28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi yang dilakukan di “Herbarium Bogoriense” Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor terhadap salam koja yang diteliti adalah Murraya
Koenigii L. Spreng , dari suku Rutaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 66.
4.2 Hasil Makroskopik dan Mikroskopik Daun Salam Koja Segar 4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik daun salam koja segar dicirikan dengan warna permukaan luar hijau, permukaan daun berbentuk jorong sampai bundar
panjang, panjang 4 - 5 cm, lebar 2 cm, ujung daun meruncing, pinggir daun rata atau agak beringgit, permukaan daun licin. Gambar selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 3, halaman 68.
4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik daun salam koja segar adalah terdapat rambut penutup, kutikula, lapisan epidermis, jaringan palisade, kristal kalsium
oksalat, adanya fragmen rongga minyak lisigen, jaringan parenkim, tulang daun, dan berkas pembuluh. Gambar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4,
halaman 69.
Universitas Sumatera Utara
29
4.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia 4.3.1 Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun salam koja adalah, warna daun hijau kecoklatan, bagian luar berwarna putih kecoklatan, menggulung
kedalam. Serbuk simplisia daun salam koja dicirikan dengan serbuk berwarna hijau kecoklatan dan berbau khas. Gambar selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3, halaman 68.
4.3.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun salam koja adalah terdapat jaringan parenkim, fragmen rongga minyak lisigen, kristal kalsium
oksalat, rambut penutup, stomata tipe anomositik dan berkas pengangkut. Gambar
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 70. 4.3.3 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia
Hasil karakterisasi terhadap simplisia daun salam koja dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini dan data hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6-10,
halaman 74-78.
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia daun salam koja
No Karakteristik
Hasil pemeriksaan 1
Kadar air 4,65
28,42 2
Kadar sari larut air 3
Kadar sari larut etanol 15,08
4 Kadar abu total
8,84 1,13
5 Kadar abu tidak larut asam
Kadar air simplisia menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam simplisia, dari hasil penelitian diperoleh kadar air simplisia 4,65 dan memenuhi
persyaratan literatur untuk kadar air simplisia yaitu kurang dari 10. Pengeringan
Universitas Sumatera Utara
30 simplisia dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak oleh
mikroba seperti jamur sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.. Kadar air simplisia berpengaruh dengan proses enzimatik dan media pertumbuhan
kapang dan jasad renik. Selain itu kadar air juga berpengaruh pada hasil minyak atsiri yang diperoleh. Semakin tinggi kadar air maka hasil minyak atsiri yang
diperoleh akan semakin kecil karena perbandingan antara bahan tumbuhan dengan air yang terkandung dalam tumbuhan akan semakin kecil sedangkan minyak atsiri
hanya terdapat di dalam bahan tumbuhan BPOM RI, 2005; Trease dan Evans, 1983.
Penetapan kadar sari dilakukan terhadap 2 pengujian yaitu kadar sari larut dalam etanol dan dalam air. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dan dalam
etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dalam air dan etanol dari simplisia. Senyawa yang bersifat polar atau larut dalam air pada
simplisia daun salam koja seperti glikosida, protein, polisakarida dan zat warna akan tersari oleh air dengan hasil 28,42 sedangkan senyawa-senyawa yang tidak
larut dalam air atau larut dalam etanol seperti flavonoid, alkaloid akan tersari oleh etanol dengan hasil 15,08 Dikui, 2009.
Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal yang terdapat di dalam simplisia serta senyawa organik setelah
pembakaran. Abu total terbagi dua, yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa yang
berasal dari benda asing yang terdapat pada permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada
simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 2011.
Universitas Sumatera Utara
31
4.4 Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri dengan menggunakan alat Stahl diketahui bahwa kadar minyak atsiri daun salam koja segar sebesar 0,17 vb, sementara
kadar minyak atsiri daun salam koja kering sebesar 0,66 vb. Hasil penetapan kadar minyak atsiri menunjukkan bahwa kadar minyak
atsiri pada sampel kering lebih tinggi dari kadar minyak atsiri pada sampel segar, hal ini disebabkan oleh kadar air pada daun salam koja segar sehingga
berpengaruh pada bobot sampel. Hasil penetapan kadar minyak atsiri dari daun salam koja segar dan kering dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini dan data hasil
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 79.
Tabel 4.2 Hasil penetapan kadar minyak atsiri
4.5 Penentuan Indeks Bias dan Bobot Jenis Minyak Atsiri Hasil Isolasi
Hasil penentuan indeks bias dan bobot jenis minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini dan data hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran
12-13, halaman 81-82
Tabel 4.3 Hasil penentuan indeks bias dan bobot jenis minyak atsiri
No Sampel Indeks Bias
Bobot Jenis 1
Daun salam koja segar 1,4465
0,8901 2
Daun salam koja kering 1,4465
0,8902 Penetapan indeks bias minyak atsiri daun salam koja segar dan kering
hasilnya sama yaitu sebesar 1,4465 dan bobot jenis daun salam koja segar dan kering tidak berbeda jauh yaitu masing-masing sebesar 0,8901 dan 0,8902.
No Sampel Kadar yang diperoleh bv
1 2
Daun salam koja segar Daun salam koja kering
0,17 0,66
Universitas Sumatera Utara
32 Komponen minyak atsiri daun salam koja segar dengan daun salam koja kering
yang diperoleh tidak mempengaruhi harga indeks bias. Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam
udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat pada suhu tertentu. Indeks bias berguna untuk identifikasi kemurnian dan berhubungan erat dengan komponen-
komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan Armando, 2009. Penetapan bobot jenis minyak atsiri daun salam koja segar dan kering
memenuhi syarat bobot jenis minyak atsiri di literatur. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari
1,000 Guenther, 1947. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
dan kemurnian minyak atsiri dimana bobot jenis sering dihubungkan dengan berat komponen yang terkandung di dalamnya. Semakin besar fraksi berat yang
terkandung dalam minyak, semakin besar pula nilai bobot jenisnya Armando, 2009.
4.6 Analisis dengan GC-MS