

pelaksanannya perusahaan-perusahaan tersebut akan dibatasi dengan peraturan perundang-undangan yang melingkupinya.

B. Perumusan Masalah

Modal BUMD sebahagian atau seluruhnya milik Pemda, karena Pemda tunduk pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance sehingga keuangan daerah juga


(25)

dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. BUMD baik yang berbentuk Perusahaan Daerah maupun Perseroan Terbatas, harus dikelola

berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance karena sebenarnya BUMD

itu adalah amanat rakyat di daerah, dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan tata kelola Badan Usaha Milik Daerah?

2. Bagaimana prinsip-prinsip Good Corporate Governance diterapkan pada

aturan-aturan pengelolaan BUMD?

3. Bagaimana pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk

diterapkan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperjelas pemahaman terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan, dengan tujuan ini diharapkan akan didapatkan data dan informasi yang akurat terkait penerapan tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaan yang statusnya sebagai Badan Usaha Milik Daerah.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan tata kelola perusahaan yang


(26)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis prinsip-prinsip tata kelola perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance) diterapkan aturan-aturan

pengelolaan pada BUMD.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada PT. Perkebunan

Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan normatif, khususnya terkait dengan kaidah

hukum, teori dan doktrin ilmu hukum yang relevan dengan tema

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada BUMD.

b. Mendapatkan informasi tentang perkembangan kaidah hukum, teori dan

doktrin ilmu hukum terkait dengan penerapan Good Corporate

Governance pada BUMD.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah maupun manajemen

perusahaan dalam menjalankan perusahaan.

b. Memberikan masukan bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah


(27)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, diketahui bahwa penelitian mengenai

Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi pada PT. Perkebunan Sumatera Utara) belum pernah dilakukan dengan pendekatan dan perumusan masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang BUMD yang dilakukan mengenai BUMD,diantaranya penelitian dengan judul Analisis Terhadap Kepemilikan BUMD Studi Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara oleh Rinto Purwana Harahap, NIM 067005040, namun permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini asli dan belum pernah diteliti baik dari segi materi maupun lokasi penelitian, dengan demikian keaslian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Setidaknya terdapat dua teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah stewardship theory dan agencytheory. Stewardship theory

dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab,


(28)

memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain,

stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.

Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson,

memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang

saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.8

Teori agensi memberikan pemahaman yang paling dekat untuk memahami

Good corporate governance, teori ini memberikan kajian mengenai dampak dari hubungan agent dengan principal atau principal dengan principal, berbeda dengan teori perusahan klasik yang menggambarkan pemilik perusahaan yang berjiwa wiraswasta mengendalikan sendiri perusahaannya sehingga maksimum profit menjadi harga mati bagi perusahaan untuk bisa hidup dan berkembang. Teori perusahaan klasik juga mengurai bahwa kebutuhan modal dan keterampilan

manejerial perusahaan dengan sekala otomistik dipasok oleh satu sumber saja, yakni pemilik perusahaan yang berjiwa wiraswasta. Namun dalam teori agensi kebutuhan perusahaan yang bersekala besar serta keterampilan manejerial dipasok oleh tenaga

8

Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. .

Makalah .


(29)

kerja manejerial, kebutuhan modal dipasok oleh pemegang saham (shareholder) dan pemberi pinjaman (debt holder). 9

Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran

mengenai Goodcorporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency

theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Teori Agensi menjawab dan memberikan gambaran hal-hal apa saja yang berpeluang akan terjadi baik antara pengelola dengan pemegang saham. Pengertian

pemegang saham dalam agency teory adalah pihak-pihak yang menyerahkan

sebahagian kekayaan atau wealth-nya untuk dikembangan oleh pihak lain. Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan

pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

Amin wijaya memberikan defenisi mengenai Good corporate governance

sebagai tata kelola perusahaan yang merupakan sistem untuk mengatur kearah mana kegiatan usaha perusahaan akan dilaksanakan, dalam konteks ini merupakan

9


(30)

bahagian dari pembuatan sasaran yang akan dicapai perusahaan, untuk apa sasaran tersebut dicapai serta parameter apa yang akan dipakai dalam menentukan

pencapaian sasaran tersebut.10

Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan: 11

a. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran organ

perusahaan dan para stakeholder lainnya.

b. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

c. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.

Ada beberapa prinsip dasar yang harus di perhatikan dalam corporate governance, yaitu:12

10

Amin Wijaya Tunggal, Audit committee, (Jakarta. Harvasindo, 2003), hlm 9.

11

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

Diakses tanggal 28 Nopember

2011

12


(31)

a. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

b. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

c. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

d. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di

dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian

serta peraturan perundangan yang berlaku.

