Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xiv
1992, hlm: 42, plankton terbagi menjadi dua golongan yakni: fitoplankton terdiri dari tumbuhan yang melayang-layang dan zooplankton yaitu plankton jenis hewan.
Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan penting dalam ekosistem air, karena merupakan sumber nutrisi utama bagi kelompok organisme air lainnya
yang berperan sebagai konsumen, dimulai dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme air lainnya yang membentuk rantai makanan Barus, 2001, hlm:
39-40.
Sejauh ini belum diketahui bagaimana keanekaragaman plankton di Lau Sitelu, Kabupaten Deli Serdang dan adakah pengaruh perubahan faktor fisik dan kimia
perairan tersebut akibat dari berbagai aktivitas di sepanjang aliran sungai ini. Sehubungan dengan itu penulis melakukan penelitian di Lau Sitelu tersebut dengan
judul “Studi Keanekaragaman Plankton di Aliran Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 . Permasalahan
Lau Sitelu dipergunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat khususnya tempat pemandian, pemancingan yang banyak dikunjungi oleh masyarakat karena
sungai ini memiliki pemandangan yang indah. Dengan adanya objek wisata serta aktivitas masyarakat Namorambe akan mempengaruhi faktor fisik dan kimia perairan
sehingga secara langsung akan mempengaruhi keanekaragaman plankton di perairan tersebut. Sampai sejauh ini belum diketahui bagaimanakah keanekaragaman plankton
di Lau Sitelu.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xv
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui keanekaragaman plankton di aliran Lau Sitelu.
b. Untuk mengetahui pengaruh faktor fisik kimia perairan terhadap keanekargaman
plankton di aliran Lau Sitelu.
1.4 Hipotesis
a. Terdapat perbedaan keanekaragaman plankton di aliran Lau Sitelu.
b. Adanya pengaruh faktor fisik kimia perairan terhadap keanekaragaman plankton
di aliran Lau Sitelu.
1.5 . Manfaat
a. Memberikan informasi mengenai keanekaragaman plankton di Lau Sitelu
Kabupaten Deli Serdang. b.
Memberikan informasi awal mengenai keanekaragaman plankton yang selanjutnya dapat digunakan sebagai data pemantauan dan pengolahan ekosistem Lau Sitelu
bagi berbagai pihak yang membutuhkan tentang kondisi lingkungan perairan c.
Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya maupun instansi yang membutuhkannya.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xvi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Sungai
Ekosistem perairan yang terdapat di daratan secara umum di bagi atas dua kelompok yaitu perairan lentik perairan tenang, misalnya danau dan perairan lotik perairan
berarus deras, misalnya sungai Payne, 1996, hlm: 73. Perbedaan utama antara perairan lotik dan lentik adalah dalam kecepatan arus air. Perairan lentik mempunyai
kecepatan arus yang lambat serta terjadi akumulasi massa air dalam periode waktu yang lama, sementara perairan lotik mempunyai kecepatan arus yang tinggi, disertai
perpindahan massa air yang berlangsung dengan cepat Barus, 2001, hlm: 82-83.
Sungai sebagai salah satu perairan lotik mempunyai zonasi longitudinal dimana pada aliran air dapat dijumpai tingkat yang lebih tinggi dari hulu ke hilir
Odum, 1994, hlm: 373. Perubahan lebih terlihat pada bagian atas atau hulu dari aliran air karena kemiringan, volume aliran dan komponen kimia berubah dengan
cepat. Komunitas biologi di sepanjang aliran sungai dapat dipengaruhi oleh aliran, komposisi substrat dan juga kecepatan arus serta faktor-faktor lingkungan lainnya
Whitten et al., 1987, hlm: 192.
Menurut Barus, 2001, hlm: 82-84, ekolotik sungai dibagi menjadi beberapa zona yaitu:
1 Zona Krenal mata air
Merupakan zona yang umumnya terdapat didaerah hulu, yang dapat dibagi menjadi :
a. Rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun, biasanya terdapat pada
tebing-tebing yang curam.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xvii
b. Limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air yang selanjutnya
membentuk aliran sungai yang kecil. c.
Helokrenal, yaitu mata air yang membentuk rawa-rawa.
2 Zona Rithral
Merupakan zona yang berasal dari beberapa aliran mata air yang membentuk aliran sungai di daerah pegunungan dan di tandai dengan relief aliran sungai yang
terjal, dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : a.
Epirithral bagian yang paling hulu. b.
Metarithral bagian tengah dari aliran sungai di zona rithral . c.
Hyporithral bagian paling akhir dari zona rithral.
3 Zona Potamal
Merupakan aliran sungai yang terdapat pada daerah-daerah yang relatif lebih tinggi dibanding dengan zona rithral, dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Epipotamal bagian atas dari zona potamal
b. Metapotamal bagian tengah
c. Hypopotamal bagian akhir dari zona potamal
Hampir setiap hari sungai di seluruh dunia menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran
air permukaan, daerah urban dan pertanian. Karena aliran air tersebut, kebanyakan sungai dapat berubah normal kembali dari pencemaran karena arus air dapat
mempercepat degradasi limbah yang memerlukan oksigen selama sungai tersebut tidak meluap karena banjir. Degradasi dan nondegradasi pada arus sungai yang lambat
tidak dapat menghilangkan polusi limbah oleh proses penjernihan alamiah tersebut Darmono, 2001, hlm: 36.
Interaksi antara komponen makhluk hidup dalam sebuah daerah aliran sungai, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik dan manusia dengan lingkungan fisik
sekitarnya seperti tanah, angin dan lain sebagainya memerlukan kondisi keseimbangan berbagai unsur tersebut agar sumber daya alam memberikan manfaat secara lestari
demi kelangsungan hidup manusia Odum, 1994, hlm: 234.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xviii
Ekosistem sungai terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berpengaruh menjadi satu kesatuan dan memiliki kemampuan untuk membuat sistem
aturannya sendiri. Pengaruh komponen fisik misalnya kecepatan aliran sungai, substrat, kualitas air, iklim mikro, karakteristik peyinaran matahari dan perubahan
temperatur sangat menentukan jenis-jenis biotop fauna yang ada pada wilayah sungai tersebut Diester, 1996, dalam Maryono, 2005, hlm: 31.
sungai pada satu tempat, khususnya di lingkungan perkotaan, dapat dijadikan sebagai objek penarik untuk banyak kegiatan dan tujuan khususnya untuk transportasi
sungai, kawasan pertamanan, dan sebagainya sampai ke objek menarik dan banyak mendapatkan perhatian untuk rekreasi dan pariwisata Suriawiria, 2005, hlm: 32.
2.2. Pengaruh Pencemaran Air terhadap Ekosistem Sungai