BAB III PEMAKNAAN DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA
DAERAH DI INDONESIA
A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologi, asal kata demokrasi berasal dari bahasa latin, yakni demos
yang artinya rakyat dan kratos yang artinya berkuasakekuasaan.
74
Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
75
merumuskan demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
memerintah dengan perantaraan wakilnya pemerintahan rakyat, demokrasi juga berarti gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Sedangkan secara epistimologi, istilah demokrasi dapat dikemukakan
oleh beberapa tokoh yang tentu memiliki pandangan dan pemahaman yang berbeda diantara para ahli. Hal ini didasari pada sudut pandang masing-masing
terhadap makna demokrasi tersbut yang berbeda-beda pula. H.L. Mencken menyebutkan demokrasi adalah sebuah teori yang mana rakyat tahu apa yang
mereka butuhkan dan pantas dapatkan sangat berat, sedangkan G.B Shaw mengatakan bahwa demokrasi adalah pemilu pengganti oleh pihak yang tidak
kompeten dimana banyak kesepakatan yang diselewengkan
76
. Lebih lagi E.E
74
Miriam Budiardjo,
Dasar-Dasar Ilmu Politik
, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 50.
75
Depertemen Pendidikan Nasional
, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, hal. 205.
76
Abdy Yuhana
, Sistem ketatanegaraan Indonesia pasca perubahan UUD 1945
, Fokusmedia, Bandung, 2007, hal. 35
Universitas Sumatera Utara
Schattshneider memberikan pengertian terhadap demokrasi dalam sistem poltik yang kompetitif yang dimana terdapat persaingan antara para pemimpin dan
organisasi organisasi dalam menjabarkan alternatif-alternatif kebijakan publik sehingga publik dapat turut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
77
Maurice Duverger memberikan pengertian demokrasi merupakan cara pemerintahan, dimana golongan yang diperintah adalah sama dan tidak terpisah-
pisah, yaitu sistem pemerintahan negara dimana dalam pokoknya semua orang rakyat mempunyai hak yang sama untuk memerintah dan juga untuk
diperintah.
78
Dalam pandangan tokoh Indonesia,Soekarno mengatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan rakyat, cara pemerintahan yang memberi hak
kepada semua rakyat untuk memerintah. Sementara itu Muhammad Hatta mengartikan demokrasi adalah keyakinan keadilan segenap bangsa Indonesia,
yaitu keyakinan Indonesia sejati. Keyakinan ini menjadi semboyan semua partai di Indonesia, dan menjadi dasar sususan Indonesia merdeka. Pandangan ini
mengemuka sebagai reaksi atas penolakannya terhadap demokrasi ala barat, yang bukan merupakan kebudayaan dan tidak didasari Indonesia. Mohammad Natsir
mengatakan demokrasi merupakan dasar hidup yang kuat dalam hati seluruh bangsa Indonesia. Sementara itu, Tatu Vanhannen menyebutkan bahwa demokrasi
adalah sistem poltik dimana kelompok-kelompok yang berbeda secara legal merupkan entitas yang berhak berkompetisi untuk mengejar kekuasaan dan
dimana pemegang
kekuasaan institusional
dipiliholeh rakyat
dan
77
Ibid.
78
Faisal Akbar Nasutuon,
Pemerintah Daerah dan Sumber Sumber Pendapatan Asli Daeah, Softmedia
, Jakarta, 2009, hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
bertanggungjawab kepada rakyat.
79
Dari berbagai defenisi diatas tentang demokrasi, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pendefenisian demokrasi itu
menempatkan rakyat pada posisi yang penting dalam pengelolaan pengambilan keputusan dan kontrol.
80
Pada gilirannya teorisasi demokrasi tersebut melahirkan dua pendekatan yang lazim digunakan apabila hendak menjelaskan konsep demokrasi, yaitu
pendekatan klasik normatif yang juga dikenal sebagai pendekatan substantif dan pendekatan empiris-minimalis atau juga dikenal dengan pendekatan prosedural.
Dalam ilmu poltik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi; pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik. Untuk pemahaman
yang terakhir ini disebut juga sebagai procedural demokracy. Pendekatan klasik normatif memahami demokrasi sebagai sumber
wewenang dan tujuan, sementara pendekatan empiris minimalis lebih menekankan pada sistem potik yang dibangun, pendekatan klasik normatif lebih
banyak membicarakan ide-ide dan model-model demokrasisecara substantif dan ummunya mendefinisikan demokrasi sebgai istilah kehendak rakyat sebagai
sumber alat untuk mencapai kebaikan bersama.
81
Pada umumnya pendefenisian demokrasi diletakkan pada sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Bukan para aritokrat, kaum monarki, birokrat, para ahli ataupun para pemimpin agama.
82
79
Ibid.
, hal. 36.
80
Ibid
81
Suyatno,
Menjela jahi Demokrasi
, Liebe book, Yokyakarta, 2004, hal. 37.
82
Ibid, hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
B. Sejarah perkembangan demokrasi