Esensi dari Good Corporate Governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

Besarnya mandat yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah kepada BUMD untuk dapat memenuhi


(32)

fungsinya sebagai pemasok pendapat asli daerah menjadikan pengurusan BUMD harus dilakukan dengan perencanaan staregi jangka panjang yang memperhatikan kepentingan berbagai pihak, sehingga pengurusannya harus dilakukan dengan tata kelola perusahaan yang baik, memperhatikan prinsip-prinsip hukum perusahaan yang menuntut adanya pemisahan manajemen dan pengelola perusahaan dari pemegang saham.13sehingga penyerahan pengelolaan perusahan dari pemilik perusahaan kepada tenaga-tenaga yang profesional menjadi sangatlah penting, dimana tenaga-tenaga profesional tersebut bertugas untuk melindungi kepentingan perusahaan dengan keleluasaan yang dimiliknya dalam mengelola manajemen perusahaan, hal ini sejalan dengan teori agensi yang memberikan pemahaman bahwa pemilik perusahaan atau pemegang saham dalam suatu perusahaan hanya bertugas mengawasi dan melakukan monitoring terhadap jalannya perusahaan yang dikelola oleh pengurus perusahaan dan mengembangkan sistem insentif bagi

pengurus untuk memastikan bahwa pengurus dan tenaga-tenaga profesional tersebut hanya bekerja untuk kepentingan pemilik perusahaan.14 Sehingga penerapan pinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dilaksanakan .

13

Ibrahim Johanes, Hukum Oraganisasi Perusahaan, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm.71

14


(33)

2. Kerangka Konsepsi.

Untuk memberikan pemahaman yang sama atas istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini, peneliti meberikan pengertian-pengertian operasional terhadap istilah-istilah tersebut antara lain:

a. Badan Usaha Milik Daerah atau Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang

seluruh atau sebahagian modalnya merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan.15

b. Tata Kelola Perusahan yang baik (Good Corporate Governance) adalah

sistem yang mengatur kearah mana kegiatan usaha akan dilaksanakan, termasuk membuat sasaran yang akan dicapai, untuk apa sasaran tersebut perlu dicapai dan ukuran keberhasilannya.

c. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya

d. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance adalah keterbukaan

(transparancy), akuntabilitas (accontability), pertanggungjawaban (responsibility), independent (independency) dan kewajaran (fairness).

15


(34)

e. Pemda adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.16

f. Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara.

G. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan untuk menjawab tujuan penelitian maka dalam metode penelitian ini langkah-langkah yang dipergunakan diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif (yuridis normatif), penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengkaji tentang peraturan hukum mengenai BUMD, peraturan mengenai perseroan terbatas, Peraturan Daerah, Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara .

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis17 karena penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan secara utuh, menyeluruh dan dianalisis secara mendalam permasalahan yang berkaitan dengan penerapan tata kelola yang baik pada BUMD, mencari tahu tentang tata kelola BUMD, kemudian akan dianalisis bagimana prinsip tata kelola BUMD serta bagaimana penerapan prinsip tersebut pada BUMD .

16

Pasal 1 huru “b” Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara nomor 4 tahun 2004 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Perkebunan menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan Sumatera Utara.

17

Soerjono Soekanto, Sri Maudjin, Penelitian Hukum Normatif. (Jakarta: Raja Grafindon Persada,1995), hlm 26


(35)

2. Sumber Data

Di dalam penelitian hukum normatif, maka data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Di dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup ;

a. Bahan hukum primer, yaitu Undang-undang yang berkaitan dengan

pengaturan bentuk badan hukum BUMD, antara lain. Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang, Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan dengan penelitian ini, Anggaran dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara, Pedoman Prilaku PT. Perkebunan Sumatera Utara.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar, pertemuan ilmiah atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek penelitian ini.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan penunjang yang memberi petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah, surat kabar, dan internet juga menjadi tambahan bagi penulisan penelitian ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.


(36)

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui penelitian

kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsep teori atau doktrin,

pendapat atau pemikiran konseptual yang berhubungan dengan penelitian ini berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya lainya.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan studi dokumen. Studi dokumen adalah dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori, buku-buku, hasil penelitan, buletin dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, studi dokumen dilakukan di PT. Perkebunan Sumatera Utara.

5. Analisis Data.

Data yang ada sebagai hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif dengan menguraikan secara deskriptif dan prospektif, agar penelitian ini tidak hanya menggambarkan data-data semata, tetapi juga mengungkapkan realita mengenai penerapan tata kelola yang baik pada BUMD sebagai suatu analisis.

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal kedalam katagori-katagori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut. Data


(37)

yang diperoleh melalui studi dokumen, studi kepustakaan dan peraturan perundang-undangan dianalisis berdasrkan metode kualitatif :18

a. Menentukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum

(konseptualisasi) yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut.

b. Mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis atau

berkaitan.

c. Menentukan hubungan diantara berbagai katagori atau peraturan yang

kemudian diolah.

d. Menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara berbagai katagori atau

peraturan perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan sebagai kesimpulan atas permasalahan.

