oleh DPRD yang angota-anggotanya juga hasil pemilihan demokratis melalui pemilu. Ketika Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah
diajukan oleh pemerintahan dan diperdebatkan di DPRD, tidak ada perdebatan yang mendalam lagi tentang apakah kepala daerah itu harus dipilih langsung oleh
rakyat atau dipilih oleh DPRD. Hal ini, paling tidak disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama; telah disepakati dalam perubahan ketiga dan keempat UUD NRI 1945
bahwa presiden dan wakil presiden Negara Republik Indonesia dipilih secara langsung oleh rakyat, dan kedua; dari aspirasi dominan masyarakat yang
mengkehendaki kepala daerah itu dipilih secara langsung oleh rakyat.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan Skrispsi ini dilakukan dengan membagi 4 bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakn pembukaaan yang berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian
Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II PENGATURAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH DALAM
PERATURAN PERUNDAN-UNDANGAN DI INDONESIA
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan tentang pengaturan pemilihan kepala daerah dalam peraturan pemilihan kepala daerah di Indonesia
setelah amandemen Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Universitas Sumatera Utara
BAB III PEMAKNAAN DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI INDONESIA
Bab ini akan membahas mengenai sejarah perkembangan demokrasi, pengertian, demokrasi di Indonesia dan demokrasi didalam pemilihan
kepala daerah.
BAB IV PEMILIHAN KEPALA DAERAH YANG DEMOKRATIS BERDASARKAN
KONSEP NEGARA
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL
Bab ini akan dibahas mengenai pemilihan kepala daerah demokratis yang didalamnya dibahas pemilihan kepala daerah secara langsung dan
melalui DPRD serta sisi positif dan negatif dari pola pemilihan kepala daerah tersebut
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini yaitu bab yang ke empat merupakan kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan
kesimpulan dan uraian-uraian sebelumnya dan dilengkapi dengan
saran penulisan
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN PILKADA DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN SETELAH AMANDEMEN UUD NRI 1945 DI INDONESIA
A. Pemilihan Kepala Daerah Menurut UUD 1945 Sebelum Amandemen
Dari teori dan praktik yang berkembang selama ini memperlihatkan bahwa UUD 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis yang tertinggi dalam negara the
higher la w of the land . Sebagai hukum dasar tertulis yang tertinggi dalam negara,
UUD 1945 menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Sehubungan dengan itu, UUD 1945 memuat apapun
menggariskan tentang pembagian kekuasaan baik secara vertikal maupun horizontal.
40
Untuk memahami secara utuh amanat konstitusi tentang pemilihan kepala daerah perlu terlebih dahulu memahami posisi daerah dalam pandangan. Undang-
undang dasar memberikan arah yang jelas tentang posisi daerah itu. Pasal 18 UUD 1945, menegaskan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah
yang diatur dengan undang- undang”. Inti dari pasal 18 tersebut adalah dalam
negara Indonesia terdapat pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah tersebut terdiri atas daerah besar dan kecil.
40
Juanda,
Op.Cit.,
hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Adanya perintah kepada pembentuk undang-undang dalam menyusun undang-undang tentang desentralisasi teritorial harus memandang dan mengingat
dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, yang menurut ketentuan pasal 18 UUD 1945 adalah bahwa dasar permusyawaratan juga
diadakan pada tingkat daerah. Dengan demikian, permusyawaratan perwakilan tidak hanya terdapat pada pemerintahan tingkat pusat, melainkan juga pada
pemerintahan tingkat daerah. Dengan kata lain, pasal 18 UUD 1945 menentukan bahwa pemerintahan daerah dalam susunan daerah besar dan kecil harus
dijalankan melalui permusyawaratan atau harus mempunyai badan perwakilan. Dalam susunan kata atau kalimat pasal 18 tidak terdapat keterangan atau petunjuk
yang memungkinkan pengecualian dari prinsip atau dasar permusyawaratan perwakilan itu.
41
Hatta
42
menafsirkan dengan memandang
dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak asal-usul dalam
daerah-daerah yang bersifat istimewa bagian kalimat yang akhir ini dalam undang-undang dasar, menyatakan bahwa hak melakukan pemerintahan sendiri
bagi segenap bagian rakyat menjadi sendi kerakyatan Indonesia. Diakui bahwa tiap-tiap bagian untuk menentukan diri sendiri dalam lingkungan yang satu,
supaya hidup jiwa rakyat seluruhnya dan tersusun tenaga pembangunan masyarakat dalam segala golongan untuk kesejahteraan Republik Indonesia dan
kemakmuran penduduknya. ”
41
Ni’matul Huda,
Hukum Tata Negara Indonesia
, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 283-284.
42
Hatta dalam Bagir Manan,
Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945
, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994.
Universitas Sumatera Utara
Hak melakukan pemerintahan sendiri sebagai sendi kerakyatan dalam sebuah negara kesatuan eenheidsstaat tidak lain berarti otonomi, yaitu hak untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Dengan demikian, makin kuat alasan bahwa pemerintahan dalam susunan daerah besar dan kecil menurut pasal
18 UUD 1945 tidak lain dari pemerintahan yang disusun atas dasar otonomi.
43
B. Pemilihan kepala daerah dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004