16 lurus, lengkung, melingkar. Ada dua macam kolom, yaitu kolom kemas dan
kolom kapiler Agusta, 2000; McNair dan Bonelli, 1988. Kolom kemas terdiri dari fase cair sekurang-kurangnya pada suhu
kromatografi yang tersebar pada permukaan penyangga yang lembab inert yang terdapat dalam tabung yang relatif besar diameter dalam 1 - 3 mm. Jenis kolom
ini terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Efisiensi kolom akan meningkat dengan semakin bertambah halusnya
partikel fase diam. Semakin kecil diameter partikel fase diam, maka efisiensinya akan meningkat. Ukuran partikel fase diam biasanya berkisar antara 60-80 mesh
Gandjar dan Rohman, 2007. Kolom kapiler berbeda dengan kolom kemas, dalam hal adanya rongga
pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa tube dengan ukuran 0,02 - 0,2 mm. Kolom kapiler kini lebih banyak digunakan untuk menganalisis komponen
minyak atsiri. Hal ini disebabkan oleh keunggulan kolom tersebut yang memberikan hasil analisis dengan daya pisah yang tinggi dan sekaligus memiliki
sensitivitas yang tinggi. Keuntungan kolom kapiler adalah jumlah sampel yang dibutuhkan sedikit dan pemisahan lebih sempurna Agusta, 2000; Gandjar dan
Rohman, 2007.
2.5.1.4 Fase diam
Fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu nonpolar, sedikit polar, semipolar, polar dan sangat polar. Berdasarkan kepolaran minyak atsiri yang
nonpolar sampai sedikit polar, maka untuk keperluan analisis sebaiknya digunakan kolom fase diam yang bersifat sedikit polar, misalnya SE-52 dan SE-54 Agusta,
2000.
Universitas Sumatera Utara
17
2.5.1.5 Suhu
a. Suhu injektor Suhu pada injektor harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan
sedemikian cepat, tetapi sebaliknya suhu harus cukup rendah untuk mencegah peruraian atau penataan ulang akibat panas Gandjar dan Rohman, 2007.
b. Suhu kolom Pemisahan dapat dilakukan pada suhu tetap isotermal atau pada suhu
yang berubah secara terkendali suhu diprogram, temperature programming. GC isotermal paling banyak dilakukan pada analisis rutin atau jika kita
mengetahui agak banyak mengenai sifat sampel yang akan dipisahkan. Pilihan awal yang baik adalah suhu beberapa derajat dibawah titik didih komponen
utama sampel. Pada GC suhu diprogram, suhu dinaikkan mulai dari suhu tertentu sampai suhu tertentu lainnya dengan laju yang diketahui dan terkendali
pada waktu tertentu Gritter, dkk., 1985. c. Suhu detektor
Detektor harus cukup panas sehingga cuplikanfase diam tidak mengembun dan juga untuk mencegah pengembunan air atau hasil samping
yang terbentuk pada proses pengionan McNair dan Bonelli, 1988.
2.5.1.6 Detektor
Detektor yang populer yaitu detektor hantar-termal thermal conductivity detector dan detektor pengion nyala flame ionization detector McNair dan
Bonelli,1988. a. Detektor hantar-termal Thermal Conductivity Detector, TCD
Detektor ini menggunakan kawat pijar wolfram yang dipanaskan dengan
Universitas Sumatera Utara
18 dialiri arus listrik yang tetap. Gas pembawa mengalir terus menerus melewati
kawat pijar yang panas itu dan suhu dibuat dengan laju tetap. Bila molekul cuplikan yang bercampur dengan gas pembawa melewati kawat pijar meningkat,
terjadi perubahan tahanan yang diukur dengan jembatan Wheatstone dan sinyalnya ditangkap oleh perekam dan tampak sebagai suatu puncak. Prinsip kerjanya
didasarkan pada kemampuan suatu gas menghantar panas dari kawat pijar dan merupakan fungsi bobot molekul gas tersebut McNair dan Bonelli,1988.
b. Detektor pengion nyala Flame Ionization Detector, FID Hidrogen dan udara digunakan untuk menghasilkan nyala. Suatu elektroda
pengumpul yang bertegangan arus searah ditempatkan diatas nyala dan mengukur hantaran nyala. Dengan hidrogen murni, hantaran sangat rendah, tetapi ketika
senyawa organik dibakar, hantaran naik dan arus yang mengalir dapat diperkuat ke perekam McNair dan Bonelli,1988.
2.5.2 Spektrometri massa MS