18


(38)

BAB II

PENGATURAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)

A. Perkembangan Pengaturan BUMD. 1. Dasar hukum dan bentuk BUMD.

Istilah BUMD terdapat di dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 84 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah mendirikan BUMD, didirikan dengan Peraturan Daerah. Ketentuan tersebut belum memberikan definisi yang jelas tentang BUMD.

Selanjutnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dirubah dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, undang-undang ini juga belum memberikan definisi yang tegas tentang defenisi BUMD, namun pada pasal 177 undang-undang tersebut juga bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan perUndang-undangan. Kedua perundang-undangan diatas tidak memberikan definisi maupun batasan yang jelas tentang BUMD.

Sebenarnya jika merujuk pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan definisi yang jelas tentang Perusahaan Daerah, Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyebutkan :


(39)

” bahwa Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang”

Oleh karena BUMD merupakan perusahaan yang modalnya seluruhnya atau sebahagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, sehingga Perusahaan Daerah juga merupakan BUMD. Ketentuan didalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tersebut memberikan batasan tentang BUMD atau Perusahaan Daerah, dinyatakan bahwa BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari kekayaan Pemda yang dipisahkan, kekayaan daerah yang dipisahkan dapat diartikan sebagai kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang semula pertanggungjawabannya melalui angaran belanja daerah yang kemudian setelah

dipisahkan menjadi modal BUMD akan dipertanggung jawabkan tersendiri.19

19

Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

Senada dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, pengertian kekayaan negara yang dipisahkan dijelaskan dalam penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN sebagai pemisahan kekayaaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada BUMN untuk selanjutnya di bina dan dikelola tidak lagi didasarkan pada sistem APBN namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan


(40)

pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.20

Kemudian Pasal 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya Menteri Dalam Negeri melalui keputusannya Nomor 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah Yang Dipisahkan pada konsideran huruf “b” menyatakan bahwa Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau sebahagian modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan

Jika di perhatikan dengan seksama bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar tentang pengertian kekayaan yang dipisahkan antara kedua undang-undang tersebut, namun Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN lebih jelas memberikan arahan tentang pembinaan dan pengelolaan kekayaan yang dipisahkan tersebut dengan didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik.

Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menjelaskan bahwa Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan suatu kesatuan produksi yang sifatnya memberi jasa dengan menyelenggarakan usaha yang memberikan kemanfaatan bagi masyarakat banyak serta memupuk pendapatan. Dalam penjelasan pasal ini ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah itu adalah kesatuan produksi (regional), yaitu kesatuan produksi dalam arti yang luas, yang meliputi perusahaan yang memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum yang bersifat

20

Penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


(41)

nasional untuk kebutuhan seluruh masyarakat dan tidak termasuk dalam bidang usaha yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat. Perusahaan Daerah dalam menunaikan tugasnya selalu memperhatikan daya guna yang sebesar-besarnya dengan tidak melupakan tujuan perusahaan untuk ikut serta dalam pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual.

Sangat sulit untuk merinci dengan tegas tentang urusan rumah tangga daerah dan urusan rumah tangga pemerintah pusat, karena perincian yang mungkin dibuat tidak akan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat baik di daerah maupun di pusat. Urusan-urusan yang tadinya termasuk lingkungan daerah karena perkembangan keadaan dapat dirasakan tidak sesuai lagi apabila masih diurus oleh daerah itu karena urusan tersebut sudah meliputi kepentingan yang lebih luas dari pada daerah itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menetapkan bahwa Perusahaan yang dapat didirikan oleh daerah ialah: perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut kemampuan/kekuatan masing-masing Daerah. Demikian pula tidaklah mungkin memberi perincian secara tegas dari cabang-cabang produksi yang penting bagi Daerah dan yang menguasai hajat hidup di Daerah oleh karena segala sesuatu erat hubungannya dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat di Daerah. Sebagai contoh yang harusnya diusahakan oleh


(42)

Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Daerah dapat disebutkan Perusahaan Air Minum. Perusahaan Tanah untuk Pembangunan

Perumahan, Perusahaan Pasar, Perusahaan Pembangunan Perumahan Rakyat.21

Dari penjelasan pasal 5 diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis atau pola BUMD, yaitu :

a. BUMD yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (public service),

bertujuan untuk sebesar besarnya memberikan pelayaan yang memadai kepada masyarakat, sehinga untuk jenis ini didirikanlah BUMD yang core bisnisya berhubungan dengan penyaluran kebutuhan yang mempengaruhi hajat hidup masyarakat banya.

b. BUMD yang berorientasi pada pencapaian keuntungan atau laba (provit

orientied) didirikan hanya semata-mata untuk memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah, biasanya BUMD ini memiliki core bisnis yang lebih kompetitif, seperti BUMD yang bergerak dalam bidang perbankan maupun perkebunan.

2. Perkembangan Pengaturan BUMD.

Keberadaan BUMD tidak terlepas dari perkembangan kebijakan terkait dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) . Pada awalnya, BUMN merupakan perusahaan-perusahaan negara baik yang berbentuk badan-badan berdasarkan hukum perdata maupun yang berbentuk badan hukum berdasarkan hukum publik antara lain

yang berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Indonesia diatur dengan Staatsblad

21


(43)

Tahun 1927 Nomor 419. Dalam rangka mensingkronkan segala kegiatan ekonomi pada saat itu, Pemerintah mengeluarkan Perpu nomor 17 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Selanjutnya, dalam rangka menertibkan usaha negara berbentuk Perusahaan Negara terutama karena ada banyak usaha negara dalam bentuk

Perusahaan Negara yang inefisien, maka Pemerintah menerbitkan Perpu Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara. Dalam Perpu ini, ditetapkan bahwa usaha-usaha negara berbentuk perusahaan dibedakan dalam Perusahaan Jawatan (Perjan) yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan dalam

Indonesische Bedrijvenwet (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419), Perusahaan Umum (Perum) yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, dan Persero yang merupakan penyertaan negara pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang atau KUHD (Wetboek Van Koophandel, Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23).22

Seiring dengan perkembangan zaman serta dalam rangka menjamin kepastian dan penegakan hukum mengingat terjadinya dualisme pengaturan pada Perseroan Terbatas yang selama ini diatur dalam KUHD (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23) dan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische

Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717) Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagai penganti Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Kitab

22


(44)

Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel, Staatsblad 1847: 23) yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 dan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad

1939: 569 jo.717).

Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Pemerintah menerbitkan beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana Perpu Nomor 1 Tahun 1969 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum.Namun demikian, mengingat bahwa Perpu 1 Tahun 1969 dan kedua Peraturan Pemerintah tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, serta didorong dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang hanya mengatur dua bentuk hukum badan usaha negara yaitu Perum dan Persero. Sementara Perjan, dengan terbitnya Undang-Undang ini, harus dirubah bentuk hukumnya

menjadi Perum atau Persero.

Berbeda dengan BUMN yang definisinya telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, istilah BUMD baru dikenal dalam Peraturan Mendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD, tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini dapat dimaklumi


(45)

karena pendirian dan pengaturan BUMD sampai saat ini masih tunduk dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah walaupun undang-undang ini telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969, namun karena ditegaskan bahwa Undang-undang nomor 5 tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah tidak berlaku sejak diterbitkannya undang-undang pengganti, dan sampai sekarang belum ada undang-undang penggantinya, maka Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai sekarang.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah merupakan undang-undang yang penyusunannya diilhami dari terbitnya Perpu Nomor 17 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Mengingat bahwa pembinaan Pemerintahan Daerah berada di bawah tanggung jawab Menteri Dalam Negeri, maka peraturan pelaksana Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah diterbitkan oleh Mendagri baik berupa Peraturan menteri Dalam Negeri seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah. Sejak terbitnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas


(46)

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

BUMD, maka sebagian BUMD ada yang berbentuk Perseroan Terbatas. 23

Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dapat berupa Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas atau PT, kemudian dalam oprasionalnya setiap BUMD tunduk pada masing masing ketentuan yang mengatur tentang badan hukum masing-masing, dengan kata lain bagi Perusahaan Daerah berlaku ketentuan tentang Perusahaan Daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sedangkan untuk BUMD yang bentuk badan hukumnya Perseroan Terbatas berlaku undang-undang yang mengatur tentang Perseroan Terbatas yang untuk saat ini diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3. Tujuan dan Manfaat BUMD

Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menegaskan tujuan pendirian Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Tidak berbeda dengan otonomi daerah yang memberikan kesempatan seluas luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan bagi peningkatan pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal pembangunan daerahnya, sehingga

23


(47)

Pemerintah Daerah mendirikan BUMD yang berbasis pada sumber daya alam yang dimiliknya. Pendirian BUMD oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk

memenuhi pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, sebagai mana yang diatur didalam Pasal 157 huruf “a” angka 4 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ada beberapa hal yang mendasari pendirian suatu BUMD antara lain :

a. Alasan ekonomis, yaitu sebagai langkah mengoptimalisasikan potensi

ekonomi di daerah dalam upaya menggali dan mengembangkan sumber daya

daerah, memberikan pelayanan masyarakat (public services) dan mencari

keuntungan (provit motive).

b. Alasan strategis, yaitu mendirikan lembaga usaha yang melayani kepentingan publik, yang mana masyarakat atau pihak swasta lainnya tidak (belum) mampu melakukannya, baik karena investasi yang sangat besar, risiko usaha yang sangat besar, maupun eksternalitasnya sangat besar dan luas.

c. Alasan budget, yaitu sebagai upaya dalam mencari sumber pendapatan lain di luar pajak, retribusi dan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan di daerah. 24

Selanjutnya didalam Pasal 8 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, menegaskan bahwa selain Pemerintah Daerah pihak swasta juga dapat menyertakan sahamnya dalam suatu BUMD yang didirikan Pemerintah Daerah, masuknya pemegang saham lain selain Pemerintah Daerah dapat memberikan modal yang lebih banyal lagi, yang kemudian akan digunakan untuk pengembangan usaha BUMD, sehingga masuknya pihak diluar Pemerintah Daerah dalam suatu BUMD memberikan manfaat untuk peningkatan pendapatan asli daerah.

24

Chairil Furkan “Badan Usaha Milik daerah Sudah Rawan


(48)

B. Tata kelola BUMD sesuai UU No. 5/1962 tentang Perusahaan Daerah. 1. Modal dan Kekayaan BUMD

Sebagai suatu perusahaan BUMD juga memiliki modal dan kekayaan, Pasal 7 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur modal dan kekayaan suatu BUMD, dijelaskan sebagai berikut :

a. bahwa modal BUMD terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari

kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan.

b. Modal BUMD yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Pemerintah

Daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham-saham.

c. Apabila modal BUMD terdiri atas kekayaan beberapa Pemerintah Daerah,

maka modal dasar BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.

d. Modal BUMD yang sebagian dimiliki oleh kekayaan Pemerintah Daerah yang

dipisahkan dan kekayaan pihak lain yang bukan Pemerintahan Daerah maka modal BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.

e. Semua alat liquide disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang bersangkutan berdasarkan petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan.

Kemudian pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan atas modal BUMD yang terdiri dari saham-saham, maka saham tersebut terdiri dari saham prioritas dan saham biasa, saham priotitas adalah saham yang hanya dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah, sedang untuk saham biasa dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan dan pihak swasta atau badan hukum lain yang menjadi pemegang saham dalam suatu BUMD, sebagaimana yang termaktub dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 sebagai berikut:

“ Apabila Perusahaan Daerah telah didirikan berdasarkan Undang-undang ini, maka modal perusahaan terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian atas kekayaan Daerah yang dipisahkan dari Anggaran Belanja Daerah tetapi tetap masuk neraca kekayaan Daerah. Dengan ketentuan ini maka ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah untuk selanjutnya dapat berdiri sendiri tanpa memberatkan lagi budget Daerah. Modal Perusahaan Daerah yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Daerah tidak perlu terdiri atas saham-saham. Apabila modal


(49)

termaksud diatas merupakan kekayaan beberapa Daerah maka modal perusahaan itu perlu terdiri atas saham-saham. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengerahkan funds and forces dari masyarakat di Daerah ialah dengan mengikut-sertakan warga negara Indonesia dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia dalam modal yang diperlukan untuk mendirikan Perusahaan Daerah. Berhubung dengan itu dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan bahwa modal Perusahaan Daerah yang untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan terdiri atas saham, yaitu saham-saham prioritet dan saham-saham-saham-saham biasa. Saham-saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah, baik Daerah tingkat I dan atau Daerah tingkat II. Dengan adanya saham-saham prioritet ditangan Daerah, segala kegiatan, penguasaan dan pengurusan Perusahaan Daerah pada hakekatnya berada dibawah pimpinan dan pengawasan Kepala Daerah, yang oleh Undang-undang ini diberi wewenang untuk melakukan hak, wewenang dan kekuasaan pemegang saham prioritet.”

Hak dan wewenang pemegang saham prioritas dalam hal ini di wakili oleh Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Wali Kota) Pada suatu BUMD menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 adalah :

a. Menunjuk bank untuk menyimpan semua alat liquide berdasarkan

petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan yang diatur pada pasal 7 ayat (4).

b. Menjalankan Hak, wewenang dan kekuasaan sebagai pemegang saham

prioritet yang diatur pada pasal 9 ayat (3).

c. Mengangkat dan memberhentikan Direksi untuk sementara atau untuk

selamanya diatur pada pasal 11 ayat (2) dan pasal 12 ayat (2) dan (4).

d. Pada prinsipnya antara anggota Direksi tidak boleh memiliki rangkap jabatan ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar, kecuali jika untuk kepentingan perusahaan diizinkan oleh Kepala Daerah/pemegang


(50)

saham/saham prioritet. Jika sesudah pengangkatan mereka masuk periparan Yang terlarang itu, maka untuk dapat melanjutkan jabatannya diperlukan izin Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet sebagaimana yang diatur didalam pasal 13 ayat (1) dan (2)

e. Mengambil keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham diatur pada

pasal 18 ayat (4).

f. Mengangkat atau menunjuk Badan Pengawas BUMD diatur pada pasal 19.

g. Menunjuk badan yang menerima pertanggung jawaban pegawai BUMD yang

memiliki tugas penyimpanan pembayaran atau penyerahan uang dan surat-surat berharga milik Perusahaan Daerah dan barang-barang persediaan milik Perusahaan Daerah yang disimpan di dalam gudang atau tempat penyimpanan yang khusus dan semata-mata digunakan untuk keperluan tertentu, diatur pada pasal 20 ayat (3) dan (4).

h. Mengesahkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran BUMD diatur pad

apasal 22 ayat (1), (2) dan (3).

i. Menerima laporan hasil usaha atau laporan berkala BUMD diatur pada pasal

23.

j. Mengesahkan perhitungan tahunan terdiri dari neraca dan perhitungan

laba-rugi diatur pada pasal 24 ayat (1), (3) dan (4).

k. Menetukan cara mengurus dan penggunaan dana penyusutan dan cadangan


(51)

l. Menyetujui tindakan direksi mengangkat dan memberhentikan Pegawai BUMD diatur pada pasal 26 ayat (2) .

m. Menunjuk badan yang mempunyai tugas dan kewajiban melakukan

pengawasan BUMD atas pekerjaan menguasai dan mengurus BUMD diatur pada pasal 27 ayat (1).

Untuk BUMD yang bentuk badan hukumnya PT seluruh ketentuan yang mengatur tentang modal dan kekayaan sepanjang tidak diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maka pada BUMD tersebut dapat diberlakukan ketentuan sebagaimana yang ada mengenai modal dan kekayaan BUMD yang ada dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

2. Rapat Pemegang Saham BUMD

Sebagaimana perusahaan pada umunya, BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah juga memiliki organ Rapat Pemegang Saham, namun Undang-undang

Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tidak memberikan rincian yang jelas tentang peran dan fungsi organ tersebut. Keberadaan organ ini bukanlah sebagai lembaga tertinggi didalam suatu perusahaan sebagaimana yang dianut dalam terminologi Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseoan Terbatas atau organ yang memiliki wewenang yag tidak dimiliki oleh organ lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris dalam terminologi Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pada BUMD yang berbadan hukum Perusahaan Daerah fungsi Rapat Pemegang Saham tidak selalu sebagai pengambil keputusan akhir, Undang-undang


(52)

Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menegaskan bahwa keputusan Rapat Pemegang Saham pada Perusahaan Daerah harus diambil dengan

permufakatan seluruh pemegang saham yang ada, jika permufakatan tidak tercapai dalam suatu hal yang menghendaki suatu keputusan maka Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk memutus masalah tersebut dengan tetap memperhatikan pendapat pendapat yang berkembang dalam RUPS, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, yakni :

Pasal 18.

a. Tata-tertib rapat pemegang saham/saham prioritet dan rapat umum pemegang

saham (prioritet dan biasa) diatur dalam peraturan pendirian Perusahaan Daerah.

b. Keputusan dalam rapat pemegang saham/saham prioriteit dan rapat umum

pemegang saham (prioritet dan biasa) diambil dengan kata mufakatan.

c. Jika kata mufakat termaksud pada huruf “b” tidak tercapai maka

pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam musyawarah disampaikan kepada Kepala Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah.

d. Kepala Daerah termaksud pada huruf “c” mengambil keputusan dengan


(53)

3. Pengurus BUMD

Pengurusan BUMD dilakukan oleh suatu Direksi, jumlah anggota serta susunan Direksi diatur didalam peraturan daerah yang merupakan peraturan pendiriannya, pengangkatan anggota Direksi pada BUMD dilakukan oleh Kepala Daerah setelah mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah, mengenai pengangkatan anggota Direksi terdapat dua mekanisme, Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk

mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi jika modal badan usaha tersebut seluruhnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengangkatan anggota Direksi BUMD dilakukan dari usulan pemegang saham prioritas, bagi badan usaha yang modalnya sebahagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

Dalam menjalankan perseroan Direksi menentukan kebijaksanaan dalam memimpin perusahaan, dengan mengurus dan menguasai kekayaan perusahaan, untuk pengaturan dan tata tertib serta cara menjalankan pekerjaan tersebut, Direksi secara otonom diberikan kewenangan untuk mengatur tata tertib dan cara menjalankan perusahan dalam peraturan yang ditetapkan oleh Direksi sebagaimana yang diatur didalam Pasal 15 Undang-undang No 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Dalam pelaksanannya kewenangan yang dimiliki Direksi tersebut dapat dibatasi didalam peraturan daerah tentang pendirian perusahaan milik daerah tersebut, pembatasan ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan sifat dan corak perusahaan


(54)

Daerah masing-masing, maka sewajarnya batas kekuasaan tersebut diatas ditetapkan dalam peraturan pendirian perusahaan yang bersangkutan.25

Untuk menjalankan fungsi pengurusan Direksi bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Badan Pengawas, Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 24 tahun 1985 tentang Perusahaan Daerah Perkebunan Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara mengatur Direksi antara lain:

a. Direksi menjalankan pimpinan Perusahaan Daerah sehari-hari berdasarkan

kebijaksanaan yang digariskan oleh Gubernur dan atau Badan Pengawas dengan mengikuti peraturan tata tertib serta tata kerja yang sudah ditetapkan serta memperhatikan ketentuan yang sudah ditetapkan serta memperhatikan ketentuan peraturan perUndang-undangan yang berlaku. (Pasal 10 Perda pendirian)

b. Direksi mengangkat dan memberhentikan pimpinan unit, pegawai perusahaan

berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok perusahan (Pasal 11 Perda pendirian)

c. Direksi mewakili perusahan didalam maupun diluar pengadilan dan dapat

menyerahkan kekuasan mewakili tersebut kepada seorang anggota Direksi atau kepada seseorang atau beberapa orang pegawai perusahaan yang khusus ditunjuk untuk itu ataupun kepada orang atau badan diluar perusahan tersebut. (Pasal 14 Perda pendirian)

d. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku

berakhir, Direksi harus menyampaikan rencana anggaran perusahaan kepada

25


(55)

Gubernur untuk disahkan, pengesahannya dilakukan oleh Gubernur diambil setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas atas usulan rencana anggaran tersebut. (Pasal 35 Perda pendirian)

4. Pengawas BUMD

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur tentang pengawasan Perusahaan Daerah, Pasal 19 menyatakan bahwa Direksi dalam menjalankan pengurusannya terhadap perusahaan berada di bawah pengawasan Kepala Daerah bagi Perusahaan daerah yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemda. Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Pemegang Saham atau Pemegang Saham Prioritas mana kala saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu pegang saham. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh badan yang dibentuk atau ditunjuk dengan diberikan mandat untuk melakukan pengawasan oleh Kepala Daerah atau Pemegang Saham.

Sebagaimana lazim berlaku didalam tiap-tiap Perusahaan terhadap tugas yang dipercayakan kepada Direksi, yaitu menjalankan kepemimpinan, cara mengurus dan mengusahai perusahaan diadakan pengawasan (umum) apakah benar-benar sesuai dengan garis-garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para pemilik/pemegang saham.

Biasanya tugas pengawasan yang diserahkan kepada suatu Dewan/Badan terhadap suatu perusahaan yang besarnya ditunjuk satu badan, yang menjalankan


(56)

pengawasan umum terhadap perusahaan sedang untuk perusahaan-perusahaan yang kecil ditunjuk hanya satu badan untuk melakukan pengawasan.26

5. Kedudukan Pegawai BUMD

Pada BUMD tidak mengenal pengertian buruh dan majikan, semuanya adalah karyawan perusahaan. kedudukan hukum, gaji, pensiun serta penghasilan-penghasilan lain dibuat dalam ketentuan yang berlaku untuk seluruh karyawan pada suatu BUMD, ketentuan mana ditetapkan dalam peraturan pokok kepegawaian BUMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berlaku setelah mendapat pengesahan instansi atasan. Pemberhentian karyawan pada suatu BMUD dilakukan menurut ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang ketenagakerjaan.

6. Pembubaran BUMD

Sebagaimana pendirian BUMD yang dilakukan dengan Peraturan Daerah, demikian juga halnya dengan pembubaran BUMD dilakukan dengan Peraturan Daerah hal mana diatur pada pasal 29 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Pembubaran BUMD yang dilakukan dengan peraturan daerah berlaku setelah peraturan daerah itu disahkan, selengkapnya pasal 29 berbunyi :

a. Pembubaran Perusahaan Daerah dan penunjukan likwidaturnya ditetapkan

dengan Peraturan Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah dan yang berlaku setelah mendapat pengesahan instansi atasan.

b. Semua kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likwidasi dibagi

menurut perimbangan nilai nominal saham-saham.

26


(57)

c. Pertanggungan jawab likwidasi oleh likwidatur dilakukan kepada Pemerintah Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah dan yang memberikan pembebasan tanggung-jawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikannya. d. Dalam hal likwidasi, Daerah termaksud pada ayat (1) bertanggung-jawab atas

kerugian yang diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan oleh karena neraca dan perhitungan laba-rugi yang telah disahkan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.

Pemberesan atas harta BUMD yang dibubarkan dibagi menurut perimbangan nilai nominal saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham, sedang kepentingan fihak ketiga cukup terjamin dengan adanya jaminan Daerah termaksud pada ayat (4). Pasal ini juga memberi jaminan diperhitungkan pula segala sesuatu yang bersangkutan dengan karyawan BUMD yang akan dilikuidasi.

C. Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMD

1. Dasar Perubahan Bentuk Badan Hukum Menjadi Perseroan Terbatas

Untuk memberikan ruang gerak bagi badan usaha yang dimiliki oleh Pemda, terutama bagi badan usaha yang bertujuan untuk mencari laba bagi peningkatan pendapatan asli daerah serta untuk meningkatkan kinerja BUMD. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD tanggal 24 Pebruari 1998, peraturan ini memberikan penegasan tentang bentuk hukum BUMD.


(1)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Untuk menjamin kelangsungan usaha BUMD sebaiknya pemerintah

melakukan revisi terhadap Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah karena materi yang terkandung didalam undang-undang tersebut sudah tidak relevan lagi dengan dunia usaha terutama bagi

Perusahaan daerah atau BUMD yang core bisnisnya sangat kompetitif. 2. Sebaiknya Pemerintah Daerah menerbitkan ketentuan yang mewajiban

BUMD untuk melakukan tata kelola yang baik, terutama pada BUMD yang berorientasi pada pencapaian keuntungan, sebagaimana kewajiban

melaksanakan tata kelola yang baik pada BUMN sesuai dengan Keputusam Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

3. Oleh karena belum adanya ketentuan yang mengikat untuk melaksanakan tata kelola yang baik pada PT. Perkebunan Sumatera Utara sebaiknya organ yang ada pada PT. Perkebunan Sumatera Utara dapat merumuskan pelaksanaan tata kelola yang baik dalam anggaran dasar atau peraturan-peraturan

internalnya dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance, seperti Keputusan Menteri Negara BUMN dan Peraturan Bank Indonesia tentang pelaksanaan Good Corporate Governance.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Adrian Sutendi, Good Corporate Governance, Jakarta Sinar Grafika, 2011.

Alessio M. Pacces (ed), The Law and Economies of Corporate Governance Changing Prespectives, Northampton:Edward Elgar,2010.

Amin Wijaya Tunggal, Komite Audit ( Audit committee), Jakarta. Harvasindo, 2003 Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara.

Antonius Alijoyo dan Subarto Zain, Komisaris Independen, Pe nggerak Praktik GCG di Perusahaan, Penerbit PT Indeks Kelompok GRAMEDIA, Jakarta, 2004.

Eddi Wibowo, Tomo HS dan Hessel Nogi S.Tangkilisan, Memahami Good Government Governance & Good Corporate Governance, Jakarta:YPAPI,2004.

Gunawan Wijaya, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Jakarta Rajagarafindo Persada, 2003.

Hasnati, Peranan Komite Audit dalam Organ Perseroan Terbatas dalam Kerangka Good Corporate Governance, FH UII Press, Yokyakarta, 2004.

I Nyoman Tjager,Antonius Alijoyo, Humprhrey R. Jemat dan Bambang Sumbodo, Corporate Governance, tantangan dan kesempatan bagi Komuniatas Bisnis Indonesia, Jakarta Prenhallindo, 2003.


(3)

Johanes Ibrahim, Hukum Oraganisasi Perusahaan, Bandung Refika Aditama, 2006 Margaret M. Blair. Ownership And Control rethingking Corporate Governance For

The Twenty-First Century, Whashington,D.C:The Brookings Institution,1995.

Misahardi Wilamarta,Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance,Program Pasca Sarjana Fakultan Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.

Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas ,Cv Utomo, Bandung,2005. __________, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Peraktek, Bandung Citra Aditya Bakti,

tahun 1999.

__________, Perseroan terbatas Pradigma Baru, Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2003.

Nasution, Bismar, “UU No. 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis : Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Busines Judgment Rule” disampaikan pada Seminar Bisnis 46 tahun FE USU: “Pengaruh UU No.40 tahun2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara”, Aulah Fakultas Ekonomi USU tanggal 24 November 2007

Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung Citra Adity Bakti, 2006.

Organization for Economic Co-Operation and Devlomentation (OECD) “Corporate Governance : A Frame Work for Implementation” , London, September 20,1999.


(4)

Organization for Economic Co-Operation and Devlomentation (OECD) “Corporate Governance : A Frame Work for Implementation” , London, September 20,1999.

Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Good Corporate Governance,Total Media, Yogyakarta, 2007.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta Grafindo, 2006.

Soerjono Soekanto, Sri Maudjin, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta Raja Grafindon Persada, 1995.

Wahyono Darmabrata dan Ari Wahyudi, “Implematasi Good Corporate Governance dalam Menyikapai Bentuk-Bentuk Penyimpangan Fiduciary Duty Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas” Jurnal Hukum Bisnis ,Vol 22, No 6, Tahun 2003.

Yosephus L. Sinour, Etika Bisnis, Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2010.

II. Undang-Undang dan Peraturan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum

Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara nomor 4 tahun 2004 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Perkebunan menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan Sumatera Utara.

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD.


(5)

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara.

Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Beberapa Undang Undang dan Peratutan Pemerintah Pengganti Undang Undang.

Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

Undang-undang Nomor 19 Tahun 20002003 tentang Badan Usaha Milik Negara Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerinta Daera.

Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

III. Internet

“Badan Usaha Milik Daerah

Sudah Rawan”

. http://www. bumd.wordpress.com/ “Sekilas Sejarah BUMD”

http://www. mhugm.wikidot.com/artikel:008. “Tinjauan Kritis Implemetasi GCG di Indonesia” ,

Urgensi Pengubahan UU BUMD”,


(6)

http://www.gustiphd. blogsport.com “Good Corporate Governance Indonesia : GCG BUMD.”

“Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”


Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Int

3 148 90

Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012

2 87 89

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas Perusahaan dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Perkebunan yang Ada di Indonesia)

5 95 103

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

12 131 128

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Implementasi Prinsip Kehati-Hatian Dalam Penerapan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara

35 350 429

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Go public di Indonesia

1 38 81

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Coorporate Governance) Terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan Di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi

1 44 73

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129